Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 24 – 1


Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 24 – 1
Images : Channel 3

Peat menemui Chaya dan meminta maaf. Tapi Chaya tidak mau memaafkan Peat. Dia tidak bisa memaafkannya.
“Tidak masalah. Aku akan menunggu. Menunggu hingga kau bisa memaafkanku. Dan kau pasti akan baik-baik saja.”

Chaya menangis, dia bersandar di bahu Peat. Pas sekali, Kiew dan Pa yang hendak melihat kondisi Chaya melihat hal itu.
“Kau tahu kalau hari ini Ai-Kris hampir melukai dirinya sendiri?”
“Bagaimana keadaan Kris?” tanya Chaya khawatir.
“Saat ini dia baik-baik saja. Kami sudah menyelesaikan masalah kami. Ai-Kris menjadi seperti ini karena aku menyakitimu. Itulah kenapa aku hendak menyelesaikan semuanya dengan mu. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan menjagamu sebagai teman.”
Chaya tidak mau. Dia hanya ingin Peat mencintainya. Peat menegaskan kalau dia hanya mencintai Kiew dan berharap bisa menjadi teman seperti dulu lagi. Chaya tidak bisa terima dan histeris. Dia mendorong dan mengusir Peat menjauh darinya. Dia juga teringat kalau selama ini, Peat tidak pernah melihatnya lebih dari teman. Hal itu sangat melukai hatinya.
Kiew dan Pa yang melihatnya juga merasa kasihan. Mereka masuk untuk menenangkan Chaya, tapi Chaya malah pingan dan mengalami mimisan. Mereka semua panik dan segera memanggil suster. Suster segera menyuruh semuanya untuk menunggu di luar. Kris yang pergi ke ruangan Chaya, merasa cemas dengan kondisi Chaya.
Dokter memberitahu kondisi Chaya. Chaya bisa di sembuhkan asalkan menjalani perawatan dan semua juga tergantung kondisi tubuh Chaya.
Kris segera memerintah Katha untuk menelpon orang tua Chaya agar segera pulang ke Thailand.

Kris benar-benar cemas dengan kondisi Chaya. “Chaya, kau harus baik-baik saja. Jangan tinggalkan aku.”
--
Peat pulang ke rumah. Dan Khun Nai menyambutnya dengan ramah. Dia meminta Peat untuk tidak ragu lagi akan cintanya untuk Peat. Dia mencintai Peat sebagai anaknya. Peat berlutut, meminta maaf atas semua kesalahannya selama ini.

Peat bahkan mencium kaki Khun Nai. Khun Nai menangis bahagia karena akhirnya Peat sadar akan semua perbuatannya. Dia mengangkat kepala peat dan memeluknya dengan erat.
--
Chaya akhirnya sadar. Dan orang pertama yang di lihatnya adalah Kris. Kris segera menanyakan keadaan Chaya. Dan Chaya balik bertanya kenapa Kris belum pergi? Kenapa menjaganya? Dia kan sudah membuat masalah untuk Kris.
“Apapun yang terjadi, aku tidak akan pergi. Hari ini kau sudah bisa keluar dari kamar ICU. Dan dalam beberapa hari lagi kau akan melakukan kemoterapi.”

“Apa aku bisa sembuh?” tangis Chaya.
“Kau harus sembuh.”
“Kenapa kau masih tetap baik padaku?”
“Jika sebelumnya, aku mungkin akan menjawab kalau aku ingin kau mencintaiku. Tapi, sekarang, hal yang ku inginkan adalah memberikan dukungan moral padamu dan menjagamu.”
“Aku minta maaf. Aku seharusnya mencintaimu.”
Peat yang baru datang, melihat mereka. Dan dia memutuskan untuk tidak masuk dan memberikan mereka waktu untuk bicara.
“Tidak masalah. Bahkan jika kau tidak mencintaiku, atau apapun status kita, aku akan selalu ada di sisimu,” ujar Kris.
Peat tersenyum melihat kedekatan Chaya dan Kris. Dan akhirnya dia memilih pergi.
“Kau tidak perlu merasa bersalah,” lanjut Kris, “Itu bukan kesalahanmu. Aku yang bersedia sepenuh hati melakukannya. Kita akan bersaama melawan penyakit ini. chaya, jangan takut. Aku akan selalu bersamamu.”
Chaya menangis dengan perhatian Kris padanya.
--

Kris mulai menjaga Chaya. Saat dia menyisir rambut Chaya, dia mendapati kalau rambut Chaya mulai rontok. Di hari lain, Chaya terus muntah-muntah karena efek kemoterapi.
Peat yang datang untuk menjenguk Chaya, malah di usir oleh Chaya pergi. Dia tidak ingin bertemu dengan Peat. Kris meminta Peat untuk pergi, karena Chaya tidak mau bertemu dan takut kalau kondisi Chaya akan memburuk. Peat mengerti, dan dia meminta Kris untuk menjaga Chaya dengan baik.

Setelah mengusir Peat, Chaya tampak semakin murung. Kris menyadari hal itu. Dia berujar pada Chaya kalau dia sudah memaafkan Peat, dan bagaimana dengan Chaya? Apa Chaya sudah memaafkan Peat?
“Aku tahu itu berat. Tapi kau harus melakukannya. Itu satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini.”
Chaya menangis. “Aku tidak tahu apakah aku bisa atau tidak.”
“Kau pasti bisa. Jika kau bisa melakukannya, maka kau dan Peat akan bisa kembali menjadi teman seperti dulu. Persahabatan lebih indah dan bertahan lama daripada apapun.”
Chaya hanya diam dan memikirkan perkataan Peat.
--
Kiew mulai bekerja kembali di perusahaan. Saat sedang bekerja, dia mendapat telepon dari Chaya yang meminta bertemu.
Kiew segera pergi menemui Chaya, dan bertanya ada apa Chaya ingin bertemu dengannya?
“Kau mencintai Peat atau kau hanya ingin menang?” tanya Chaya. “Aku bertanya, kenapa kau tidak menjawab?”
“Aku benar-benar mencintai Peat.”
“Dapatkah kau memberikannya padaku?” (wooow… masih tidak menyerah)
“Aku rasa kau harus beristirahat. Jaga dirimu hingga pulih. Hal yang harus paling kau pikirkan sekarang adalah kesehatanmu daripada masalah lain. Aku harap kau segera sembuh. Aku benar-benar mendoakanmu,” ujar Kiew dan langsung pergi keluar.
Pas sekali Kris masuk. Kiew terus keluar dan Kris langsung menghampiri Chaya. Chaya menangis di pelukan Kris.
--

Kiew pulang ke rumah. Dan di dalam kamarnya, Peat sudah menunggu. Peat meminta waktu untuk bicara pada Kiew. Kiew tidak mau bicara dengan Peat.
“Apa yang kau marahkan? Aku tahu selama ini, aku sudah memperlakukanmu dengan buruk. Tapi aku sudah menyadari kesalahanku.”
“Aku memaafkanmu.”
Peat langsung tersenyum lebar dan menggenggam tangan Kiew.

“Tapi itu tidak berarti aku tidak mau bercerai,” tegas Kiew.
“Kiew, kenapa?”
“Karena aku tidak tahu apakah kemarahan di hatimu telah berakhir atau belum. Bagaimana kalau suatu hari hal itu bangkit lagi?”
“Itu sudah berakhir, Kiew. Jika kau tidak percaya, aku bisa membuktikannya.”
“Tidak! aku sudah belajar Peat. Tidak peduli seberapa aku mencintaimu, aku juga tidak menginginkannya lagi. Aku tidak mau sedih dan terluka lagi. Aku tidak bisa menahannya lagi, Peat. Biarkan hal di antara kita berdua berakhir dengan ini,” pinta Kiew.
“Aku tidak mau berakhir seperti ini.”
“Tapi aku ingin mengakhirinya. Aku akan melupakanmu. Dan aku akan memulai hidup baru tanpa-mu.”
Peat terus memohon kalau dia tidak bisa hidup tanpa Peat. Tapi, Kiew sudah pada keputusannya. Dia tidak bisa bersama dengan Peat. Setiap melihat wajah Peat, dia selalu merasa terluka.
“Aku sudah tidak bisa bertahan Peat!” tegas Kiew.
Peat menangis mendengar hal itu. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi selain, “Aku minta maaf. Aku akan pergi!”
Dan Peat keluar dari kamar Kiew. Dia sudah menyerah setelah semua perbuatannya. Apalagi setelah melihat tangisan Kiew.


Post a Comment

Previous Post Next Post