“Halo,” sapa
Mew Mew, ketika Ryo masuk ke dalam ruangan.
“Halo,” balas
Ryo dengan gugup.
“Silahkan,”
kata pengawas yang bertugas menjaga Mew Mew didalam ruangan.
“Terima kasih
banyak sudah datang ya,” kata Mew Mew sambil mengulurkan tangannya. Dan dengan
gugup Ryo memegang tangan Mew Mew sambil matanya menatap ke arah dada Mew Mew. Lalu
sebelum dia sempat melakukan apapun, karena masih berpikir, waktu berpegangan
tangan habis, dan dia dipersilahkan untuk keluar dari dalam ruangan.
Teman- teman
Ryo yang hanya memiliki satu undangan saja, mereka memutuskan untuk menunggu
Ryo diluar. Karena Ryo masih memiliki dua undangan lagi, maka dia kembali
berbaris untuk agar bisa masuk dan berjabat tangan dengan Mew Mew lagi di dalam
ruangan.
Kedua kalinya
Ryo masuk ke ruangan untuk menjabat tangan Mew Mew, karena masih gugup dan
ketakutan akan dihajar jika menyentuh dada Mew Mew, maka seperti saat pertama,
dia hanya masuk dan menjabat tangan Mew Mew saja, lalu ketika waktunya habis,
dia keluar dari dalam ruangan.
Ketiga
kalinya Ryo masuk ke ruangan untuk menjabat tangan Mew Mew. Ryo bertekad dalam
hatinya untuk bisa menyentuh dada Mew Mew.
“Ini kali
ketiga mu sekarang. Terima kasih banyak ya. Apa ada yang bisa kulakukan
untukmu?” tanya Mew Mew dengan ramah. Tapi karena saking gugup nya, maka Ryo
hanya diam saja, sehingga waktunya pun keburu habis, dan dia harus keluar dari
ruangan.
“Tuan,
silahkan meninggalkan raungan,” kata si Pengawas. Lalu karena Ryo hanya
berdiri diam saja, maka dia menarik Ryo dengan paksa.
“Bisakah kamu
membantuku? Satu kali saja,” pinta Ryo kepada Mew Mew. Tapi si pengawas tidak
peduli, dan tetap memaksa Ryo untuk keluar dari dalam ruangan.
Merasa
kasihan kepada Ryo yang tampak tulus, Mew Mew pun meminta si pengawas untuk
berhenti. Lalu dia mengizinkan Ryo untuk berbicara.
“Aku ingin
menyentuh...” kata Ryo sambil menatap ke arah dada Mew Mew. Lalu karena saking
gugupnya, dia pun pingsan.
Saat
tersadar, Ryo merasa kebingungan dan bertanya kepada Mew Mew yang berada
disampingnya, apa yang terjadi. Dan Mew Mew menjelaskan. Lalu Ryo pun meminta
maaf karena telah merepotkan.
“Tidak perlu
meminta maaf. Sekarang bisakah kamu memberitahuku apa yang ingin kamu katakan
padaku? Apa yang bisa kulakukan untukmu?” tanya Mew Mew dengan ramah.
“Tidak ada.
Aku hanya terlalu gugup. Itu saja,” kata Ryo. Dia tampak sudah menyerah untuk menyelesaikan
misinya.
“Kamu begitu
gugup sampai pingsan?”
“Sebenarnya,
setelah aku mendapatkan tiga tiket untuk acara ini beberapa hari yang lalu. Aku
tidak bisa makan. Tidak bisa tidur nyenyak. Aku telah menjadi fans mu sejak
lama. Aku hanya punya poster tipis yang ditempel di dinding. Aku hanya
mendengarkan lagumu yang menyentuh hatiku setiap hari. Dan mengikuti acara ini,
kamu adalah segalanya. Karena akhirnya aku bisa bertemu kamu langsung. Aku
minta waktu, dan kamu memberikannya. Kamu adalah orang yang sangat baik,” kata
Ryo dengan sedih. Mengakui perasaannya. Lalu dia meminta maaf untuk segala nya,
dan dia mengakui bahwa sebenarnya dia begitu kecewa pada dirinya sendiri yang
seperti ini.
Mew Mew
meneteskan air mata. Dia terharu karena Ryo begitu mencintai dan mendukungnya
sebagai seorang fans. Dan dia berterima kasih karena Ryo telah menyadarkannya,
betapa pentingnya acara ini.
Sebuah pesan
masuk ke hape Ryo. Selamat, kamu berhasil
menyentuh hati nya. Misi selesai.
Membaca pesan
itu, Ryo merasa sangat tidak menyangka, karena selama ini dia selalu mengira
bahwa apa yang harus disentuhnya adalah Dada Mew Mew. Namun ternyata apa yang
harus disentuhnya adalah hati Mew Mew.
“Ini adalah
jabat tangan yang kedua. Dan ini jabat tangan yang ketiga. Jangan merasa sedih
lagi sekarang ya,” kata Mew Mew menghibur Ryo yang dikiranya masih sedih. Dan
sambil tersenyum lebar, Ryo mengiyakan.
“Waktumu
sudah habis,” kata pengawas.
Ryo
menghampiri ketiga temannya yang telah menunggu. Dengan bangga, Ryo tersenyum
dan menunjukan sesuatu di hape nya kepada mereka. “Lihat. Lihat ini. Dan bukan
hanya satu foto saja,” kata Ryo sambil menunjukan foto nya bersama dengan Mew
Mew.
Por : Misi 1. Danang.
Por tiba di
bandara, dan dia menerima telpon dari Wolf. “Sebelum kamu memulai misimu, kami punya sesuatu yang sederhana untuk
kamu lakukan. Cari hotel bernama Hai Au Vang Va Su Tu Ba. Itu tempat dimana kamu akan tinggal,” kata
Wolf. Lalu telpon langsung dimatikan.
Por merasa
stress, karena dia tidak bisa mengingat nama hotel yang disebutkan padanya
dengan lengkap. Dia berkeliling dan bertanya kepada setiap orang, tapi tidak
ada seorang pun yang mengerti dan tahu dimana hotel tersebut. Sehingga Por pun
menjadi semakin stress.
Akhirnya, Por
berhasil menemukan seorang supir taksi yang mengetahui dimana hotel tersebut. Dan
tanpa berkata apapun lagi, Por pun langsung menaiki taksi tersebut.
Sesampainya
di depan hotel. Por kembali menerima telpon dari Wolf, dia diberikan misi untuk
pergi ke Marble
Mountains, dan mencari seorang wanita yang bisa berbicara bahasa
Thailand.
“Tunggu. Ini
Vietnam. Bagaimana bisa aku menemukan seseorang yang berbicara bahasa Thai?”
protes Por. Tapi Wolf tidak mau mendengarkan dan mematikan telpon.
Mo : Misi 2. Singapore. Temukan orang yang memakai kaus
bergambar tanda larangan di Singapore. Dan tukar baju mu dengan orang itu.
Mo
berkeliling dijalanan sambil membawa kopernya. Dan akhirnya dia berhasil
menemukan orang yang memakai kaus bertuliskan singapore dan bergambarkan tanda
larangan. Tapi sayangnya, orang itu adalah seorang Pria.
“Permisi,
bisakah kamu membantuku? Bertukar bajulah dengan ku,” kata Mo, memberanikan
dirinya untuk berbicara kepada orang tersebut. Dan orang itu, menatap Mo dengan
pandangan aneh.
Tags:
Wolf