Sinopsis
Lakorn – Nang Rai Episode 01 - 1
Images by : Channel 7
Seorang
wanita muda dan cantik, Kaewalai (Kae), bekerja di tempat konstruksi bangunan. Dia
sepertinya seorang yang pekerja keras, karena mandor di sana sampai berkata
kalau Kae kemarin sudah bekerja lembur sampai malam, dan siang ini datang lagi untuk
bekerja. Dia takut kalau Kae tidak akan bisa mengatur waktu sekolahnya, karena
bekerja.
“Aku
hanya akan bekerja di sini sampai sebulan,” jawab Kae. “P’kapan apa bisa aku
mendapat gajiku setelah pulang kerja hari ini?”
“Ya.
Kau wanita kuat. Aku tidak akan melanggar perjanjian. Omong-omong, kau
seharusnya pergi dan menjadi artis utama atau model. Kau cantik, Kae,” puji
mandor itu.
Eh,
tapi ada pekerja yang bermulut kotor yang malah mengatakan kalau Kae cantik
untuk di tiduri. Jelas saja, Kae langsung melotot pada pekerja itu dan
memakinya : “Hina!”
--
Malam
hari,
Kae
dalam perjalanan pulang sendirian. pekerja bermulut kotor tadi siang, mengikutinya
dengan motor dan menawari Kae untuk mengantarkan Kae pulang. Kae menolak dengan
tegas. Pekerja itu emosi, dan malah berkata akan membayar Kae.
“Aku
tidak mau!”
“Jangan
sok jual mahal! Kau akan mendapatkan uang lebih jika tidur bersama kami. Jadi kau
bisa memberikan uangnya untuk orang tua dan saudaramu!”
Kae
emosi karena di hina serendah itu. Tapi, dua orang pria itu malah semakin
kurang ajar, mereka memaksa Kae. Kae melawan, dia memberontak dan menendang
kedua pria itu, kemudian lari dengan kencang.
--
Di
dalam sebuah mobil, seorang wanita muda yang cantik, Anuwadee (Wadee), dan Ibu-nya
sedang dalam perjalanan menuju hotel. Wadee sibuk memakai maskara dan membicarakan
mengenai acara yang akan mereka hadiri. Dia berharap akan bisa menjadi bintang
besar setelah menunjukkan tariannya. Ibu menyemangati Wadee, dia yakin Wadee
akan bisa sukses karena acara hari ini di hadiri oleh banyak orang dari dunia
entertainment. Dia menyarankan Wadee untuk menari dengan baik, dan terus tatap
para penonton.
Saat
sedang asyik berbincang itulah, mereka melihat dua orang pria di pinggir jalan
yang gelap sedang memukuli seorang gadis dan membawa gadis itu ke tempat gelap.
Kae
di tangkap oleh dua pria itu. Dia di pukuli hingga tidak berdaya. Dan mereka
mulai melepas paksa jaket Kae.
Untunglah,
saat itu, mobil Ibu Wadee dan Wadee muncul. Kedua pria itu jadi ketakutan dan
kabur. Mereka belum sempat melakukan hal lebih buruk pada Kae.
Wadee
dan ibu segera keluar untuk memeriksa keadaan Kae. Ibu bahkan memegang kayu
untuk berjaga-jaga jika kedua pria itu kembali. Dengan keadaan lemah, Kae mengucapkan
terimakasih atas pertolongan kedua wanita itu. Wadee mengatakan kepada ibunya
agar membawa Kae ke dalam mobil mereka, sebelum kedua pria itu kembali.
Di
dalam mobil, Kae berterimakasih atas bantuan Wadee dan ibunya. Dia juga meminta
agar di turunkan di pinggir jalan di ujung saja. Wadee menolak permintaan Kae
itu karena jalanan sangat gelap dan sepi. Mereka akan mengantarkan Kae ke rumah,
agar lebih aman.
“Aku
harus bekerja,” beritahu Kae.
“Apa
pekerjaanmu?” tanya Ibu Wadee dengan ramah.
“Hanya
pekerjaan sampingan.”
“Apa
itu?”
“Hari
ini, aku akan menjadi waitress,” jawab Kae.
“Dimana?”
tanya Wadee penasaran.
“N
Hotel.”
Dan
ternyata, itu tempat yang sama yang akan di tuju oleh Wadee dan ibunya. Jadi,
mereka menawarkan agar Kae sekalian ikut mereka saja.
“Sebelumnya,
siapa ya namamu?” tanya Wadee dengan ramah.
“Kaewalai.”
“Aku
Anuwadee.”
Mereka
saling bersalaman, memperkenalkan dirinya. Wadee ini orang baik, dia tidak
tampak sombong.
Nang Rai
(Nang Rai adalah sebutan untuk pemeran wanita antagonis)
Di
N Hotel,
Seluruh
reporter berkumpul dan mewawancarai sebuah perusahaan entertainment besar, VK Entertainment.
Hari ini, yang akan mereka wawancarai adalah Pawapob (Pob), putra dari Khun
Wichan, pemilik VK Ent.
Lagi
mau wawancara, tiba-tiba muncul seorang wanita bergaun merah, sambil berteriak
: Honey dan langsung merangkul Pop
yang berada di atas panggung.
“Nong
Ladawan, dia telah menghadiri semua sekolah wanita di Switzerland sejak kecil,”
beritahu seorang wanita dari belakang kerumunan reporter.
“Aku
datang kembali ke Thailand. Karena Pob dan aku akan…,” ujar Ladawan dengan nada
manjaaah.
“Akan
apa?” tanya para reporter penasaran.
“Kami
akan bertunangan!” jawab Ladawan dengan senyum lebar.
Eh,
tapi Pob malah tampak tidak bahagia. Dia malah mengalihkan dengan berkata harus
melakukan latihan catwalk untuk penampilan-nya nanti. Mendengar hal itu, Lawadan malah mengatakan
kalau dia juga bisa melakukan catwalk karena
dia bisa menjadi model juga. Dia bahkan langsung berjalan berlenggak-lenggok di
depan para reporter.
--
Ibu,
Wadee, dan Kae tiba di parkiran N Hotel. Ibu menyuruh Wadee dan Kae untuk masuk
ke dalam hotel saja dulu sementara dia mengambil barang di bagasi. Sambil jalan,
Kae memuji ibu Wadee yang sangat baik.
“Ibuku
memang sangat baik. Dia adalah ibu dan ayah bagiku karena ayahku sudah lama
meninggal,” beritahu Wadee.
Kae
kemudian menatap wajah Wadee, “Melihat wajahmu dari dekat, ternyata kau sangat
cantik. Lebih cantik daripada artis-artis pemeran utama di TV,” puji Kae.
“Kau
juga cantik. Jika saja para pria tadi tidak memukul mulutmu,” ujar Wadee dan
merasa kasihan melihat sudut bibir Kae yang membengkak dan memar. “Matamu juga
cantik. Walaupun aku wanita, aku tetap ingin menatapnya terus.”
“Terimakasih,”
ujar Kae dengan tulus. Dia kemudian pamit pada Kae untuk pergi dulu karena dia
harus bersiap dan bertukar pakaian menjadi waitress.
--
Kae
sudah bertukar pakaian, dan dia bertemu lagi dengan Wadee yang sedang bersama
team-nya berdiri di depan pintu ruang ganti. Kae langsung melambaikan tangan
pada Wadee, dan Wadee membalasnya juga. Mereka saling tersenyum. Kemudian, Wadee
memanggil Kae untuk mendekat.
Dia
memberikan Kae sebuah masker.
“Tapi,
aku waitrees. Menutup mulutku akan membuat orang merasa tidak nyaman,” tolak
Kae.
“Akan
lebih tidak nyaman, jika mereka melihat bibirmu yang membengkak dan memar seperti
itu. Tapi, jangan khawatir, kau punya mata yang indah, jadi gunakan saja itu.”
Kae
tersenyum dan akhirnya menerima masker pemberian Wadee. Kae juga mendoakan agar
Wadee sukses dengan penampilannya dan dia pasti akan menonton penampilan Wadee.
Kae merasa kalau Wadee pasti sangat hebat dan bertalenta hingga bisa di undang
tampil di acara sebesar ini.
“Ibuku
yang menyemangatiku untuk melakukan segala jenis hal. Menyanyi, berakting dan
menari. Tapi, aku menyukai semua itu. Bagaimana denganmu Kae? Kau suka
melakukan hal seperti itu?”
“Aku
tidak pernah memikirkannya. Hidupku hanyalah tentang bekerja dan sekolah. Tapi,
aku suka melihat semua itu. Aku akan mencoba melihat penampilanmu nanti.”
Wadee
kemudian pamit untuk masuk ke ruang ganti. Setelah Wadee pergi, Kae memakai
masker-nya dan berbalik, tapi karena tidak berhati-hati, dia menabrak seseorang
yang ada di belakangnya.
Orang
yang di tabraknya adalah Pob. Dan begitu melihat wajah Kae, Pob langsung
terpesona. Begitu pula dengan Kae.
“Bibirmu…”
ujar Pob melihat bibir Kae yang memar.
Kae
segera memasang masker-nya, “Aku baik-baik saja. Maaf,” ujar Kae dengan cepat
dan langsung pergi.
--
Wadee
berada di ruang ganti sendirian. Dan dia memanfaatkan hal itu untuk melatih
kembali tariannya agar lebih baik. Eh, lagi asyik menari, masuk pula seorang
pria. Melihat Wadee yang menari sendiri, dia geleng-geleng kepala dan terus
berjalan masuk ke toilet.
Wadee
mengenali pria itu sebagai orang yang biasanya memainkan peran sebagai orang
jahat di lakorn-lakorn. Pria itu Sanguansak (Nguan). Wadee kemudian mengeluarkan
parfum-nya dan menyemprotkan ke seluruh tubuhnya.
Nguan
keluar lagi dan begitu mencium aroma ruangan yang penuh dengan parfum Wadee,
dia langsung batuk-batuk sambil menyindir, “Kau tidak mandi, hah?” Dia bicara
sambil jalan keluar.
“Dasar,
tidak tahu sopan santun. Bagaimana bisa kau bilang begitu, hah?! Kau kira kau
artis besar apa?!” gerutu Wadee.
“Aku
tidak berpikir seperti itu,” balas Nguan yang kembali masuk. Wadee jelas kaget.
“Tapi, aku mencium bau. Kau harusnya mandi. Tuh di sana, ada kamar mandi,” ujarnya
dan keluar lagi.
Wadee
benar-benar kesal melihat tingkah Nguan.
--
Di acara
pesta, adik Pob, Paranee (Nee), tegak sendiri dan pelayan pribadinya, Jan,
bertanya apa yang ingin Nee minum? Nee mengatakan jus jeruk, dan pelayannya
langsung pergi, mencarikan jus jeruk.
“Ini
jus jerukmu,” ujar seseorang di belakang Nee, sambil menyodorkan mampan berisi
jus jeruk.
“Apa
itu jus jeruk segar yang langsung di peras, P’Jan? Aku tidak mau jus jeruk dari
kotak kemasan,ya,” ujar Nee tanpa menoleh.
Dan begitu
dia berbalik, ternyata yang ada di belakangnya bukanlah P’Jan, melainkan
seorang pelayan tampan. Pria itu, bertanya memastikan kalau Nee mau jus jeruk
segar yang di peras kan?
“Aku
bukan bilang padamu,” jawab Nee dengan malu dan langsung pindah tempat.
--
Pob
masuk ke dalam ruang pesta. Dan begitu masuk, sosok Kae yang mengenakan masker
langsung menarik perhatiannya. Dia terus menatap setiap gerakan Kae tanpa
melepaskan pandangannya sedikitpun. Dia terkesima dengan mata indah Kae.
“Pob,
kau di sana,” ujar Lawadan, menyapa Pob. Lawadan sudah berganti gaun menjadi
gaun hitam. “Pob,” panggil Lawadan lagi karena Pob tidak merespon.
Setelah
Pob menatapnya, Lawadan langsung mengajak Pon pergi makan setelah acara selesai
nanti. Pob menolak dengan sopan dengan alasan akan pergi makan dengan
keluarganya.
Penampilan
menari Wadee yang merupakan murid di sekolah Dance Les De Boule, di mulai. Wadee
menari dengan sangat baik hingga membuat semua orang bertepuk tangan.
Pob melihat
Nee yang terus memperhatikan penampilan tarian itu dan memberi komentar kalau menari
tampaknya menyenangkan. Apa Nee ingin menari?
“Aku
tidak bisa. Ibu akan menjerit jika tahu. Aku harus belajar keras dan membaca
buku selama ini. Jika aku tidak masuk ke fakultas yang ibu inginkan, dia akan
sangat kecewa. Dan jika begitu… aku akan menjadi anak tidak berbakti,” jawab
Nee.
“Tidak
masalah jika kau tidak masuk ke fakultas yang tidak kau inginkan. Aku akan tetap
memberimu dukungan moral.”
Saat sedang
menonton, pelayan pria tadi datang dan memberikan jus jeruk segar yang langsung
di peras. Jan yang mendengar langsung kagum, karena biasanya di acara seperti
ini, tidak ada di hidangkan jus jeruk segar yang langsung di peras. Pelayan itu
menjelaskan kalau dia pergi membeli jeruk tadi di sekitar hotel. Setelah menjelaskan
dan minuman di ambil, pelayan itu langsung pergi. Nee sendiri terus menatapnya.
--
Kaew menemui
Wadee di ruang rias. Dia memuji penampilan Wadee yang hebat dan dia juga melihat
banyak orang yang memotret Wadee tadi. Dia yakin kalau Wadee pasti akan menjadi
bintang besar. Wadee berterimakasih atas
pujian Kaew.
“Kau
juga punya wajah yang cantik. Sayang sekali orang lain tidak bisa melihat kecantikanmu,”
ujar Wadee. Dan ibu Wadee mengangguk setuju-tuju.
Lagi asyik
berbincang, masuklah seorang pria gemulai di ikuti 2 asistennya. Kae segera
memasang masker-nya dan berdiri di belakang Wadee. Pria gemulai itu memperkenalkan
diri sebagai Litu, dan dia telah banyak mengorbitkan bintang terkenal di
agency-nya.
“Semua
dari mereka menjadi terkenal,” ujar Litu. “Orang-orang memanggilku J’Noi.”
Wadee
segera membalas salam dari J’Noi. J’Noi menjelaskan kedatangannya adalah untuk
menanyakan apakan Wadee bisa ikut casting untuk lakorn di hari jumat ini? Ibu Wadee
langsung berpura-pura memeriksa jadwal Wadee biar Wadee terkesan sebagai orang
yang memang sibuk, setelah itu, dia memberitahu kalau di hari Jumat, jadwal Wadee
kosong.
J’Noi
dan 2 asistennya langsung senang. Mereka langsung memberikan kartu namanya.
“P’Noi,”
panggil Wadee pada J’Noi yang sedang berbincang dengan ibunya. “Aku punya teman
yang sangat-sangat cantik. Dia juga bisa menari.”
Kae panik
dan meminta Wadee untuk tidak berkata seperti itu. Tapi, Wadee masih terus
bicara, meminta agar Kae juga bisa di berikan kesempatan untuk ikut casting.
“Kau
punya mata yang indah,” ujar Ke, asisten wanita J’Noi. “Kenapa kau menutup
wajahmu dengan masker? Dapatkah kau membukanya? Eh, tunggu, apa kau punya bau
mulut?”
“Bukan.
Bibir temanku hanya bengkak,” jelas Wadee.
Dan J’Noi
serta asistennya meminta Kae untuk membuka masker-nya. Karena terus di minta,
akhirnya Kae membuka masker-nya.
J’Noi,
Ke, dan Mafai (asisten pria) langsung kagum melihat wajah cantik Kae. Mereka
dengan semangat meminta agar Kae juga ikut casting dengan Wadee. Perusahaan mereka
sedang mencari banyak wajah artis baru sekarang ini. J’Noi bahkan langsung
memberikan kartu namanya pada Kae dan menyuruhnya untuk datang jumat ini.
Setelah
J’Noi pergi, Wadee menasihati Kae untuk menyimpan kartu nama J’Noi dengan baik
dan jangan sampai hilang. Kae mengangguk.
Setelah
Kae keluar, dan hanya tinggal Wadee seorang diri, Nguan masuk ke dalam sana. Wadee
menyindir Nguan yang seorang artis ternyata menggunakan ruang ganti orang biasa
sepertinya. Nguan mah cuek saja, karena artis juga orang biasa. Dia bahkan juga
langsung melepas celana panjangnya, dan Wadee langsung menjerit melihat boxer
Nguan dan langsung lari keluar. Nguan cuma geleng-geleng kepala melihat reaksi
Wadee.
--
Kae sudah
bertukar baju dan hendak pulang. Dia berterimakasih atas kebaikan Wadee dan
ibunya. Wadee ternyata menawarkan untuk mengantar Kae pulang karena hari sudah
malam. Kae menolak, dia sudah terbiasa. Ibu Wadee memaksa, ini adalah perintah,
jadi Kae harus ikut. Kae merasa tidak enak, tapi Wadee dan ibu membujuknya agar
ikut saja.
Saat itu,
Pob yang baru keluar dari gedung melihat Kae. Dia sepertinya benar-benar jatuh
hati pada Kae. Bahkan saat Lawadan menelponnya, dia langsung mematikan
ponselnya. Dia mengikuti mobil Ibu Wadee yang mengantar Kae pulang.
Pob terus
mengikuti Kae diam-diam dari belakang hingga Kae tiba di rumah. Saat mendekati
rumah, tetangga Kae memberitahu Kae kalau ayah dan ibu Kae lagi bertengkar.
Dan benar
saja, ayah dan ibu ribut besar. Mereka bertengkar mengenai uang. Ayah meminta
uang untuk beli alkohol, tapi ibu tidak mau memberikan. Bukan karena dia ibu
yang baik ya, tapi karena uangnya dia gunakan untuk berjudi!
Gila-nya
lagi, ibu Kae berkata kalau dia berjudi untuk membuat lebih banyak uang!
“Kau
buat uang? Putriku lah yang membuat uang!” teriak ayah Kae.
“Apa?!
Dia juga putriku!”
“Tapi
kau memperlakukan saudara-nya lebih baik daripada dia!”
Kae melihat
dari jauh pertengkaran itu. Tampaknya dia sudah terbiasa. Sementara Pob, tampak
kaget melihat pertengkaran kedua orang tua Kae. Saat pertengkaran semakin memanas,
Kae segera berlari berusaha melerai.
Dan kita
kemudian melihat ketiga adik Kae yang baru pulang larut malam begini. Mereka
adalah Prang, Chom, Wannao (Nao/Wan). Penampilan mereka seperti anak – anak nakal.
Prang berteriak mengancam akan melaporkan Chom dan Wan ke ibu dan P’Kae agar
tidak mendapatkan uang lagi.
“Kau
juga pembuat masalah P’Prang,” balas Chom. “Kau keluar untuk berpesta dan baru
pulang sekarang! Aku akan memberitahu P’Kae juga kalau kau punya uang untuk
menghasilkan uang sendiri, jadi tidak usah beri kau uang lagi!”
“Chom!
Kau pembuat masalah,” marah Prang. “Kau lihat saja. Kau suka narkobaan dan
mabuk-mabukkan. Lihat saja ketika seluruh gang-mu menjadikanmu ‘istri’ mereka! Dan
Nao, kau juga! Lihat saja kalau kau tertangkap karena pengaruh obat narkoba dan
di kurung di penjara! Kalian berdua tidak berguna!”
“Kau
juga,” balas Chom.
“Apa?!”
“Kau dikeluarkan
dari sekolah karena terus tidak masuk untuk bertemu pria!”
Mereka
saling berteriak, tidak mau mengakui kalau mereka sama-sama sudah rusak! Pertengkaran
mereka baru berhenti ketika mendengar suara ibu dan ayah yang bertengkar dan
saling memukul!
“Kau
mau uang kan, ayah?!” teriak Kae. “Ini uangku, bawa saja,” ujar Kae dan
memberikan uang bayarannya bekerja di konstruksi bangunan dan menjadi waitress.
Melihat
Kae memberikan uang pada ayah, ketiga adiknya itu langsung lari dan berteriak
agar Kae juga memberikan mereka uang. Termasuk ibu! Ayah yang sudah menerima
uang, langsung pergi.
Sungguh
tidak tahu malu, ketiga adiknya dan ibu menyondorkan tangan agar Kae memberikan
mereka uang.
“Ma,
dan kalian bertiga. Lihat wajahku,” kata Kae menahan kesalnya dan menunjuk ke
arah bibirnya yang memar. “Lihat dengan seksama! Lihat!”
“Kenapa?”
tanya ibu dan memegang wajah Kae dengan kasar.
“Bekerja
hingga larut malam demi menghasilkan uang untuk kalian. Aku hampir di perko**. Tapi
untungnya aku di tolong tepat waktu.”
Tapi,
ibu malah berteriak kesal tidak mau peduli dan masuk ke dalam rumah. Ketiga adiknya
juga tidak peduli padanya dan ikut masuk sambil merengek meminta uang.
Kae menghela
nafas. Dia duduk merenung di depan rumahnya. Pob memperhatikannya, prihatin
dengan kehidupan Kae yang keras.
Tags:
Nang Rai
Sepertinya ceritanya menarik....lnjut ya
ReplyDeleteLanjut....
ReplyDelete