Sinopsis C- Drama : Easy Fortune Happy Life Episode 3 - part 1



Network : TTV
“Halo? Aku Yan Da Feng. Aku ingin kamu menemukan seseorang dan kemudian buat dia menghilang. Setelah pekerjaan ini selesai, aku akan memberikanmu 20 juta. Aku akan mengirimkan fotonya nanti. Juga selesaikan dengan bersih,” kata Da Feng, menelpon seseorang.

“Kamu tenang saja. Kami akan mengurusnya dengan sempurna,” balas orang di telpon.



Orang di telpon (Da), dia memanggil anak buahnya (Ah Di) untuk mengajak Ah Bao membawa Dong Jie menemuinya. Kemudian setelah itu, Da mengucapkan terima kasih kepada dewa, karena telah memberikan pertolongan untuk perusahaannya yang sedang kesusahan.



Dong Jie membantu seorang Pria yang sedang melarikan diri dari kejaran tiga orang.


Pi Dan memotret An Dong Ni (Anthony), anjing pemeliharaan mereka. Dia memotret menggunakan hape baru yang mereka miliki. Dan melihat itu, Fu An langsung memarahinya, karena hape itu dibeli dengan tujuan untuk mencari kakek Wang Cai, bukan dimain- mainkan begitu saja.

“Anthony tidak pernah berfoto. Hm…” kata Pi Dan, mengambek karena dimarahin.


“Baiklah, jangan marah ya,” balas Fu An sambil mengelus kepala Pi Dan. “Aku harus menempelkan poster, jadi kamu tinggal disini dan jadi anak baik ya,” kata Fu An, lalu dia pergi.


Dong Jie membuka pintu dan menyuruh si Pria untuk keluar. Lalu dengan sikap yang mengintimidasi, Dong Jie memegang bahu si Pria dan mengingatkannya,” Selanjutnya ingat untuk membayar tepat waktu,” kata Dong Jie.

“Pasti! Pasti! Jam ku lambat! Tolong berikan aku satu kesempatan lagi,” balas si Pria dengan sikap ketakutan.

“Pergilah!” kata Dong Jie, membiarkan si Pria pergi.


Fu An berkeliling kota dan menempelkan gambar kakek Wang Cai yang dicetaknya. Dia menempelkan semua poster itu di dinding dan di tiang.



Dong Jie sedang menikmati es krimnya, dan disaat itu seorang Pria (Ah Bao) berpakaian jas putih dengan beberapa orang anak buahnya. Mereka datang dan menghadang Dong Jie.

“Han Dong Jie. Ayahku punya perusahaan peminjaman bukan bank. Kami menyuruhmu untuk mendapatkan uang kami kembali, dan kamu malah tidak ada melakukannya. Hari ini aku akan membantu Ayahku untuk membersihkan kotoran,” kata Ah Bao. Lalu dia memberikan tanda kepada para anak buahnya untuk menyerang Dong Jie.


Dong Jie memakan habis es krimnya, kemudian dia melawan orang- orang yang menggelilinginnya dan menyerangnya. Dengan sangat hebatnya, dia berhasil mengalahkan mereka semua.


Fu An yang melihat hal tersebut langsung merasa cemas dan mencari dimana Pi Dan berada. Dan ketika dia menemukan Pi Dan yang sedang berada di atas jembatan, dia pun langsung mendekati Pi Dan dan memarahinya.

“Kak, ada yang berantem,” kata Pi Dan sambil menunjuk ke bawah.



“Kalian tidak berguna! Tangan kanannya kan terluka semalam! Jadi serang tangan kanannya!” kata Ah Bao memberikan perintah kepada para anak buahnya.



Dan kemudian para anak buah nya mengambil pemukul kayu serta menyerang tangan kanan Dong Jie, hingga luka di tangan Dong Jie pun terbuka dan berdarah lagi. Melihat hal tersebut, Ah Bao tertawa puas.




“Xie Pi Dan, berikan aku ketapel mu,” kata Fu An. Dia merasa tidak terima, karena mereka semua mengeroyok orang yang sedang terluka.

Menggunakan ketapel milik Pi Dan, dengan tepat Fu An berhasil menyerang kepala Ah Bao. Kemudian selanjutnya, dia menyerang semua anak buah si Pria. Namun akhirnya dia ketahuan juga, tapi sebelum melarikan diri, Fu An menyerang kepala Ah Bao sekali lagi, sehingga Ah Bao pun pingsan. Baru setelah itu, dia melarikan diri bersama dengan Anthony dan Pi Dan.



Dong Jie melihat ke arah Fu An yang berlari melarikan diri dengan cepat.


Para anak buah si Pria berkeliling sambil malam, mereka mencari Fu An yang telah berani menyerang mereka. Dan agar tidak ketahuan, maka Fu An serta Pi Dan pun dengan terpaksa bersembunyi di dalam tempat sampah.



Lalu setelah para anak buah si Pria menjauh dari tempatnya bersembunyi, dengan segera Fu An pun mengajak Pi Dan untuk segera keluar dari tempat sampah dan melarikan diri. Tapi dia sangat terkejut, karena Dong Jie tiba- tiba saja muncul dihadapannya.



“Bukankah ini kakak yang berantem tadi,” kata Pi Dan mengenali Dong Jie. Dan mengetahui itu, Fu An pun langsung merasa lega serta tenang.

“Kemana kamu mau pergi Nona? Darimana asal mu? Siapa namamu?” tanya Dong Jie.

“Hai! Aku Xie Fu An. Ini Xie Pi Dan. Dia Anthony. Kami dari gunung Fu Man. Kami datang untuk  mencari seseorang,” jelas Fu An dengan ramah.



Pi Dan menyadari tangan Dong Jie yang berdarah. Dan melihat itu, maka Fu An pun mengeluarkan semua obat- obatan yang di bawanya untuk mengobati Dong Jie. Tapi Dong Jie menolak untuk diobati. Namun dengan sedikit paksaan, Fu An memegang tangan Dong Jie untuk diobati olehnya.

“Tenanglah! Aku serius!” teriak Fu An. “Tenang. Tenang. Percaya padaku,” kata Fu An dengan lebih lembut. Lalu dia mengoleskan obat di lengan Dong Jie.



“Aahhh…” teriak Dong Jie, kesakitan. Dan Fu An langsung berhenti mengoles, karena terkejut.

“Oh… oh… aku akan lebih lembut,” kata Fu An, menenangkan Dong Jie, lalu dia mengoleskan obat di lengan Dong Jie lagi.



Setelah selesai mengoleskan obat, Fu An menanyakan siapa nama Dong Jie, dan Dong Jie pun memberitahukan namanya. Kemudian setelah itu, Pi Dan menyela, dia meminta agar Dong Jie mau mengajarkan kung fu kepadanya, sebab barusan Dong Jie  sangat keren ketika harus melawan banyak orang. Dan Fu An langsung memarahinya, karena bertengkar itu tidak baik.



“Tapi bukankah barusan kakak juga?” kata Pi Dan. Dan Dong Jie tersenyum mendengar itu.

“Hei. Hei. Xie Pi Dan. Kakakmu menolong seseorang, jadi itu tidak sama,” jawab Fu An. “Tuan Han, maaf, anak- anak memang begitu, jangan pikirkan,” kata Fu An pada Dong Jie.



Dong Jie merasa berhutang kepada Fu An yang telah menyelamatkan nya sekali, dan dia menanyakan apa yang Fu An inginkan. Tapi Fu An menolak untuk menerima apapun, karena dia merasa apa yang dilakukannya cumalah hal kecil saja, jadi Dong Jie tidak perlu membalasnya.

Dong Jie lalu meminta nomor telpon Fu An, sehingga jika terjadi sesuatu Fu An bisa menghubunginnya. Tapi Fu An tidak mau memberikan, dia menjelaskan bahwa dia datang untuk mencari seseorang, jadi ketika dia telah bertemu dengan orang itu, maka dia akan kembali ke gunung Fu Man, sehingga tidak mungkin untuk mereka bertemu lagi.



Dong Jie memanggil Fu An yang pergi begitu saja, tapi Fu An tetap berjalan pergi bersama dengan Pi Dan.

“Kak, bisakah kamu mengajariku caranya menggunakan ketapel?” pinta Pin Da.

“Teknik ketapel ku pelajari dari Nenek untuk menangkap ayam. Dan tidak ada ayam disini. Jadi kalau kamu ingin belajar, mungkin di kehidupan selanjutnya saja,” balas Fu An.



Dong Jie menemukan kotak kaleng dan poster bergambar kan kakek Wang Cai milik Fu An yang ketinggalan. “Xie Fu An,” gumam Dong Jie sambil memperhatikan poster tersebut.



Dirumah. Anak buah Dong Jie ingin membantu mengobati luka di lengan Dong Jie, tapi Dong Jie menolak, karena dia telah memakai obat dari Fu An dan dia merasa obat tersebut sepertinya bekerja dengan baik.

“Oh, baiklah. Paman Da menunggu mu di bawah,” kata anak buah Dong Jie.



Da menyuruh agar kedua anaknya berhenti bertengkar dan berkelahi. Yang satu anak kandung, yaitu Ah Bao. Yang satu lagi anak angkat, yaitu Dong Jie.


“Ayah, tidak bisa ada dua harimau di gunung, tidakkah kamu mengerti teori itu? Dia hanya anak wanita lain. Apa? Seperti pengemis di kuil kan? Huh? Tentu saja aku  mau menunjukan kekuasaanku,” kata Ah Bao, melawan perkataan Da.


“Tutup mulutmu! Jika bukan karena kamu memaksa orang, maka perusahaan tidak akan berhutang begitu banyak,” balas Da, menghardik anak nya itu.



Da kemudian mengatakan bahwa dia akan memberikan kesempatan yang sama untuk mereka berdua, jika mereka mau memiliki perusahaan. Dia memberikan foto Fu An palsu yang di dapatnya dari Dang Fe kepada mereka.

“Ini adalah kasus dari penerus Ba Bao Tang, yaitu Da Feng. Cari gadis ini dan buat dia menghilang. Lalu perusahaan akan menerima 20 juta. Siapa yang bisa menyelesaikan kasus ini, dia yang akan menwarisi perusahaan,” kata Da.

“Ayah, pegang kata- kata mu ya,” kata Ah Bao. Lalu dia pergi membawa foto Fu An palsu.


Dong Jie menceritakan tentang seorang wanita yang telah menyelamatkannya, dia mengatakan bahwa dia pasti akan membayar kebaikan wanita itu. Namun menurut peraturan perusahaan, seharusnya dia mengoyak perutnya dan bunuh diri.



“Aku senang kamu mengerti. Kamu harus membayar kebaikannya yang menyelamatkanmu. Tapi kamu harus ingat untuk tidak bodoh. Dulu aku menggunakan tubuhku untuk membalas kebaikan pekerja hotel, dan karena aku tidak berhati- hati, dia melahirkan Ah Bao, anak idiot itu. Kamu harus berhati- hati,” kata Da mengingatkan.



Dong Jie mengiyakan, dia merasakan bahwa Fu An adalah wanita baik tanpa motif tersembunyi. Tapi Da tetap ingin Dong Jie berhati- hati, karena sebenarnya dia merasa tidak tenang bila harus memberikan perusahaan kepada Ah Bao yang memaksa orang menuju kematian. Dan Da merasa khawatir, jika Ah Bao memiliki perusahaan, maka akan ada lebih banyak masalah.


Dong Jie menatap cuaca diluar. Hujan turun dengan derasnya.




Fu An merasa kebingungan karena kota kalengnya hilang. Dan disaat itu Pi Dan juga sakit, tapi sayangnya dia sama sekali tidak ada membawa pill obat untuk demam.

Post a Comment

Previous Post Next Post