Network : TTV
“Halo?
Aku Yan Da Feng. Aku ingin kamu menemukan seseorang dan kemudian buat dia
menghilang. Setelah pekerjaan ini selesai, aku akan memberikanmu 20 juta. Aku
akan mengirimkan fotonya nanti. Juga selesaikan dengan bersih,” kata Da Feng,
menelpon seseorang.
“Kamu
tenang saja. Kami akan mengurusnya dengan sempurna,” balas orang di telpon.
Orang
di telpon (Da), dia memanggil anak buahnya (Ah Di) untuk mengajak Ah Bao
membawa Dong Jie menemuinya. Kemudian setelah itu, Da mengucapkan terima kasih
kepada dewa, karena telah memberikan pertolongan untuk perusahaannya yang
sedang kesusahan.
Dong
Jie membantu seorang Pria yang sedang melarikan diri dari kejaran tiga orang.
Pi
Dan memotret An Dong Ni (Anthony), anjing pemeliharaan mereka. Dia memotret
menggunakan hape baru yang mereka miliki. Dan melihat itu, Fu An langsung
memarahinya, karena hape itu dibeli dengan tujuan untuk mencari kakek Wang Cai,
bukan dimain- mainkan begitu saja.
“Anthony
tidak pernah berfoto. Hm…” kata Pi Dan, mengambek karena dimarahin.
“Baiklah,
jangan marah ya,” balas Fu An sambil mengelus kepala Pi Dan. “Aku harus
menempelkan poster, jadi kamu tinggal disini dan jadi anak baik ya,” kata Fu An, lalu dia
pergi.
Dong
Jie membuka pintu dan menyuruh si Pria untuk keluar. Lalu dengan sikap yang
mengintimidasi, Dong Jie memegang bahu si Pria dan mengingatkannya,”
Selanjutnya ingat untuk membayar tepat waktu,” kata Dong Jie.
“Pasti!
Pasti! Jam ku lambat! Tolong berikan aku satu kesempatan lagi,” balas si Pria
dengan sikap ketakutan.
“Pergilah!”
kata Dong Jie, membiarkan si Pria pergi.
Fu
An berkeliling kota dan menempelkan gambar kakek Wang Cai yang dicetaknya. Dia
menempelkan semua poster itu di dinding dan di tiang.
Dong
Jie sedang menikmati es krimnya, dan disaat itu seorang Pria (Ah Bao)
berpakaian jas putih dengan beberapa orang anak buahnya. Mereka datang dan
menghadang Dong Jie.
“Han
Dong Jie. Ayahku punya perusahaan peminjaman bukan bank. Kami menyuruhmu untuk
mendapatkan uang kami kembali, dan kamu malah tidak ada melakukannya. Hari ini
aku akan membantu Ayahku untuk membersihkan kotoran,” kata Ah Bao. Lalu dia
memberikan tanda kepada para anak buahnya untuk menyerang Dong Jie.
Dong
Jie memakan habis es krimnya, kemudian dia melawan orang- orang yang
menggelilinginnya dan menyerangnya. Dengan sangat hebatnya, dia berhasil
mengalahkan mereka semua.
Fu
An yang melihat hal tersebut langsung merasa cemas dan mencari dimana Pi Dan
berada. Dan ketika dia menemukan Pi Dan yang sedang berada di atas jembatan,
dia pun langsung mendekati Pi Dan dan memarahinya.
“Kak,
ada yang berantem,” kata Pi Dan sambil menunjuk ke bawah.
“Kalian
tidak berguna! Tangan kanannya kan terluka semalam! Jadi serang tangan
kanannya!” kata Ah Bao memberikan perintah kepada para anak buahnya.
Dan
kemudian para anak buah nya mengambil pemukul kayu serta menyerang tangan kanan
Dong Jie, hingga luka di tangan Dong Jie pun terbuka dan berdarah lagi. Melihat
hal tersebut, Ah Bao tertawa puas.
“Xie
Pi Dan, berikan aku ketapel mu,” kata Fu An. Dia merasa tidak terima, karena
mereka semua mengeroyok orang yang sedang terluka.
Menggunakan
ketapel milik Pi Dan, dengan tepat Fu An berhasil menyerang kepala Ah Bao.
Kemudian selanjutnya, dia menyerang semua anak buah si Pria. Namun akhirnya dia
ketahuan juga, tapi sebelum melarikan diri, Fu An menyerang kepala Ah Bao
sekali lagi, sehingga Ah Bao pun pingsan. Baru setelah itu, dia melarikan diri
bersama dengan Anthony dan Pi Dan.
Dong
Jie melihat ke arah Fu An yang berlari melarikan diri dengan cepat.
Para
anak buah si Pria berkeliling sambil malam, mereka mencari Fu An yang telah
berani menyerang mereka. Dan agar tidak ketahuan, maka Fu An serta Pi Dan pun
dengan terpaksa bersembunyi di dalam tempat sampah.
Lalu
setelah para anak buah si Pria menjauh dari tempatnya bersembunyi, dengan
segera Fu An pun mengajak Pi Dan untuk segera keluar dari tempat sampah dan
melarikan diri. Tapi dia sangat terkejut, karena Dong Jie tiba- tiba saja
muncul dihadapannya.
“Bukankah
ini kakak yang berantem tadi,” kata Pi Dan mengenali Dong Jie. Dan mengetahui
itu, Fu An pun langsung merasa lega serta tenang.
“Kemana
kamu mau pergi Nona? Darimana asal mu? Siapa namamu?” tanya Dong Jie.
“Hai!
Aku Xie Fu An. Ini Xie Pi Dan. Dia Anthony. Kami dari gunung Fu Man. Kami
datang untuk mencari seseorang,” jelas
Fu An dengan ramah.
Pi
Dan menyadari tangan Dong Jie yang berdarah. Dan melihat itu, maka Fu An pun
mengeluarkan semua obat- obatan yang di bawanya untuk mengobati Dong Jie. Tapi
Dong Jie menolak untuk diobati. Namun dengan sedikit paksaan, Fu An memegang
tangan Dong Jie untuk diobati olehnya.
“Tenanglah!
Aku serius!” teriak Fu An. “Tenang. Tenang. Percaya padaku,” kata Fu An dengan
lebih lembut. Lalu dia mengoleskan obat di lengan Dong Jie.
“Aahhh…”
teriak Dong Jie, kesakitan. Dan Fu An langsung berhenti mengoles, karena
terkejut.
“Oh…
oh… aku akan lebih lembut,” kata Fu An, menenangkan Dong Jie, lalu dia
mengoleskan obat di lengan Dong Jie lagi.
Setelah
selesai mengoleskan obat, Fu An menanyakan siapa nama Dong Jie, dan Dong Jie
pun memberitahukan namanya. Kemudian setelah itu, Pi Dan menyela, dia meminta
agar Dong Jie mau mengajarkan kung fu kepadanya, sebab barusan Dong Jie sangat keren ketika harus melawan banyak
orang. Dan Fu An langsung memarahinya, karena bertengkar itu tidak baik.
“Tapi
bukankah barusan kakak juga?” kata Pi Dan. Dan Dong Jie tersenyum mendengar
itu.
“Hei.
Hei. Xie Pi Dan. Kakakmu menolong seseorang, jadi itu tidak sama,” jawab Fu An.
“Tuan Han, maaf, anak- anak memang begitu, jangan pikirkan,” kata Fu An pada
Dong Jie.
Dong
Jie merasa berhutang kepada Fu An yang telah menyelamatkan nya sekali, dan dia
menanyakan apa yang Fu An inginkan. Tapi Fu An menolak untuk menerima apapun,
karena dia merasa apa yang dilakukannya cumalah hal kecil saja, jadi Dong Jie
tidak perlu membalasnya.
Dong
Jie lalu meminta nomor telpon Fu An, sehingga jika terjadi sesuatu Fu An bisa
menghubunginnya. Tapi Fu An tidak mau memberikan, dia menjelaskan bahwa dia
datang untuk mencari seseorang, jadi ketika dia telah bertemu dengan orang itu,
maka dia akan kembali ke gunung Fu Man, sehingga tidak mungkin untuk mereka
bertemu lagi.
Dong
Jie memanggil Fu An yang pergi begitu saja, tapi Fu An tetap berjalan pergi
bersama dengan Pi Dan.
“Kak,
bisakah kamu mengajariku caranya menggunakan ketapel?” pinta Pin Da.
“Teknik
ketapel ku pelajari dari Nenek untuk menangkap ayam. Dan tidak ada ayam disini.
Jadi kalau kamu ingin belajar, mungkin di kehidupan selanjutnya saja,” balas Fu
An.
Dong
Jie menemukan kotak kaleng dan poster bergambar kan kakek Wang Cai milik Fu An
yang ketinggalan. “Xie Fu An,” gumam Dong Jie sambil memperhatikan poster
tersebut.
Dirumah.
Anak buah Dong Jie ingin membantu mengobati luka di lengan Dong Jie, tapi Dong
Jie menolak, karena dia telah memakai obat dari Fu An dan dia merasa obat
tersebut sepertinya bekerja dengan baik.
“Oh,
baiklah. Paman Da menunggu mu di bawah,” kata anak buah Dong Jie.
Da
menyuruh agar kedua anaknya berhenti bertengkar dan berkelahi. Yang satu anak
kandung, yaitu Ah Bao. Yang satu lagi anak angkat, yaitu Dong Jie.
“Ayah,
tidak bisa ada dua harimau di gunung, tidakkah kamu mengerti teori itu? Dia
hanya anak wanita lain. Apa? Seperti pengemis di kuil kan? Huh? Tentu saja
aku mau menunjukan kekuasaanku,” kata Ah
Bao, melawan perkataan Da.
“Tutup
mulutmu! Jika bukan karena kamu memaksa orang, maka perusahaan tidak akan
berhutang begitu banyak,” balas Da, menghardik anak nya itu.
Da
kemudian mengatakan bahwa dia akan memberikan kesempatan yang sama untuk mereka
berdua, jika mereka mau memiliki perusahaan. Dia memberikan foto Fu An palsu
yang di dapatnya dari Dang Fe kepada mereka.
“Ini
adalah kasus dari penerus Ba Bao Tang, yaitu Da Feng. Cari gadis ini dan buat
dia menghilang. Lalu perusahaan akan menerima 20 juta. Siapa yang bisa
menyelesaikan kasus ini, dia yang akan menwarisi perusahaan,” kata Da.
“Ayah,
pegang kata- kata mu ya,” kata Ah Bao. Lalu dia pergi membawa foto Fu An palsu.
Dong
Jie menceritakan tentang seorang wanita yang telah menyelamatkannya, dia
mengatakan bahwa dia pasti akan membayar kebaikan wanita itu. Namun menurut
peraturan perusahaan, seharusnya dia mengoyak perutnya dan bunuh diri.
“Aku
senang kamu mengerti. Kamu harus membayar kebaikannya yang menyelamatkanmu.
Tapi kamu harus ingat untuk tidak bodoh. Dulu aku menggunakan tubuhku untuk
membalas kebaikan pekerja hotel, dan karena aku tidak berhati- hati, dia
melahirkan Ah Bao, anak idiot itu. Kamu harus berhati- hati,” kata Da
mengingatkan.
Dong
Jie mengiyakan, dia merasakan bahwa Fu An adalah wanita baik tanpa motif
tersembunyi. Tapi Da tetap ingin Dong Jie berhati- hati, karena sebenarnya dia
merasa tidak tenang bila harus memberikan perusahaan kepada Ah Bao yang memaksa
orang menuju kematian. Dan Da merasa khawatir, jika Ah Bao memiliki perusahaan,
maka akan ada lebih banyak masalah.
Dong
Jie menatap cuaca diluar. Hujan turun dengan derasnya.
Fu
An merasa kebingungan karena kota kalengnya hilang. Dan disaat itu Pi Dan juga
sakit, tapi sayangnya dia sama sekali tidak ada membawa pill obat untuk demam.
Tags:
Easy Fortune Happy Life