Network : iQiyi iQiyi
Pagi
hari. Luo Jing masuk ke dalam kamar Wu Mei yang sedang kosong secara diam2,
sambil membawakan obat untuknya sekalian. Dia mencari saputangannya yang tidak
berhasil Xi Que dapatkan semalam, Xi Que beralasan kepadanya bahwa ia merasa
terlalu capek, jadi ia tidur di halaman sepanjang malam.
Jadi Luo
Jing pun terpaksa harus mencari sapu tangannya sendiri. Tapi sayangnya, dia tidak
bisa menemukan nya. Lalu tiba2 saja terdengar suara Wu Mei serta Fei Yu yang
sedang mengobrol, dan terasa akan masuk ke dalam kamar. Sehingga Luo Jing pun
segera berpura- pura, seperti baru datang membawakan obat.
Saat
melihat Luo Jing yang berada didalam kamarnya, Wu Mei merasa terkejut serta
panik, karena ada Fei Yu didekatnya. Lalu ketika Fei Yu bertanya siapa dia. Wu
Mei pun menjelaskan bahwa Luo Jing adalah asisten Tabib yang datang untuk
merawatnya.
“Darimana
kamu berasal?” tanya Fei Yu sambil memperhatikan wajah Luo Jing secara dekat.
Dan dengan gugup Luo Jing menghadap ke arah lain.
Dengan
sengaja, Wu Mei menyentuh gelas obat yang dibawa oleh Luo Jing, lalu
membantingnya. “Obat itu masih panas! Bagaimana aku harus meminumnya?! Apa kamu
mencoba untuk membakar ku sampai mati?! Cepat pergi bawakan yang baru! Cepat!”
bentak Wu Mei, sengaja.
Luo Jing
mengambil gelas yang Wu Mei banting dengan perasaan, karena gelas itu tidak
panas. “Apa
Zhong Wu Mei sedang menolongku sekarang? Sistemnya pasti rusak sekarang.
Beruntung aku tidak dikenali oleh Ayahku. Jika tidak, aku sudah habis,” pikir
Luo Jing. Lalu dia pergi.
Dengan
sikap pura2 perhatian, Fei Yu menanyakan apakah Wu Mei baik2 saja. Dan Wu Mei
pun mengiyakan. Lalu Fei Yu menyuruh agar Wu Mei beristirahat, dan dia pamit
untuk pergi dulu. Dan Wu Mei pun mengucapkan terima kasih.
“Sepertinya dia belum menemukannya,” pikir Fei Yu lega. Karena Wu Mei masih bersikap biasa kepadanya, dan
tidak tampak curiga padanya.
Luo Jing
kembali masuk ke dalam kamar Wu Mei untuk mencari sapu tangannya, sambil
membawakan obat yang baru sekalian. Namun tiba2 saja, Wu Mei muncul
dibelakangnya dan mengejutkannya.
“Mengapa
kamu menyelinap kedalam kamar ku?” tanya Wu Mei dengan sikap mengintimidasi.
“Aku
membawakan kamu obat yang baru diseduh,” jawab Luo Jin tanpa sadar langsung
beralasan. Kepadahal seharusnya kan dia tidak bisa berbicara.
Mendengar
suara Luo Jing, maka Wu Mei pun menjadi sangat yakin bahwa itu adalah Luo Jing.
Dia kemudian berpura2 seperti dada nya kesakitan. Lalu dia berbaring ditempat
tidur, dan pingsan.
Melihat
itu, awalnya Luo Jing hanya diam saja, tapi ketika Wu Mei pingsan, dia langsung
panik dan mendekati Wu Mei. Dia membuka masker nya. “Zhong Wu Mei. Zhong Wu
Mei. Apa kamu baik2 saja? Zhong Wu Mei!” panggilnya. Tapi Wu Mei sama sekali
tidak merespon.
Jadi
untuk memeriksa apakah Wu Mei masih hidup atau tidak, maka Luo Jing pun
bersandar didada Wu Mei untuk mendengarkan suara detak jantungnya.
Kemudian
saat sadar bahwa sepertinya Wu Mei hanya berpura2 pingsan, maka Luo Jing pun
segera ingin menjauh darinya. Tapi Wu Mei menarik kepalanya, dan menciumnya.
Merasakan itu awalnya, Luo Jing tidak dapat bereaksi karena kaget. Tapi
kemudian dia membiarkan Wu Mei menciumnya, dan balas mencium Wu Mei.
Xiu Wen
mau menyelinap masuk ke dalam kamar Wu Mei, karena permintaan Luo Jing semalam
yang meminta dia untuk mengambil saputangan nya dari Wu Mei.
“Agar Xiao Jing tidak khawatir. Aku harus mendapatkan saputangannya
kembali,” itulah yang dipikirkan
oleh Xiu Wen dengan penuh tekad.
Tapi
betapa terkejutnya Xiu Wen, saat dia membuka pintu kamar Wu Mei. Dia melihat
Luo Jing yang sedang berciuman mesra dengan Wu Mei. Melihat itu, Xiu Wen merasa
kecewa dan menutup kembali pintu kamar Wu Mei dengan pelan.
“Ini benar2 saatnya
untuk sadar,” pikir Xiu Wen dengan
sedih. Lalu dia segera bersembunyi, karena merasa seperti ada seseorang yang
datang.
Orang
yang datang tersebut adalah Zhang Ji, dia sebenarnya cuma berkeliling saja
untuk berjaga. Tapi karena dia merasakan seperti ada orang yang bersembunyi,
maka dia pun mencarinya. Dan Xiu Wen menggunakan kesempatan itu dengan segera
untuk pergi dari sana.
Karena
tidak berhasil menemukan orang yang mencurigakan itu. Maka Zhang Ji pun kembali
ke dekat kamar Wu Mei, dan memanggilnya. Tapi tidak ada jawaban, jadi dia pun
langsung masuk ke dalam kamar Wu Mei. Dan ketika dia melihat Wu Mei yang sedang
berciuman dengan Luo Jing, dia pun segera keluar lagi dari kamar.
“Yang
mulia permaisuri?” gumam Zhang Ji, bertanya2 siapa wanita yang dilihatnya
barusan. Lalu dia masuk kembali ke dalam kamar, karena penasaran. Dan dia
memanggil Wu Mei dengan keras.
Mendengar
suara Zhang Ji yang memanggilnya. Maka Wu Mei pun langsung melepaskan bibirnya
dari Luo Jing. Sambil melindungin wajah Luo Jing agar tidak terlihat. Tapi
sayangnya, Zhang Ji sudah tahu siapa itu. Dan karena itu, maka Wu Mei pun tidak
menutupi wajah Luo Jing lagi, dan bertanya ada apa.
“Yang Mulia,
Tuan Muda Jiang datang ke sini,” kata Zhang Ji memberitahukan tujuannya. Dan
mendengar itu, Wu Mei pun berdiri menjauhi Luo Jing yang dengan segera memakai
kembali maskernya.
Jiang
masuk kedalam kamar, dan menanyakan keadaan Wu Mei. Lalu dia menebak bahwa
tampaknya Wu Mei sudah lumayan baikan. Dan Wu Mei mengiyakan.
Kemudian
Wu Mei menyuruh agar Luo Jing pergi dari dalam kamarnya. Dan melihat Luo Jing
serta Wu Mei yang saling bertatapan selama sesaat, Jiang tersenyum senang.
Setelah
Luo Jing pergi. Jiang menggoda Wu Mei yang pantas saja tampak lebih baikan,
menurutnya itu pasti karena Luo Jing. Dan Jiang memberikan selamat untuk mereka
berdua yang sudah bisa bertemu lagi.
“Jika
kamu sudah mengenalinya, mengapa kamu tidak menyapa nya barusan?” tanya Wu Mei
sambil tersenyum. Karena Jiang begitu hebat bisa mengenali Luo Jing dengan
sekali lihat saja.
“Jika dia
tidak menyapa ku, dia pasti memiliki alasannya. Jadi mengapa aku harus
melakukan sesuatu yang tidak perlu?” balas Jiang.
Jiang
lalu menghela nafas, dan dia meminta Wu Mei untuk tidak memberitahu Luo Jing
tentang situasinya sekarang, karena itu lebih baik. Dan Wu Mei mengerti, lalu
dengan tulus dia mengucapkan turut berduka cita untuk Ayah Jiang yang meninggal
dan akan dimakamkan tiga hari dari sekarang.
“Jiang.
Jangan terlalu berduka. Aku pasti akan datang memberikan penghormatan,” kata Wu
Mei sambil memegang bahu Jiang, untuk memberikannya semangat.
Wu Mei
kemudian menanyakan tentang pernikahan Jiang serta Tang. Dan Jiang pun
menjelaskan bahwa menurut adat, setelah pemakamam harus menunggu 3 tahun dulu
baru boleh mengadakan pernikahan. (Jadi intinya Jiang
serta Tang tidak boleh menikah dulu sekarang, mereka harus menunggu 3 tahun
dulu baru boleh).
“Kemudian
apa dia punya permintaan?” tanya Wu Mei, mengenai pihak Tang.
“Aku
tidak berharap untuk melibatkannya, tapi tanpa diduga, dia mengatakan ini
adalah permintaan Ayahku dan dia berniat untuk mematuhinya. Dia bilang, dia
akan menunggu tidak peduli berapa lama pun,” jelas Jiang.
(Kalau harus menunggu 3 tahun baru boleh menikah, maka kasihan Tang
sebagai wanita yang harus menunggu lama. Tapi walaupun begitu, Tang tidak
masalah dan bersedia menunggu Jiang, tidak peduli berapa lama pun itu. Dengan
alasan ini adalah permintaan Ayah Jiang yang menginginkan dirinya menikah
dengan Jiang).
“Aku
tidak menduga, Nona Tang sangat setia,” kata Wu Mei, memuji Tang.
“Bukankah
Xiao Jing juga setia pada mu? Zhong, kamu tidak perlu iri padaku,” balas Jiang.
Dan Wu Mei pun berjanji untuk tidak akan melepaskan Luo Jing lagi. Mendengar
itu, Jiang membalas bahwa dia lega mendengarnya.
“Xiao Jing. Selama kamu baik2 saja. Itu sudah menjadi kesenangan
terbesarku,” pikir Jiang didalam hatinya.
Tags:
Unique Lady