Sinopsis J- Drama : Takane To Hana Episode 6 - part 2


Network : Fuji TV, FOD

“Takane-san! Tolong buka!” teriak Hana sambil mengedor pintu apatermen Takane. Tapi Takane sama sekali tidak mau membuka kan pintu untuknya.
“Aku tidak bisa menghubungin mu, jadi aku datang untuk menemui kamu langsung, karena aku khawatir. Aku bertanya2 apa yang terjadi,” jelas Hana.

“Pergilah!” balas Takane, berteriak.
“Tidak mungkin!” balas Hana langsung. “Takane-san. Ini tidak seperti kamu yang biasanya. Apa yang terjadi pada pikiran positif mu biasanya? Kamu terlihat pucat dan tidak baik. Apa kamu makan dengan teratur? Berhenti menghindari ku dan buka pintunya. Tolong! Aku ingin tahu situasi mu yang sekarang!” jelas Hana. Mendengar itu, Takane hanya diam saja.
Hana pun kemudian bertanya, apakah Takane masih mau melanjutkan perjodohan dengannya. Lalu dia menjelaskan bahwa jika ada sesuatu yang bisa dilakukannya, maka Takane tinggal beritahu saja padanya. Dan mendengar itu, Takane pun akhirnya membuka pintunya.


“Aku tidak berpikir anak sepertimu bisa menyelamatkan ku. Kamu mengganggu ku disini. Pulanglah!” kata Takane dengan ketus. Lalu dia memberikan uang terakhirnya kepada Hana sebagai ongkos taxi ke stasiun kereta. Setelah itu, dia menutup kembali pintu apatermennya.
Malam hari. Takane memandangin gantungan dari Hana, dan mengeluhkan apa yang sudah dirinya lakukan. Lalu ketika tiba2 ada suara ketukan dipintunya, Takane pun langsung berpikir, apa itu Hana. Dan dengan segera dia langsung membukanya.
Tapi ternyata orang yang datang adalah Luciano. Ketika Takane membuka pintu, Luciano langsung masuk dan memeluknya. Dengan kesal, Takane pun mendorongnya. Lalu dia masuk ke dalam, dan Luciano mengikuti.
Reaksi Luciano sama seperti reaksi Takane pertama kali ketika masuk kedalam apatermen kecil ini. Dia bahkan kebingungan, dimana harus melepaskan sepatu. Dan Takane dengan ketus menyuruhnya untuk melepaskan sepatu didepan pintu.
“Aku dengar dari Direktur bahwa kamu menjadi miskin,” komentar Luciano.
“Tertawalah jika kamu mau! Kamar kecil seperti ini cocok denganku kan?” balas Takane dengan nada ketus.
“Wow, kamu menjadi sangat membenci diri sendiri. Itu tidak sepertimu,” balas Luciano sambil duduk diatas meja, karena mengira itu bangku.
Takane dengan kesal mengeluhkan setiap orang yang selalu mengatakan bahwa ‘Itu tidak sepertimu! Itu tidak sepertimu!’. Lalu dia bertanya, memangnya orang seperti apa Saibara Takane dimata mereka. Kemudian saat dia menyadari Luciano yang duduk diatas meja nya, dia langsung mendorong Luciano.
“Baiklah. Baiklah. Sekarang mengapa kita tidak masuk ke dalam?” tanya Luciano sambil mengangkat hadiah bawaan nya. Lalu dia membuka pintu lemari milik Takane, karena berpikir itu adalah kamar Takane. Dan dia merasa terkejut ketika sudah membukanya.
“Apa yang kamu lihat sekarang adalah seluruh ruangan apatermen ku,” jelas Takane dengan tenang. Dan Luciano langsung berseru terkejut, lalu dia meminta maaf karena takut menyinggung. Tapi Takane tidak masalah, karena itu reaksi pertamanya juga.

Luciano meminta Takane untuk mencoba berpikir positif. Walaupun Takane menjadi miskin, tapi Takane masih memiliki tempat tinggal dan pekerjaan, serta Takane juga ada mendapatkan uang saku untuk biaya hidup. Dan dengan pelan, Takane membalas bahwa dia hanya mendapatkan 10.000 yen untuk sebulan.
Luciano berpikir bahwa mungkin dirinya salah mendengar. Dia mengira uang saku Takane sebulan adalah 10.000 dolar, dan menurut nya itu memang tidak cukup. Namun Takane langsung menekankan setiap kalimatnya. “10.000 yen!!”

Mengetahui itu, Luciano menebak kalau Takane pasti merasa sangat depresi. Tapi Luciano meminta agar Takane mau menghubungin Hana, karena Hana sangat khawatir pada Takane. Dan dengan acuh, Takane membalas kalau itu bukan urusan Luciano.
Luciano menebak lagi, menurutnya Takane kelihatan depresi bukan karena kehilangan semuanya, tapi karena Takane tidak bisa menemui Hana. Dan Takane membalas bahwa dia bukan seorang pria dapat terpengaruh oleh wanita seperti itu. Dan Luciano pun menantang Takane untuk menghubungin Hana. Tapi Takane diam, tidak berani.

Luciano kemudian mengatai Takane menyedihkan, karena Takane tidak berani menemui seorang gadis tanpa bersenjata lengkap (harta nya mungkin ya). Dan Luciano menyuruh Takane untuk berani, karena menurutnya Hana mungkin akan menerima Takane apa adanya. Dan Takane tertawa, karena berpikir Luciano sedang melawak.
“Aku tidak bercanda! Kamu mengerti?” kata Luciano dengan tegas.

Luciano lalu memberikan hadiah yang dibawanya, dan dengan bersemangat Takane langsung bertanya apa itu sushi. Namun sayangnya itu cuma mie cup saja, “Apa kamu pikir aku akan makan sesuatu seperti ini? Aku berharap itu sushi.”
“Begitukah,” balas Luciano ingin mengambil hadiahnya kembali.
Tapi Takane langsung menahannya. “Tidak, tidak, tidak.”
Luciano menjelaskan bahwa Direktur menyuruhnya untuk tidak memberikan uang kepada Takane, jadi dia pun membelikan mie cup. Dan Takane langsung mengomel, kenapa Luciano tidak membawakan sushi saja.

“Oh ya. Ini. Aku menemukannya didepan pintu,” kata Luciano teringat sesuatu. Dia memberikan selembar uang 1.000 yen yang ditemukan nya didepan pintu. Uang yang sebelumnya Takane berikan kepada Hana. Lalu setelah itu Luciano pamit, dan pergi.
Takane memandangin lama uang 1.000 yen tersebut.

Didalam kamar. Hana memandangin gantungan dari Takane. Lalu ketika ada suara bel berbunyi, dengan tidak bersemangat dia berdiri untuk membuka nya.


Yang datang adalah Okamoto. Dia datang untuk memberikan cheesecake buatan Ibunya, serta dia penasaran apakah Hana sudah ada bertemu dengan Takane, karena dia sempat mendengar pembicaraan Hana dan Luciano hari itu.
Dan sambil tersenyum Hana mengiyakan. Lalu dia menjelaskan bahwa dia baik- baik saja sambil menari, jadi Okamoto tidak perlu memandang kasihan padanya.
Didalam kamar. Hana menceritakan tentang Takane yang telah menjadi miskin, dan dia merasa bahwa itu adalah salahnya. Lalu dia juga sudah bertemu dengan Takane, tapi Takane tampak tidak bersemangat. Mendengarkan itu, Okamoto diam dan memandangin Hana yang tampak sedih.

“Jangan khawatir! Aku baik2 saja! Aku tidak perlu melihat senyum menyebalkannya lagi! Aku merasa sangat lucky!” kata Hana sambil tersenyum. Dan Okamoto tetap diam saja.
Disekolah. Lagi2 Okamoto melihat Hana tampak murung, ketika ada yang mengajaknya berbicara tentang Takane. Jadi Okamoto pun segera menarik Hana untuk mengikutinya dan berbicara.

Ditempat yang agak sepi. Okamoto mulai menasehati Hana yang terus berbohong pada diri sendiri, kepadahal sebenarnya Hana merasa sedih.
Dan Hana pun menjelaskan bahwa Takane mengatakan padanya ‘Aku tidak berpikir anak sepertimu bisa menyelamatkan ku’. Jadi Hana pun tidak mau memaksa kan dirinya pada Takane, karena menurutnya itu tindakan yang kekanak- kanakan dan egois. Serta karena Takane adalah orang golongan atas.

Okamoto menasehati Hana untuk memikirkan semua yang telah Takane lakukan untuk Hana, walaupun Hana terus menolak, tapi Takane tidak pernah menyerah dan tidak melarikan diri.

“Okamo! Aku pikir kamu membenci Takane-san…”
“Aku benci dia! Tapi aku tidak bisa menentang prinsip ku sendiri. Dah!” balas Okamoto. Lalu dia berjalan pergi.

Takane membungkuk memberi hormat, ketika berjalan melewati Nonomura. Dan Nomoura merasa sangat terharu, dan balas membungkuk juga.

Setibanya diapatermen. Takane merasa sangat terkejut, ketika melihat Hana yang sedang memasak didalam apatermennya. Tapi dengan sikap santai, Hana berbicara seperti biasa, dia menyuruh Takane untuk menutup pintu karena nanti udara hangatnya bisa keluar. Dan Takane pun melakukannya.
“Bagaimana kamu masuk kedalam?” tanya Takane, masih terkejut.

“Pintunya tidak terkunci! Kamu tidak punya kebiasaan mengunci pintumu kan?” balas Hana (karena selama ini, Takane tinggal di tempat yang pintu nya otomatis terkunci sendiri, ketika di tutup.)
Mendengar itu, Takane langsung melihat kedalam rumahnya. Dan Hana langsung mengingatkannya. “Kelihatannya tidak ada yang bisa dicuri ditempatmu,” katanya.
“Pulanglah!” balas Takane.
Hana mengabaikan Takane  yang menyuruhnya pulang. Dan dia menjelaskan tentang peralatan dapur yang dibawanya, dan sebuah pemanas ruangan kecil dari rumahnya. Tapi sekali lagi, Takane menyuruhnya pulang. Dan dengan tegas Hana menolak.

“Aku mohon padamu. Pulanglah,” pinta Takane. “Sekarang… sekarang aku tidak memiliki apa2. Jadi jika kamu berhubungan dengan ku yang sekarang, tidak ada hal baik yang akan terjadi!” jelas Takane dengan nada keras.
Mendengar itu, Hana langsung mendorong Takane menggunakan kepalanya. Dan kemudian dia menarik dasi Takane, “Berapa lama kamu akan salah berpikir? Aku sudah puas melihat wajahmu yang tidak puas. Untuk kamu diselamatkan oleh seorang gadis sekolah, itu benar2 menyedihkan! Aku tidak perlu lagi pakaian mahal, steak kelas atas, ataupun bunga!” kata Hana.

“Apa yang kamu katakan?” tanya Takane, terkejut.
“Aku sudah bilang ketika kita bertemu pertama kali, kan? Jika kamu lupa, kemudian aku akan terus mengatakannya sampai kamu ingat. Aku tidak tertarik dengan hartamu!” jelas Hana dengan tegas, sambil memandang tajam Takane.

Post a Comment

Previous Post Next Post