Network
: Fuji TV, FOD
“Takane-san! Tolong buka!” teriak Hana
sambil mengedor pintu apatermen Takane. Tapi Takane sama sekali tidak mau
membuka kan pintu untuknya.
“Aku tidak bisa menghubungin mu, jadi
aku datang untuk menemui kamu langsung, karena aku khawatir. Aku bertanya2 apa
yang terjadi,” jelas Hana.
“Pergilah!” balas Takane, berteriak.
“Tidak mungkin!” balas Hana langsung.
“Takane-san. Ini tidak seperti kamu yang biasanya. Apa yang terjadi pada
pikiran positif mu biasanya? Kamu terlihat pucat dan tidak baik. Apa kamu makan
dengan teratur? Berhenti menghindari ku dan buka pintunya. Tolong! Aku ingin
tahu situasi mu yang sekarang!” jelas Hana. Mendengar itu, Takane hanya diam
saja.
Hana pun kemudian bertanya, apakah
Takane masih mau melanjutkan perjodohan dengannya. Lalu dia menjelaskan bahwa
jika ada sesuatu yang bisa dilakukannya, maka Takane tinggal beritahu saja
padanya. Dan mendengar itu, Takane pun akhirnya membuka pintunya.
“Aku tidak berpikir anak sepertimu bisa
menyelamatkan ku. Kamu mengganggu ku disini. Pulanglah!” kata Takane dengan
ketus. Lalu dia memberikan uang terakhirnya kepada Hana sebagai ongkos taxi ke
stasiun kereta. Setelah itu, dia menutup kembali pintu apatermennya.
Malam hari. Takane memandangin
gantungan dari Hana, dan mengeluhkan apa yang sudah dirinya lakukan. Lalu
ketika tiba2 ada suara ketukan dipintunya, Takane pun langsung berpikir, apa
itu Hana. Dan dengan segera dia langsung membukanya.
Tapi ternyata orang yang datang adalah
Luciano. Ketika Takane membuka pintu, Luciano langsung masuk dan memeluknya.
Dengan kesal, Takane pun mendorongnya. Lalu dia masuk ke dalam, dan Luciano
mengikuti.
Reaksi Luciano sama seperti reaksi
Takane pertama kali ketika masuk kedalam apatermen kecil ini. Dia bahkan
kebingungan, dimana harus melepaskan sepatu. Dan Takane dengan ketus
menyuruhnya untuk melepaskan sepatu didepan pintu.
“Aku dengar dari Direktur bahwa kamu
menjadi miskin,” komentar Luciano.
“Tertawalah jika kamu mau! Kamar kecil
seperti ini cocok denganku kan?” balas Takane dengan nada ketus.
“Wow, kamu menjadi sangat membenci diri
sendiri. Itu tidak sepertimu,” balas Luciano sambil duduk diatas meja, karena
mengira itu bangku.
Takane dengan kesal mengeluhkan setiap
orang yang selalu mengatakan bahwa ‘Itu tidak sepertimu! Itu tidak sepertimu!’.
Lalu dia bertanya, memangnya orang seperti apa Saibara Takane dimata mereka.
Kemudian saat dia menyadari Luciano yang duduk diatas meja nya, dia langsung
mendorong Luciano.
“Baiklah. Baiklah. Sekarang mengapa
kita tidak masuk ke dalam?” tanya Luciano sambil mengangkat hadiah bawaan nya.
Lalu dia membuka pintu lemari milik Takane, karena berpikir itu adalah kamar
Takane. Dan dia merasa terkejut ketika sudah membukanya.
“Apa yang kamu lihat sekarang adalah
seluruh ruangan apatermen ku,” jelas Takane dengan tenang. Dan Luciano langsung
berseru terkejut, lalu dia meminta maaf karena takut menyinggung. Tapi Takane
tidak masalah, karena itu reaksi pertamanya juga.
Luciano meminta Takane untuk mencoba
berpikir positif. Walaupun Takane menjadi miskin, tapi Takane masih memiliki
tempat tinggal dan pekerjaan, serta Takane juga ada mendapatkan uang saku untuk
biaya hidup. Dan dengan pelan, Takane membalas bahwa dia hanya mendapatkan
10.000 yen untuk sebulan.
Luciano berpikir bahwa mungkin dirinya
salah mendengar. Dia mengira uang saku Takane sebulan adalah 10.000 dolar, dan
menurut nya itu memang tidak cukup. Namun Takane langsung menekankan setiap kalimatnya.
“10.000 yen!!”
Mengetahui itu, Luciano menebak kalau
Takane pasti merasa sangat depresi. Tapi Luciano meminta agar Takane mau
menghubungin Hana, karena Hana sangat khawatir pada Takane. Dan dengan acuh,
Takane membalas kalau itu bukan urusan Luciano.
Luciano menebak lagi, menurutnya Takane
kelihatan depresi bukan karena kehilangan semuanya, tapi karena Takane tidak
bisa menemui Hana. Dan Takane membalas bahwa dia bukan seorang pria dapat
terpengaruh oleh wanita seperti itu. Dan Luciano pun menantang Takane untuk
menghubungin Hana. Tapi Takane diam, tidak berani.
Luciano kemudian mengatai Takane
menyedihkan, karena Takane tidak berani menemui seorang gadis tanpa bersenjata
lengkap (harta nya mungkin ya). Dan Luciano menyuruh Takane untuk berani,
karena menurutnya Hana mungkin akan menerima Takane apa adanya. Dan Takane
tertawa, karena berpikir Luciano sedang melawak.
“Aku tidak bercanda! Kamu mengerti?”
kata Luciano dengan tegas.
Luciano lalu memberikan hadiah yang
dibawanya, dan dengan bersemangat Takane langsung bertanya apa itu sushi. Namun
sayangnya itu cuma mie cup saja, “Apa kamu pikir aku akan makan sesuatu seperti
ini? Aku berharap itu sushi.”
“Begitukah,” balas Luciano ingin mengambil
hadiahnya kembali.
Tapi Takane langsung menahannya.
“Tidak, tidak, tidak.”
Luciano menjelaskan bahwa Direktur
menyuruhnya untuk tidak memberikan uang kepada Takane, jadi dia pun membelikan
mie cup. Dan Takane langsung mengomel, kenapa Luciano tidak membawakan sushi
saja.
“Oh ya. Ini. Aku menemukannya didepan
pintu,” kata Luciano teringat sesuatu. Dia memberikan selembar uang 1.000 yen
yang ditemukan nya didepan pintu. Uang yang sebelumnya Takane berikan kepada
Hana. Lalu setelah itu Luciano pamit, dan pergi.
Takane memandangin lama uang 1.000 yen
tersebut.
Didalam kamar. Hana memandangin
gantungan dari Takane. Lalu ketika ada suara bel berbunyi, dengan tidak
bersemangat dia berdiri untuk membuka nya.
Yang datang adalah Okamoto. Dia datang
untuk memberikan cheesecake buatan Ibunya, serta dia penasaran apakah Hana
sudah ada bertemu dengan Takane, karena dia sempat mendengar pembicaraan Hana
dan Luciano hari itu.
Dan sambil tersenyum Hana mengiyakan.
Lalu dia menjelaskan bahwa dia baik- baik saja sambil menari, jadi Okamoto
tidak perlu memandang kasihan padanya.
Didalam kamar. Hana menceritakan
tentang Takane yang telah menjadi miskin, dan dia merasa bahwa itu adalah
salahnya. Lalu dia juga sudah bertemu dengan Takane, tapi Takane tampak tidak
bersemangat. Mendengarkan itu, Okamoto diam dan memandangin Hana yang tampak
sedih.
“Jangan khawatir! Aku baik2 saja! Aku
tidak perlu melihat senyum menyebalkannya lagi! Aku merasa sangat lucky!” kata
Hana sambil tersenyum. Dan Okamoto tetap diam saja.
Disekolah. Lagi2 Okamoto melihat Hana
tampak murung, ketika ada yang mengajaknya berbicara tentang Takane. Jadi
Okamoto pun segera menarik Hana untuk mengikutinya dan berbicara.
Ditempat yang agak sepi. Okamoto mulai
menasehati Hana yang terus berbohong pada diri sendiri, kepadahal sebenarnya
Hana merasa sedih.
Dan Hana pun menjelaskan bahwa Takane
mengatakan padanya ‘Aku tidak berpikir
anak sepertimu bisa menyelamatkan ku’. Jadi Hana pun tidak mau memaksa kan
dirinya pada Takane, karena menurutnya itu tindakan yang kekanak- kanakan dan
egois. Serta karena Takane adalah orang golongan atas.
Okamoto menasehati Hana untuk
memikirkan semua yang telah Takane lakukan untuk Hana, walaupun Hana terus
menolak, tapi Takane tidak pernah menyerah dan tidak melarikan diri.
“Okamo! Aku pikir kamu membenci
Takane-san…”
“Aku benci dia! Tapi aku tidak bisa
menentang prinsip ku sendiri. Dah!” balas Okamoto. Lalu dia berjalan pergi.
Takane membungkuk memberi hormat,
ketika berjalan melewati Nonomura. Dan Nomoura merasa sangat terharu, dan balas
membungkuk juga.
Setibanya diapatermen. Takane merasa
sangat terkejut, ketika melihat Hana yang sedang memasak didalam apatermennya.
Tapi dengan sikap santai, Hana berbicara seperti biasa, dia menyuruh Takane
untuk menutup pintu karena nanti udara hangatnya bisa keluar. Dan Takane pun
melakukannya.
“Bagaimana kamu masuk kedalam?” tanya
Takane, masih terkejut.
“Pintunya tidak terkunci! Kamu tidak
punya kebiasaan mengunci pintumu kan?” balas Hana (karena selama ini, Takane
tinggal di tempat yang pintu nya otomatis terkunci sendiri, ketika di tutup.)
Mendengar itu, Takane langsung melihat
kedalam rumahnya. Dan Hana langsung mengingatkannya. “Kelihatannya tidak ada
yang bisa dicuri ditempatmu,” katanya.
“Pulanglah!” balas Takane.
Hana mengabaikan Takane yang menyuruhnya pulang. Dan dia menjelaskan
tentang peralatan dapur yang dibawanya, dan sebuah pemanas ruangan kecil dari
rumahnya. Tapi sekali lagi, Takane menyuruhnya pulang. Dan dengan tegas Hana
menolak.
“Aku mohon padamu. Pulanglah,” pinta Takane.
“Sekarang… sekarang aku tidak memiliki apa2. Jadi jika kamu berhubungan dengan
ku yang sekarang, tidak ada hal baik yang akan terjadi!” jelas Takane dengan
nada keras.
Mendengar itu, Hana langsung mendorong
Takane menggunakan kepalanya. Dan kemudian dia menarik dasi Takane, “Berapa
lama kamu akan salah berpikir? Aku sudah puas melihat wajahmu yang tidak puas.
Untuk kamu diselamatkan oleh seorang gadis sekolah, itu benar2 menyedihkan! Aku
tidak perlu lagi pakaian mahal, steak kelas atas, ataupun bunga!” kata Hana.
“Apa yang kamu katakan?” tanya Takane,
terkejut.
“Aku sudah bilang ketika kita bertemu
pertama kali, kan? Jika kamu lupa, kemudian aku akan terus mengatakannya sampai
kamu ingat. Aku tidak tertarik dengan hartamu!” jelas Hana dengan tegas, sambil
memandang tajam Takane.
Tags:
Takane To Hana