Network
: Fuji TV, FOD
Takane menemui Kakek dan protes. Dia
menanyakan, kenapa Kakek membekukan kartu kredit dan semua akunnya. Dan dengan
tenang, sambil merawat pohon bonsai nya, Kakek menjelaskan bahwa Takane juga
tidak bisa kembali ke rumah, dan tidak boleh memakai boleh. Kecuali hape,
Takane boleh menggunakannya.
Mendengar itu, Takane terkejut, dan
menanyakan kenapa Kakek melakukan ini padanya, kepadahal dia tidak ada
melakukan kesalahan apapun. Dan Kakek menjawab bahwa ini adalah hal baik yang
perlu di lakukannya. Lalu Kakek menyuruh Takane untuk membaca note yang ada
diatas meja.
Dan Takane melakukannya. Selain note
tersebut, ada sebuah kunci kecil juga. Melihat itu, Takane merasa bingung, “Apa
ini?” tanyanya dengan ketus.
“Jika kamu pergi ke sana, maka kamu
akan mengerti,” jawab Kakek, acuh.
Takane pergi ke alamat yang tertulis
pada note itu, dan dia merasa sangat2 terkejut. Karena ternyata itu adalah
alamat sebuah apatermen kecil yang agak tua.
Namun Takane tetap masuk ke dalam
apatermen itu. Dan dia merasa aneh, karena apatermen itu sangat kecil. Pertama
kali masuk, ada dapur didekat pintu, satu kamar tidur, dan lemari dengan pintu
geser.
Awalnya Takane mengira pintu geser itu
menuju ke kamar tidur. Tapi ternyata dia salah, dibelakang pintu geser itu
adalah lemari. Dan didalam lemari itu, ada sebuah amplop coklat, satu pasang
baju kerja (kemeja, jas, dasi), dan sepatu. Melihat itu, Takane merasa sangat
heran.
Ketika Kakek menelponnya, Takane
langsung mengangkatnya. “Mengapa aku ke tempat seperti ini?” tanya nya.
“Ini adalah rumah barumu! Semua kebutuhan
harian yang kamu perlukan sudah ada disana,” jelas Kakek. Dan Takane tidak bisa
menerimanya, karena menurutnya tempat ini tidak layak untuk ditinggalin.
“Ada barang super lembut yang kelihatan
seperti bantal (Itu kasur >.<). Dan sebuah meja pijakan (Itu meja tamu,
Takane-san >.<),” jelas Takane. Dan Kakek tertawa dengan keras ditelpon.
“Ada sebuah amplop disana, kan. Itu
adalah biaya hidupmu sampai gajianmu yang berikutnya,” balas Kakek.
“Aku menemukannya! Apa ini cek? Aku
benar2 tidak tahu apa yang kamu sedang lakukan…. ” tanya Takane, mau protes. Tapi
ternyata, telpon telah dimatikan.
Dengan pasrah, Takane pun membuka
amplop tersebut untuk melihat isinya. Dan isi amplop itu adalah selembar uang
10.000 yen. Melihat itu, Takane merasa bingung, dan memasukan tangannya lebih
dalam ke dalam amplop. Dan apa yang ditemukannya adalah selembar kertas kecil
bertuliskan. Biaya hidupmu selama sebulan adalah
10.000 yen. Membaca pesan itu, mata Takane langsung melotot.
“10.000 yen sebulan?! Itu bahkan tidak
cukup untuk seorang anak kecil. Apa yang harus aku lakukan!? Aku ingin kamu
memberitahuku!!” teriak Takane sambil memukul-mukul lantai. Stress.
“Diam! Jangan pikir aku akan
membiarkanmu berteriak hanya karena kamu tampan!” tegur tetangga sebelah. Dan
Takane langsung terdiam, karena terkejut.
Hana menghubungin Takane, tapi anehnya
Takane sama sekali tidak menjawab telponnya. “Jika kamu tidak menjawabnya, aku
akan meletakan tomat kecil didalam kari mu, Takane-san!” ancam Hana pada boneka
hadiah dari Takane. Dan kemudian Hana bertanya2, apakah Takane mungkin sedang
sibuk.
Luciano merasa sangat senang, karena
tumben Hana menghubunginnya. Dan Hana pun langsung bertanya, apakah Takane
sedang berada dalam perjalanan bisnis, karena Takane tidak menjawab telponnya
sama sekali dan tampaknya Takane juga tidak berada dirumah.
“Apa yang dia lakukan? Aku akan pergi
untuk menyelidikinya sekarang! Aku tidak bisa memaafkan dia untuk membuatmu
khawatir!” kata Luciano dengan penuh tekad. Okamoto yang berada didekatnya,
mendengarkan semua pembicaraan itu.
“Terima kasih,” ucap Hana.
Dikantor. Rekan kerja Nonomura
menceritakan mengenai seorang pegawai baru yang dipindahkan ke divisi 2 mereka.
Dan itu adalah hal yang jarang untuk seorang pegawai baru masuk pada waktu
seperti ini. Jadi dia berencana untuk menemuinya.
Tepat disaat mereka sedang mengobrolkan
itu. Takane lewat, dan tidak sengaja menabrak Nonomura sampai dirinya terjatuh.
Nonomura dengan baik segera membantu
Takane memungutkan kartu namanya yang terjatuh ke lantai semua. Dan ketika
Nonomura melihat nama yang tertera pada kartu itu, dia merasa heran.
“Takane-san?” panggilnya.
Takane melihat ke arah Nonomura. Dan
langsung berteriak dengan keras, lalu dia berlari dengan kencang. Dan karena
tidak tahu apa yang terjadi, maka Nonomura pun segera berlari mengejar Takane.
Sial bagi Takane, karena lagi2 dia terjatuh.
“Tolong jangan lihat aku dalam keadaan
menyedihkan ini!” pinta Takane. Dan Nonomura menurut, dia memalingkan wajahnya.
Lalu disaat itu, Takane pun berubah menjadi sebuah boneka kecil lagi.
Diatas atap. Takane menjelaskan kepada
Nonomura mengenai kondisinya. Diperusahaan hanya ada beberapa orang yang
mengetahui kondisinya sekarang, yaitu Ketua (Kakeknya) dan ketua depatermen
sumber daya manusia. Jadi Takane meminta agar Nonomura tidak menceritakan ini
pada orang lain. Dan Nonomura mengiyakan.
“Aku mengerjakan pekerjaan rendahan di perusahaan
ini. Aku terlalu malu sampai aku tidak bisa hidup sendiri. Aku khususnya tidak
ingin dia mengetahuinya juga,” jelas Takane dengan pelan.
“Apa kamu membicarakan tentang Hana?”
balas Nonomura, bertanya.
Dirumah. Nonomura berguman sendiri
mengenai Takane yang diturunkan posisinya. Sementara Ibu Hana dan Yukari sedang
melakukan yoga bersama. Dan Hana, dia sibuk menunggu telpon masuk di hapenya.
Ketika hapenya berbunyi, Hana segera
menjauh dari keluarganya dan mengangkat telponnya. Itu adalah telpon dari
Luciano, dia menjelaskan bahwa dia pergi ke rumah Takane, tapi Takane tidak ada
disana. Dan menurut info yang didapatnya, Takane menyewa sebuah apatermen baru
3 hari yang lalu.
Mendengar itu Hana merasa terkejut. Dan
Luciano menjelaskan bahwa sekarang dia sedang mencoba untuk mencari tahu kemana
Takane pindah. Jadi jika dia sudah menemukannya, maka dia akan segera
menghubungin Hana. Dan Hana pun mengiyakan, serta berterima kasih.
Dikantor. Takane dimarahin oleh kepala
bagian, dan dikatain tidak berguna. Nonomura yang melihat itu dari meja nya,
dia tampak seperti merasa kasihan kepada Takane.
Takane pergi ke supermarket, dan
membeli sebotol teh ocha serta dua onigiri kecil untuk makan siangnya. Tapi
ternyata uangnya sudah tinggal sedikit, jadi dia pun mengurangin belanjaan nya.
Dan hanya membeli satu onigiri kecil saja.
Diatas atap. Karena tidak terbiasa,
memakan makanan supermarket, maka Takane agak kesusahan untuk membuka bungkus
onigiri yang dibelinya.
Malam hari. Didalam kamar. Takane
tampak kedinginan, walaupun sudah memakai selimut.
Disekolah. Hana tampak tidak
bersemangat, jadi melihat itu kedua temannya pun mendekatinya. Mereka berdua
mengetahui tentang Takane yang tidak bisa dihubungin. Dan mereka bertanya, apa
Takane sudah bisa dihubungin.
“Takane-san bilang dia ingin
melanjutkan perjodohannya, tapi aku bertanya2 jika itu terlalu mengganggu nya?”
kata Hana, murung.
“Apa kamu mengatakan bahwa dia
melarikan diri darimu?” tanya Hikaruko dengan nada keras, mungkin terkejut.
“Aku benar2 tidak mengerti cara
berpikir orang dewasa,” jawab Hana.
“Kemudian mengapa kamu tidak pergi
menemuinya diperusahaan?” saran Mizuki. Dan Hikaruko juga setuju.
“Bukankah itu disebut stalker
(penguntit)?” balas Hana, kurang setuju.
“Apa itu Sasuke dari kamar dagang?”
gumam Eiji. Memperhatikan layar komputernya.
Hana berpakaian seperti seorang
detektif. Mengenakan topi, kacamata, dan jaket tebal. Dia datang ke perusahaan
dimana Takane bekerja. Tapi baru saja, petugas keamanan bertanya, dia ada perlu
apa. Hana langsung takut, dan tidak masuk ke dalam.
Hana pergi ke tempat parkir perusahaan.
Dan mulai mencari- cari dimana mobil Takane, tapi dia tidak bisa menemukannya
sama sekali. Lalu disaat itu, Eiji datang dan memberitahukan padanya bahwa
mobil Takane memang tidak ada disini.
“Aku berpikir kamu akan segera datang
atau nanti. Jadi aku telah menunggu mu,” kata Eiji. Dan Hana tidak mengerti
maksudnya. “Saibara-san diturunkan posisinya. Dia tinggal sendirian di
apatermen kecil sekarang.”
“Apa itu karena aku?” tanya Hana,
cemas.
“Tidak. Aku belum ada melaporkan apapun
tentang kamu.”
“Kemudian mengapa?”
“Kelihatannya seperti ini keputusan
Direktur (Kakek Takane),” jelas Eiji. Lalu dia memberikan secarik kertas kepada
Hana. Alamat Takane. “Tolong pergi kepadanya sekarang. Dia mungkin tidak dalam
keadaan baik, karena sesuatu seperti ini tidak pernah terjadi kepada dia
sebelumnya,” pinta Eiji.
“Umm… mengapa kamu melakukan ini?”
tanya Hana, heran.
“Kenapa ya? Aku tidak tahu juga.”
“Terima kasih,” balas Hana sambil
tersenyum dan membungkuk.
Takane sangat ingin sekali membelikan
tas merah unik tersebut untuk Hana. Dan dia memeriksa uang di dompet nya, tapi
sayangnya itu tidak cukup. Serta masih 15 hari lagi baru dia akan gajian.
“Takane-san?” panggil Hana, ketika
melihat Takane yang berjalan dengan lesu melewatinya. Dan ketika Takane
berbalik serta melihat Hana, dia langsung merasa terkejut dan berlari dengan
kencang.
Tags:
Takane To Hana