Network : iQiyi iQiyi
Ru Yu
masuk ke dalam kamar Wu Mei bersama para pelayannya. Dia membawakan berbagai
makanan bernutrisi khusus untuk Wu Mei yang sudah cukup baikan. Tapi Wu Mei
sama sekali tidak bersemangat, dan menyuruh para pelayan untuk menaruhnya saja.
Dan mereka pun melakukannya.
Ru Yu lalu
mengambilkan salah satu makanan itu, dan ingin menyuapi Wu Mei. Tapi Wu Mei
menolak, dengan alasan dia baru saja minum obat, jadi dia tidak bisa merasakan
apapun sekarang. Dan Ru Yu pun mengerti.
“Kakak Zhong,
apakah Yun’er ada melakukan sesuatu yang membuatmu tidak bahagia?” tanya Ru Yu,
karena Wu Mei tampak cemberut padanya.
“Tidak
sama sekali. Jangan berpikir berlebihan,” jawab Wu Mei.
“Kemudian
mengapa kamu begitu dingin pada Yun’er? Kakak Zhong, jika Yun’er punya
kekurangan, katakan saja. Yun’er akan berubah.”
“Kamu
berpikir terlalu berlebihan. Aku hanya sedikit capek.”
Ru Yu
awalnya berusaha untuk mengerti, tapi saat dia melihat dress bunga berwarna
biru yang berada didekat tempat tidur Wu Mei. Akhirnya Ru Yu pun mengerti
mengapa Wu Mei bersikap dingin padanya. Itu karena Wu Mei pasti masih
merindukan Luo Jing. Dan Ru Yu pun berkomentar bahwa mungkin saja Luo Jing
telah meninggal, karena Luo Jing sudah menghilang selama beberapa bulan. Lalu
Ru Yu protes, kenapa Wu Mei masih menyimpan pakaian Luo Jing.
“Beraninya
kamu?!” bentak Wu Mei sambil menepis tangan Ru Yu yang mencoba untuk
menyentuhnya. “Siapa yang memberimu kelancangan mengatakan itu?”
“Kakak
Zhong, Yun’er datang ke Sheng Jing dari Bei Yu hanya untuk menikah denganmu.
Yun’er benar2 menyukai kamu.” Kata Ru Yu dengan sedih.
“Menikah
bukan apa yang aku inginkan,” balas Wu Mei.
Ru Yu
mengerti bahwa pernikahan ini adalah untuk menghubungkan dua negara. Tapi Luo
Jing telah menghilang selama beberapa bulan, jika Luo Jing tidak mati maka Luo
Jing mungkin sudah menikah dengan orang lain. Jadi Ru Yu ingin Wu Mei untuk
move on.
“Jangan
berbicara lagi!” teriak Wu Mei.
Ru Yu
menjelaskan bahwa dia juga tahu mengenai keluarga Luo Jing yang melakukan
pemberontakan, Kaisar yang tidak mungkin akan mengabaikan itu, dan mengenai
Persia yang masih mempunyai kebencian. Jadi pernikahan mereka ini adalah jalan
keluar dari semua masalah itu, tidak ada cara yang lain. Sehingga Wu Mei tidak
bisa menghindari pernikahan ini. Dan Wu Mei diam, tidak merespon.
“Mengapa
kamu terus memikirkan tentang orang dimasa lalu?” tanya Ru Yu dengan sedih
serta kesal. Lalu dia pun pergi keluar, karena Wu Mei tetap diam tidak
merespon.
Wu Mei
memandangin dress Luo Jing. “Orang dimasa lalu? Iya. Jika ini adalah apa yang
telah aku putuskan, kemudian mengapa aku terus merindukan dan tidak
melupakannya?” gumam Wu Mei dengan sedih.
Luo Jing
membuatkan obat untuk Wu Mei. Tapi ketika dia harus menusuk jarinya sendiri
menggunakan jarum, dia merasa ragu selama sesaat. “Sekarang, apakah aku masih
ada didalam hatimu?” tanyanya. Lalu dia menusuk jarinya, dan menaruh darah nya
yang menetes ke dalam mangkuk obat.
Luo Jing
kemudian menghisap jarinya yang terluka. Dan lalu dengan pelan dia memanggil,
“Admin game. Admin game. Keluar,” panggil nya, tapi tidak ada jawaban. “Jika
kamu sudah diperbaiki, kemudian biarkanlah aku keluar. Aku benar2 terluka,”
kata Luo Jing dengan sedih dan putus asa.
Zhang Ji
datang. Melihat itu dengan semangat Luo Jing langsung berdiri dan bertanya,
apakah Wu Mei sudah setuju untuk menemuinya. Tapi tanpa menjawab, Zhang Ji
memberikan surat yang Wu Mei titipkan padanya untuk Luo Jing. Lalu setelah
memberikan surat itu, dia pamit dan pergi.
Luo Jing
segera membuka surat dari Wu Mei dan membacanya.
Kepada Putri Perdana Mentri, Lin Luo Jing.
Setelah menerima keputusan pernikahan dari Kaisar
dan pengantin memasuki kediaman ku, kamu menjadi licik dan sulit diatur. Kamu
tidak pernah memenuhi tugas seorang Permaisuri. Aku sudah tidak punya perasaan
yang tersisa untukmu. Sekarang, aku akan membuat Putri dari Bei Yu menjadi
Permaisuri ku. Itu mengapa aku menulis surat ini. Selanjutnya, kita bercerai
tanpa pernah bersengketa lagi.
Tertanda Wu Mei.
Selesai
membaca surat tersebut, tangan Luo Jing bergetar hebat. Dia tidak mau
mempercayai apa yang dibacanya. Dia menjatuhkan surat itu ke lantai, dan segera
pergi keluar dari dalam kamarnya untuk menemui Wu Mei.
Zhang Ji
menghalangin Luo Jing yang mau pergi ke kamar Wu Mei. Dia menjelaskan bahwa ini
adalah perintah dari Wu Mei untuk tidak membiarkan Luo Jing masuk. Tapi Luo
Jing mengabaikannya, dan berjalan melewatinya.
“Tolong
jangan membuat ini susah bagiku!” kata Zhang Ji mengejar Luo Jing.
“Jangan
hentikan dia,” kata Xi Que, menghalangin Zhang Ji. Dan Luo Jing menggunakan
kesempatan itu untuk pergi ke kamar Wu Mei.
Zhang Ji
protes kenapa Xi Que berada disini dan menghentikannya, kepadahal ini adalah
perintah dari Wu Mei. Dan dengan kesal, Xi Que mengeluhkan kenapa Zhang Ji
selalu mengatakan ‘Yang Mulia, Yang Mulia’, dan dia bertanya apakah yang Zhang
Ji tahu hanya Wu Mei saja.
Xi Que
kemudian mengembalikan surat yang dijatuhkan Luo Jing. “Apa kamu tahu, surat
yang kamu berikan kepada Nona adalah surat perpisahan?”
“Surat
perpisahan?” kata Zhang Ji, terkejut. Karena dia tidak tahu.
Luo Jing
mengendor pintu kamar Wu Mei sambil menangis. “Zhong Wu Mei. Zhong Wu Mei, apa
yang terjadi denganmu? Aku tahu kamu ada didalam. Bahkan jika kamu bersembunyi
dariku, aku masih akan bertanya. Apa yang terjadi padamu? Mengapa kamu
melakukan ini? Zhong Wu Mei, apa yang terjadi?” teriak Luo Jing, bertanya.
Didalam
kamar. Wu Mei mendengarkan semua itu, dan dia tampak merasa sedih. Tapi dia
tidak bisa melakukan apapun, dan hanya berdiri diam ditempatnya.
“Kita
telah melalui begitu banyak situasi hidup dan mati. Tapi sekarang kamu
memberitahuku, kamu tidak pernah mencintaiku, dan ingin meninggalkan ku. Aku
tidak percaya itu. Bahkan jika kamu memperlakukan ku seperti ini, aku masih
perlu bertanya. Aku butuh penjelasan, bukan surat. Zhong Wu Mei!” teriak Luo
Jing.
Wu Mei memejamkan
matanya dengan erat mendengar kan teriakan dan tangisan Luo Jing yang meminta
penjelasannya secara langsung. Dia tampak sangat kesakitan mendengar itu.
“Apa itu karena kamu khawatir tentang racun bunga cinta? Jangan
khawatir. Tabib bilang kamu sudah hampir sembuh. Kamu hampir sembuh,” jelas Luo
Jing. Tapi Wu Mei sama sekali tidak ada menjawabnya.
Dengan sedih, Luo Jing bersandar dipintu dan menangis. “Bukankah kamu
bilang tidak akan meninggalkan ku sendirian lagi?”
Hujan turun. Melihat itu, Luo Jing berjalan ke arah nya. “Mengapa?
Mengapa kamu meninggalkan ku?” tanya Luo Jing dengan pelan.
Wu Mei menangis. Dia mengingat pertemuan pertama nya dengan Luo Jing,
serta setiap kenangan bersama mereka.
Luo Jing berdiri dtengah hujan. Dan menengadah kearah langit sambil
menutup matanya. Dia mengingat setiap kenangan bahagia yang dilaluinya bersama
dengan Wu Mei. Kebaikan Wu Mei. Keromatisan Wu Mei. Perhatian Wu Mei. Dan
ciuman terakhirnya bersama dengan Wu Mei.
“Mungkinkah ini hanya mimpi?” gumam Luo Jing. Lalu dia jatuh berlutut
ditanah, menghadap ke arah pintu kamar Wu Mei. Dan disaat itu, gelang mutiara
ditangannya bersinar.
Hua Hua yang sedang pertapa. Dia terbatuk- batuk, dan memuntahkan darah.
Ketika melihat Luo Jing yang berlutut ditengah hujan. Dengan cemas,
Jiang langsung menghampirinya. Tapi Luo Jing seperti tidak ada tenaga lagi sama
sekali.
“Xiao Jing! Xiao Jing! Apa yang terjadi padamu? Mengapa kamu melakukan
ini pada dirimu sendiri? Xiao Jing,” tanya Jiang, cemas.
“Ayahku ingin membunuhku. Liu Xiu Wen pergi. Dan sekarang, orang yang
paling aku cintai tidak menginginkan ku lagi,” jelas Luo Jing sambil menangis.
“Aku menyesalinya. Admin game! Aku menyesalinya. Aku tidak pernah ingin
melihatnya lagi. Aku tidak ingin mencintai siapapun lagi!” teriak Luo Jing
dengan putus asa, lalu dia pingsan tidak sadarkan diri.
Jiang memandang tajam ke arah pintu kamar Wu Mei. “Aku
baru saja menyadari. Aku tidak mampu melarikan diri dari perasaanku. Xiao Jing,
kamu masih memiliki ku. Jika Zhong Wu Mei tidak menghargaimu, maka aku akan
membawa mu.”
Jiang kemudian berdiri dan mengendong Luo Jing pergi darisana. “Untukmu, bahkan jika itu berarti tidak mentaati
harapan Ayahku. Bahkan jika aku harus membuang segalanya. Aku tidak akan
menyesalinya.”
Tanpa sengaja, Tang Meng melihat itu dari jauh. Dan dia merasa heran
kenapa Jiang mengendong Tabib Wu Mei, yaitu Luo Jing.
Jing Yuan datang, dan melihatnya dengan sopan Tang Meng langsung
memberikan hormat serta menyapanya.
“Aneh. Mengapa postur Tabib wanita itu tampak begitu mirip? Dia terlihat
seperti Permaisuri Yang Mulia Yuan Zheng. Tapi dia kan bukan Yang Mulia
Permasuri?” gumam Jing Yuan. Lalu dia pamit dan pergi.
Mendengar itu, Tang Meng terdiam, dan berpikir bahwa itu benar.
(Bagi yang tidak ingat. Yuan Zheng adalah nama lain Wu Mei.
Jadi yang dimaksud oleh Jing Yuan adalah Luo Jing).
Tags:
Unique Lady