Sinopsis C-Drama : Unique Lady Episode 22 - part 1




Network : iQiyi iQiyi

Jing Yuan datang menemui Luo Jing atas perintah Kaisar. Jing Yuan tidak mengenali siapa sebenarnya Luo Jing, dia hanya tahu bahwa Luo Jing adalah tabib yang bertugas untuk merawat Wu Mei. Dan dia datang untuk memberikan undangan pernikahan Wu Mei. Sebab Luo Jing serta Shang telah mengobati Wu Mei.

“Ini… bolehkah saya tidak menghadiri nya?” tanya Luo Jing dengan pelan, saat melihat undangan merah yang diberikan kepadanya.
“Saya mengerti. Untukmu, pernikahan ini sedikit canggung. Tapi ini adalah permintaan Yang Mulia. Selain itu, Yang Mulia sudah mempersiapkan beberapa hadiah. Saya harap, Nona Lin akan bisa hadir,” jelas Jing Yuan, dengan ramah.

Luo Jing merasa terkejut, karena Jing Yuan memanggil namanya. Dia mendekati Jing Yuan, dan melepaskan masker yang dipakai nya. “Kamu sudah mengenaliku?”
“Hari itu dikediaman Wu Mei, aku melihat Nona Lin berdiri di dalam hujan. Aku sangat minta maaf. Tapi urusan dengan Wu Mei, aku tidak berani ikut campur. Aku pikir dengan melakukan itu, dia pasti mengalami kesulitan,” jawab Jing Yuan.

Jing Yuan menjelaskan bahwa dia telah lama mengenal Wu Mei, dan menurutnya Wu Mei bukanlah tipe orang yang tidak setia dan tidak tahu berterima kasih. Jadi karena itu, dia berharap Luo Jing tidak melepaskan semuanya begitu saja. Lalu Jing Yuan menyarankan agar Luo Jing menggunakan itu sebagai kesempatan untuk memasuki istana dan memperjelas semuanya.

“Itu benar. Ketika Nona tidak ada, Yang Mulia Yuan Zheng sangat khawatir. Xi Que tidak bisa mempercayai kalau Yang Mulia adalah tipe orang yang tidak setia dan tidak tahu berterima kasih,” kata Xi Que. Ikut menyakinkan Luo Jing yang merasa ragu.

Luo Jing diam sesaat, dan memikirkan perkataan mereka berdua. Lalu akhirnya, dia pun membuat keputusan. “Kalian berdua benar. Aku akan pergi. Terima kasih.”
“Kemudian aku pamit pergi,” balas Jing Yuan. Lalu dia berbalik untuk pergi.

Namun sebelum Jing Yuan keluar dari ruangan, Luo Jing menghentikannya. Luo Jing meminta agar Jing Yuan tidak membiarkan siapapun mengetahui tentang identitas dirinya yang asli. Luo Jing mau identitasnya dirahasiakan. Dan dengan heran, Jing Yuan pun bertanya mengapa.
“Tidak peduli apa, aku masih menjadi Permaisuri Wu Mei. Jika identitas ku diketahui oleh orang lain, maka itu tidak baik untuknya,” jelas Luo Jing, pelan.
“Nona Lin sangat perhatian, tapi Wu Mei malah … “ kata Jing Yuan merasa bersimpati pada Luo Jing. “Maaf, aku akan pergi sekarang,” balas Jing Yuan. Lalu dia pergi.

Xi Que mempertanyakan, apakah Luo Jing benar- benar akan pergi menghadiri pernikahan Wu Mei. Dan Luo Jing menjawab bahwa apa yang barusan dikatakan oleh Jing Yuan adalah benar, dia harus pergi menemui Wu Mei.
“Tidak peduli apa keputusan Nona, Xi Que akan sepenuhnya mendukungmu,” kata Xi Que. Lalu dia pamit pergi untuk memberitahukan ini kepada Shang.

Luo Jing melihat lagi undangan merah yang diberikan kepadanya. Dia tampak sedih.

Jiang datang, dan menanyakan keadaan Luo Jing. Dan Luo Jing pun menjawab bahwa dia sudah lebih baikan. Kemudian ketika melihat undangan merah yang dipegang oleh Luo Jing, Jiang merebut nya dan membaca nya. Lalu setelah melihat isi undangan tersebut, Jiang ingin merobek nya. Tapi Luo Jing segera menahannya.

“Jangan bilang padaku, kamu ingin menjadi saksi pernikahan lelucon ini?” tanya Jiang.
“Apa yang perlu dihadapi, harus dihadapi dengan berani. Itu lebih baik daripada menghindarinya,” balas Luo Jing.

Dengan heran, Jiang bertanya mengapa tiba- tiba Luo Jing tampak seperti orang yang berbeda, dan apakah Luo Jing masih salah dengan Luo Jing yang dikenalnya. Mendengar itu, Luo Jing tersenyum.
“Tentu saja. Aku masih aku. Hanya saja, disetiap bagian kehidupan seseorang, harus ada kedewasaan. Menyetujui dia untuk memiliki kebahagiaannya sendiri, itu adalah kebahagian ku,” jelas Luo Jing dengan tulus.

Tang Meng memberikan undangan pernikahan Wu Mei kepada Jiang. Undangan tersebut mengundang mereka berdua. Dan melihat undangan tersebut, Jiang menghela nafas dan duduk dengan lemas. Dengan heran, Tang Meng pun bertanya apa ada yang salah lagi.

“Meng’ er, mengenai Ayahku, itu pasti sulit untukmu,” kata Jiang, mengubah topik pembicaraan.
“Tidak sama sekali. Demi Ayah, dan itu adalah kewajiban ku,” jawab Tang Meng langsung dengan cepat.
“Ini sudah mau gelap. Pulang dan beristirahatlah,” balas Jiang.

Sebenarnya, Tang Meng ingin mengatakan sesuatu, tapi karena dilihatnya Jiang tampak sedang begitu pusing, maka dia pun mengiyakan dan meminta Jiang untuk beristirahat juga. Lalu setelah itu, dengan sedih Tang Meng pun pergi.

Tang Meng mengingat, saat dia mengintip dari balik pintu, Jiang yang sedang melihat tusuk rambut berwarna putih untuk Luo Jing.

Didekat kolam teratai. Tang Meng memikirkan tentang Jiang dengan perasaan sedih.
“Jiang- gege. Mengapa tidak peduli apapun yang Meng’er lakukan, kamu masih tidak akan memberiku tempat dihatimu? Tapi dia, tidak ada melakukan apapun sama sekali, namun kamu bisa melakukan segalanya demi dia. Mungkinkah kamu benar- benar tidak bisa melihat usaha Meng’er sama sekali? Kamu tidak bisa merasakan niat baik Meng’er terhadap kamu? Kamu tidak peduli tentang penilaian siapapun disekitarmu. Tapi aku, akan menjadi apa aku?”

Pria bertopeng tiba- tiba saja datang, dan mengejutkan Tang Meng. Pria bertopeng menjelaskan bahwa hati Jiang telah di dominasi oleh wanita rubah (Luo Jing) sehingga tidak ada tempat untuk Tang Meng lagi.
“Siapa kamu?” tanya Tang Meng, takut.
“Siapa aku tidak penting. Semua yang perlu kamu tahu, adalah aku bisa membantumu. Pria yang akan menjadi suami mu, Jiang Xian Yu, tidak tahu bahwa dia jatuh ke dalam bahaya. Hanya kamu yang bisa menolongnya,” jelas si Pria bertopeng.

“Apa maksudmu?” tanya Tang Meng, tidak mengerti.
“Apa kamu tahu Ayah Luo Jing, Perdana menteri Lin Fei Yu sedang mempersiapkan pemberontakan?” tanya si Pria bertopeng.

Mendengar itu, Tang Meng tidak percaya, karena menurutnya itu tidak mungkin. Dan si Pria bertopeng pun bertanya, kenapa itu tidak mungkin. Lalu dia menanyakan, kenapa saat Luo Jing kembali Luo Jing tidak secara langsung mengungkapkan identitas nya dan malah mendekati Wu Mei dengan menyamar sebagai tabib.
“Jika itu bukan karena dia dan Ayahnya sedang merencanakan pemberontakan, kemudian apa ada alasan yang lain?” tanya si Pria bertopeng.

“Ini …” balas Tang Meng. Dia tampak mulai percaya.
“Bukan hanya ini. Dia terus menerus mendekati Jiang Xian Yu. Terlebih lagi, calon suami mu dan dia kelihatan … Ah, Jiang Xian Yu jatuh ke dalam situasi yang membuatnya menjadi tidak berbakti, tidak menghargai, dan tidak berbakti,” jelas si Pria bertopeng. Menghasut Tang Meng.
“Mengapa aku harus mempercayai mu?” tanya Tang Meng, masih ragu.

“Aku tahu. Untuk seorang Putri dari keluarga baik- baik, masalah ini benar- benar sulit untuk dipercayai. Sekarang, kamu membutuhkan seorang pemimpin. Dan aku adalah orang yang akan memimpin mu,” jelas si Pria bertopeng. Semakin membujuk.

Tang Meng mulai termakan bujukan si Pria bertopeng. Dia menanyakan apa yang harus dilakukannya sekarang.
Dan si Pria bertopeng menyuruh Tang Meng untuk menguak identitas asli Luo Jing, sehingga semua rencana Luo Jing akan berubah menjadi asap. Jika itu terjadi, maka Jiang tidak akan dicurigai, dan Tang Meng akan memiliki konstribusi yang baik. Bahkan mungkin Tang Meng akan menerima gelar ‘Wanita pertama’.

“Apa maksudmu ‘Wanita pertama’? Aku tidak pernah peduli tentang hal semacam itu. Aku hanya berharap bahwa Jiang- gege tidak jatuh ke dalam lubang lumpur,” kata Tang Meng.
“Nona Tang adalah istri yang baik dan bijaksana,” puji si Pria bertopeng.

Tang Meng kemudian bertanya, kenapa si Pria bertopeng memberitahukan semua ini kepadanya. Dan si Pria bertopeng menjawab bahwa dia hanya tidak ingin melihat wanita berbakti seperti Tang Meng terluka.
Setelah mengatakan itu, si Pria bertopeng pergi dan menghilang begitu saja. Melihat hal tersebut, Tang Meng sempat terkejut tapi kemudian dia menjadi tenang.

“Aku tahu kamu tidak akan memberitahukan ku kebenaran. Namun, aku tahu apa yang harus dilakukan. Jiang- gege, Meng’er pasti tidak akan membiarkan mu terus menjadi terpengaruh. Pasti,” gumam Tang Meng penuh tekad. Sambil tersenyum memikirkan rencana yang harus dilakukannya.

Post a Comment

Previous Post Next Post