Jing Yuan datang
menemui Luo Jing atas perintah Kaisar. Jing Yuan tidak mengenali siapa
sebenarnya Luo Jing, dia hanya tahu bahwa Luo Jing adalah tabib yang bertugas
untuk merawat Wu Mei. Dan dia datang untuk memberikan undangan pernikahan Wu
Mei. Sebab Luo Jing serta Shang telah mengobati Wu Mei.
“Ini… bolehkah saya
tidak menghadiri nya?” tanya Luo Jing dengan pelan, saat melihat undangan merah
yang diberikan kepadanya.
“Saya mengerti.
Untukmu, pernikahan ini sedikit canggung. Tapi ini adalah permintaan Yang
Mulia. Selain itu, Yang Mulia sudah mempersiapkan beberapa hadiah. Saya harap,
Nona Lin akan bisa hadir,” jelas Jing Yuan, dengan ramah.
Luo Jing merasa
terkejut, karena Jing Yuan memanggil namanya. Dia mendekati Jing Yuan, dan
melepaskan masker yang dipakai nya. “Kamu sudah mengenaliku?”
“Hari itu dikediaman
Wu Mei, aku melihat Nona Lin berdiri di dalam hujan. Aku sangat minta maaf.
Tapi urusan dengan Wu Mei, aku tidak berani ikut campur. Aku pikir dengan
melakukan itu, dia pasti mengalami kesulitan,” jawab Jing Yuan.
Jing Yuan menjelaskan
bahwa dia telah lama mengenal Wu Mei, dan menurutnya Wu Mei bukanlah tipe orang
yang tidak setia dan tidak tahu berterima kasih. Jadi karena itu, dia berharap
Luo Jing tidak melepaskan semuanya begitu saja. Lalu Jing Yuan menyarankan agar
Luo Jing menggunakan itu sebagai kesempatan untuk memasuki istana dan
memperjelas semuanya.
“Itu benar. Ketika
Nona tidak ada, Yang Mulia Yuan Zheng sangat khawatir. Xi Que tidak bisa
mempercayai kalau Yang Mulia adalah tipe orang yang tidak setia dan tidak tahu
berterima kasih,” kata Xi Que. Ikut menyakinkan Luo Jing yang merasa ragu.
Luo Jing diam sesaat,
dan memikirkan perkataan mereka berdua. Lalu akhirnya, dia pun membuat
keputusan. “Kalian berdua benar. Aku akan pergi. Terima kasih.”
“Kemudian aku pamit
pergi,” balas Jing Yuan. Lalu dia berbalik untuk pergi.
Namun sebelum Jing
Yuan keluar dari ruangan, Luo Jing menghentikannya. Luo Jing meminta agar Jing
Yuan tidak membiarkan siapapun mengetahui tentang identitas dirinya yang asli.
Luo Jing mau identitasnya dirahasiakan. Dan dengan heran, Jing Yuan pun
bertanya mengapa.
“Tidak peduli apa,
aku masih menjadi Permaisuri Wu Mei. Jika identitas ku diketahui oleh orang
lain, maka itu tidak baik untuknya,” jelas Luo Jing, pelan.
“Nona Lin sangat
perhatian, tapi Wu Mei malah … “ kata Jing Yuan merasa bersimpati pada Luo
Jing. “Maaf, aku akan pergi sekarang,” balas Jing Yuan. Lalu dia pergi.
Xi Que
mempertanyakan, apakah Luo Jing benar- benar akan pergi menghadiri pernikahan
Wu Mei. Dan Luo Jing menjawab bahwa apa yang barusan dikatakan oleh Jing Yuan
adalah benar, dia harus pergi menemui Wu Mei.
“Tidak peduli apa
keputusan Nona, Xi Que akan sepenuhnya mendukungmu,” kata Xi Que. Lalu dia
pamit pergi untuk memberitahukan ini kepada Shang.
Luo Jing melihat lagi
undangan merah yang diberikan kepadanya. Dia tampak sedih.
Jiang datang, dan
menanyakan keadaan Luo Jing. Dan Luo Jing pun menjawab bahwa dia sudah lebih
baikan. Kemudian ketika melihat undangan merah yang dipegang oleh Luo Jing,
Jiang merebut nya dan membaca nya. Lalu setelah melihat isi undangan tersebut,
Jiang ingin merobek nya. Tapi Luo Jing segera menahannya.
“Jangan bilang
padaku, kamu ingin menjadi saksi pernikahan lelucon ini?” tanya Jiang.
“Apa yang perlu
dihadapi, harus dihadapi dengan berani. Itu lebih baik daripada
menghindarinya,” balas Luo Jing.
Dengan heran, Jiang
bertanya mengapa tiba- tiba Luo Jing tampak seperti orang yang berbeda, dan
apakah Luo Jing masih salah dengan Luo Jing yang dikenalnya. Mendengar itu, Luo
Jing tersenyum.
“Tentu saja. Aku
masih aku. Hanya saja, disetiap bagian kehidupan seseorang, harus ada
kedewasaan. Menyetujui dia untuk memiliki kebahagiaannya sendiri, itu adalah
kebahagian ku,” jelas Luo Jing dengan tulus.
Tang Meng memberikan
undangan pernikahan Wu Mei kepada Jiang. Undangan tersebut mengundang mereka
berdua. Dan melihat undangan tersebut, Jiang menghela nafas dan duduk dengan
lemas. Dengan heran, Tang Meng pun bertanya apa ada yang salah lagi.
“Meng’ er, mengenai
Ayahku, itu pasti sulit untukmu,” kata Jiang, mengubah topik pembicaraan.
“Tidak sama sekali.
Demi Ayah, dan itu adalah kewajiban ku,” jawab Tang Meng langsung dengan cepat.
“Ini sudah mau gelap.
Pulang dan beristirahatlah,” balas Jiang.
Sebenarnya, Tang Meng
ingin mengatakan sesuatu, tapi karena dilihatnya Jiang tampak sedang begitu
pusing, maka dia pun mengiyakan dan meminta Jiang untuk beristirahat juga. Lalu
setelah itu, dengan sedih Tang Meng pun pergi.
Tang Meng mengingat, saat dia mengintip
dari balik pintu, Jiang yang sedang melihat tusuk rambut berwarna putih untuk
Luo Jing.
Didekat kolam
teratai. Tang Meng memikirkan tentang Jiang dengan perasaan sedih.
“Jiang- gege. Mengapa
tidak peduli apapun yang Meng’er lakukan, kamu masih tidak akan memberiku
tempat dihatimu? Tapi dia, tidak ada melakukan apapun sama sekali, namun kamu
bisa melakukan segalanya demi dia. Mungkinkah kamu benar- benar tidak bisa
melihat usaha Meng’er sama sekali? Kamu tidak bisa merasakan niat baik Meng’er
terhadap kamu? Kamu tidak peduli tentang penilaian siapapun disekitarmu. Tapi
aku, akan menjadi apa aku?”
Pria bertopeng tiba-
tiba saja datang, dan mengejutkan Tang Meng. Pria bertopeng menjelaskan bahwa
hati Jiang telah di dominasi oleh wanita rubah (Luo Jing) sehingga tidak ada
tempat untuk Tang Meng lagi.
“Siapa kamu?” tanya
Tang Meng, takut.
“Siapa aku tidak
penting. Semua yang perlu kamu tahu, adalah aku bisa membantumu. Pria yang akan
menjadi suami mu, Jiang Xian Yu, tidak tahu bahwa dia jatuh ke dalam bahaya.
Hanya kamu yang bisa menolongnya,” jelas si Pria bertopeng.
“Apa maksudmu?” tanya
Tang Meng, tidak mengerti.
“Apa kamu tahu Ayah
Luo Jing, Perdana menteri Lin Fei Yu sedang mempersiapkan pemberontakan?” tanya
si Pria bertopeng.
Mendengar itu, Tang
Meng tidak percaya, karena menurutnya itu tidak mungkin. Dan si Pria bertopeng
pun bertanya, kenapa itu tidak mungkin. Lalu dia menanyakan, kenapa saat Luo
Jing kembali Luo Jing tidak secara langsung mengungkapkan identitas nya dan malah
mendekati Wu Mei dengan menyamar sebagai tabib.
“Jika itu bukan
karena dia dan Ayahnya sedang merencanakan pemberontakan, kemudian apa ada
alasan yang lain?” tanya si Pria bertopeng.
“Ini …” balas Tang
Meng. Dia tampak mulai percaya.
“Bukan hanya ini. Dia
terus menerus mendekati Jiang Xian Yu. Terlebih lagi, calon suami mu dan dia
kelihatan … Ah, Jiang Xian Yu jatuh ke dalam situasi yang membuatnya menjadi
tidak berbakti, tidak menghargai, dan tidak berbakti,” jelas si Pria bertopeng.
Menghasut Tang Meng.
“Mengapa aku harus
mempercayai mu?” tanya Tang Meng, masih ragu.
“Aku tahu. Untuk
seorang Putri dari keluarga baik- baik, masalah ini benar- benar sulit untuk
dipercayai. Sekarang, kamu membutuhkan seorang pemimpin. Dan aku adalah orang
yang akan memimpin mu,” jelas si Pria bertopeng. Semakin membujuk.
Tang Meng mulai termakan
bujukan si Pria bertopeng. Dia menanyakan apa yang harus dilakukannya sekarang.
Dan si Pria bertopeng
menyuruh Tang Meng untuk menguak identitas asli Luo Jing, sehingga semua
rencana Luo Jing akan berubah menjadi asap. Jika itu terjadi, maka Jiang tidak
akan dicurigai, dan Tang Meng akan memiliki konstribusi yang baik. Bahkan
mungkin Tang Meng akan menerima gelar ‘Wanita pertama’.
“Apa maksudmu ‘Wanita
pertama’? Aku tidak pernah peduli tentang hal semacam itu. Aku hanya berharap
bahwa Jiang- gege tidak jatuh ke dalam lubang lumpur,” kata Tang Meng.
“Nona Tang adalah
istri yang baik dan bijaksana,” puji si Pria bertopeng.
Tang Meng kemudian
bertanya, kenapa si Pria bertopeng memberitahukan semua ini kepadanya. Dan si
Pria bertopeng menjawab bahwa dia hanya tidak ingin melihat wanita berbakti
seperti Tang Meng terluka.
Setelah mengatakan
itu, si Pria bertopeng pergi dan menghilang begitu saja. Melihat hal tersebut,
Tang Meng sempat terkejut tapi kemudian dia menjadi tenang.
“Aku tahu kamu tidak
akan memberitahukan ku kebenaran. Namun, aku tahu apa yang harus dilakukan.
Jiang- gege, Meng’er pasti tidak akan membiarkan mu terus menjadi terpengaruh.
Pasti,” gumam Tang Meng penuh tekad. Sambil tersenyum memikirkan rencana yang
harus dilakukannya.
Tags:
Unique Lady