Sinopsis Angel’s Last Mission : Love Episode 15 – Part 1
Network : KBS2
Network : KBS2
“Lee Yeon Seo,” teriak Kim Dan,
memanggil Yeon Seo yang datang mencarinya. Dia melambaikan tangannya yang
bebas, sementara tangan nya yang lain memegang balon.
Dan Yeon Seo tersenyum melihat Kim Dan
yang berada dihadapannya.
Mereka berdua jalan sambil bergandengan
tangan. Lalu mereka duduk dibangku taman.
“Ini mimpi, kan?” tanya Yeon Seo.
“Benar,” jawab Kim Dan yang duduk dengan
tegap.
“Lalu, dalam mimpi ini, mari berfoto
sampai kita tua. Lihat kedepan,” kata Yeon Seo mengarahkan wajah Kim Dan ke
arah kamera. Lalu dia bersandar dibahu Kim Dan. Kemudian clik, mereka berfoto.
Foto kedua, Yeon Seo memakai pakaian
pengantin putih. Sementara Kim Dan memakai tuksedo hitam. Lalu sambil
bergadengan tangan, dan tersenyum. Clik, mereka berfoto.
Foto ketiga. Rambut Yeon Seo serta Kim
Dan sudah mulai memutih sebagian. Tapi dengan masih tampak bahagia. Click,
mereka berfoto.
Foto keempat. Rambut Kim Dan sudah
memutih sepenuhnya. Mereka berdua memakai pakaian tradisional korea. Dan Click,
mereka berfoto.
Yeon Seo serta Kim Dan saling bertatapan
sambil tersenyum, kemudian mereka saling medekatkan wajah mereka. Seperti ingin
berciuman.
Yeon Seo terbangun dari mimpinya, tapi
dia menolak untuk bangun dan ingin melanjutkan kembali tidurnya. “Mari tidur
lebih lama. Aku bisa tidur. Tidur. Teruskan. Teruskan,” gumam Yeon Seo. Tapi
sayangnya, dia tidak bisa.
Dengan kesal, Yeon Seo pun bangun dan
dia mengeluh. “Harusnya aku tidur lebih lama. Oh, apa- apaan aku? Yeon Seo,
kamu pasti gila,” gumam Yeon Seo saat sudah sepenuh tersadar.
Didapur. Yeon Seo membaca resep
diinternet dan mulai memasak. Kali ini dia berhasil memasak telur dengan baik.
Dia membuat dua buah roti panggang dengan telur. Lalu setelah selesai, dia
mulai berpikir alasan apa yang harus dikatakannya agar tidak terlalu kentara
bahwa dia sengaja membuat dua porsi sarapan.
“Ada bahan sisa, jadi aku membuatnya.
Tidak bisa dibuang begitu saja,” gumamnya, lalu dia menghela nafas. “Dia akan
paham, kan?”
Yeon Seo lalu menaruh sarapan yang telah
dibuat nya ke atas meja. Dan tepat disaat itu, Kim Dan pulang. Dan dengan ramah
sambil tersenyum, Yeon Seo segera menawarkan sarapan yang dibuatnya.
Tapi tanpa disangka, Kim Dan tiba2 saja
malah mengatakan bahwa dia ingin berhenti dari pekerjaannya dan keluar dari
rumah ini. Mendengar itu, Yeon Seo sangat terkejut. “Apa katamu? Apa yang kamu
bicarakan?” guman Yeon Seo, tidak bisa percaya dengan pendengarannya barusan.
“Terima kasih untuk selama ini,” kata
Kim Dan dengan pelan. Lalu dia pergi.
Yeon Seo mengejar Kim Dan, dan
menghentikannya. “Kenapa? Pasti ada alasan. Kenapa mendadak seperti ini?”
teriak Yeon Seo, menuntut penjelasan.
“Maaf,” jawab Kim Dan, tanpa
menjelaskan.
“Ini konyol. Apa yang sudah kamu
katakan? Kamu bilang, aku tidak akan sendirian apapun pilihanku. Kamu benci
melihatku menderita. Semua itu bohong? Pikiranmu berubah dalam sehari?” tanya
Yeon Seo. Tapi Kim Dan hanya diam saja. “Kenapa kamu melarikan diri? Apa yang
kamu takutkan?”
“Perasaanku.
Perasaanmu,” jawab Kim Dan didalam hatinya. “Kamu tidak
sendirian. Ada Ny. Jung dan Kang Woo juga. Kamu akan baik2 saja tanpaku.”
“Aku mendengarmu. Katamu kamu
menyukaiku. Kamu bilang, ‘bagaimana aku bisa tidak menyukaimu?’ “ kata Yeon Seo
dengan keras dan tegas.
Ternyata saat Yeon Seo mabuk dan Kim Dan
membawanya pulang kerumah. Disaat itu Yeon Seo tidak tidur sepenuhnya, dan dia
mendengarkan semua apa yang Kim Dan katakan kepadanya.
“Kenapa kamu tidak diperbolehkan
menyukaiku? Kamu anggap aku apa? Kamu manusia. Dan aku juga manusia. Aku kira
kamu akan mengerahkan keberanianmu. Aku bilang pada diri sendiri, ‘Ayo jangan
cengeng’, ‘Ayo bersabar’. Bahkan jika kamu bilang tidak menyukaiku, sikap orang
selalu bicara lebih jelas daripada sebuah kata. Dan kamu selalu…” kata Yeon
Seo. Mengingatkan kembali semua sikap penuh perhatian yang Kim Dan berikan
kepadanya selama ini. “Kamu sangat hangat padaku. Bukan begitu?” tanya Yeon
Seo.
“Apa perasaanku menyukaimu? Benar, ada.
Tapi itu adalah persimpangan bagiku. Sama seperti mencari udara segar. Kamu
tahu berapa lama ‘selamanya’? Dibandingkan ‘selamanya’, aku hanya ada 1 atau 2
bulan. Bahkan tidak layak,” jawab Kim Dan.
Yeon Seo masih tidak mengerti, apa
sulitnya sehingga Kim Dan tidak boleh menyukainya. Dan Kim Dan langsung
menyela, dia menjelaskan bahwa itu karena alkohol, dan apa yang dikatakannya
saat mabuk itu tidak memiliki arti.
“Apa?”
“Aku adalah pembantumu untuk berjalan,
tapi kamu bisa berjalan dengan baik dan bahkan menari sekarang. Kamu tidak,
membutuhkanku lagi.”
“Kamu sudah selesai?”
“Ya.”
Ny. Jung datang dan menyapa mereka
berdua dengan riang. Tapi dia merasa sangat heran, karena tiba2 saja Yeon Seo
berteriak pada Kim Dan.
“Benar. Kamu selalu tidak berguna. Aku
pasti berdelusi. Baik, berhentilah. Sementara kita membicarakannya, kemasi
barang- barangmu dan pergi sekarang juga!” teriak Yeon Seo dengan marah dan
mata berkaca- kaca.
Dan tanpa menjawab, Kim Dan membungkuk
memberi hormat. Lalu pergi.
Ny. Jung merasa bingung dengan apa yang
terjadi, jadi dia pun bertanya. Dan tanpa menjelaskan, Yeon Seo menyuruh Ny.
Jung untuk mengambilkan surat penguduran diri Kim Dan, lalu biarkan Kim Dan
untuk pergi segera.
“Hitung jumlah jam dia bekerja dan
berikan setiap sen-nya, termasuk lembur dan semuanya. Pastikan kita tidak
berutang budi padanya. Aku tidak perlu menemuinya lagi!” kata Yeon Seo dengan
keras. Agar Kim Dan mendengar.
Lalu setelah Kim Dan menjauh, Yeon Seo
pun pergi dengan marah darisana.
Ny. Jung menghalangin Kim Dan untuk
berkemas, dan dia menanyakan apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka
berdua. Dan tanpa menjelaskan, Kim Dan hanya memberitahu bahwa dia tidak akan
pernah kembali.
“Kamu bisa berhenti, tapi kamu harus
melakukan serah terima tugasmu. Kontrak tertulis, kamu harus beritahu kami
sebulan sebelum pengunduran dirimu, kamu akan pastikan menyerahkan tugas pada
penggantimu,” kata Ny. Jung dengan tegas.
“Nona menyuruhku pergi segera,” balas
Kim Dan dengan santai.
Ny. Jung merasa heran, dan bertanya
sejak kapan Kim Dan mendengarkan perkataan Yeon Seo. Dan tanpa menjawab, Kim
Dan hanya tersenyum saja.
Yeon Seo membuang semua makanan yang
telah dibuatnya ke dalam tempat sampah. Lalu dia memegang pinggiran meja dengan
kuat. Menahan tangisan nya, menahan rasa kecewanya, dan menahan rasa marahnya.
Setelah selesai berkemas dan keluar dari
dalam kamar. Kim Dan berpapasan dengan Yeon Seo, tapi tanpa mengatakan apapun
Yeon Seo seperti langsung menghindarinya. Dan melihat itu, Kim Dan pun ingin
memanggilnya untuk berbicara. Tapi Ny. Jung langsung menahannya, dan
menyuruhnya agar segera pergi saja.
Dan mengerti maksud Ny. Jung, maka Kim
Dan pun membungkuk memberi hormat. Lalu dia pergi darisana.
Ketika Kim Dan telah beneran pergi. Yeon
Seo tampak seperti ingin menangis.
Kang Woo tersenyum mengingat jawaban Kim
Dan yang tidak ada menyangkal, ketika dia mengatakan bahwa Kim Dan serta Yeon
Seo berada di dunia yang berbeda. “Benar, kamu tidak bisa berbohong,” gumam
Kang Woo, senang.
Kang Woo menelpon Kim Dan, dan mengajaknya
untuk bertemu. Tapi ternyata yang menjawab adalah Ny. Jung, dan dia pun merasa
heran.
Ny. Jung memberitahukan tentang Kim Dan
yang tiba2 saja mengundurkan diri hari ini, dan Kim Dan mengembalikan hape
serta semua yang pernah mereka berikan kepadanya. Dan dia tidak juga tidak tahu
kenapa mendadak seperti ini, tapi kali ini dia merasa nyata, karena Kim Dan
serta Yeon Seo bertengkar hebat.
“Dia membicarakan tentang kebahagiaan,
dan bertindak seperti akan hidup selamanya. Lalu, dia berhenti?” gumam Kang
Woo, berpikir. Sambil makan sepotong coklat.
Selama sesaat, Kim Dan berdiri didepan
gereja. Dia mengingat kembali semua kejadian pagi ini. Saat Hoo menghukum
seorang malaikat. Lalu setelah itu, dia pergi.
“Dikatakan bahwa api akan membakar hutan
dan menjadi kobaran api yang menelan gunung. Kamu harus berlindung sampai api
redup,” kata Hoo yang ternyata berada diatas atap memperhatikan kepergian Kim
Dan.
Tiba2 saja Hoo melihat kedatangan Kang
Woo. Dan karena dia tidak ingin Kim Dan bertemu dengan Kang Woo, maka dia pun
turun menghampiri Kang Woo dari belakang. Sehingga Kang Woo berhenti berjalan
ke arah gereja, dan tidak bertemu dengan Kim Dan yang berjalan pergi
meninggalkan gereja.
“Kamu datang pada malam hari, dan juga
pagi hari. Kamu pasti sangat taat. Atau apa kamu penuh dengan kekhawatiran?”
tanya Hoo, berbasa- basi.
“Seorang pendeta harusnya tidak bicara
seperti peramal. Aku mencari seseorang. Kim Dan, dimana dia?” tanya Kang Woo,
langsung.
“Aku tidak tahu,” jawab Hoo dengan
tegas.
Kang Woo mengabaikan Hoo dan berjalan
masuk ke dalam gereja. Dia mencari- cari dimana Kim Dan berada. Tapi sayangnya,
dia tidak bisa menemukannya.
“Kenapa kamu tidak percaya padaku?”
tanya Hoo. “Saat hatimu dipenuhi keraguan, kamu takkan percaya pasta kedelai
dibuat dari kacang kedelai. Orang yang terlalu banyak keraguan takkan bisa
bahagia.”
“Ya. Meragukan dan menerka. Sangat
melelahkan. Aku suka sesuatu yang jelas.”
Hoo mendoakan Kang Woo, lalu dia
berbalik untuk pergi. “Ya. Itu sebabnya aku berencana untuk memeriksanya agar
menjadi kuat,” kata Kang Woo, lalu dia mengambil tiang lilin dan mau memukul
Hoo menggunakan itu.
Tapi tiba2 saja tiang lilin yang
dipegangnya berubah menjadi setangkai bunga mawar. Dan Hoo tersenyum, dia
berbalik dan mengambil bunga itu dari Kang Woo. “Aku akan menerima hadiah ini
darimu.”
“Benar. Aku tahu kamu bukan pendeta
biasa. Ditoko, gereja, disana- sini. Kamu sibuk mencari malaikat juniormu. Apa
yang kamu lakukan pada Lee Yeon Seo?”
“Itu bukan sesuatu yang manusia biasa
bisa tanganin,” jawab Hoo dengan serius. Dia mengulurkan tangannya untuk
menghilangkan ingatan Kang Woo.
Tapi sebelum Hoo melakukan itu, Kang Woo
langsung memegang tangannya dan menahannya. “Kamu pikir kamu sangat istimewa.
Kamu memadang rendah manusia yang berjuang, dan memanipulasi mereka dengan
menjentikkan jari mu. Itu membuatmu merasa seperti Abdi yang maha tahu dan maha
kuasa. Kamu salah,” kata Kang Woo dengan nada tajam.
“Kenapa kamu tidak terkejut? Saat
menghadapi makhluk dunia lain, manusia gemetar ketakutan dan tak bisa berkontak
mata. Tapi daripada gemetar ketakutan, kamu marah. Kenapa demikian?” tanya Hoo,
heran.
“Tanyakan dewa sialanmu, kenapa aku
seperti ini. Dan apa itu Yeon Seo, atau Kim Dan. Jika dewa ingin merusak
rencanaku lagi, katakan padanya untuk sadar juga,” balas Kang Woo. Lalu dia
pergi darisana.
Hoo menghela nafas. “Dia bukan sembarang
tulang rusuk.”
Kim Dan melakukan perjalanannya ke suatu
tempat.
Hoo berlutut dihadapan Tuhan, dan
bertanya apakah bisa Kim Dan mengatasi semua ini.
Kim Dan berdiri di tengah persimpangan
empat arah. Dan dia merasa bingung kemanakah dia harus pergi.
Yeon Seo berdiri didepan Fantasia.
Kang Woo datang menghampiri Yeon Seo. “Bisakah
aku bilang ‘akhirnya’?” tanyanya. Dan Yeon Seo memandang bingung padanya. “Kita
bisa berdiri berdampingan dan menghadapi Fantasia. Akhirnya.”
“Benar. Aku pikir hari seperti ini tidak
akan pernah datang,” balas Yeon Seo.
“Selamat atas kembalinya kamu, secara
resmi.”
“Terima kasih, secara resmi.”
Tags:
Angels Last Mission Love