Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles
Episode 09-3
Images by : TvN
Part
2 : The Sky Turning Inside Out, Rising Land
Para menteri berkumpul (tanpa Taealha
dan kepala suku Saenyeok) membahas mengenai gosal Neanthal.
“Namun, bisa dimengerti. Kita membuat
mereka sakit, membakar, mengejar sampai mati, dan membasmi spesies mereka.”
“Kita punya pilihan?”
“Entah dengan Neanthal, tapi Igutu
mungkin merasa tak adil.”
“Kenapa begitu? Neanthal dan Igutu
adalah monster.”
“Tak benar. Saat aku muda, pelayanku
Igutu. Dia tak jahat.”
“Maksudmu, kau tinggal bersama Igutu?”
“Dahulu, itu biasa. Namun, sebelum
Darah Atturad. Igutu dibantai juga karena kita takut mereka membantu Neanthal.”
“Namun, apa kau ingat? Ada rumor
Aramun Haesulla adalah Igutu.”
“Maksudmu, Jiwa Gunung Puncak Putih? Igutu
adalah makhluk keramat? Itu gila.”
“Tunggu. Namun, itu masuk akal, 'kan? Mereka
bilang Aramun punya dua suara dan itu karena Aramun juga berdarah Neanthal. Juga,
kudengar bunga kamperfuli diletakkan di atas jasad mereka.”
“Cukup sudah omong kosongnya! Tagon
Niruha sedang berdoa agar gosal pergi saat ini.”
--
Esok hari, di Kuil Agung.
Tagon masih terus berdoa sementara
para klan Asa telah berhenti.
Asa Ron berjalan mendekati Tagon, dan
Tagon memalingkan wajahnya.
“Aku yakin kau sadar akulah yang
merencanakan semua ini. Warga Arthdal akan menaruh boneka tanah liat di depan
rumah untuk menenangkan Neanthal dan Igutu. Kau akan menanggung beban ini seumur
hidupmu.”
“Karena itu Kuil Agung bahkan menjual
boneka tanah liat?”
“Apa dayaku? Ramalan dan doa... tak
memberiku kekayaan. Asalkan aku berkuasa atas hati rakyat, kau akan selalu ada
di bawahku. Untuk hancurkan hierarki, kau harus bunuh tiap orang di Arthdal dan
menjadi raja dari reruntuhan yang tersisa. Namun, kau tak bisa. Mihol benar tentangmu.
Kau terlalu mengharapkan kecintaan dan kesetiaan rakyat,” ejek Asa Ron.
“Ini belum berakhir, Asa Ron Niruha. Apa
kau tahu aku bisa senekat apa untuk menang?” tanya Tagon, penuh amarah.
“Aku tak tahu, tapi penasaran.”
--
Asa Yon menemui Asa Ron dan memuji Asa
Ron mengenai Jamur Laughing Gym dan bulu burung pemakan serangga tersebut. Asa
Mot juga senang, tapi kapan Asa Ron menyiapkan mengenai harimau itu? Asa Ron
yang awalnya tersenyum, jadi terdiam pucat, bukankah harimau itu Asa Yon dan
Asa Mot yang menyiapkannya?
Asa Yon dan Asa Mot bingung, itu bukan
perbuatan mereka. Mata Asa Ron langsung melebar. Neanthal masih ada.
--
Di tengah hutan, seorang pria sedang
menumbuk bunga berwarna merah dan memakaikannya ke bibirnya yang berwarna biru.
--
Myung Jin dan Harim sedang menjaga
Nunbyeol yang masih belum sadar. Tampaknya, Nunbyeol bukanlah anak mereka,
karena Myungjing berkata kalau saat dia membawa Nunbyeol dia hanya melihat
kegelapan, dan hendak membuat dosa, tapi ternyata Nunbyeol ramah dan baik.
Nunbyeol sadar dan tampak ketakutan dan
langsung memeluk ibunya. Nunbyeol tiba-tiba berkata kalau dia melihat mereka.
“Saat aku di pasar mencari Suku Wahan,
kulihat Neanthal. Itu mereka. Aku tahu bedanya,” beritahu Nunbyeol.
Harim dan Myungjin jelas terkejut.
--
Pria itu selesai mewarnai warna bibirnya.
Dia adalah Rottip dan masih ada seorang lagi temannya, yang juga seorang Neanthal.
Mereka berdua adalah anak yang di selamatkan Asa Hon dan Ragaz. Mereka juga
tahu mengenai anak Asa Hon yang adalah kembar (baca episode 01, dan akhirnya mereka
muncul kembali! Yeay!)
Chae-eun dan Mubaek lewat di dekat
sana. Chae-eun bertanya alasan Mubaek menyelematkan Eunseom waktu itu sebelum
tahu kalau Eunseom adalah putra Asa Hon, dan hanya tahu kalau Eunseom adalah
Igutu. Apa yang Mubaek rencanakan?
“Aku akan perbaiki segalanya,” jawab
Mubaek.
“Tagon sungguh membunuh Sanung Niruha?
Itu sebabnya kau begini?”
“Chaeeun, keluargamu tak akan celaka
karena ini.”
“Bukan itu yang kutanya. Aku juga mau
menemukan Eunseom. Putra Asa Hon begitu menderita, itu terlalu kejam. Namun,
berontak melawan Tagon Niruha, itu hal yang berbeda. Dari yang kutahu, kau
harus bisa bohong, berlagak menangis, jadi jahat, bahkan membuang harga diri. Itu…
bukan dirimu.”
Mubaek tidak menjawab dan hanya terus
berjalan pergi.
Rottip dan rekannya mendengar
pembicaraan mereka tersebut.
--
Anak buah Taealha memberikan laporan
mengenai jamur Laughing Gym yang di keringkan dan di tumbuk kemudian di taburi
ke air. Dan karena itu, itu membuat warga menjadi gila beberapa saat, namun
setelah beberapa hari akan kembali menjadi normal. Dan mengenai burung itu,
bulunya di cabut dan dilumuri racun katak, membuat bulu baru yang tumbuh
menjadi warna biru. Tampaknya semua sudah di rencakan sejak lama.
Taealha benar-benar marah, kepada Asa
Ron.
“Berapa banyak trik rahasianya? Bagaimana
reaksi Suku Hae atas insiden itu? Masukkan itu di laporan berikutnya,” perintah
Taealha.
--
Taealha masuk ke ruangan Tagon, dan
ruangan itu sangat berantakan. Jelas, karena Tagon merasa sangat marah.
“Kenapa tak membagi deritamu padaku? Bagaimana
kau bisa baik-baik saja saat dipermalukan begitu? Asa Ron merencanakan semua. Dia
bubuhi air dengan jamur...”
“Percuma mengetahui caranya.”
“Ayo bunuh semua yang kerasukan gosal.
Semua perbuatan Asa Ron akan jadi tak berguna.
“Itu juga percuma. Mengetahui aku tak
berdaya membuatku kesal. Walau aku tahu muslihatnya atau bunuh pihak terlibat, rakyat
Serikat akan kembali menemui Asa Ron di kuil,” ujar Tagon, penuh amarah. “Penghalang
besarnya adalah dewa itu. Apa aku tak akan bisa melampaui mereka? Apa aku akan
selalu di bawah Klan Asa? Apa pun yang
kulakukan! Padahal mereka bukan keturunan langsung Asa Sin. Keturunan tak
langsung! Mereka juga beogeumbari (anak haram)!”
“Tagon, tenanglah. Ini belum berakhir.
Tak ada yang tak bisa diubah atau mengakhirinya bagi kita. Ini berakhir saat
kita bilang... ini berakhir,” tenangkan Taealha. “Jadi, tenanglah. Tahan
amarahmu.”
“Bukan hanya Asa Ron. Mubaek. Dia
menemui Asa Sakan. Dia pasti punya rencana.”
“Jadi, Mubaek di pihak Asa Ron?”
khawatir Taealha.
“Aku tak tahu, tapi dia bohong padaku.
Aku yakin itu.”
“Tagon, ini masalah. Separuh Pasukan
Daekan setia pada Mubaek. Jangan biarkan dia. Selidiki apa rencananya,” perintah
Taealha.
“Aku tahu. Dengan cara mudah.”
“Dan sederhana,” sambung Taealha.
--
Mubaek menemui Yeolson. Yeolson
berlutut di depan Mubaek. Mubaek bertanya mengenai asal usul suku Wahan pada
Yeolson karena Yeolson adalah kepala suku, tapi bagaimana bisa Yeolson berkata
tidak tahu apapun? Yeolson menjelaskan kalau garis keturunan suku Wahan berlanjut
secara matrilineal (dari pihak ibu). Dia hanya tahu kalau dahulu Serigala Putih
Besar turun ke Tebing Hitam Besar, itulah awalnya.
Mubaek langsung bertanya, dimana
kepala suku Wahan? Yeolson menjawab, dia sudah meninggal di bunuh orang-orang
mubaek.
“Dia pasti punya penerus, pewaris
kekuatannya. Dia juga tewas? Kau tak mau bilang?”
“Kenapa kau tanya?” tanya Yeolson
balik. “Katakan alasannya, atau tak kujawab walau aku harus mati.”
“Aku tak berniat menyakiti dia. Kumulai
dengan menyelamatkan sukumu, lalu dunia. Itu kebenarannya,” yakinkan Mubaek
dengan tulus.
--
Saat malam, Tanya dan Saya kembali ke
luar. Saya masih merasa penasaran kemana Saya malam itu? Apa sekarang mereka
akan ke sana?
Saat itu Rottip dan temannya melewati
Tanya dan Saya. Dan mereka seperti merasakan sesuatu. Tapi, mereka
mengabaikannya dan berjalan pergi.
Yang tidak di sadari, Saya juga merasa
aneh dengan mereka.
--
Mubaek sedang berjalan sendirian di hutan
dan berpikir.
“Jika
Serigala Putih Besar itu adalah Asa Sin... Jika darah sucinya dibawa melalui
garis keturunannya...”
Dan Mubaek teringat jawaban Yeolson
kalau penerusnya adalah Tanya, putrinya.
“Dia
calon kepala suku kami.”
Saat itu, Mubaek merasakan sesuatu dan mendongak ke atas. Dia mulai waspada dan benar, Yangcha tiba-tiba muncul dan menyerang mubaek. Mereka saling bertarungd an Mubaek berhasil menyudutkan Yanghca. Tapi, saat itu Tagon muncul dan mengarahkan pedangnya ke leher Mubaek. Mubaek jelas terkejut.
--
Lagi-lagi, Saya mewarnai wajahnya dan
menyuruh Tanya menunggu karena kali ini dia sepertinya akan butuh waktu lebih
lama. Tanya mengiyakan.
--
“Jangan bilang kau tak melakukannya. Juga
jangan balas bertanya. Jangan bilang aku keliru atau kau tak mengerti. Kenapa? Kau
yang kukenal tak begitu.”
Dan Mubaek akhirnya mengakui kalau dia
menipu Tagon. Dan Mubaek mulai berpikir apa yang harus di lakukannya sekarang?
sama seperti yang Chaeeun katakan? Menangis dan memohon?
“Bagus. Inilah Mubaek yang kukenal. Mubaek,
aku tak akan bergeming dan membiarkanmu jadi musuhku. Kau terlalu berarti
bagiku, juga terlalu kuat untuk itu. Kita teruskan. Lantas, kenapa kau
menipuku? Jika kau tak mau aku kehilangan rekan berharga, jawablah dengan
jujur. Kau tak mau jawab?”
“Apa kau membunuh... Sanung Niruha?”
tanya Mubaek, balik. “Di sini? Jika ya, penggal aku tanpa menjawab. Kau
membunuhnya?”
“Itukah sebabnya? Kau pasti lihat
lukanya,” tebak Tagon. “Itu kecelakaan. Dujeumsaeng itu sangat cepat. Kau
melawannya, pasti tahu. Kami bertiga bergumul. Sayangnya… pedangku mengenai
lehernya. Sekalipun itu kecelakaan, sekalipun ayah tewas di tangan dujeumsaeng
itu, faktanya aku tak bisa melindunginya. Jadi, sama saja aku membunuhnya. Itu
yang sungguh terjadi hari itu. Walau kau tak percaya, atau bahkan tak bisa
percaya, berlagak saja. Di kehidupan nanti, kau bisa memintaku bertanggung
jawab,” jelas Tagon, berbohong.
“Aku akan percaya. Aku sungguh percaya,”
ujar Mubaek. “Kini, bisa buka ikatanku?”
“Dan membiarkanmu membunuhku?” ujar Tagon.
--
--
“Kini, giliranmu. Kenapa kau menemui
Asa Sakan? Kau bisa jujur. Mau berkomplot menentangku?” tanya Tagon.
Dan Mubaek mulai berpikir, haruskah
dia membuat Tagon berada di pihaknya? “Aku mau memastikan yang kulihat di Iark.”
“Apa yang kau lihat?”
“Senjata yang bisa menggulingkan Asa
Ron,” beritahu Mubaek dan membuat Tagon terkejut. “Sanung Niruha selalu kesal
pada Klan Asa. Aku mau membantu. Namun, aku kembali dan mengetahui ayahmu telah
tewas. Karena mencurigaimu, aku tak bisa cerita tentang itu.”
“Apa maksudmu? Apa tepatnya yang kau
lihat?” tanya Tagon, tidak sabaran. “Senjata untuk menggulingkan Asa Ron?”
“Klan Asa tak bisa kalah dengan
senjata, kekayaan, atau temuan Suku Hae. Namun, garis keturunan Asa Sin telah
lama terputus, dan yang tersisa di Klan Asa adalah keturunan tak langsung. Aku
curiga Asa Sin pergi… ke Iark. Keturunannya diteruskan kepada Suku Wahan,” jelas
Mubaek
--
Tanya melihat ada seseorang yang masuk ke dalam gua tersebut, jadi Tanya secara diam-diam juga ikut masuk ke dalam gua Ggachi. Di sana sedang ada pertemuan dan mereka berdandan seperti suku Wahan (ada Chaeeun dan Nunbyeol juga). dan saat itu, seseorang membawa bendera dengan gambar totem yang di gambarkan Choseol (di episode 04). Dia teringat kalau ibu Choseol menyuruhnya menemukan totem dengan simbol itu dan menyimpannya. Dia juga ingat saat Choseol menyuruhnya untuk menjadi kepala suku dan ucapannya : Betapa pun kau menyangkal panggilanmu, sekalipun kau melupakannya, hal itu tak akan pernah melupakanmu.”
Saat itu, seseorang tiba-tiba muncul
dan membekap mulut Tanya dari belakang.
--
“Penerus kepala suku Wahan. Penerus itu mungkin keturunan langsung Asa Sin,” beritahu Mubaek pada Tagon.
--
Yang membekap mulut Tanya adalah Saya. Saya marah karena Tanya tidak menurutinya. Apa ini adalah perintah Taealha? Tanya membantah dan dengan gugup menjawab kalau dia penasaran. Tidak ada alasan lain.
Saya menatapnya tajam. Dan untunglah,
dia kemudian tersenyum dan berkata kalau dia tahu Tanya jujur.
“Maafkan aku,” ujar Tanya.
“Tak perlu. Kau memang mau kuajak
kemari,” ujar Saya.
“Tempat apa ini?”
Tapi, Saya memberi tanda agar Tanya
diam.
--
Tagon terkejut mendengar nama kepala
suku Wahan, yang mungkin adalah keturunan langsung Asa Sin adalah Tanya. Dan itu
mengingatkan Tagon mengenai suku Wahan yang bisa berbahasa sama seperti mereka.
Dan juga saat Tanya mengutuk Moogwang.
--
Tanya masih berada di gua dan heran karena
Saya dan orang-orang di sana melakukan seperti ritual doa.
“Aramun
Haesulla! Kau datang kepada kami dalam wujud Igutu, menjadi pengiring Asa Sin dan
naik bersama angin...,” ujar
Saya dalam hati.
--
“Jika Tanya keturunan langsung Asa
Sin, kemampuan cenayang dewa adalah miliknya,” ujar Mubaek pada Tagon.
Tagon terkejut.
Tags:
Arthdal Chronicles