Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles
Episode 09-2
Images by : TvN
Part
2 : The Sky Turning Inside Out, Rising Land
Saya mengajarkan Tanya mengenai buku.
Itu hal yang bisa mereka gunakan untuk mempelajari sesuatu tanpa harus bertemu
orang nya langsung. Ada banyak buku di benteng api dan dia sudah membacanya
berulang kali.
“Dari semua cerita itu, cerita siapa
yang kau suka?” tanya Tanya.
“Cerita Tamer. Suku Hae berasal dari
Remus. Tamer adalah jenderal terkenalnya. Dia mati beberapa dekade lalu, tapi
dia ceritakan pengalamannya selama perang dan mengajariku cara bertarung. Kau
mau lihat?” cerita Saya antusias dan menunjukan batu baduk. “Kupakai batu
hitam. Kau batu putih. Ini perang antara bebatuan ini.”
“Bagaimana bisa ada perang? Kita harus
saling lempar batu?”
“Ini perang versi kecil. Satu batu
setara satu unit Pasukan Daekan. Mereka berkemah di sini. Kau harus bertahan. Jadi,
harus berkemah di sini juga. Tamer perkenalkan 12 cara berkemah. Bisa dipakai
untuk delapan fitur geografis dan enam cuaca berbeda. Itu disebut strategi
militer. Namun, tentu, tak bisa gambarkan segalanya hanya dengan batu.”
“Kau pasti merasa ini menyenangkan,”
ujar Tanya.
“Tentu. Saat dikurung, aku mainkan ini
sendirian sambil mengingat semua hal dari buku itu, satu demi satu. Menyenangkan,
'kan?”
“Sebenarnya…,” ujar Tanya ragu dan
mengingat ucapan Eunseom dulu. “Tidak. Ini tak begitu menyenangkan. Aku pasti
sedang sakit.”
--
Pasukan Daekan yang di pimpin oleh Kitoha
menemui Menteri Kungtung. Dia memberitahu kalau mereka akan menjaga rumah dan
keluarga Menteri Kungtung mulai hari ini. Itu adalah perintah Tagon Niruha.
Menteri Kungtung berterimakasih atas
niat tersebut, akan tetapi prajurit suku Bato yang akan menjaga tempat ini. Jadi,
Kitoha dapat pergi.
“Mereka tak boleh kemari lagi,” balas
Kitoha.
--
Dengan marah, Menteri Kungtung pergi
menemui Tagon. Di sana juga ada para menteri lain.
“Pemimpin Serikatku. Terima kasih atas
rumah yang kau sediakan. Namun, prajurit Suku Bato bisa menjaga…,” ujar Menteri
Kungtung.
“Kembali ke tempatmu,” potong Tagon. Dan
semua para penjaga Tagon langsung menatap Menteri Kungtung dengan tajam, hingga
membuat Menteri Kungtung sedikit takut.
Tagon kemudian menjelaskan, “Belum
lama ini, Sanung Niruha tewas dibunuh dujeumsaeng. Itu terjadi karena prajurit
bersenjata bisa memasuki kastel dengan mudah. Mulai sekarang, hanya penjaga dan
Pasukan Daekan yang boleh bawa senjata di Arthdal. Menjadi kepala Suku Bato tak
penting lagi. Kungtung, kini kau Menteri bang Perdagangan Serikat. Sebagai
Menteri Serikat, kau akan dilindungi Pasukan Daekan dan penjaga Serikat.”
Dan Taealha langsung mengucapkan
terimakasih karena Tagon telah memerintahkan prajurit Daekan untuk menjaga tempat
tinggalnya, di Benteng Api.
“Namun, kepala Suku Bato bersikeras
memakai prajuritnya sendiri. Mungkin… kau punya motif tersembunyi?” sudutkan
Taealha.
Dan semua menteri lain langsung
menatap pada Menteri Kungtung, membuat Menteri Kungtung tidak bisa berkutik.
--
Ada antrian yang sangat panjang di
depan kuil Agung. Mereka datang untuk memberikan persembahan. Saat Asa Ron dan
Asa Mot lewatpun, semua langsung menunduk dengan hormat memberikan salam. Klan Asa
benar-benar di keramatkan di Arthdal.
“Akhirnya mereka akan lihat siapa
sebenarnya Tagon,” ujar Asa Ron.
“Kurasa dia merencanakan segalanya sejak
awal. Namun, kita tak bisa biarkan Tagon bertindak semaunya. Asa Sakan terus
minta aku membantunya. Namun, aku merasa cemas,” ujar Asa Mot.
“Lalu, kita harus bagaimana? Apa yang
harus kita pakai untuk menyerangnya?”
“Aku sudah memikirkannya. Namun, Tagon
tak membahayakan Serikat.”
“Dia selalu pergi berperang, tak
sempat melakukan apa pun.”
“Benar. Rakyat Serikat hanya tahu tentang
prestasinya. Bagaimana jika Klan Asa akhirnya…”
“Bagaimana jika kita buat prestasi
terbesarnya menjadi kesalahan terbesarnya?” ujar Asa Ron.
Saat itu, Asa Yon masuk dan memberitahu
kalau semuanya sudah siap. Asa Mot benar-benar bingung, apa yang sudah mereka
rencanakan.
--
Saya dan Tanya pergi ke hutan lagi. Kali
ini, Saya berlatih untuk menangkap burung dan berhasil. Dia berhasil menangkap
seekor burung dan tampak sangat senang. Tanya tampak ragu dan memberitahu kalau
burung itu adalah dia yang lemparkan batunya.
Tapi, mereka terkejut saat melihat
bangkai burung tersebut. Itu adalah burung penangkap serangga, tapi kenapa
warna bulunya biru? Apa ada yang mengecatnya? Saya sendiri terlihat ketakutan?
“Bukan menyepuhnya. Dia lahir dengan
warna begini. Isodunyong pernah bilang : Di
hari burung pemakan serangga berbeda warnanya, akan terjadi bencana,”
beritahu Saya.
--
Di tengah kota, sekelompok orang
tampak seperti mabuk dan berhalusinasi sambil memegang kapan dan berkata kalau
Arthdal akan binasa. Mereka akan mati. Dan orang itu terus menerus mengibaskan
senjatanya ke segala arah. Penjaga berhasil menjatuhkannya dan saat di periksa,
dada pria itu memiliki bercak dan badannya panas.
Tidak lama, seorang wanita menjerit
histeris. Seorang kakek mulutnya berbisa. Seorang pria seperti orang tidak
sadar. Seorang ibu memegang pisau dan tampak seperti kesurupan. Suasana
sangatlah kacau.
--
Mubaek datang menemui Tagon, dan Tagon
menyambutnya dengan riang. Mubaek melapor kalau Danbyeok telah beristirahat
dengan tenang (mati).
“Sudah lama sekali. Begitu banyak hal
terjadi dalam waktu sesingkat ini. Kudengar kau mengejar Kanmoreu,” ujar Tagon.
Mubaek sedikit gugup mendengar hal itu,
dan langsung berkata kalau dia mengira kuda itu Kanmoreu namun ternyata bukan. Tagon
tampak tenang dan berkata kalau memang itu hanyalah legenda 200 tahun yang
lalu. Jika Mubaek sampai kembali menaiki kuda Kanmoreu, maka Mubaek adalah
Aramun.
Mubaek tampak semakin gugup. Dan Tagon
malah berkata : “Menyenangkan jika itu terjadi. Kau tangkap Kanmoreu, tapi
ternyata hanya kuda biasa. Namun, kau tak tahu dan menemui Asa Sakan untuk
memeriksa kuda itu Kanmoreu atau bukan. Lucu, ya?”
Mubaek jadi bingung. Apakah Tagon
memang tahu dia menemui Asa Sakan atau hanya sedang mengujinya? Apa Moogwang
melaporkannya atau tidak? apa dia harus memberitahunya?
“Katakan sejujurnya. Apa kau jadi agak
antusias?” ujar Tagon. Mubaek sudah hendak jujur, tapi Tagon memotong
ucapannya. “Jadilah kepala kantor militer. Jangan menolak. Jangan bilang kau
tak memikirkan itu atau terkejut atas tawaran ini. ‘Aku lahir jadi prajurit, jadi, harus berperang. Aku tak cocok
membantumu memerintah negeri.’ Jangan bilang itu. Terima saja tawaranku, atau
setidaknya bilang kau akan memikirkannya. Setidaknya kau bisa melakukan itu,” perintah
Tagon.
“Ya, Tagon, maksudku... Niruha. Akan
kupikirkan.”
“Baik, bagus. Bisa membuatmu
memikirkannya, berarti aku hampir berhasil. Ke kantor militer tiap hari mulai
besok. Lihat cara kerjanya. Itu bisa membantumu memutuskan.”
Saat itu, Gilseon langsung masuk tanpa
mengetuk pintu dan langsung meminta maaf dan kemudian permisi keluar. Tagon
menyuruh Gilseon melaporkan langsung ada apa, karena tidak ada yang harus di
rahasiakannya dari Mubaek.
--
Gilseon membawa Tagon ke sebuah ruangan
dan menunjukkan burung biru itu. Tidak hanya itu, orang-orang menjadi gila. Tubuh
mereka berbintik biru dan sangat panas. Tampaknya bukan wabah. Dan semua ini sama
seperti ramalan itu kan?
Tagon terkejut, apa semua ini terjadi
hari ini?
“Ada satu lagi. Kami temukan harimau
mati di kaki Gunung Makchi. Tak ada luka tikaman. Hanya ada lubang sangat besar
di badannya dan isi perutnya diaduk. Jantung dan hatinya hilang. Dan ada darah
biru di cakarnya,” beritahu Gilseon.
“Maksudmu, pelakunya Neanthal?” tanya
Tagon, terkejut.
“Semua orang takut, kabarnya bencana
telah melanda Arthdal.”
Dan tanpa berpikir lama, Tagon segera
memerintahkan Gilseon untuk mencari tahu apa rencana Asa Ron.
--
Semua rakyat berkumpul mencari Asa
Ron. Mereka membawa semakin banyak persembahan dan memohon agar Asa Ron
menyelematkan mereka karena Arthdal telah di kutuk dan mereka semua akan mati.
Di dalam, Asa Yon memberitahukan hal
ini pada Asa Ron. Di sana juga ada Mihol. Asa Ron menyuruh Asa Yon untuk tenang
karena dia sekarang sedang meminta petunjuk ramalan. Di depan mereka, Asa Moo
sedang menarikan tarian spirit.
Tidak lama, Asa Yon keluar dan membuat
pengumuman kepada semua warga.
“Warga Serikat! Pendeta Tinggi Asa Ron
Niruha telah menerima ramalan. Berlututlah dan beri hormat,” perintah Asa Yon. “Dewa
bilang, gosal (spirit pendendam) Neanthal dan Igutu yang kita singkirkan 20
tahun lalu telah menyerang Arthdal. Karena itu, kita cegah bencana dengan
menenangkan gosal pakai boneka tanah liat. Kalian dapat satu setelah beri
persembahan di kuil. Taruh di muka rumah agar gosal tenang.”
Semua terkejut mendengar mengenai
Neanthal. Dan semua langsung
berbondong-bondong ingin mendapatkan boneka tanah liat tersebut.
--
Tanya menyampaikan apa yang di dengarnya
mengenai Gosal kepada Saya. Saya langsung berkata kalau semua adalah omong
kosong. Asa Ron yang licik pasti telah merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan
ayahnya.
“Benarkah? Caranya?” tanya Tanya.
“Mereka semua dibunuh oleh ayahku. Siapa
yang akan disalahkan atas gosal itu?”
--
Rapat menteri di adakan. Dan menteri
tentu menuntut penjelasan Tagon. Taealha membantu dengan berkata kalau semua
ini adalah omong kosong. Bagaimana mungkin golsa dapat membunuh macam dan
merobek bangkainya? Ini pasti konspirasi.
Saat itu, Asa Yon datang dengan para
klan Asa dan menunjukkan kertas besar.
“Ini wasiat Isodunyong, dewa Gunung
Puncak Putih, yang tak pernah tidur. : Kuberikan
wasiat Isodunyong. Gosal
Igutu dan Neanthal yang mati di Atturad telah menyerang tanah dan udara
Arthdal. Maka itu, kami ingin menenangkan dan mengembalikan gosal. Tagon,
Pemimpin Serikat, bertanggung jawab telah menutupi Atturad dan Arthdal dengan
darah ungu dan biru. Dia harus memperbaikinya. Kau harus ke Kuil Agung dan ikut
dalam ritual Saenamsani (ritual menenangkan spirit pendendam) Isodunyong,” bacakan Asa Yon.
Tagon tampak sangat marah dengan Asa
Ron kali ini.
--
Asa Ron dapat menebak kalau Tagon akan
marah. Tapi, Tagon harus menyadari kalau walaupun dia pemimpin serikat,
pemimpin pasukan Daekan dan cerdas serta cerdik, semua itu tidak akan cukup
untuk mengalahkan klan Asa yang keramat. Mereka akan tahu siapa yang lebih di hormati
oleh warga.
Mihol ada di sana dan bertanya,
bagaimana cara Asa Ron mengubah warna bulu burung itu? tampaknya sepertinya,
bulu burung itu di cabut dan di lumuri racun.
“Jika mau bekerja sama, sebaiknya kau
jangan banyak tanya tentang Klan Asa,” perintah Asa Ron.
Mihol mengerti dan tidak bertanya lagi.
--
Asa Yon membawa Tagon yang telah di
pakaikan pakaian berwarna putih pergi ke Kuil Agung dengan berjalan telanjang
kaki. Di dalam, Asa Ron telah menantinya. Dan para menteri juga sudah
berkumpul.
Asa Ron mendekati Tagon. Tagon tampak
sangat marah dan dengan penuh rasa terpaksa, berlutut di depan Asa Ron untuk
memulai ritualnya. Asa Ron memulai ritual, dan tentu semua kita tahu kalau ritual
itu hanyalah akal-akalan Asa Ron untuk mempermalukan Tagon.
--
Malam hari,
Tanya dan Saya pergi ke hutan. Dan tampaknya
Saya hendak melakukan sesuatu. Dia membawa banyak cat wajah dan juga cermin. Tanya
kemudian bertanya, karena dia masih tidak mengerti dengan maksud Saya kalau
Tagon Niruha di jebak.
“Mereka bilang kutukan menimpa kita karena
ayahku membasmi Neanthal dan menjadi Pemimpin Serikat,” ujar Saya.
“Boleh kutanya apa rencanamu?”
“Pergi ke sana dan awasi sekitar,” perintah
Saya dan Tanya langsung berbalik dan menjauh untuk mengawasi. “Asa Ron mau
buktikan sesuatu. Tagon bisa membunuh Neanthal yang hidup, tapi gosal hanya bisa ditenangkan oleh
Klan Asa. Dan itu dikatakan oleh seorang gyeotjjok (keturunan tidak langsung). Dia
bicara pakai lidah tajamnya dan menunjukkan mereka telah melindungi kami selama
1.000 tahun.”
“Kekuatan? Bisakah hal itu jadi
kekuatan seseorang?”
“Itu kekuatan yang terhebat. Bisa
membuat ayah bertekuk lutut. Namun, aku dapat peluang. Berkat Asa Ron yang
membawa Neanthal dan Igutu yang dahulu pergi,” ujar Saya.
Tanya bingung, dan saat dia berbalik,
dia sangat terkejut melihat Saya menghias wajahnya sama seperti cara Suku Wahan.
“Kenapa ini jadi kesempatan bagimu?”
“Kenapa ini jadi kesempatanku? Kuberi
tahu saat kembali,” ujar Saya dan langsung pergi.
--
Tagon masih melakukan ritualnya. Matanya
menatap ke langit-langit Kuil Agung dan terlihat ada ukiran berbentuk lukisan
(nggak begitu jelas, tapi seperti seorang dengan rambut panjang dan ada
serigala?) Itu adalah lukisan Isodunyong.
--
Tanya masih memikirkan bagaimana
caranya Saya bisa mengetahui lukisan wajah suku Wahan? Apa dia melihatnya dari
mimpi?
Saat itu, Saya kembali dan sudah
membersihkan wajahnya. Dia berkata urusannya sudah selesai dan mengajak Tanya
untuk pulang.
“Kau tanya kenapa tindakan Asa Ron menguntungkanku.
Orang memuja hal yang ditakuti,” Saya mulai menjelaskan, tapi Tanya tidak fokus
karena memikirkan kemana Saya pergi setelah melukis wajah tadi. “Dahulu, kudengar
ada orang melayani Neanthal. Namun, tidak lagi. Kenapa? Karena Neanthal
dibantai dan tak ditakuti lagi. Namun, Asa Ron kini memanggil spirit mereka. Alhasil,
mendatangkan lagi rasa takut pada Neanthal.”
“Begitu.”
“Sejujurnya, aku tak mengerti.”
“Dewa terhebat Arthdal akan bergerak.”
“Yang mana? Isodunyong atau Daraburu?”
“Bukan. Dewa ribuan mulut dan telinga.
Rumor. Rumor akan melanda Arthdal,” jelas Saya.
Tags:
Arthdal Chronicles