Sinopsis K- Drama : Angel’s Last Mission Love Episode 22 - part 1


Sinopsis Angel’s Last Mission : Love  Episode 22  – Part 1
Network : KBS2
Kim Dan mengetuk pintu kamar Yeon Seo, dia datang untuk mengantarkan sarapan. Tapi Yeon Seo tidak ada menjawab, jadi Kim Dan pun masuk ke dalam kamar. Dan ternyata, Yeon Seo tidak berada didalam kamar.

Melihat itu, Kim Dan langsung merasa sangat cemas. Lalu dia menemukan sebuah catatan kecil yang Yeon Seo tinggalkan diatas meja.
Aku akan berlatih. Isi catatan tersebut. Membaca itu, Kim Dan merasa lumayan lega.

Di Fantasia. Ru Na mengucapkan selamat kepada Yeon Seo. Dan Ny. Choi pun juga, dia mengucapkan selamat dan memuji ‘Giselle’ Yeon Seo yang luar biasa. Melihat kebaikan mereka berdua, Yeon Seo merasa sedikit heran.
Yeon Seo mengucapkan terima kasih, lalu dia menanyakan apakah mereka ada menjaga kesehatan para penari. Dia meminta agar menerapkan terapi fisik dan pijat dalam jadwal para penari.

“Akulah pengelola teater …” kata Ny. Choi, mau protes.
“Tentu saja. Beritahu aku jika ingin sesuatu. Aku akan mewujudkannya,” sela Ru Na, lalu dia mengulurkan tangan dengan sikap ramah. “Aku berharap dapat bekerja sama denganmu,” katanya. Melihat itu, Ny. Choi heran.

“Aku juga, Budanjang- nim,” balas Yeon Seo. Menyalamin tangan Ru Na.
Ru Na dengan sengaja bertanya, apakah Yeon Seo terluka, karena ada bekas merah ditangan Yeon Seo, serta dia mendengar bahwa Yeon Seo mengambil cuti karena sakit kemarin dan melewatkan latihan.
Yeon Seo menarik tangannya, dan menjawab bahwa tidak ada yang terjadi. Lalu dia pamit, dan masuk ke dalam.

Ny. Choi berkomentar bahwa mungkin saja Kang Woo berbohong, karena Yeon Seo terlihat sangat acuh sesudah di culik. Dan Ru Na membenarkan, dia meminta Ny. Choi agar jangan terlalu memikirkannya.


“Kita bisa abaikan ini, tapi Ni Na terlalu lemah hati,” kata Ny. Choi. Lalu dia masuk duluan ke dalam.


Ru Na segera menelpon si Pria hitam. Dia menanyakan dimana si Pria hitam sekarang, karena sudah dua hari, tapi si Pria hitam belum ada memberikan kabar kepadanya. Dan si Pria hitam menjawab bahwa Ru Na lah yang menyuruhnya untuk menghindar.


“Apa yang kamu bicarakan? Kapan?” tanya Ru Na, heran.
“Pada malam itu, aku …”
“Apa kamu sakit? Apa kamu melihat sesuatu? Yeon Seo baik- baik saja. Dia jatuh dari gedung 10 lantai, tapi dia berjalan dengan semua anggota tubuhnya. Kamu bilang akan mengurus ini. Apa yang kamu lakukan?” tanya Ru Na, emosi.
“Maafkan aku,” balas si Pria hitam.


Ru Na kemudian menanyakan dengan serius, apakah pada malam itu Yeon Seo ada melihat wajah si Pria hitam. Lalu setelah mendengar jawaban si Pria hitam, Ru Na menutuop matanya kesal, kemudian dia mematikan telponnya.
Ny. Choi tidak sengaja mendengarkan percakapan Ru Na. Dan dia merasa sangat terkejut, dia menutup mulutnya agar tidak ketahuan.


Ny. Choi masuk ke dalam kamar mandi, dan bergumam pada diri sendiri. “Mustahil. Yeon Seo baik- baik saja.”
Ny. Choi kemudian mengingat kembali percakapan Ru Na, dan dia berusaha menyangkali apa yang didengarnya tersebut. “Tidak. Tidak. Tidak!” teriaknya dengan ketakutan dan perasaan syok.

Si Pria hitam menyamar menjadi seorang petugas di Fantasia, dia sengaja berjalan melewati Yeon Seo. Dan menjatuhkan barangnya di dekat Yeon Seo.


“Permisi,” panggil Yeon Seo.
Dengan takut, si Pria hitam menelan ludah, lalu di berbalik dan menghadapkan muka nya pada Yeon Seo. Dia menunggu reaksi Yeon Seo, apakah Yeon Seo ingat padanya atau tidak. Dan Yeon Seo menatap lama padanya.

“Rokok mu jatuh,” kata Yeon Seo. “Teater balet ini adalah bangunan bebas rokok.”
“Ya benar. Maafkan aku,” kata si Pria hitam, merasa lega. Dia mengambil rokoknya yang berada didekat kaki Yeon Seo, lalu pamit dan pergi.

Yeon Seo merasa ada sesuatu yang aneh, ketika dia melihat si Pria hitam, tapi dia tidak tahu apa yang aneh itu.


Kim Dan datang berlari ke arah Yeon Seo. Melihat itu Yeon Seo tersenyum, dan menanyakan kenapa Kim Dan sampai berlari kepadanya.
“Kenapa kamu tak mendengarkan ku? Sepertinya jantungku akan berhenti!” teriak Kim Dan, emosi karena dia merasa khawatir.
“Aku hanya berangkat bekerja. Kenapa membuat jantungmu berhenti?” balas Yeon Seo, heran kenapa Kim Dan emosi.


“Aku minta. Aku mohon. Sudah kubilang cuti beberapa hari. Kenapa kamu … harusnya kamu beritahu aku bahwa kamu akan pergi. Kenapa kamu datang ke sini sendirian?” tanya Kim Dan masih emosi.
“Karena kamu seperti ini. Aku tahu kamu takkan membiarkanku, lantas bagaimana bisa aku memberitahumu? Aku akan menelpon, tapi aku tidak punya hape,” jawab Yeon Seo, menjelaskan. Lalu dia menanyakn apakah Kim Dan sudah menemukan hapenya.


Kim Dan diam sesaat. Lalu dia berbohong, dia mengatakan bahwa dia telah menemukan hape Yeon Seo, tapi hape itu rusak, jadi Yeon Seo harus membeli yang baru. Dan Yeon Seo bertanya, apakah itu berarti Kim Dan membuangnya begitu saja, dan Yeon Seo merasa kecewa karena Kim Dan berbuat sesuka hati.
Kim Dan ingin membela diri, tapi dia tidak tahu harus mengatakan apa. Dan Yeon Seo pun lanjut berbicara, menurutnya walaupun mereka sedang dalam sebuah hubungan, tapi Kim Dan tidak boleh mengaturnya.


“Aku tahu. Aku tahu,” kata Kim Dan, singkat.
“Kamu benar- benar aneh. Kamu sudah memperlakukan ku seperti bayi berusia tiga tahun yang mencoba berjalan diatas tali, dan memarahiku!” protes Yeon Seo.
“Masuklah,” balas Kim Dan, berbalik ingin pergi. Tapi Yeon Seo langsung menahan tangannya, dan menanyakan ada apa sebenarnya.


“Kamu tidak punya salah. Aku tidak marah padamu. Aku marah pada diri sendiri. Datang kesini sesudah bekerja, aku akan menunggumu. Jangan pulang sendirian. Aku akan menemui mu. Harus, ya?” jelas Kim Dan sambil berusaha untuk tersenyum kecil. Lalu dia pergi.

Yeon Seo merasa heran, dan bertanya- tanya ada apa.
Kang Woo menghentikan Kim Dan yang ingin pergi, dia menanyakan apakah Kim Dan serta Hoo yang telah menghapus ingatan Yeon Seo. Dan Kim Dan pun menjelaskan bahwa sekarang yang Yeon Seo tahu hanyalah dia pingsan pada hari itu.

“Kamu mengacaukan ingatannya?” tanya Kang Woo.
“Itu sudah terjadi, dan itu menghebohkan. Jadi kamu harus hati- hati juga,” balas Kim Dan, mengingatkan.


Kang Woo mengakui bahwa itulah kenapa dia membenci malaikat, karena sesuatu yang mengerikan selalu terjadi saat terlibat dengan seorang malaikat. Mendengar itu, Kim Dan memperingatkan Kang Woo agar menjaga mulut.
“Kamu seharusnya enyah, saat kubilang enyah,” kata Kang Woo, kesal.

“Kenapa kamu sangat membenci malaikat? Apa yang terjadi padamu?” tanya Kim Dan, dan Kang Woo tidak menjawab. “Fantasia seperti sarang singat bagi Yeon Seo. Jadi tolong jaga dia, saat aku tidak ada,” pinta Kim Dan.
“Pikirmu kamu meminta bantu kepada siapa? Aku akan mengurusnya sendiri,” balas Kang Woo. Lalu dia pergi.


Para penari mencoba baju balet yang diberikan kepada mereka. Tapi Ni Na sama sekali tidak senang melihat baju yang didapatkannya, dia menolak untuk memakai baju balet tersebut. Lalu dia memberitahu Kang Woo bahwa dia tidak mau memainkan Mrytha, lebih tepatnya dia tidak bisa.


“Soo Ji adalah Bathilde. Jung Eun adalah Ibu. Woo Jin adalah Hilarion. Yi Geon adalah Albrecht. Ni Na adalah Mrytha. Apa kamu tidak lihat pengumumannya?” jelas Kang Woo, bertanya.
“Aku tidak ingin memainkan peran lain. Aku ingin menjadi Giselle. Jadi, aku tidak akan mengambil peran lain. Aku akan berlatih tarian yang sama dengan Yeon Seo, sebagai pengganti,” jawab Ni Na dengan berani.

Mendengar itu, semua orang menatap aneh kepadanya.

Jika Ni Na memilih untuk menjadi pengganti Giselle, maka Ni Na mungkin tidak akan tampil. Kang Woo bertanya, apakah Ni Na baik- baik saja dengan itu. Dan Ni Na mengiyakan. Lalu dia memandang tajam ke arah Yeon Seo, dan pergi meninggalkan ruangan latihan.

Kang Woo mengejar Ni Na, dan menanyakan apa yang Ni Na pikirkan. Dan Ni Na menjawab bahwa persis seperti yang dikatakannya barusan, karena selama audisi dia benar- benar menyukai peran sebagai Giselle. Dia belum pernah merasakan hal itu sebelumnya, keluar dari cangkangnya, tapi Kang Woo malah masih tidak akan memilihnya. Meskipun Kang Woo mengatakan bahwa dirinya adalah Giselle yang Kang Woo impinkan. Itu berarti dia belum cukup baik, dan dia akan menerimanya.
“Bahkan jika kamu bukan Giselle, ada banyak orang yang menunggu untuk menyaksikan tarianmu. Ambillah peran Mrytha,” jelas Kang Woo, lembut.

Flash back. Ni Na mengingat perkataan Elena.
“Jangan tertipu. Aku yakin dia akan menawarkan peran yang berbeda. Tapi jangan menerimanya,” jelas Elena.
“Tapi jika tidak, aku tidak akan bisa menari diatas panggung,” balas Ni Na, ragu.
“Kamu tidak akan pernah tahu siapa yang tidak akan bisa tampil. Tak peduli apapun, bersikeraslah sebagai Giselle. Mengerti?” jelas Elena.
Flash back end.

Ni Na menjawab bahwa dia ingin tampil dipanggung, tapi sebagai Giselle. Setelah mengatakan itu, Ni Na pun pergi. Dan Kang Woo membiarkannya.

Ketika keluar dari dalam toilet, dan melihat Kim Dan yang telah menunggunya didepan toilet, Ny. Choi merasa panik dan takut, tapi dia memberanikan dirinya dan berjalan mendekati Kim Dan dengan percaya diri.

“Jika kamu melihat seseorang, kamu harus menyapa mereka terlebih dahulu,” kata Ny. Choi, menegur Kim Dan.
“Hanya saat mereka layak menerimanya. Hanya saat kamu mulai bertingkah secara manusiawi, aku akan menunjukan rasa hormat padamu,” balas Kim Dan.

Ny. Choi berpura- pura tidak mengerti, dan bertanya dengan kesal apakah maksud Kim Dan, dirinya tidak layak disebut manusia. Dan tanpa menjawab, Kim Dan mendekati Ny.Choi sambil menatap tajam dia.
Tepat disaat itu, si Pria hitam lewat. Dan Kim Dan pun langsung berlari mengejarnya. Ny. Choi yang tidak tahu apapun, dia merasa lega dan bersandar di dinding.

“Ru Na, apa yang coba kamu lakukan?” gumam Ny. Choi, cemas.

Kim Dan mengingat tentang si Pria hitam. Itu adalah orang yang sama dengan orang yang berada diatas kapal. Orang yang sama yang berada di Fantasia.
Merasa dirinya dikejar, maka si Pria hitam pun langsung berlari secepat mungkin ke tempat parkir. Tapi Kim Dan berhasil menangkapnya.


“Itu kamu, ‘kan? Apa kamu tidak tahu Lee Yeon Seo?” tanya Kim Dan, menarik kerahnya dan menahannya dilantai.
“Apa yang kamu bicarakan? Dia seorang balerina,” jawab si Pria hitam, berpura- pura tidak mengerti apapun.
“Siapa yang mengutusmu? Siapa yang memberimu perintah?” tanya Kim Dan, memaksanya untuk berbicara.
“Serius, ada apa denganmu?” balas si Pria hitam, tetap tidak mau mengaku.


Beberapa karyawan yang kebetulan datang, bertanya dengan heran apa yang sedang terjadi. Mereka memanggil si Pria hitam dengan sebutan Joon Soo. Mendengar itu, Kim Dan merasa heran dan merasa bahwa benar dirinya telah salah menangkap orang. Jadi dia pun melepaskan si Pria hitam (Joon Soo).


Didalam ruangan. Joon Soo memberitahu kepada rekan- rekannya bahwa Kim Dan mengikutinya, jadi dia takut dan lari.
“Dimana kamu jam 4 sore sampai jam 11 malam pada hari audisi?” tanya Kim Dan.


“Dia bekerja denganku. Dia ingin beralih shift dengan kami. Joon Soo adalah malaikat,” jawab seorang karyawan. Dia memuji Joon Soo, dan semuanya setuju.
Mendengar itu, Kim Dan pun meminta maaf, lalu dia pamit dan pergi. Dengan perasaan masih tidak percaya pada Joon Soo.

Joon Soo menatap tajam Kim Dan yang pergi keluar meninggalkan ruangan.

Post a Comment

Previous Post Next Post