Sinopsis C-Drama : Go Go Squid Episode 11


Sinopsis C-Drama : Go Go Squid Episode 11

Images by : Dragon TV / ZJTV / iQiyi
Mereka bertiga bernyanyi penuh dengan semangat. Dan hal itu, membuat mereka terkenang masa lalu, di saat mereka masih berlima dan menyanyikan lagu yang sama. Lagu yang dulu di nyanyikan dengan penuh sukacita.
Sudah berapa lama sejak aku merasa sangat bahagia seperti ini? Tertawa sepuasnya, berteriak sekerasnya dan menggila bersama. Sudah sangat-sangat lama. Banyak kenangan yang terasa seperti baru terjadi kemarin. Bagaimana bisa terasa sudah sangat lama? Aku benar-benar ingin kembali ke hari itu lagi. Ketika kita bersama, membantu satu sama lain dan menyemangati satu sama lain. Hari-hari ketika kita berjuang bersama menghadapi waktu yang berat. Hari-hari dimana ketika kita bekerja dengan keras, mimpi-mimpi akan berada di tangan kita. Temanku terkasih, sudah bertahun-tahun lamanya, apakah mimpi kalian semua telah terwujud?
Semua itu adalah yang Shangyan pikirkan.
--
Shangyan ternyata membawa Xiaomi dan Ou Qiang ke sebuah gedung tinggi yang memperlihatkan pemandangan malam kota Norway. Ou Qiang dan Xiaomi ternyata sangat menyukai tempat itu dan bahkan berteriak penuh kegembiraan. Ou Qiang kemudian bertanya, bagaimana Shangyan bisa menemukan tempat ini?
“Ketika aku meninggalkan team SOLO, aku datang ke Norway untuk belajar. Tapi, aku belajar dengan tidak bahagia. Suatu hari, Nan Wei membawaku kemari. Dia ingin aku melihat seberapa besar-nya dunia ini dan tidak menyerah akan mimpi dengan begitu mudahnya,” cerita Shangyan. “Jadi, aku berpikir, kenapa aku harus tidak menyentuh CTF ataupun bertanding di kompetisi hanya karena Solo? Lalu, aku kembali ke Norway dan membangun cabang untuk KK. Meskipun, Solo setuju untuk tidak menjadi leader  untuk team manapun lagi, tapi dia memulai SP. Jadi, apa artinya semua ini?”
Ou Qiang membela Solo yang membentuk SP hanya agar bisa memberikan lingkungan yang lebih baik pagi CTF China. Dia jadi kesal karena Shangyan masih juga belum bisa memaafkan Solo. Shangyan berteriak marah kalau Solo telah mengkhianati mereka semua.
“Apa itu artinya dia harus meninggalkan CTF?” marah Ou Qiang. “Xiao Ai juga sudah besar. Dia ingin kembali dan berkontribusi kemampuannya. Apa yang salah dengan itu?”
“Dia tidak layak!” teriak Shangyan.
Xiaomi meminta mereka berdua untuk berhenti bertengkar. Mereka diam dengan memendam amarah-amarah masing-masing.
“Kalian tahu kenapa… hidup ataupun mati, aku tidak ingin kembali ke rumah dan menjadi petani? Aku ingin tinggal di sini dan berkompetisi dengan segala kemampuanku. Itu karena aku yakin, bahwa aku, Ou Qiang, tidaklah harus menjadi orang yang biasa-biasa saja. Di dunia ini banyak petani yang sangat bagus. Tapi, di area ini, aku tidak merasa inferior pada siapapun! Hanya CTF… yang dapat membuat hidupku bersinar! Itu membuatku merasa hidup! Jadi, bahkan jika kalian orang yang ku sukai dan ku sayangi, semua-nya pergi, aku tetap bertahan di sini!” ujar Ou Qiang, penuh amarah. “Old Han (Shangyan), aku tahu kau membenci Solo dan frustasi pada Ai Qing, tapi kami juga marah padamu! Pernahkah kau memikirkan perasaan kami?!”
Xiaomi berusaha menahan Ou Qiang yang telah emosi. Ou Qiang tidak bisa di tenangkan. Dia mengingatkan kalau dulu Shangyan adalah Gun God dan di kagumi oleh semua orang, tapi Shangyan malah berkata pensiun!

Shangyan terdiam. Dia teringat saat pertemuan pertama mereka, Ou Qiang berkata kalau dia berasal dari desa pertanian di Sichuan. Dia ingat bagaimana mereka bersama. Dan benar, dia pensiun tanpa memikirkan semua itu hanya karena kemarahannya pada Solo dan Ai Qing.
Ou Qiang menangis. Xiaomi berada di sebelahnya berusaha menenangkan. Shangyan mendekat dan memeluknya, penuh rasa bersalah.
--
ININ berbincang dengan Ai Qing, manager mereka. Dia membahas mengenai Shangyan yang terlihat sangat sengit dan ganas. Ketika dulu Ai Qing satu grup dengan Shangyan, pasti sering bertengkar kan? Ai Qing tersenyum dan menjawab kalau Han Shangyan adalah tipe orang yang jika sangat peduli akan seseorang, malah akan bersikap semakin kejam. ININ langsung berkata kalau dia pasti tidak tahan dengan orang seperti itu.
“Mungkin setiap orang tumbuh di lingkungan yang berbeda. Ketika ibu Han Shangyan melahirkan, ibunya mengalami pendarahan berat dan meninggal dunia. Tidak lama kemudian, ayahnya juga sakit dan juga meninggal dunia. Ketika Shangyan masih muda, dia tinggal dengan ibu tirinya. Mungkin hal ini yang membuatnya tidak tahu cara mengekspresikan perasaannya,” jelas Ai Qing.
--
Shangyan, Ou Qiang dan Xiaomi sudah agak tenang. Dan Shangyan tiba-tiba, mengeluarkan permen-nya dan memakannya. Ou Qiang jadi penasaran, kenapa Shangyan sering sekali makan permen?
“Semua orang mengira aku makan permen karena aku marah. Tapi, tidak seperti itu,” jawab Shangyan.
“Lalu, kenapa?” tanya Xiaomi, penasaran.
“Ketika kau makan permen, maka akan sulit bagimu untuk bicara. Jadi, jika kau ingin memarahi seseorang, kau tidak bisa melakukannya. Juga, permen itu manis. Jadi, kau akan berpikir, ‘kenapa kata-kata ku harus begitu sangat asam?’,” jelas Shangyan.
Dan karena Ou Qiang serta Xiaomi tidak percaya, dia menyuruh mereka memakan permen dan mencoba untuk memakinya. Mereka mencobanya dan tertawa sendiri, karena dengan permen di mulut mereka, ucapan mereka jadi tidak begitu jelas. Mereka semua tertawa dan bersenang-senang.
--
Di rumahnya, Tong Nian pagi-pagi sudah sibuk. Dia membuat kartu banner untuk menyambut kedatangan Shangyan yang pulang hari ini. Tapi, sepertinya langit tidak berpihak padanya. Saat dia menuju bandara, hujan malah turun dengan lebat dan dia juga terjebak macet. Supir taksi yang melihat Tong Nian tampak terburu-buru tapi tidak membawa koper, dapat menduga kalau Tong Nian pasti ke bandara untuk menjemput pacar kan? Supir taksi itu jadi teringat masa mudanya, saat dulu dia diam-diam menjemput istrinya, begitu melihatnya, istrinya sangat senang hingga memeluknya dengan erat. Bahagianya masa muda.
“Pacarku mungkin tidak akan seperti itu. Dia orang yang selalu menyimpan segalanya di dalam hati-nya. Dia tidak romantis ataupun manis. Tapi, cinta-nya padaku, adalah dengan seluruh hatinya. Aku dapat melihatnya dari matanya,” ujar Tong Nian sambil tersenyum, mengingat  Shangyan.
Begitu Tong Nian sampai di bandara, langit malah sudah bersinar dengan sangat terang.

Di bandara, Shangyan di kerumuni oleh banyak fans dan reporter yang menyambut kepulangannya. Dan karena itu, dia jadi tidak melihat Tong Nian dan Tong Nian juga tidak melihatnya. Untungnya, Tong Nian berpas-pasan dengan Wu Bai yang keluar bandara terakhir. Dan dengan baiknya, Wu Bai mengajak Tong Nian untuk ikut dengannya, karena Tong Nian bilang ingin bertemu dengan Shangyan.
Shangyan sedang beristirahat di dalam bus usai melakukan wawancara. Wu Bai datang tidak lama kemudian dan memberitahu kalau pacar Shangyan datang. 97 dan Grunt yang mendengar jadi kepo. Tong Nian berdiri di depan pintu masuk bus dengan memegang banner yang di bawanya. Dia tidak berani masuk.
“Ada perlu apa mencariku?” tanya Shangyan, dari dalam bus.
“Aku datang untuk menyambutmu,” jawab Tong Nian.
Wu Bai dengan baik menyuruh Tong Nian untuk masuk saja. Shangyan setuju dan menyuruh Tong Nian untuk masuk. Tong Nian masuk, tapi bingung mau duduk di mana. Akhirnya, dia duduk di belakang Wu Bai, dimana Wu Bai duduk di sebelah Shangyan. Melihat pakaian Tong Nian, Shangyan dengan sok cuek (padahal sebenarnya khawatir) bertanya, apa Tong Nian tidak merasa kedinginan? Tong Nian menjawab dengan cepat, dia tidak dingin. Dia menggunakan jaket panjang dan juga scarf-nya melindunginya dari angin.
“Lain kali, jangan berpakaian seperti itu lagi. Kau bisa masuk angin nantinya,” ujar Shangyan.
“Kau tidak suka aku berpakaian seperti ini?” tanya Tong Nian, dengan kecewa. 97 dan Grunt tertawa mendengar pertanyaan-nya dan Shangyan jadi gugup.
“Tidak. Berpakaian lah sesukamu.”
“Kalau gitu, lain kali kau kasih tahu aku, kau suka aku berpakaian seperti apa dan aku akan berpakaian seperti itu padamu,” ujar Tong Nian dengan polos. Grunt jadi tertawa keras. 97 ikutan tertawa karena jadi mikir aneh.

Shangyan langsung berbisik memberitahu Tong Nian, kalau apa yang Tong Nian katakan tadi bisa membuat orang salah paham. Dan Tong Nian malah tidak mengerti. Salah paham apa? Shangyan menghela nafas dan menegur Tong Nian agar lain kali tidak menanyakan pertanyaan seperti itu pada orang lain, terutama lelaki. Tong Nian mengiyakan, walau sebenarnya dia masih bingung.
Wu Bai yang duduk di depan, tiba-tiba, memilih pindah duduk ke belakang. Jadilah, Tong Nian dan Shangyan yang duduk berdua di depan.
--

Su Cheng menemui Solo. Dan Solo membawa seorang gadis kecil, Xiao Ai. Su Cheng menyapa Xiao Ai dengan ramah dan penuh kasih. Tapi, Xiao Ai bermuka masam padanya. Solo membuka pembicaraan dengan mengucapkan selamat karena K&K menjadi juara pertama. Setelah itu, suasana menjadi canggung lagi.
Su Cheng mencoba bicara dengan Xiao Ai dengan memberitahu kalau setiap tahun, Solo mengirimkan foto Xiao Ai padanya. Xiao Ai yang mendengarnya langsung marah dan melarang agar Solo tidak mengirimkan foto-nya lagi. Dia punya hak untuk menentukan akan menunjukkan pada siapa fotonya dan pada siapa yang tidak.
“Tapi, kau tidak punya hak untuk tidak menunjukkannya pada ibumu,” tegur Solo.
Xiao Ai adalah anak dari Solo dan Su Cheng.
Xiao Ai tiba-tiba saja bangkit dan pergi melihat kue. Dia menunjuk setiap kue yang di inginkannya pada pelayan.
Su Cheng berkata pada Solo kalau dia ingin membawa Xiao Ai ikut dengannya keluar negeri untuk mencari cara untuk meningkatkan pendengaran Xiao Ai. Solo mengangguk setuju.
Xiao Ai kembali ke meja dengan membawa 4 slice kue. Solo menegur Xiao Ai karena mengambil banyak kue, apa bisa di habiksan? Xiao Ai menjawab kalau dia menyukai kue-kue itu. Su Cheng dengan ramah berkata, dia yang akan membayar.
“Ayahku adalah boss SP. Kau masih berpikir dia hanyalah pria miskin tanpa latar belakang, pendidikan atapun uang, hah? Ayahku bisa membayar-nya!” marah Xiao Ai.
“Aku tahu. Karena aku melihat kerja keras-nya,” jawab Su Cheng, dan tampak sedih.
Solo kemudian meminta Xiao Ai untuk tinggal bersama Su Cheng beberapa hari karena dia harus melakukan training untuk SP selama beberapa hari. Mendengar hal itu, Xiao Ai langsung melepas alat bantu pendengarannya karena tidak ingin mendengar apapun. Solo langsung marah dan menyuruh Xiao Ai untuk memasang kembali alat bantu pendengaran tersebut. Xiao Ai menolak dan bahkan membuang alat bantu pendengarannya ke dalam gelas yang berisi air. Dia bahkan pindah tempat duduk.
Solo sudah marah sekali. Tapi, Su Cheng menghalangi Solo untuk tidak menghampiri Xiao Ai yang sedang emosi. Tidak hanya itu, Su Cheng mengambil alat bantu pendengaran yang Xiao Ai buang ke dalam gelas berisi air itu dan mengeringkannya dengan tissue.
--

Di dalam bus, Shangyan merasa canggung duduk di depan dengan Tong Nian saja. Jadi, dia berjalan ke belakang dan menghampiri Wu Bai. Dia mengajak Wu Bai untuk membahas mengenai CTF dan juga berencana merekrut orang baru. Setelah itu, Shangyan kembali ke tempat duduknya. Saat itu, tanpa sengaja dia melihat Tong Nian yang sedang mengupdate status di WeChat. Dan kelihatan jugalah nama akun WeChat Tong Nian adalah Predestined Tonight Café. Shangyan langsung tersadar kalau selama ini, Tong Nian lah yang mengirimi pesan padanya.
--
Shangyan dan para anggota tiba di gedung K&K. Tapi, saat masuk, Tong Nian tidak berani ikut masuk karena Shangyan tidak ada mengatakan dia boleh masuk atau tidak.
Shangyan bingung melihat Tong Nian yang malah hanya berdiri di depan pintu dan tidak masuk.

Shangyan menghela nafas panjang melihat Tong Nian. Dia membukakan pintu dan menyuruh-nya untuk mengikutinya dengan dekat.
Masuk ke dalam K&K, membuat Tong Nian terkesima. Ini pertama kalinya dia masuk ke dalam. Shangyan mengambilkan minuman untuk Tong Nian. Kemudian, menyuruh Tong Nian untuk menunggunya karena dia harus membuat panggilan telepon dulu.


Shangyan pun masih ke dalam ruang rapat. Sementara Tong Nian berkeliling, melihat K&K. Dia sangat kagum melihat ruang latihan yang sangat besar. Dia juga melihat ada perosotan, jadi Tong Nian naik ke lantai atas dan mencoba perosotannya. Pas turun, perosotan, dia malah berteriak seperti anak kecil yang girang. Hahahaha. Yang membuat malu adalah semua anggota K&K keluar karena mendengar suaranya.

Shangyan masih sibuk menelpon. Tong Nian bisa melihatnya dari kaca luar jendela. Melihat Shangyan yang sibuk teleponan, Tong Nian jadi ingin diam-diam memotret Shangyan sebagai memory untuknya. Sialnya, dia malah ketahuan oleh Shangyan.
Shangyan masih sambil teleponan, mengirim pesan WeChat pada Tong Nian untuk menghapus fotonya. Di banding kaget karena ketahuan memotret, Tong Nian lebih kaget karena Shangyan tahu kalau akun WeChat internet café ternyata adalah akun WeChat-nya. Dia merasa sangat malu.
Shangyan yang melihat Tong Nian mondar-mandir, mengetuk kaca jendela dan menyuruh Tong Nian untuk masuk ke dalam ruang rapat. Begitu Tong Nian masuk, Shangyan langsung menginstruksikan dengan jarinya agar Tong Nian duduk.
“Ponsel,” ujar Shangyan.
Tong Nian menatapnya dengan bingung, “Bukannya tidak pantas begitu?”
Tapi, karena Shangyan menatapnya terus. Tong Nian bangkit dan hendak mengambil ponsel Shangyan. Shangyan jelas menghindar. Tong Nian jadi bingung.
“Ponsel-mu,” jelas Shangyan.
“Oh, ponsel-ku,” tersadar Tong Nian. “Aku sudah menghapus semua fotomu. Lihat. Sudah kan,” tunjukan Tong Nian.
Pas lagi lihat ponsel Tong Nian, ada pesan suara yang masuk di WeChat. Jadi, Shangyan mengembalikannya lagi pada Tong Nian. Tong Nian dengan polos, membuka pesan suara itu dan mendekatkannya di telinga-nya. Tidak di sangka, volume suara di ponselnya begitu keras hingga terdengar. Yang mengirim pesan suara itu adalah Lan Mei yang membahas mengenai Gun God dan usaha Tong Nian untuk menarik perhatian Shangyan. Tong Nian panik dan langsung mematikannya. Shangyan menatapnya dengan tatapan penuh arti. Tong Nian hanya bisa tersenyum malu.

Shangyan melanjutkan telepon dengan video call. Sambil menyetel alat video call, Shangyan berujar kalau Tong Nian pasti sering membahas mengenai dirinya pada temannya. Tong Nian langsung dengan panik berkata tidak. Semua hanya salah paham. Dia hanya bercerita sangat-sangat sedikit. Shangyan bertanya, benarkah? Tong Nian mengiyakan.

Rapat video call Shangyan di mulai, jadi Tong Nian sedikit menjauh. Dia malah mondar-mandir dan menarik perhatian Shangyan.

Di luar, Grunt sedang bersantai dengan bermain tenis meja dengan 97, sambil berbincang dengan One dan Demo. Mereka membicarakan mengenai gedung klub mereka yang baru pertama kalinya di masuki oleh gadis single.


Shangyan selesai melakukan rapat vidcall, sementara Tong Nian sudah tertidur karena kelelahan. Shangyan yang melihatnya, memanggil orang di luar dengan telepon agar semuanya masuk ke dalam ruang meeting dan juga bawakan dua box makan siang ke dalam ruang meeting. Tong Nian yag mendengar suara Shangyan berteleponan, jadi terbangun. Kebetulan yang mengangkat teleponnya tadi adalah Demo, jadi Demo langsung menyampaikan pada semuanya kalau boss memanggil mereka agar makan di ruang meeting.
Mereka semua masuk dengan membawa box makanan mereka, termasuk box makanan untuk boss dan Tong Nian. Shangyan masih sibuk dengan laptop-nya bekerja. Sepertinya, tujuannya menyuruh semua makan di ruang meeting agar Tong Nian tidak merasa sepi.

Saat makan, Shangyan membahas mengenai Demo yang berada di peringkat 3 terakhir saat test kecepatan tangan tempo hari. Demo langsung berkata kalau dia sudah bekerja keras bulan ini. Dan juga, bukankah masih ada peringkat dua terakhir dan peringkat terakhir, kenapa hanya dia yang di targetkan? Demo langsung berkata juga kalau dia sudah terbiasa dengan aplikasinya dan bahkan mendapat angka 201 saat latihan terakhir. Shangyan langsung berkata, nilai tertinggi DT adalah 106. Demo langsung murung karena merasa kalah.

Tong Nian yang dari tadi mendengar, jadi penasaran, dan bertanya test kecepatan tangan apa yang mereka bicarakan? Shangyan langsung menyuruh 97 untuk menjelaskan. 97 langsung menjelaskan kalau mereka ada menggunakan sebuah software untuk mengetes kecepatan waktu reaksi mereka. Aplikasinya benar-benar sederhana. Ketika membuka software-nya dan ketika mendengar suara ‘ding’ di headset, mereka harus mengklik mouse, saat itu juga. Ini untuk mengukur seberapa cepat waktu reaksi kita.
“Jadi, 106 dalam milisecond?” tanya Tong Nian.
“Ya, benar, dalam milisecond.”
“Satu detik setara dengan 1000 milisecond. 201 tidaklah rendah sama sekali,” puji Tong Nian. Demo langsung senang mendengarnya. “Lalu, mengapa kalian harus mendengarkan suara? Latihan reaksi kalian tidak berdasarkan latihan suara.”
97 langsung menjelaskan kalau awalnya mereka juga hanya bermain. Tapi, entah siapa yang memasukkan software itu ke dalam website dan akhirnya membuat mereka tersiksa. Eh, tidak di sangka, Tong Nian malah berkata punya ide untuk melatih tangan dan mata mereka. Jadi, layar awal adalah hijau, dan jika berganti waran maka mereka harus mengklik mouse.
“Software itu sudah ada di luar negeri, sebuah software yang sangat kecil,” ujar Wu Bai.
Shangyan malah ingin menggunakan software itu juga. Semua langsung mengeluh. Untung Wu Bai berkata kalau kesulitan level software itu sangat rendah. Semua langsung lega.
Tong Nian tiba-tiba mengangkat tangan dan berkata kalau dia bisa membuat versi yang sudah di kembangkan. Dia mulai menjelaskan ide-nya. Shangyan jadi tertarik. Tong Nian nggak sadar kalau semua anggota K&K tidak suka dengan ide tersebut, karena bagi mereka itu hanya menambah siksaan.
“Jika semuanya tertarik, aku bisa membuatnya malam ini juga!” ujar Tong Nian, bersemangat.
“Tidak. Tidak. Tidak usah. Terlalu merepotkan. Tidak perlu,” ujar semuanya serempak.
“Jangan sungkan! Tidak masalah!” ujar Tong Nian. Semua makin ribut.

Dan begitu Shangyan mengeluarkan permen, semua langsung diam. Tong Nian malah menatap Shangyan yang sibuk mengeluarkan permen. Jadi, Shangyan memberikan sebuah permen hijau untuk Tong Nian. Semua langsung menggoda mereka. Tong Nian memakan permen-nya dengan penuh senyuman bahagia.

Semua sudah selesai makan. Hanya sisa Tong Nian dan Shangyan yang belum selesai. Bibi Zhao sudah masuk untuk membereskan sisa sampah. Shangyan jadi khawatir dan bertanya apakah makanannya tidak enak? Tong Nian langsung berkata kalau dia tidak lapar dan sudah kenyang. Tapi sebelum datang, dia sudah memakan sepotong kue.
Dan Shangyan menyuruh Tong Nian agar ikut dengannya. Shangyan membawa Tong Nian ke mobil perusahaan dan meminta supir untuk mengantarkan Tong Nian ke kampus Jiaodong.
“Setelah aku menyelesaikan software-nya, aku akan menelponmu,” ujar Tong Nian.
“Hm,” jawab Shangyan. “Nama akun WeChat-mu… kapan kau akan mengubahnya balik? Apa kau tidak merasa itu terlalu panjang?”
“Kau bagaimana bisa tahu kalau itu adalah WeChat ku?”
“Intuisi,” jawab Shangyan, tidak memberitahu yang sebenarnya.
Dan saat mobil membawa Tong Nian pergi, Shangyan tersenyum kecil.
--
Tong Nian sampai lembur membuat software yang di janjikannya untuk Shangyan. Yaya yang teman satu kost sampai menyuruh Tong Nian tidur. Tong Nian balas menyuruh Yaya untuk lanjut tidur karena dia sedang sibuk membuat sesuatu yang menyenangkan.

Dan akhirnya software Tong Nian baru jadi saat pagi hari! Yaya sampai kagum melihat Tong Nian yang sudah seperti prajurit saja, lembur membuat software.
--
Xiao Ai ada di K&K dan membuat Su Cheng kesulitan karena Xiao Ai terus saja melawan. Saat dia meminta Xiao Ai untuk sarapan, Xiao Ai malah menolak. Shangyan tidak bisa tinggal diam, dan menggendong Xiao Ai ke meja makan. Dia memerintahkan Xiao Ai untuk makan, tapi Xiao Ai tetap tidak mau.
“Kau pasti Gun God,” ujar Xiao Ai dengan sinis.
“Kau putri Solo. Siapa namamu? Xiao Ai?”
“Bukankah kau tidak berbicara dengan ayahku? Bagaimana kau bisa tahu namaku?”
“Ketika kau berusia sekitar 2 atau 3 tahun, dan hanya setinggi ini, aku melihatmu. Saat itu, kau masih memanggilku ‘Paman’.”

Xiao Ai dan Shangyan malah saling bertengkar. Su Cheng sampai harus melerai Shangyan untuk tidak seperti anak kecil. Su Cheng mengajak Xiao Ai untuk pergi ke taman bermain hari ini, tapi Xiao Ai menolak dengan alasan sudah bosan.  Su Cheng berusaha membujuk Xiao Ai agar mau pergi bersamanya. Dan Xiao Ai semakin keras menolak.
Shangyan sampai kesal dan berkata kalau Solo pasti tidak pandai mengajari anak. Harusnya, Su Cheng yang membawa Xiao Ai dan mengajarinya.
“Tidak ada masalah!” teriak Xiao Ai, marah.
“Kau dan ibumu mungkin punya hubungan yang buruk. Tapi terhadap orang yang lebih tua, kau setidaknya harus menunjukkan sopan santun. Apa ayahmu tidak mengajarimu hal ini? Itu membuktikan kalau ayahmu bukanlah ayah yang kompeten!”
Terpancing, Xiao Ai berkata dia akan pergi kemanapun. Shangyan senang karena Xiao Ai akhirnya mau pergi dengan Su Chen. Tapi, Xiao Ai cukup cerdik dengan berkata kalau Shangyan juga harus ikut pergi. Saat dulu, kan ayahnya yang menjaga Shangyan, jadi bukankah Shangyan harus membayar hutang lama itu?
“Baik. Aku akan mengembalikan semuanya untukmu!” ujar Shangyan, setuju untuk ke taman bermain.
Dan saat itulah, Xiao Ai baru tersadar kalau dia sudah terjebak.
Shangyan mendapat pesan dari Tong Nian yang memberitahu kalau dia sudah selesai membuat software.

11 Comments

  1. Lanjutt kakakkk...semangattt teruss yaaa..

    ReplyDelete
  2. Lanjut kak. Seru penulisanya.

    ReplyDelete
  3. Terus ya ka sinopnya penasaran nih

    ReplyDelete
  4. Ditunggu kak lnjutannya...

    ReplyDelete
  5. Halloo semuanya

    Untuk episode selanjutnya update senin malam ya. Soalnya hari ini dan dan besok untuk nulis doctor John. Aku kalau nulis malam, krn pagi jam s.d sore kerja.

    ReplyDelete
  6. Iyha kak tetep setia����

    ReplyDelete
  7. Kak lagu yang mrka bertiga nyanyi apa ya judul dan penyanyi nya ?

    ReplyDelete
Previous Post Next Post