Sinopsis Lakorn : Endless Love Episode 1 - part 1



Sinopsis Lakorn : Endless Love Episode 1 - Part 1

Network : GMM 25

“Silahkan datang dan lihat - lihat. Kami memiliki banyak pilihan harga untuk kalian,” kata Day, memasarkan pakaian dagangan nya.
Tapi kemudian tiba- tiba saja, terdengar bunyi peluit petugas kamtib yang datang untuk merazia. Jadi dengan panik semua pedagang segera membereskan barang mereka dan kabur. Termasuk Day juga.

“Ketika kamu bebas. Datanglah ke sini dan rayakan dengan ku ya. Tidak kah kamu bangga dengan putri mu yang mempunyai pameran lukisan sendiri?” kata Min kepada Ayahnya ditelpon. Dia tersenyum sambil terus berjalan.
Lalu kemudian tiba- tiba saja, banyak orang yang berlari ke arahnya dan hampir menabraknya. Melihat itu, Min merasa sangat heran dan bertanya- tanya apakah sedang ada acara marathon atau semacam nya. Lalu tepat disaat itu, Day berlari melewatinya juga.
Namun tanpa sengaja, benang di baju Min tersangkut di gantungan baju yang dibawa oleh Day. Sehingga secara perlahan baju dress nya semakin memendek, karena benang baju nya tertarik. Menyadari itu, Min pun berteriak memanggil Day.
“Hey, berhenti!” teriak Min, mengejar. Dia bahkan sambil terjatuh.


Mendengar panggilan itu, maka Day pun berhenti. “Apa kamu berbicara padaku?” tanyanya dengan raut wajah bingung ada apa.
“Ya. Tidak bisakah kamu melihat dress ku tersangkut!”
Benang merah yang berasal dari baju Min, menjadi awal takdir yang menghubungkan mereka berdua. Day menatap terpesona kepada Min. Dan Min balas menatapnya.

“Mengapa kamu hanya berdiri disana dan tidak ada melakukan apapun? Setidaknya kamu harus meminta maaf dan membantu ku,” keluh Min, saat Day hanya diam saja.
Menyadari itu, Day pun segera melepaskan benang baju Min yang tersangkut di gantungannya. Dan Min protes, karena itu percuma, sebab bajunya sudah rusak.

Day mengembalikan benang tersebut kepada Min, dan menjelaskan bahwa barusan dia sedang terburu- buruk karena di kejar kamtib, jadi dia tidak sengaja. Lalu dengan gugup Day menatap ke arah kaki Min.
“Mengapa kamu tertawa? Apa aku temanmu?” tanya Min dengan ketus. Lalu dia menutup kakinya. “Apa yang kamu lihat?!” tanyanya lagi.
Dan dengan gugup, Day pun segera berbalik.

Min memakai celana dagangan milik Day. Dan selama memakai itu, dia menyuruh Day untuk jangan mendekat. Dan Day membalas bahwa dia tidak akan mengintip. Lalu setelah agak lama, Day pun bertanya apakah Min Sudah selesai.

“Ambil ini,” kata Min, memberikan baju nya yang rusak.
“Wow. Kamu terlihat bagus memakai itu,” puji Day.
Dengan ketus, Min menyuruh agar Day tidak perlu memujinya. Lalu dia memberitahu bahwa Day masih harus membayar untuk kerusakan baju nya. Dan Day sekali lagi menjelaskan bahwa dia tidak sengaja, tapi karena Min menatap tajam kepada nya, maka Day pun mengalah dan menanyakan harga dress Min yang rusak ini.

“45.000,” kata Min. Dan Day terkejut.
“Kamu yakin apa yang kamu kenakan ini dress, bukan sepeda motor?”
“Ya. Tidak kah kamu menyadari bahwa itu dress designer,” balas Min. Lalu dia mencari di internet dan menunjukannya.
Melihat bahwa itu benar, Day menjadi kebingungan. Dia meminta akun bank Min, dan berjanji akan membayar.

Min kemudian mengambil tasnya dan mau memakai sepatunya. Tapi karena kaki nya sakit akibat sempat terjatuh barusan, maka dia pun agak kesulitan. Dan melihat itu, Day pun langsung mengendong Min.
“Kamu mau pergi kemana? Aku akan mengendongmu kesana,” kata Day.
“Turunkan aku. Aku bisa pergi ke sana sendiri,” balas Min.


Day tidak mau menurunkan Min, sebab Min bahkan tidak bisa berjalan dengan benar. Dan dengan kesal, Min menuduh apakah Day ingin mengambil kesempatan darinya. Mendengar itu, maka Day pun langsung menurunkan Min. Lalu dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, karena merasa bingung.
Min berdiri di rak baju, dan Day menarik rak baju tersebut. Namun baru sebentar saja, Min meminta agar Day berhenti, sebab kakinya terasa sakit.
“Biar ku beritahu. Kamu harusnya membiarkanku mengendong mu. Jika aku ingin mengambil kesempatan darimu, aku akan melakukannya dari awal,” jelas Day, lalu dia mengeluhkan tiang baju nya yang sedikit bengkok.
Mendengar itu, Min merasa bahwa Day benar dan dia menyesal. Tapi dia malu untuk mengakuinya. “Kamu berbicara terlalu banyak,” balas nya. Lalu dia duduk.
Dengan perhatian, Day memegang kaki Min dan memeriksanya. Lalu dia menyuruh Min untuk menunggu sebentar.
“Kamu mau kemana?” tanya Min. Dan tanpa menjawab, Day berlari pergi.

Day kembali dengan sekantong es batu, dan dia menaruhnya di kaki Min. Dia menjelaskan karena kaki Min sedang terkilir, maka bagus nya di kompres menggunakan ice. Lalu dia menyarankan agar besok Min juga mengompres ulang lagi.

Mendengar itu, Min memandangin Day yang perhatian sambil tersenyum.
“Apa yang kamu lihat?” tanya Day.
“Aku tidak melihat kamu,” jawab Min sambil mengalihkan tatapan nya.
Day sangat yakin Min melihat nya barusan. Dan Min membalas agar Day jangan narsis, lalu dia mengomentari bahwa pria seperti Day pasti playboy. Mendengar itu, Day tertawa kecil.

“Lihat caramu memperlakukan ku sekarang ini. Kamu ingin menarik perhatian ku, kan? Tapi itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan jatuh dalam jebakanmu. Aku sudah punya pacar. Dan kami memiliki benang merah yang mengikat kami dengan sangat kuat,” jelas Min.
Day tertawa mendengar itu. “Apa itu benang merah? Aku hanya tahu benang suci.”

Min dengan ketus mengatai bahwa Day memang tidak tahu apa itu benang merah, sebab Day hanya memperdulikan tentang membuat uang dan tidak punya waktu untuk apapun yang lain. Mendengar itu, Day membenarkan dan mengakui bahwa dirinya miskin.
“Jangan gunakan itu sebagai alasan untuk tidak membayar ku kembali,” kata Min, mengingatkan.
“Aku akan membayar mu pastinya. Aku tidak akan ingkar janji,” balas Day, kesal.
“Bagaimana aku bisa mempercayaimu?”

Day memberikan KTP nya kepada Min sebagai jaminan, sampai dirinya membayar Min untuk dress yang rusak. Dan Min menerima KTP tersebut, setelah mendapatkan uangnya, dia akan mengembalikan KTP milik Day ke alamat yang tertera pada KTP milik Day.
Day kemudian meminta nomor telpon Min, supaya dia bisa mengirimkan bukti transfer nantinya. Dan Min pun memberikan nomor nya ke hape Day.
“Segera bayar. Aku benci menunggu. Jika kamu menginkar, maka aku akan pergi mencari mu ke rumah mu,” kata Min, memperingatkan.

Day kemudian memberikan obat salep yang dibelinya barusan. “Gunakan itu setelah 48 jam,” jelas Day. Lalu dia memberitahukan namanya, dan pamit pergi.
“Tunggu. Apa kamu lupa sesuatu?” tanya Min sambil menujukan sebuah permen coklat yang berada didalam kantong.
“Itu bonus dari ku,” balas Day. Lalu dia mengangkat barang dagangan nya.

Day memperhatikan mobil Min yang berjalan pergi. Lalu dia melihat baju Min yang rusak.
Cue memohon agar Boss membiarkannya untuk ikut pertandingan yang lain, sebab dia membutuhkan uang. Dan Boss menolak, karena dia telah mengikut sertakan Cue ke dalam dua pertandingan, tapi banyak orang yang mengkritik diri nya setelah itu, sehingga itu merusak reputasi nya.
“Ayolah. Ini terakhir kalinya. Kemarin aku cuma kurang fit. Tapi sekarang, aku sangat siap,” jelas Cue sambil menunjukan tendangannya. “Kamu tidak akan kecewa kali ini.”

Boss tahu bahwa Cue pasti membutuhkan uang untuk membayar hutang kartu kredit. Dan Cue membenarkan, lalu dia menjelaskan tentang betapa sulitnya berjualan di jalan akhir-akhir ini, karena banyak petugas kamtib yang mengejar mereka.
“Tolong. Biarkan aku ikut sekali lagi saja ya,” pinta Cue. Dan Boos meludah.
“Ketika kamu di atas ring, orang- orang hanya membuat taruhan bahwa kamu akan kalah. Tidak seorang pun yang menginginkan kamu dalam pertandingan mereka,” jelas Boss.

Mendengar itu, Cue merasa kecewa. Dan Boss memberikan saran kepadanya, jika Cue ingin uang, maka Cue harus mendapatkan Day untuk bergabung, lalu dia akan memberikan komisi untuk Cue. Dengan cara ini, Cue tidak perlu bertarung.
“Aku tertarik. Tapi aku tidak yakin jika Day tertarik,” kata Cue.
“Dia menolak bergabung kemarin, tapi dia mungkin mengubah pikirannya hari ini.”

Tepat disaat itu, Day kembali. Dan dengan riang, Cue langsung menyapanya. Kemudian saat dia melihat kain merah di dekat dagangan Day, maka dia pun bertanya. Karena kain tersebut tampak mahal. Tapi Day tidak mau menjawab dan merebut kain tersebut.
“Bujuk dia,” kata Boss, pelan.
“Bagaimana?” balas Cue, bingung.
Cue mendekati Day, dan bertanya kenapa Day tampak moody. Dan Day menjawab bahwa dia baik- baik saja. Lalu dengan kebingungan harus bicara apa lagi, maka Cue pun menatap ke arah Boss yang memberikan kode mata agar dirinya membujuk Day.

“Aku dengar kalian ada sesuatu yang mau di katakatan. Sebuah kerjaan tambahan, kah?” tanya Day. Dan Boss serta Cue tidak menjawab, melainkan mereka saling memberikan tanda untuk ada yang berbicara.
Menyadari hal itu, Day pun bisa menebak apa yang mereka berdua inginkan. Dan dia langsung menolak untuk ikut dalam pertandingan boxing.


Boss membuka suara. Dia membujuk Day untuk ikut dalam satu pertandingan saja, karena dari pertandingan itu Day bisa mendapatkan uang nantinya. Menurutnya ini bukanlah pertandingan yang sulit, karena Day bisa boxing.
“Ayolah, lakukan saja,” kata Boss, membujuk.
“Tidak. Aku tidak bisa hanya bertarung dan berpura- pura kalah. Lagian itu ilegal,” balas Day, menolak langsung.

Boss mengerti kalau Day tidak ingin memiliki catatan yang buruk ketika melamar kerja. Dan Day membenarkan, sebab dia akan segera lulus, jadi dia tidak ingin mengambil resiko apapun itu. Dan Boss mengerti.
“Hey. Bagaimana denganku?” protes Cue. Lalu dia memperlihatkan gerakannya lagi. Dan Day tertawa melihat itu. Sedangkan Boss langsung menendang agar Cue duduk saja.

Min menceritakan kejadian tentang dress mahal nya yang rusak kepada temannya, Ne, melalui telpon. Dan Ne berkomentar bahwa jika itu dirinya, maka dia akan menyeret orang tersebut ke kantor polisi, dan tidak akan melepaskan orang itu dengan mudah, sebab itu adalah dress mahal.
“Dia memberikan ku KTP nya. Jika dia tidak membayar ku kembali, maka aku akan pergi ke rumahnya,” jelas Min.
“Ayolah, Min. Jika dia benar ingin ingkar, maka dia tidak akan berada dirumah nya dan menunggu kamu,” balas Ne. Lalu dia menanyakan, apakah orang itu tampan.

Mendengar pertanyaan itu, Min mengingat kembali wajah Day yang tidak tampak terlalu buruk menurutnya. Lalu dia bertanya, kenapa Ne menanyakan itu.
“Aku hanya ingin tahu bagaimana penampilannya, supaya aku bisa membayangkan dia didalam skenario yang ada. Apa dia muda? Apa dia tampan? Atau dia tua?” tanya Ne dengan cerewet dan nada centil.
“Aku tidak tahu. Aku tidak memperhatikan penampilannya,” balas Min, berbohong.

Ne dengan bersemangat meminta Min untuk menfoto kan KTP Day. Dan dengan sedikit menggerutu, Min pun memotret KTP Day dan mengirimkan nya pada Ne.
“Oh, Min! Ini P’Day. Dia senior paling hot di universitas kita,” kata Ne, semangat.
Ne menceritakan tentang betapa hebat nya Day atau Mr. Rawee Liangtagoon. Senior paling hebat di sekolah mereka. Berada di falkutas pendidikan, jurusan Ilmu Olahraga. Serta merupakan perwakilan sekolah mereka di cabang Taekwondo.
“Serius, aku tidak bisa percaya, ada seseorang yang tidak mengenal dia,” jelas Ne dengan semangat. “Dia benar- benar tampan. Aku mengkagumin nya. Kamu harus mencomblangkan dia dengan ku,” pinta Ne.

Min melihat akun sosial media milik Day, dimana disana terdapat banyak foto kemenangann milik Day. Serta komentar dari para gadis yang memuji- muji serta mengkagumin kehebatan dan kebaikan Day.
Membaca itu semua, Min teringat mengenai perkataan nya yang sedikit kasar, karena telah mengatai kalau Day hanya memperdulikan tentang uang. Dan dia merasa menyesal.

Aku minta maaf. Aku baru menyadari kamu senior di Uni ku. Kamu bisa membayar ku kembali, ketika kamu punya uang. Ketik Min di hapenya. Dia berniat mengirim kan pesan tersebut kepada Day. Tapi dia tidak jadi dan menghapusnya.
Aku sudah dirumah. Terima kasih telah mengurut kaki ku. Ketik Min lagi di hape nya, tapi dia tidak jadi dan menghapus nya lagi. Sebab dia tidak ingin seperti tampak tertarik kepada Day nanti nya.
Day membaca pesan yang di kirimkan oleh Min. Beritahu aku ketika kamu sudah membayar nya, aku akan mengirimkan KTP mu kembali.

Sesampainya dirumah, Day memberikan salam kepada pengasuh Ayahnya. Dan si pengasuh dengan nada mengomel menanyakan, kenapa Day pulang selarut ini, kepadahal dia sudah harus pulang, tapi dia tidak bisa, karena dia tidak mungkin membiarkan Ayah Day sendirian. Dan Day pun meminta maaf kepadanya.
Si pengasuh kemudian mengingatkan Day untuk jangan lupa membayar nya di akhir bulan nanti. Dan dengan gugup Day meminta pengertian si pengasuh.

“Bisakah aku membayar mu sedikit telat diakhir bulan ini? Aku perlu uang untuk membayar masalah penting duluan,” jelas Day.
“Setiap orang membutuhkan uang. Aku menerima bayaran rendah untuk mengurus Ayahmu, karena kamu anak yang baik. Ini sudah sulit untuk bekerja dengan bayaran yang rendah, jadi jika kamu telat membayar ku, aku tidak akan lanjut bahkan jika kamu adalah anak yang baik,” balas si pengasuh, mengomel kesal.

“Tolong. Jangan tinggalkan aku dan Ayahku. Aku tidak punya cukup uang bulan ini. Berikan aku beberapa hari lagi, aku pasti akan membayar mu,” pinta Day, memohon.
“Aku beri kamu 3 hari. Jika kamu tidak bayar, aku keluar. Jangan bilang aku kejam. Aku butuh uang untuk bertahan hidup juga. Kita semua miskin,” balas si pengasuh. Dan Day pun berterima kasih banyak kepadanya.


Day kemudian duduk disebelah Ayahnya yang sedang duduk termenung. Dia menanyakan, kenapa Ayahnya duduk diluar, kepadahal ada banyak nyamuk. Dan Ayah diam.
Day lalu memandangin cincin yang tergantung di leher Ayahnya, dan berniat untuk memegangnya. Tapi Ayah langsung menepis tangan Day. Dan Day pun meminta maaf serta menjelaskan bahwa dia tidak akan menyentuh cincin tersebut. 

Day sekali lagi menanyakan, kenapa Ayahnya tidak diam di dalam rumah saja. Dan Ayah menjawab bahwa dia sedang menunggu Kaew. Mendengar nama itu, Day menjelaskan kepada Ayah bahwa Kaew tidak akan pernah kembali, sebab Kaew sudah berada di surga.
“Surga? Dimana itu?” tanya Ayah (Theep).
“Itu tempat yang sangat jauh. Diatas langit,” jawab Day.
“Jangan berbicara omong kosong. Tidak seorang pun bisa tinggal di langit,” balas Ayah, tidak percaya. 

Ayah dengan perhatian kemudian menanyakan, apakah Day sudah makan. Dan Day menjawab belum. Ayah lalu menyuruh Day untuk menunggu saja, karena Kaew sedang berbelanja ke pasar dan akan pulang sebentar lagi. Ayah memanggil Day dengan sebutan ‘anak muda’, seorang Day adalah orang asing.

“Dia tidak bisa mengingatku lagi.” Pikir Day dengan sedih. “Baiklah, yah. Aku akan menunggu bersama mu. Tapi kita harus menunggu Kaew di dalam, karena banyak nyamuk disini,” kata Day, perhatian.
“Ya. Ayo. Mari tunggu dia didalam. Masuk. Masuk. Anggap ini rumah mu sendiri,” balas Ayah, memperlakukan Day seperti tamu.

Saat Ayah sudah tertidur, Day menaruh kan balsem di tangan Ayahnya yang digigiti nyamuk. Lalu setelah itu, dia duduk dan menemani nya.

Day memandangin foto Ayah dan Ibunya. Disalah satu foto Ibunya, ada terdapat tulisan Ayahnya. Kaew, aku sangat merindukan mu – Theep.
“Ibu, aku merindukanmu juga,” kata Day.
Pagi hari. Sebelum berangkat ke sekolah, Day bekerja mengantarkan barang pesanan orang- orang.

Didalam kelas. Min memperlihatkan hasil lukisannya. Dan menjelaskan nya.
“Aku percaya bahwa semua pasangan memiliki benang merah yang terikat di jari kelingking mereka. Dan benang merah itu akan mengikat mereka bersama selamanya, tidak peduli betapa jauh atau dekat mereka dari satu sama lain. Ketika waktu yang tepat tiba, benang merah itu akan menarik mereka untuk bertemu satu sama lain. Tidak peduli berapa banyak rintangan diantara mereka, kekuatan benang merah akan membantu mereka untuk melalui semua rintangan dan mencintai satu sama lain sampai akhir.”

Mendengar penjelasan tersebut, semua murid memberikan tepuk tangan untuk Min. Dan guru juga memuji betapa hebat nya Min.
“GMO Gallery di Nuanchan,” kata Min, memberitahu semuanya. Jika ada yang ingin melihat hasil lukisan nya yang lain.
Ne langsung menarik Min, ketika kelas Min sudah berakhir. Dia mengajak Min untuk mengikuti nya. Dan tanpa tahu ada apa, Min pun mengikuti nya.


Ne membawa Min ke ruangan olahraga untuk melihat para pria. Dan Min tidak tertarik untuk melihat para pria yang ada disana. Namun Ne langsung menunjuk ke arah seorang pria yang sedang berlatih bela diri, dia menyuruh Min untuk melihat dengan jelas.
“Lihat disana. Dia pria paling hot di kampus. Itu P’Day, debitur kamu!”

1 Comments

Previous Post Next Post