Sinopsis Lakorn : Endless Love Episode 1 - part 2


Sinopsis Lakorn : Endless Love Episode 1 - Part 2

Network : GMM 25

Ne memuji betapa tampan serta hebat nya Day dalam bela diri. Dan Min tersenyum memandangin Day, lalu dia menarik tangan Ne untuk pergi. Tapi Ne menolak dan malah mengajak Min untuk lebih mendekat, dan melihat Day.

Min sebenarnya tidak mau, tapi karena Ne berjalan mendekat ke arah tempat pertandingan. Maka dia pun ikut mendekat dan menonton.
“Lihat, dia begitu keren,” kata Ne dengan bersemangat, saat Day berhasil memenangkan pertandingan. Dan Min hanya tersenyum menanggapin.

Day mengambil sebotol air minum segar, dan meminumnya. Melihat itu, para gadis langsung bergumam kagum dan lalu mengajak nya untuk berselfie. Dan dengan ramah, Day pun berselfie dengan mereka.

“Dia hanya menyihir mereka untuk mendapatkan sesuatu,” komentar Min dengan ketus, saat melihat itu.
“Apa maksudmu? Aku pikir dia orang yang bersahabat. Setiap orang mengatakan dia pria yang baik,” balas Ne, membela Day.
Min yakin kalau Day adalah seorang playboy, dan dia sama sekali tidak tertarik kepada Day. Sebab menurutnya Day tidak bisa di bandingkan dengan Phon nya.
“Okay, Dokter Phon. Dia bukan playboy sama sekali. Tapi banyak gosip dia terus berubah- ubah teman kencannya,” kata Ne dengan sarkatis.
“Dia bukan pria begitu. Para wanita yang mengejarnya sendiri. Dan dia soulmate ku. Benang merah mengikat kami sangat kuat. Kami akan bersama selamanya, tidak peduli apa,” balas Min, membela Phon- nya.
Dan mendengar itu, Ne hanya bisa menghela nafas saja. 
Min kemudian menanyakan kepada Ne, akankah Day benaran membayar nya kembali. Dan Ne tidak menjawab, karena dia sibuk merasa kagum kepada Day.

Day memeriksa saldo uangnya di atm yang hanya ada sekitar 46.759. Lalu kemudian dia membaca sms yang dikirimkan oleh pengasuhnya. Jangan lupa gajiku besok. Membaca pesan itu, Day merasa bingung.

Min membaca pesan yang di kirimkan oleh Day. Lalu dia menghela nafas. Dan mendengar itu, Ne pun bertanya. Dan Min menunjukan pesan itu kepada Ne.
“Aku benar- benar minta maaf. Bisakah kamu memberiku waktu untuk mendapatkan uangnya?” kata Ne, membaca pesan Day.


Dengan sedikit sinis, Min mengatai bahwa Day tidak bertanggung jawab. Dan Ne membela Day, dia menjelaskan bahwa tidak semua orang lahir dengan sendok perak seperti Min. Mendengar itu, Min tertawa.
“Aku tahu, tapi jika dia tidak bisa melakukan apa yang dikatakannya, dia tidak seharusnya berjanji kepadaku. Benar kan?” kata Min, merasa benar. “Dia hanya bagus dalam memikat wanita. Tapi dia tidak bisa menepati janjinya.”
Dengan kesal, Ne lansung mengabaikan Min.

Phon mengobati pasien yang terluka.

Min menunggu nya di ruang tunggu rumah sakit sambil tersenyum bahagia.
Flash back
Min mendekati Phon yang sedang sibuk membaca buku. Dia ingin mengikatkan benang merah di jari keliking Phon. Dan karena merasa terganggu, Phon pun menolak, karena Min kemarin sudah melakukan hal yang sama kepadanya.

“Aku tidak bosan. Biarkan aku mengikat nya lagi ya, supaya kita bisa terus bersama- sama seperti ini,” pinta Min.
“Oh, aku tidak mau berkencan dengan seseorang yang kecil seperti mu. Pergilah. Aku ingin membaca,” balas Phon, menolak.


Dengan sedih, Min pun menjauh dan menangis. Melihat itu, Phon pun merasa tidak tega dan mendekatinya. “Ini terakhir kali nya ya,” kata Phon sambil memberikan jari kelikingnnya.
Dan Min pun berhenti menangis, dan mengikatkan benang merah di jari Phon. Lalu dia mengangkat jarinya yang terikat benang merah juga sambil tersenyum bahagia.
Flash back end

Phon menyadarkan Min yang sedang termenung. “Gadis kecil! Gadis kecil!” panggilnya. Lalu dia menjentikan jarinya. Dan Min pun tersadar.
Min dengan ceria menunjukan makanan yang dibawanya. Dan Phon menanyakan kenapa Min repot- repot melakukan ini, kepadahal dia bisa makan di kantin.
“Pikirkan lah ini sebagai kewajiban ku untuk menjaga mu, dokter tampan ku,” kata Min.
“Oh. Terima kasih ya,” balas Phon. Lalu dia pamit, karena dia masih memiliki janji dengan pasiennya. Dan Min melambaikan tangan padanya.
“Lakukan yang terbaik,” kata Min sambil tersenyum cerah.
Malam hari. Di pinggir jalan. Day memperhatikan dagangan tas Cue yang lebih laku daripada baju yang di jual nya. Jadi karena itu, maka dia pun berniat untuk berjualan tas juga. Dan Cue mengizinkannya. 

“Cobalah. Ini tas tiruan kelas A,” kata Cue, mengarahkan Day. Dan Day pun berteriak, mencoba untuk menjual tas- tas tersebut.
Tapi ketika tas tersebut baru saja akan terjual, tiba- tiba malah terdengar bunyi peluit petugas kamtib. Sehingga karena itu, dengan cepat mereka pun langsung membereskan dagangan mereka dan kabur dari sana.
Namun lagi- lagi ketika kabur, Day tidak sengaja bertemu dengan Min di jalan.

Dengan canggung, Day memulai obrolan. Dia membahas tentang apa yang diberitahukan nya lewat sms tadi siang. Dia menanyakan, apakah tidak apa- apa jika dia telat membayar. Dan dengan ketus, Min menjawab bahwa dia tidak membalas karena itu artinya tidak.
“Jahatnya,” gumam Day.
“Apa?” tanya Min. Dan Day langsung menjawab tidak ada.
Day menanyakan, apakah Min menunggu nya disini untuk menagih hutang. Dan Min menyebut Day gila, dia tidak mau menghabiskan waktunya untuk menunggu seorang pria yang tidak bisa menepati janji nya. Lalu dia memberitahu bahwa dia ada disini, karena dia memiliki pameran lukisan di sini.
“Ya. Itu bagus,” puji Day. Lalu dia tertawa pelan.
“Kenapa tertawa?”
“Ketika kamu tersenyum, kamu tampak manis,” jawab Day.

“Apa yang kamu bicarakan?” tanya Min, tidak mengerti.
“Apa kamu tahu, kamu tampak manis ketika tersenyum?” balas Day.
Mendengar itu, bukannya berterima kasih. Min malah menuduh Day sengaja memuji nya, supaya dia tidak menagih hutang. Dan Day langsung menjawab bahwa dia tidak bermaksud seperti itu. Tapi Min tidak mau mendengar alasan Day.

“Aku tidak akan jatuh pada kata- kata manis mu seperti para gadis,” kata Min, ketus. “Dan lihat, kamu bisa menjual tas palsu. Jadi bagaimana aku bisa mempercayai perkataanmu?” kata Min, mempertanyakan Day.
“Baiklah. Aku akan membayar mu kembali malam ini,” balas Day, lalu dia berjalan pergi. Dia merasa sedikit tersinggung mendengar nada menuduh Min.
Setelah Day pergi. Min memukul pelan mulutnya yang telah salah berbicara.

Dirumah. Day merenungkan perkataan Min sambil membanting kain baju Min yang rusak. Kemudian dia mengirim kan uang yang berada di bank nya kepada Min.
Min sudah tertidur, jadi dia tidak tahu kalau ada uang masuk ke rekeningnya.
Keesokan hari nya. Min sibuk memotret satu persatu hidangan yang ada diatas meja makan, selagi Ayah nya dan Ibu Phon sedang berbicara.
Ibu Phon menanyakan, apakah benar Ayah Miningin menyumbangkan 2% keuntungan perusahaan untuk sumbangan. Dan Ayah Min membenarkan, sebab dia ingin sedikit berbagi kepada orang lain. Tapi Ibu Phon tidak setuju dengan itu, namun dia juga tidak berani untuk melarang Ayah Min melakukan itu.

Setelah Ayah Min serta Ibu Phon selesai mengobrol, maka mereka pun akan mulai makan. Tapi Min meminta mereka untuk menunggu, karena dia masih memotret. Dan melihat itu, Phon pun mengomentarinya, karena mereka sudah sering ke sini dan makan hindangan yang sama, jadi kenapa Min masih memotret nya. Sementara Ibunya sudah lapar.

“Jangan ganggu Min. Baik- baiklah padanya. Aku menyukainya,” kata Ibu, menegur Phon. “Aku bahkan mengikuti mu di Istagram. Foto makanan mu sangat enak,” kata Ibu, memuji Min. Dan mendengar itu, Min tersenyum senang.
“Aku sudah selesai. Silahkan makan,” kata Min.

Saat membuka app chat di hape nya, barulah Min menyadari pesan yang dikirim kan oleh Day kepada nya. Dan dia merasa tidak enak hati.

“Pacarmu mengirimkan pesan?” tanya Phon. Saat melihat Min yang tidak menyentuh makanan sama sekali dan sibuk melihat hape saja.
“Apa kamu gila? Tidak. Aku belum punya pacar,” balas Min.

Day memohon kepada pengasuh Ayahnya supaya memberikan nya waktu beberapa hari. Tapi si pengasuh tidak mau. Day memohon, meminta maaf, serta menjelaskan situasi yang sedang dialaminya. Tapi si pengasuh tetap tidak mau bekerja lagi merawat Ayah Day, dia memilih untuk berhenti.
Tanpa bisa perbuat apapun, Day merasa sangat marah kepada dirinya sendiri dan memukul- mukul dinding rumah.
Melihat itu, Ayah mendekati Day dan memberikan permen coklat kepada Day. “Kamu akan merasa lebih baik, ketika makan ini. Ini punya ku tapi kamu bisa ambil semuanya,” jelas Ayah. Dan Day berterima kasih kepadanya.
Day mengembalikan permen coklat itu kepada Ayahnya. “Kamu bisa memakannya, yah.”

Menerima coklat itu, Ayah merasa senang. Tapi kemudian dia kembali mengingat tentang Kaew lagi, dan dia mencari- cari dimana Kaew. Melihat kondisi Ayahnya yang seperti itu, Day pun merasa sedih.


Min memberikan undangan pameran lukisannya kepada Phen (Ibu Phon). Dan Ibu Phon pun memuji betapa luar biasa nya Min. Tapi sayang nya dia tidak bisa datang, karena dia ada rapat di Taiwan tepat di tanggal itu, jadi di akan membiarkan Phon yang pergi menggantikannya.

Begitu juga dengan Ayah Min. Jika sempat dia akan pergi ke pameran Min setelah dia kembali dari Taiwan. Mendengar itu, Min tampak sedih, tapi dia tidak mengatakan apapun dan tersenyum kepada mereka, karena setidaknya ada Phon.
Day menyiapkan makanan untuk Ayahnya yang sedang sibuk menonton kartun di depan TV. Lalu Day pun menjelaskan kepada Ayahnya bahwa hari ini Ayah akan sendirian dirumah, tapi dia pasti akan segera pulang setelah kelas selesai.
“Aku dengar. Siapa yang Ayah, aku atau kamu anak?” kata Theep.

Mendengar itu, Day tersenyum senang. “Kamu ingat aku sekarang?”
“Ya. Kamu pikir aku gila?” balas Theep. “Pergilah. Nanti kamu telat.”
“Baik. Aku pergi sekarang,” kata Day, pamit sampai memeluk Ayahnya. Lalu dia pun mengambil tas nya dan pergi dengan ragu.


Day mengambil sendok dan mengunci pintu rumah. Supaya Ayahnya tidak bisa pergi.

Post a Comment

Previous Post Next Post