Kondisi
Lei terlihat kurang baik. Dia kelihatan sulit bernapas, cemas dan gelisah.
Bahkan hanya mendengar Lu Li menyapa saja, dia sudah kelihatan terkejut seperti
dikagetkan. Nggak membaca situasi, Renxun malah menyapa Lu Li dengan suara
keras dan memuja mujinya. Tujuannya? Hendak meminta nomor Xiaoqi. Xiaoqi nggak
langsung memberikan. Dia akan bertanya terlebih dahulu sama Xiaoqi, apa dia mau
memberikan nomornya atau tidak. Setelah menanyakan dan Xiaoqi setuju, Lu Li
baru memberikan nomor.
Pembicaraan
mereka terhenti karena Zhang menyuruh mereka untuk segera bersiap menyambut
kedatangan investor. Bukan hanya mereka, Yi Cheng dan Yi Ming juga sudah sangat
mempersiapkan diri dan memakai baju kemeja kotak-kotak sama dengan mereka
semua. Rasa antusias Yi Cheng dan Yi Ming hanya bertahan sekejap. Saat melihat
investor yang datang, wajah keduanya berubah menjadi tegang dan muram. Zhang
dkk yang tidak menyadari situasi, berbisik-bisik memuji investor kali ini
sangat cantik. Investor tersebut adalah Li Man.
Jelas-jelas
Yi Cheng sudah menunjukkan sikap yang amat sangat dingin, tapi Li Man masih
bersikap seolah tidak peka. Dengan sikap formal, dia memperkenalkan diri
sebagai perwakilan investor dari perusahaan game EG, Li Man. Dia juga menyapa
Yi Ming dengan sebutan, kakak senior. Yi Ming membalas sapaannya dengan sopan
tapi menekankan jarak dengan menyuruhnya agar menyebutnya dengan sopan, tn. Yi
Ming. Sikap keduanya yang begitu dingin pada investor mereka kali ini, sudah
terasa aneh sama Zhang dkk.
Dan benar
saja, tanpa kesempatan menjelaskan game buatan mereka, Yi Cheng menyatakan
kalau mereka menolak bekerja sama. Keputusan yang membuat semuanya terkejut.
Masih dengan sikap tenang, Li Man mengajak Yi Cheng untuk bicara berdua. Yi
Cheng setuju. Mari mereka bicara, disini. Yi Ming juga mengajak sekretaris yang
menemani Li Man untuk ikut ke ruang tamu bersamanya. Sementara Zhang dkk berkumpul
di sudut, menunggu dengan cemas hasil pembicaraan Yi Cheng dan Li Man.
Li Man
benar-benar tidak tahu malu. Setelah membawa kabur uang perusahaan Yi Cheng, 3
tahun yang lalu, dia masih berani mengungkit hubungan mereka di masa lalu. Cara
bicaranya benar-benar menjengkelkan. Dia merasa kalau Yi Cheng menolak bekerja
sama dengannya karna masih belum bisa melupakannya. Yi Cheng dengan tegas
menjawab kalau dia hanya tidak ingin bekerja sama dengan seorang pengkhianat.
Li Man tetap saja tidak sadar diri dan tetap saja bertahan pada keyakinannya
kalau Yi Cheng masih belum merelakannya. Makanya, Yi Cheng tidak pernah
menerima programmer wanita di perusahaannya. Dan dia juga, demi Yi Cheng
makanya kembali dan ingin memulai semua dari awal.
Yi Cheng
kelihatan lelah menghadapi kepercayaan dirinya yang nggak masuk akal dan tidak
tahu malu tersebut. Apa Li Man nggak melihat kalau di perusahaannya ada seorang
programmer wanita? Tanpa menunggu jawaban Li Man, Yi Cheng beranjak pergi
sambil memanggil nama Lu Li. Dan tanpa instruksi apapun, dia mendorong Lu Li
hingga ke dinding dan menciumnya. Zhang dkk termasuk Li Man, otomatis terkejut
dengan yang Yi Cheng lakukan tiba-tiba. Dan layaknya netizen, mereka
mengeluarkan ponsel dan mulai merekam ciumana Lu Li dengan Yi Cheng. Lu Li yang
memang menyukai Yi Cheng, tidak menolak ciuman Yi Cheng dan membalasnya.
Untuk
memperkuat status hubungan mereka, Yi Cheng menggenggam tangan Lu Li dan
menunjukkannya pada Li Man. Lu Li yang tidak tahu apapun mengenai hubungan Yi
Cheng dan Li Man, hanya merasa bahagia dengan tindakan Yi Cheng.
Tentu
saja, setelah kejadian itu, dia diinterogasi sama Zhang dkk. Sejak kapan mereka
pacaran? Gimana cara dia bisa mendapatkan Yi Cheng? Kenapa mereka bisa nggak
tahu? Lu Li jelas malu mendapat begitu banyak rentetan pertanyaan. Dia juga
nggak bisa bilang kalau hubungan mereka sudah lebih dari pada pacaran. Yang
bisa dikatakannya hanyalah kalau mereka
dijodohkan oleh orang tua.
Zhang dkk
semakin menggodanya. Tidak sangka hubungan mereka sudah begitu jauh karena
sudah bertemu masing-masing keluarga. Hebat juga mereka bisa merahasiakannya
hingga sekarang. Kapan mereka akan menikah? Lu Li dengan malu-malu menjawab
kalau hubungan mereka tidak buru-buru. Renxun menimpali kalau sebaiknya mereka
bergegas, soalnya Yi Cheng kelihatan punya hubungan spesial dengan investor
tadi.
Karena
rasa kepo, mereka mulai mencari tahu informasi pribadi Li Man. Melalui
internet, mereka jadi tahu kalau Li Man adalah lulusan dari Universitas Xinhai
jurusan Ilmu Komputer. Usia 27 tahun. Tiga tahun lalu belajar keluar negeri dan
kini menjabat sebagai manager senior dalam Departemen Investasi Proyek
Perusahaan Game EG. Meskipun mereka hanya mendapatkan informasi tersebut, Zhang
sudah bisa membuat kesimpulan. Pantesan saja dia memanggil Yi Ming, kak senior.
Renxun menambahkan, kalau kemungkinan besar Li Man adalah mantan pacar Yi Cheng
soal itu.
Ah,
mumpung membahas itu, mereka jadi penasaran, apakah Yi Cheng pernah membahas
mantan pacarnya pada Lu Li? Lu Li menggelengkan kepala. Suasana langsung
canggung. Zhang dkk baru tersadar kalau mereka sudah salah bicara dari tadi dan
langsung mengalihkan topik kemudian kabur.
Foto
ciuman Yi Cheng dan Lu Li yang difoto oleh Zhang dkk tadi, dengan cepat
tersebar ke semua pegawai di Enchant Tech. Dalam sekejap, ciuman tersebut
menjadi topik panas dan bahan gosip. Tentu saja, Zi Tong yang bekerja di
Enchant Tech, tidak ketinggalan info. Dia sangat bersemangat saat melihat foto
itu dan meminta pegawai yang memiliki foto untuk mengirimkannya padanya. Dia
akan mengirimkan foto itu pada Ibunya yang pasti akan kegirangan.
Sayangnya,
kesenangan Zi Tong lenyap dalam sekejap saat menyadari kalau di foto itu ada
sosok Li Man. Umur panjang! Dia berjumpa dengan Li Man yang baru saja mau
pergi. Li Man memang benar-benar definisi dari kata ‘orang tebal muka.’ Dia
nggak ada malunya sama sekali dan bicara dengan sangat lembut, sopan dan
basa-basi tanpa menyadari kejahatannya di masa lalu pada Yi Cheng, kakak Zi
Tong. Zi Tong tidak suka dengan basa-basinya, toh hubungan mereka tidak seperti
dulu lagi. Dia menghampiri hanya untuk memperingati Li Man untuk tidak
mengganggu kakaknya lagi!
Li Man
tidak mau dan malah bilang kalau dia ingin berteman dengan Zi Tong lagi. Zi
Tong menolak. Sejak dia mengkhianati kakaknya dan menghilang tanpa kabar,
mereka sudah putus hubungan. Li Man tetap saja tidak mau menyerah bermulut
manis dan terus bilang kalau dia nggak pernah ada niat untuk menyakiti
siapapun. Baginya, Zi Tong adalah sahabat terbaik, Yi Ming adalah kakak senior
yang paling dipercayai dan Yi Cheng adalah orang yang paling dicintai.
“Jelas-jelas
yang kau cintai adalah dirimu sendiri! Bilang. Kali ini apa lagi yang ingin kau
dapatkan dari kakakku?”
“Kali ini
aku kembali untuk menebus kesalahanku padanya, tetapi aku tidak menyangka kalau
dia sudah punya pacar.”
“Makanya,
kusarankan kau segeralah menyerah. Hubungan kakakku dan Lu Li sangat baik.”
Dasar
licik! Li Man malah memancing dengan berujar kalau belum lama ini Yi Cheng
masih menjalani kencan buta, jadi hubungan mereka pasti belum lama. Zi Tong
terpancing! Dia menjawab kalau meskipun baru pacaran belasan hari, Yi Cheng
tidak akan goyah karena Li Man! Li Man jelas senang karena hubungan Yi Cheng
dengan Lu Li baru belasan hari.
Zi Tong
yang tersadar kalau dia sudah salah ngomong, segera mengakhiri pembicaraan
dengan Li Man dan bergegas menemui Yi Ming. Dia mengaku pada Yi Ming kalau dia
hendak memperingati Li Man, tapi malah keceplosan memberitahu kakaknya dan Lu
Li belum lama berpacaran. Yi Ming yang dewasa, menenangkannya. Meskipun Zi Tong
tidak mengatakan hal itu, Li Man pasti tetap akan tahu dari sumber lain. Zi
Tong jadi tenang dan mulai mengajak Yi Ming diskusi mengenai tujuan Li Man
menemui kakaknya lagi. Padahal dulu, Li Man sangat pemalu. Tidak disangka,
dalam beberapa tahun, bukan hanya kerutannya yang bertambah tapi mukanya juga
jadi tebal muka. Yi Ming menasehati dengan bijak agar Zi Tong tidak ikut campur
dalam masalah Yi Cheng dan biarkan Yi Cheng menyelesaikannya sendiri.
Topik
pembicaraan sudah habis, tapi Zi Tong nggak pergi dan malah menatap wajah Yi
Ming. Tanpa malu, dia memuji wajah Yi Ming yang tampan. Yi Ming menegurnya dan
mengajaknya membicarakan masalah pekerjaan. Apa Zi Tong tahu departemennya
sedang mengerjakan apa? Dan jawabannya, tidak. Yi Ming menasehatinya lagi agar
menghargai posisi yang sudah didapatkan. Dia sudah mendapat privilege bisa masuk perusahaan dan
menjabat di posisinya sekarang, sementara banyak orang diluar sana yang
berusaha keras mendapatkannya. Bukannya mendengarkan nasehat Yi Ming, Zi Tong
malah bilang tujuannya datang bekerja ke perusahaan adalah untuk mengejar Yi
Ming. Dia mencurahkan semua perasaannya untuk mengejar Yi Ming. Yi Ming beneran
kehabisan kata-kata untuk menegurnya.
Dalam
perjalanan pulang, Li Man kelihatan galau soalnya Yi Cheng sudah punya pacar.
Sekretarisnya yang tahu hubungan masa lalu Li Man dengan Yi Cheng, memanasi Li
Man dengan bilang kalau Lu Li terlihat biasa-biasa saja dan bukan apa-apa jika
dibandingkan dengan Li Man. Li Man beneran memuakkan. Dia malah bilang kalau Lu
Li sangat mirip dengan dirinya dulu! Ah, sekretarisnya malah memnbuat
kesimpulan sendiri mengenai Yi Cheng hanya menarik orang yang mirip dengan Li
Man untuk membuatnya kesal.
Faktanya,
memang ya. Yi Cheng mencium Lu Li hanya untuk membuat Li Man sadar kalau dia
tidak punya perasaan apapun padanya. Dan sekarang, dia merasa dilema, takut
kalau Lu li marah karna dia tiba-tiba menciumnya. Lagi pusing memikirkan hal
itu, dia malah mendapat pesan dari Yi Ming yang menyampaikan kalau Li Man
mengajak mereka makan bersama. Li Man juga bilang untuk membawa pacar Yi Cheng.
Yi Cheng
menolak untuk ikut.Tetapi Yi Ming malah bilang kalau Li Man pasti ingin melihat
apakah Yi Cheng dan Lu Li sungguh pacaran. Yi Cheng jadi terpancing dan mau
menerima undangan makan tersebut.
Sikap
Zhang dkk pada Lu Li berubah 180 derajat. Mereka memperlakukannya dengan baik
karena menganggap Lu Li akan menjadi Nyonya boss kelak. Mereka melarang Lu Li
untuk ikut berbersih dan duduk saja. Pegawai dari departemen lain juga berusaha
menyenangkan hatinya dengan bilang ingin mengoderkan komputer baru. Lu Li jadi
nggak enak dan menolak semua kebaikan mereka karena dia tidak memerlukannya.
Dia juga menegaskan kalau Yi Cheng bukan orang yang suka mencampurkan hubungan
pribadi dan pekerjaan, jadi jangan sampai mereka salah bicara di depan Yi
Cheng.
Pas
sekali, yang dibicarakan mendadak muncul dan di depan orang banyak, mengajak Lu
Li untuk makan bersama malam ini. Semua pegawai semakin menggodanya yang diajak
makan secara terang-terangan. Zhang dkk juga ikut-ikutan dan bersikap semakin
baik padanya.
Renxun
sudah mulai pedekate dengan Xiaoqi. Dan karena Renxun juga, Xiaoqi jadi tahu
kalau satu perusahaan sudah mengetahui hubungan Yi Cheng dengan Lu Li. Tentu
saja, satu perusahaan salah paham, mengira kalau mereka pacaran padahal
faktanya mereka sudah menikah.
Setelah
bergosip, saatnya menuju restoran untuk makan bersama. Sialnya bagi Renxun, Gu
Mo lewat dan dia menyapanya. Saat tahu Gu Mo adalah kakak angkat Xiaoqi, untuk
kesopanan, Renxun mengajaknya ikut makan bersama. Xiaoqi sebenarnya nggak mau.
Renxun juga hanya basa-basi. Siapa sangka kalau Gu Mo malah menerima tawaran
formalitas tersebut.
Selama
makan bersama, Renxun bisa melihat betapa perhatiannya Gu Mo dengan Xiaoqi. Gu
Mo juga berusaha menghancurkan pedekate mereka dengan terus saja ikut campur
dalam pembicaraan. Renxun jelas nggak nyaman. Apalagi saat keduanya mulai
berbebat dan dia nggak bisa ikut campur sama sekali.
Sementara
itu, di pertemuan makan malam antara Yi Cheng, Lu Li, Yi Ming dengan Li Man,
terasa sangat canggung. Sikap Li Man benar-benar munafik. Dia jelas tahu Lu Li
adalah pacar Yi Cheng, tapi dia terus saja mencoba membahas masa lalu, dimana
Lu Li tidak tahu apapun. Saat Yi Cheng kelihatan sakit leher, dia juga mau
membahasnya. Untungnya, Lu Li lebih gercep dengan mengeluarkan koyok dan
memakaikannya dengan santai di leher Yi Cheng.
Nggak mau
nyerah, Li Man malah berujar kondisi leher belakang Yi Cheng dari dulu kurang
baik. Dia juga sudah membawakan alat pijit leher belakang yang sangat bagus
dari luar negeri dan akan memberikannya ke Yi Cheng. Yi Cheng menolak, soalnya
baginya sudah cukup dengan pijitan dari Lu Li. Masih belum puas, Li Man malah
mengambilkan udang untuk Yi Cheng sambil berkomentar kalau dia ingat Yi Cheng
suka seafood jadi sengaja memesan
makanan itu. Yi Cheng menerima udang yang diberikan. Mengupas kulitnya dan
memberikannya pada Lu Li untuk dimakan. Senyum Li Man langsung lenyap.
“Lu Li,
bukankah kau alergi seafood?” tanya Yi Ming, khawatir.
Yi Cheng
kaget. Dia baru tahu hal itu. Li Man juga kelihatan antusias, menyadari Yi
Cheng nggak tahu apapun mengenai Lu Li. Lu Li tetap tenang dan tersenyum,
menjawab kalau itu dulu dan sekarang dia sudah sembuh. Tanpa berkata apapun
lagi, dia memakan udang yang diberikan Yi Cheng.
Li Man
kelihatan senang menyadari ada celah antara Yi Cheng dengan Lu Li. Dia kembali
membahas kenangan dimasa lalu. Yi Cheng sudah sangat muak mendengarnya dan
menegaskan kalau itu masa lalu. Cepatlah makan!
Li Man
terdiam mendengar suara tegas Yi Cheng. Dia mengakhiri omongannya dan pamit ke
toilet. Tidak lama setelah dia keluar, Yi Cheng juga ikutan pamit ke toilet. Li
Man sudah menunggunya. Soalnya dia yakin Yi Cheng akan mengejarnya. Yi Cheng
mengejar bukan karena merindukan tapi untuk memperingatinya agar berhenti
mengungkit masa lalu di depan Lu Li. Dia menyadari kalau Li Man berusaha
membuat Lu Li menjauh darinya dan berpisah darinya.
“Sekalipun
kau tidak memaafkanku, kau juga tidak perlu bersandiwara untuk membohongiku.
Aku tahu kalian belum lama kenal. Kau sama sekali tidak memahaminya.”
“Apakah
ada hubungannya antara mengenal seseorang dan waktu? Aku mengenalmu begitu
lama, apakah aku sungguh memahamimu?”
“Kalau
begitu, apa kau sungguh menyukainya? Kalau kau sungguh menyukai Lu Li, mana
mungkin kau tidak tahu bahwa dia alergi seafood?”
“Aku
masih punya banyak waktu untuk memahaminya pelan-pelan.”
Li Man
tidak juga berhenti! Sudah sangat jelas Yi Cheng tidak mau terlibat dengannya,
tapi Li Man terus saja mau membuat Yi Cheng membenci Lu Li. Dia menyebut Lu Li
sebagai gadis kecil yang tidak akan bisa membantu Yi Cheng dalam karier.
Menurutnya, Lu Li nggak pantas untuk Yi Cheng.
“Jadi,
siapa yang pantas untukku? Apakah kau yang mengkhianati perusahaan,
mengkhianati pacar, dan pergi begitu saja dengan membawa semua uangnya? Hari
ini aku datang karena ingin memberitahumu. Kita sudah menjadi masa lalu. Masa
depanku sama sekali tidak ada hubungannya denganmu,” tegas Yi Cheng.
Di saat
itu, Lu Li mulai merasakan reaksi alergi dan mohon izin sama Yi Ming untuk ke
toilet. Dia pergi di saat yang tidak tepat. Karna saat itu, Li Man memeluk Yi
Cheng secara paksa. Dia yang tidak mendengar pembicaraan mereka sebelumnya,
jelas salah paham. Yi Ming yang mengikuti karena khawatir, juga kaget. Lu Li
yang shock segera pergi dan Yi Ming mengejarnya. Mereka pergi tanpa melihat Yi
Cheng yang menegur sikap Li Man dan secara paksa melepaskan pelukannya.
Yi Ming
mengejar Lu Li yang berdiam diri. Dia tidak akan membahas mengenai Yi Cheng,
tapi mengenai Lu Li yang memaksakan diri memakan udang padahal jelas-jelas dia
alergi. Lu Li dengan ragu bertanya mengenai hubungan Yi Cheng dengan Lu Li. Yi Ming
tidak bisa menjawab pertanyaan itu dan menyuruh Lu Li untuk bertanya langsung
pada Yi Cheng.
“Kau yang
paling memahami mereka. Bertanya padamu lebih objektif.”
“Yang
bisa kuberitahukan dengan pasti padamu hanyalah mereka pernah berpacaran.”
“Kalau begitu,
nona Li kembali untuk rujuk dengan Jiang Yi Cheng?”
“Kan dan
Jiang Yi Cheng sekarang bahkan sudah menikah. Mereka tidak akan ada hubungan
apa-apa.”
Mata Lu
Li mulai berkaca-kaca. Kelihatan jelas kalau dia kelihatan minder pada diri
sendiri. Dia akhirnya mengaku pada Yi Ming kalau dia dan Yi Cheng hanya menikah
secara kontrak. Yi Ming speechless. Dia mungkin bisa memahami Yi Cheng yang
ingin menghindari kencan buta terus menerus makanya menikah, tapi kenapa Lu Li
juga mau menyetujuinya? Lu Li jujur kalau dia sudah lama mengenal Yi Cheng
sejak Yi Cheng membuat game “Dream Maker.” Dan tahun ini, adalah tahun kelima
dia menyukai Yi Cheng.
Yi Ming
mulai memahami semuanya. Alasan Lu Li sampai ingin masuk ke perusahaan mereka
adalah demi Yi Cheng. Lu Li sepertinya sudah kehilangan kepercayaan dirinya.
Menganggap Yi Cheng adalah barang di dalam toko yang tidak akan bisa dimiliki.
Dia mengira dirinya sudah berhasi masuk ke dalam toko, padahal faktanya, dia
hanya terus berdiri di luar toko. Dia sudah berusaha mendapatkan waktu 1 tahun
dari Yi Cheng dan mengira bisa membuat Yi Cheng menyukainya dalam periode waktu
ini. Sayangnya, sering kali muncul hal yang tidak di duga.
“Kau
harus percaya pada Yi Cheng. Sekalipun saat ini dia belum bisa memberikanmu
cinta yang kau inginkan, kau juga harus memercayai moralitasnya,” yakinkan Yi
Ming.
Yi Cheng
yang baru tiba, setelah kembali ke ruangan dan melihat tidak ada orang di sana,
menegur Yi Ming karena bersama Lu Li berduaan. Di belakang Yi Cheng ada Li Man.
Yi Ming yang duper baik, bijak dan dewasa, menjawab kalau dia sedang menghibur
Lu Li sebagai teman. Lu Li sedang bersedih karena diajak suami menghadiri
undangan dari mantan pacar.
“Suami
apanya? Kakak senior, apa yang kau bicarakan?” tanya Li Man, bingung. “Bukankah
Lu Li… pacar Yi Cheng?”
“Aku
tidak pernah mengatakan kalau dia pacarku,” ujar Yi Cheng dan merangkul Lu Li, “Biar
kuperkenalkan lagi. Ini istriku, Lu Li.”
Ini hal
yang sedikit membahagiakan Lu Li. Setidaknya, Yi Cheng membuat jelas batas
antara dirinya dan Li Man. Setelah mengumumkan hal itu, Yi Cheng pamit pulang
duluan dengan Lu Li pada Yi Ming.
Li Man
sangat terpukul dengan pernyataan Yi Cheng. Seolah masih belum cukup, Yi Ming
bertanya padanya, apakah dia menyesali hal yang dilakukannya dulu? Li Man menjawab
kalau dia selalu menyesalinya saat berada di luar negeri. Dia melaluinya sambil
menyakinkan diri untuk tidak menyesal.
Yi Ming
memberitahu Li Man kalau dia punya satu penyesalan dalam hidupnya. Yaitu,
membiarkan Li Man masuk dalam perusahaan mereka dulu. Jika Li Man tidak ada,
mungkin Yi Cheng sekarang sudah berada di puncak industri game. Dan dia juga
tidak ingin menanyakan alasan Li Man berbuat hal seperti itu 3 tahun lalu
karena yang sudah berlalu tidak bisa diubah lagi. Yang penting adalah sekarang
dan kelak. Bukankah dia juga sudah lihat kalau Yi Cheng sudah memiliki awal
yang baru. Jadi, dia harap Li Man juga bisa.
Li Man
kelihatan sekali sangat congkak. Dia menyadari kalau maksud ucapan Yi Ming
adalah menyuruhnya menyerah. Dia tidak mau disalahkan dan menegaskan kalau dia
tidak ada niat merusak rumah tangga orang lain. Dia juga baru tahu tadi dan
butuh waktu menerimanya (spoiler, dia berusaha merusak pernikahan Yi Cheng dan
Lu Li!)
Yi Cheng
dan Lu Li baru sampai di rumah. Yi Cheng hendak membahas masalah tadi dan
menjelaskan kenapa dia nggak memberitahu Lu Li terlebih dahulu mengenai
pertemuan mereka tadi dengan Li Man. Tapi belum dia menjelaskan, Lu Li sudah
langsung nanya, kalau Li Man adalah programmer wanita yang sudah
mencampakkannya kan? Lu Li kelihatan sangat marah dan kecewa karena
dimanfaatkan. Yi Cheng yang nggak menyadari hal itu, malah balik marah dan
menyuruh Lu Li untuk tidak asal mengansumsikan masalahnya hanya karena mereka
sudah mendaftarkan pernikahan.
Lu Li
yang biasanya selalu tenang dan mengalah, kali ini tidak mau. Dia bukan asal
berasumsi melainkan menyimpulkan berdasarkan logika. Dia tidak bodoh.
Jelas-jelas Yi Cheng bersikap perhatian padanya di hadapan Li Man. Bukankah itu
sama saja menggunakannya sebagai tameng? Yi Cheng benar-benar tidak tahu kapan
harus meminta maaf, malah berusaha memojokkan Lu Li balik dengan membahas
hubungannya dengan Yi Ming. Padahal Lu Li sudah bilang kalau Yi Ming hanya
menghiburnya, tapi Yi Cheng nggak mau menerima alasan itu.
Lu Li
lelah menghadapinya dan memilih ke kamar. Yi Cheng awalnya hendak menahannya,
tapi dia menyadari kalau leher dan tangan Lu Li dipenuhi ruam merah. Dia sadar
kalau Lu Li masih alergi seafood dan berbohong dihadapan Li Man tadi. Begitu Lu
Li masuk ke kamarnya, dia langsung pergi ke apotek terdekat untuk membeli obat
alergi.
Kepada
apoteker yang bertugas, Yi Cheng memberitahu kalau dia hendak membeli obat
alergi untuk istrinya. Istrinya tadi makan sesuap udang dan muncul ruam merah
di lehernya. Apoteker pun memberikannya sebuah obat salep dan menasehati agar
kulit tidak digaruk untuk menghindari peradangan. Sementara juga harus
menghindari makanan pedas. Jika kondisi memburuk. Lebih baik memeriksakan diri
ke rumah sakit.
Saat dia
tiba, Lu Li sudah tertidur. Yi Cheng masuk ke kamarnya secara diam-diam dan
memasangkan obat salep tersebut kepada Lu Li. Dia juga menahan tangan Lu Li
yang hendak menggaruk leher. Dia jelas-jelas menyukai Lu Li, namun, dia tetap
saja tidak sadar akan hal itu. Sebelum keluar dari kamar Lu Li, dia membenarkan
selimut Lu Li.
Tidak
hanya itu, keesokan harinya, dia bangun lebih awal untuk membelikan sarapan
bagi Lu Li. Dia sengaja membeli sarapan yang ringan dan tidak pedas sesuai
saran apoteker kemarin. Sayangnya, Lu Li masih marah dan mengabaikan semua bentuk
perhatiannya. Lu Li juga tidak mau ikut dengannya ke kantor dan memilih pergi
dengan kendaraan umum. Yi Cheng yang sudah berusaha menunjukkan perhatian, jadi
kesal karena diabaikan.
Saking
kesalnya, dia sampai mencari informasi diinternet mengenai koala yang marah.
Soalnya,menurutnya, Lu Li mirip seperti koala. Diinternet tertulis kalau koala
biasanya sangat jinak dan peluang marahnya kecil. Yi Cheng membenarkan hal itu
dan bergumam kalau koala marah, koala bisa sangat agresif.
Hm, Yi
Cheng jadi galau. Dia hendak mengirimkan pesan ‘maaf’ pada Lu Li. Namun, harga
dirinya melarangnya melakukan itu. Dia merasa kalau dia adalah bos dan Lu Li
adalah karyawan. Kalau dia meminta maaf, gimana Lu Li akan memandangnya kelak!
Tidak bisa.
Ujung-ujungnya,
dia malah mengirim pesan menyuruh Lu Li untuk ke kantornya. Lu Li yang lagi
merajuk, hanya membaca pesan itu.
Ada suatu perasaan yang
namanya khawatir berlebihan. Sering kali orang-orang minder karena menyukai
seseorang. Namun, mereka lupa, jika terus berlari mengejar cahaya, cahaya tak
akan pernah bisa melihat kau yang dibelakangnya.