Sinopsis C-Drama : Cute Programmer Episode 10
Lu Li dkk
bekerja lembur hingga pagi demi memperbaiki kesalahan di game yang dibuat oleh
Renxun. Dan akhirnya, mereka selesai mengerjakannya. Baru juga selesai dan mau
beristirahat sebentar sebelum Yi Cheng datang, Renxun sudah mendapat telepon
dari pacarnya, Xuan Xuan, yang merengek meminta bantuan bermain game lagi.
Renxun sudah sangat capek dan bilang sama Xuan Xuan kalau dia baru saja bekerja
lembur, tapi Xuan Xuan tidak mau peduli dan malah ngambek. Ujung-ujungnya,
Renxun memilih menuruti pacarnya. Dia pamit sama Lu Li kalau dia ada urusan dan
akan kembali nanti. Kalau Yi Cheng sudah datang kabari saja. Dia juga
menitipkan demo game yang sudah diperbaiki pada Lu Li.
Saat dia
tiba, bukannya mendapat sambutan hangat dari Xuan Xuan, dia malah mendapat
sedikit omelan. Renxun akhirnya curhat kalau dia sudah membuat masalah untuk
bosnya dan terancam akan di pecat. Xuan Xuan jadi takut dan menyarankan agar
mereka mentraktir bos Renxun itu makan bersama atau belikan saja hadiah Renxun
menolak karena Yi Cheng paling benci hal seperti itu (suap).
Umur
panjang. Yang dibicarakan, tiba-tiba menelpon Renxun dan mengajak bertemu.
Seolah nggak bisa baca situasi, Xuan Xuan malah minta diajak. Dan dengan
polosnya, Renxun mengabulkan.
Yi Cheng
mengajak bertemu di sebuah café. Padahal tujuan pertemuan adalah membicarakan
pekerjaan, tapi Renxun malah membawa pacar. Dan pacarnya, jelas sekali mau
merayu Yi Cheng yang jauh lebih muda, tampan dan kaya dari Renxun. Yi Cheng
tidak mempermasalahkan kehadiran pacar Renxun dan mulai membahas pekerjaan. Dia
mau tahu apakah Renxun sudah menyadari kesalahannya atau tidak. Renxun sudah
sangat sadar akan kesalahannya. Dia tidak memeriksa ulang hasil kerjanya dan
merasa paling benar sehingga melakukan kesalahan bodoh itu.
Renxun
merasa hanya itu kesalahannya. Sayangnya, tidak. Yi Cheng memberitahu satu lagi
kesalahannya. Jelas-jelas dia yang salah, tapi bukannya memberanikan diri untuk
meminta maaf dan bertanggung jawab, dia malah mengutus seorang gadis (Lu Li)
untuk menjadi pembujuk. Apa itu caranya berinstropeksi? Panik, Renxun
menyangkal dan menjelaskan kalau dia melihat hubungan Yi Cheng dengan Lu Li
istimewa. Jadi, dia merasa suasana hati Yi Cheng akan lebih baik jika melihat
Lu Li daripada melihatnya.
Yi Cheng
mana mau mengakui dan malah balik nanya, hubungan istimewa apa dia dengan Lu
Li? Dengan ragu, Renxun menjawab kalau bukannya Yi Cheng sering datang ke
kantor mencarinya walaupun tidak ada urusan.
“Dasar
sok tahu,” dumel Yi Cheng.
Sebelum
pembicaraan semakin panjang dan melantur, Yi Cheng kembali ke topik awal. Apa
rencana Renxun selanjutnya? Renxun ketakutan menerima pertanyaan tersebut.
Sedari awal, dia hanya mengikuti Yi Cheng. Yi Cheng juga yang mengajarinya
pemograman. Dia tidak pernah bermaksud meninggalkan perusahaan.
“Sudah
kukatakan padamu sebelumnya, pembuatan game mengutamakan kerja sama tim. Aku
tidak menuntut kalian semua untuk jadi seperti Lin Shutian, yang seorang genius
game. Namun, kalian semua setidaknya bekerja dengan stabil di bidang yang
menjadi tanggung jawab kalian. Jika seseorang melakukan kesalahan, itu adalah
kegagalan seluruh team. Tidak hanya bos, orang lain di dalam tim, juga akan
menimbang apakah kau layak dipercayai, apakah bisa terus berada di dalam tim,”
nasehati Yi Cheng.
Renxun
membenarkan semua nasehat Yi Cheng. Dia juga tahu rekan setimnya, pasti di
dalam hati menyalahkannya meskipun tidak mengatakan langsung. Dia sendiri juga
meremehkan diri sendiri. Dia benar-benar sudah menyesali kesalahannya.
“Lain
kali jika bersalah lagi, kau langsung keluar.”
Ah, itu
artinya, untuk kali ini, Yi Cheng masih mau memaafkannya. Renxun jelas
bersyukur dan sangat berterimakasih atas kesempatan yang diberikannya kembali. Sebelum
Yi Cheng kembali berubah pikiran, dia langsung pamit pergi. Eh, Xuan Xuan malah
melongo dan tidak mau beranjak. Setelah di paksa sama Renxun, dia baru mau
beranjak dari tempat duduknya.
Setelah
pertemuan dengan Renxun, Yi Cheng baru ke kantor. Lu Li sudah menunggunya
sedari tadi untuk memberikan demo game yang sudah diperbaiki. Sikapnya masih
dingin sama Yi Cheng. Dia mengira kalau Renxun masih tetap dipecat, jadi dia
mencoba nego, jika mereka berhasil mendapatkan kesempatan peniliaian ulang dari
investor, dia mau Renxun diberikan kesempatan lagi.
“Tidak
boleh,” jawab Yi Cheng.
Nada
suara Lu Li jadi meninggi, mengira Yi Cheng benar-benar tega memecat Renxun
tanpa memberikan kesempatan memperbaiki kesalahan lagi. Yi Cheng dengan tenang
menerima kemarahannya dan mengungkit kisah Napoleon yang diceritakan oleh Lu Li
kemarin. Napoleon mungkin bisa menggantikan prajuritnya berjaga sekali, namun,
bagaimana jika prajuritnya tertidur lagi? Bisakah dia menggantikannya seumur
hidup?
“Apa
maksudnya?” tanya Lu Li, tidak mengerti.
“Maksudnya
adalah tindakan rendahan seperti ini, tidak bisa menyelesaikan permasalahan
pokok.”
Lu Li
jelas makin bingung. Dan tanpa penjelasan, Yi Cheng membawanya ke sebuah café
dan menyuruhnya untuk duduk di sebuah kursi yang berada di luar ruangan. Dia
memerintahkan Lu Li untuk menunggu di sana dan nanti akan ada seseorang yang
datang juga. Bertindaklah sesuai keadaan.
Usai
mengatakan itu, Yi Cheng masuk ke dalam café dan duduk di meja pinggir jendela
yang terletak tepat di seberang meja Lu Li diluar. Dari posisi Lu Li, dia bisa
melihat jelas semua gerak gerik Yi Cheng. Tidak lama, orang yang dibicarakan Yi
Cheng muncul. Renxun. Renxun jelas kaget melihat Lu Li ada di sana. Dia ke sana
karena Yi Cheng yang menyuruh dan memintanya untuk bersembunyi juga.
Masih
bingung dengan maksud tujuan Yi Cheng, mereka melihat seorang wanita mendekati
meja Yi Cheng. Yi Cheng juga langsung menyalakan ponselnya diam-diam dan
menelpon ke nomor Lu Li. Wanita yang mendekati Yi Cheng adalah Xuanxuan, pacar
Renxun. Lu Li yang menerima telepon Yi Cheng, mengangkat telepon tersebut. Yi
Cheng sengaja melakukannya agar Lu Li bisa mendengar semua obrolannya dengan
Xuanxuan.
Xuanxuan
benar-benar genit. Dia juga tanpa segan, menggerakkan kakinya ke kaki Yi Cheng,
padahal mereka belum mengenal. Renxun yang melihat semuanya dari luar jendela,
jelas marah. Yi Cheng juga merasa risih, tapi tetap mencoba bertahan. Xuanxuan
tanpa ragu sedikitpun, bilang kalau dia tidak menyukai Renxun dan hanya
memanfaatkannya untuk bermain game. Dan sekarang, dia kan mempunyai Yi Cheng.
Renxun
udah nggak tahan apalagi saat Xuanxuan menelponnya. Dengan penuh emosi,
meskipun sudah ditahan sama Lu Li, dia masuk ke dalam café dan melabrak
Xuanxuan. Dia sudah bisa menebak maksud Xuanxuan menelponnya, pasti untuk minta
putus. Ya udah, putus! Eh, Xuanxuan malah balas marah karena merasa sudah
dijebak oleh mereka. Dengan gaya sombongnya, dia pergi dari sana.
Renxun
semakin menyesal dan meminta maaf pada Yi Cheng karena sudah salah menilai
orang dan membuat Yi Cheng sampai berkorban untuk menyadarkannya. Yi Cheng
dengan gaya sok cool-nya, menasehatinya agar lebih berhati-hati dalam mencari
pacar. Dia juga melakukannya karena terpaksa.
Lu Li
juga jadi penasaran akan suatu hal. Gimana Yi Cheng bisa mengenal Xuanxuan?
Ternyata, tadi pagi, setelah Yi Cheng bertemu dengan Renxun dan Xuanxuan,
Xuanxuan kembali menemuinya dan menyodorkan selembar tissue. Di tissue itu,
Xuanxuan menuliskan nomor hp-nya. Iyuhh, untuk
memegang tissue itu saja Yi Cheng sudah merasa jijik. Dia mengembalikan tissue
itu pada Renxun dan bergegas ke toilet untuk mencuci tangannya.
Lu Li
jadi benar-benar menyesal karna sudah salah paham sama Yi Cheng. Renxun jadi
bingung, yang putus cinta adalah dia, tapi kenapa Lu Li yang muram? Lu Li
menjelaskan kalau dia sudah salah paham sama Yi Cheng dan kecewa padanya.
Renxun memberitahu Lu Li kalau Yi Cheng meskipun terlihat dingin, tak
berperasaan dan tidak tertarik pada hal apapun, sebenarnya mengerti
segala-galanya. Di saat krusial juga bisa muncul untuk mengendalikan situasi.
Orang seperti Yi Cheng selalu tepat sasaran jika ingin memikat hati orang.
Saat Yi
Cheng kembali dari toilet, Renxun sudah pergi dan hanya ada Lu Li yang masih
menunggunya. Lu Li mengajak Yi Cheng untuk makan bersama dan dia yang akan
mentraktir. Yi Cheng menolak dengan menyindir kalau dia tidak mau makan dengan
orang yang tak berotak. Lu Li sama sekali nggak marah, malah sebaliknya
membenarkan ucapan Yi Cheng. Dia bilang kalau dia masih terlalu amatir dan
tidak mengerti rencana kelas tinggi Yi Cheng. Dia juga memuji Yi Cheng sebagai
orang paling sempurna yang dikenalnya, programmer paling berbakat di industri
IT, bos yang paling pandai berbisnis di antara para programmer, ahli game yang
paling pandai bermain game di antara para bos, murid pintar yang nilainya
terbaik diantara para ahli game, yang paling tampan di antara para murid
pintar.
Semua
pujian tersebut membuat mood Yi Cheng jadi membaik. Namun dia masih juga
menyembunyikannya dengan menyebut Lu Li, ‘dasar penjilat.’ Lu Li nggak
menyadari saja kalau Yi Cheng tersenyum lebar mendengar semua pujiannya.
Mereka
akhirnya pindah ke restoran yang lebih mewah untuk makan bersama. Saat Yi Cheng
sibuk melihat buku menu, Lu Li terus saja menatapnya sambil tersenyum lebar
memuji ketampanannya. Yi Cheng seperti biasa, cool. Dia memesan makanan dan minuman es teh susu, tapi karena
tidak ada, dia jadinya memesan air putih. Selesai Yi Cheng memesan makanan, Lu
Li pamit untuk ke toilet.
Katanya
sih pamit ke toilet, tapi dia kembali lama sekali. Sampai makanan sudah
dihidangkan, dia masih belum juga kembali. Dan dengan setia, Yi Cheng
menunggunya. Lu Li ternyata berbohong, dia nggak ke toilet tapi pergi membeli
es teh susu. Dia mengunjungi semua café minuman yang ada di daerah sekitar sana
dan membeli berbagai jenis varian minuman es teh susu. Yi Cheng benar-benar
terharu. Saking terharunya, dia mau meminum semua jenis minuman yang sudah Lu
Li beli dan tidak mau membagikannya kepada siapapun.
Aww. Sweet.
Padahal,
Lu Li bilang dia yang akan mentraktir makan, tapi Yi Cheng malah membayar semua
tagihan makanan yang mereka makan saat Lu Li masih di toilet. Ketika sedang
dalam proses pembayaran, ada seorang gadis yang berjalan melewatinya dan
sosoknya tampak tidak asing. Tanpa sadar, Yi Cheng pun mengikuti gadis
tersebut, sayangnya, gadis itu keburu masuk ke dalam lift dan Yi Cheng
kehilangan jejak.
Dan
setelah itu, Yi Cheng jadi bersikap aneh. Dia kelihatan tidak fokus dan
mengurung diri di dalam kamar. Sosok wanita yang dilihatnya tadi adalah wanita
yang dulu pernah bekerja bersama dengannya. Dulu, saat dia dan Yi Ming masih
baru mau memulai usaha mereka, membuat game, dia bertemu dengan wanita itu. Wanita
itu adalah programmer wanita pertama yang dipekerjakannya. Dia merupakan
kenalan Yi Ming dan juniornya di Universitas Xinhai.
Ketika
dia masih memikirkan masa lalu, terdengar suara ketukan. Dari balik pintu, Lu
Li memberitahu kalau semua minuman teh susu tadi, dia simpan di kulkas. Tidak
ada respon.
Yi Cheng
jadi teringat sama nasehat ayahnya. Ayahnya menyuruhnya untuk memilih waktu itu
dan begitu dia membuat keputusan, dia harus bertanggung jawab atas keputusannya
tersebut hingga akhir.
Dan
sepertinya, perasaan Yi Cheng untuk cinta pertamanya tersebut sudah tidak ada.
Buktinya, dia menghabiskan semua minuman yang sudah dibelikan oleh Lu Li tadi.
Benar-benar habis.
--
Renxun
yang lagi putus cinta, sedang dalam masa galau. Dan satu-satunya orang yang bisa
diajaknya mengobrol hanyalah Lu Li, saksi putus cintanya. Dia sampai mengikuti
Lu Li saat jam istirahat padahal Lu Li sudah bilang dia ada janji. Lu Li juga
bilang kalau Renxun bisa mencari Yi Cheng, soalnya Yi Cheng kan saksi putus
cintanya juga. Renxun mana berani berhadapan dengan Yi Cheng.
Lagi
memberikan semangat pada Renxun, Xiaoqi datang. Lu Li emang janji bertemu
Xiaoqi hari ini. Renxun ternyata masih mengenali Xiaoqi yang waktu itu menyamar
sebagai pacar Lu Li. Lu Li pun memperkenalkan ulang mereka, Xiaoqi adalah
sahabat mereka. Baru juga galau karena putus cinta, dia sudah bersemangat lagi
karena jatuh cinta sama Xiaoqi. Saat Xiaoqi memintanya untuk pergi karna ada
hal yang ingin dibicarakannya dengan Lu Li, Renxun langsung menurut.
Lu Li
mengajak bertemu untuk curhat mengenai sikap aneh Yi Cheng. Awalnya, mereka
baik-baik saja dan makan siang dengan senang juga, tapi tiba-tiba saja Yi Cheng
jadi kelihatan marah dan uring-uringan di rumah. Hm, mendengar ceritanya,
Xiaoqi jadi curiga kalau Yi Cheng sakit skizofrenia.
Lu Li berguman, kalau sakit skizofrenia setidaknya masih bisa ditebak.
Hmmm.
Xiaoqi
memintanya untuk mengingat-ngingat, apa sebelumnya Yi Cheng juga pernah
bertingkah aneh? Dan jawabannya pernah. Dia ingat saat Yi Cheng marah dan
menginterogasinya mengenai hubungannya dengan Yi Ming. Wow! Dengan kepekaannya,
Xiaoqi menyimpulkan kalau Yi Cheng cemburu! Ah, akhirnya, usaha Lu Li
membuahkan hasil.
Padahal
itu pertanda bagus, tapi Lu Li malah merasa kalau tebakan Xiaoqi salah. Itu
tidak mungkin terjadi. Eh, Xiaoqi langsung menyerah dengan tebakannya tadi dan
mengubah pendapatnya. Mungkin, ini hanyalah sifat posesif pria karena Yi Cheng
dan Yi Ming kan sudah lama berteman. Lu Li setuju dengan pendapat absurd tersebut.
Xiaoqi
juga memberikan saran agar Lu Li mengajak Yi Cheng bertemu malam ini dan jika
suasananya terasa bagus, langsung nyatakan perasaan! Lu Li tidak berani
menerima saran itu karena dia takut, jika di tolak, dia harus bagaimana? Xiaoqi
tetap menyuruhnya menyatakan perasaan karena tidak akan ada kemajuan jika hanya
diam. Ah, sudahlah, jangan dipikirkan. Semakin dipikirkan akan semakin rumit.
Langsung kerjakan saja! Tidak usah makan siang, langsung ke toko baju saja.
Dan
setelah memberanikan diri, Lu Li mengirim pesan pada Yi Cheng untuk makan malam
bersama di sebuah restoran sebagai ganti makan siang kemarin yang harusnya, dia
yang mentraktir. Yi Cheng setuju. Dia sampai berdandan sangat tampan untuk
menemui Lu Li.
Sial! Di
depan gedung apartemennya, sudah ada seorang wanita yang menunggunya. Cinta
pertama yang dilihatnya kemarin. Dengan senyum lebar, wanita itu menatap Yi
Cheng.
“Sudah
tiga tahun, akhirnya kau berani muncul,” ujar Yi Cheng, dingin.
“Lama tak
berjumpa, Yi Cheng.”
“Tampaknya
Nona Li hidup dengan baik.”
“Dulu
kau… selalu memanggilku Xiao Man.”
Yi Cheng
nggak peduli dengan raut sok sedih dan suara rendahnya yang seolah merasa
menyesal. Yi Cheng masih nggak melupakan masa lalunya dengan Li Man. Ah, bukan
masa lalu saat mereka berpacaran dan dipenuhi cinta ya. Tapi, saat Li Man
membawa kabur uang perusahaan rintisannya!
“Kali
ini, kau mau meraup uang dengan status apa lagi?” sindir Yi Cheng.
Bukannya
merasa malu, Li Man malah membahas masa lalu. Bilang kalau dia kembali karena
disini adalah tempat kenangan paling indah di hidupnya dan karena dia
merindukan Yi Cheng. Memalukan! Dia hendak mendekati Yi Cheng lagi dan mau
memulai semuanya dari awal.
“Jika kau
datang untuk menyatakan penyesalan, kau salah tempat. Aku bukan Tuhan, aku
tidak bisa memaafkanmu. Tolong minggir!” perintah Yi Cheng karna Li Man
menghalangi mobilnya.
Li Man
nggak bisa berkata apapun lagi dan menyingkir.
Meskipun
sok galak di hadapan Li Man, tetap saja pertemuan tadi membuat Yi Cheng jadi
kepikiran. Saking kepikirannya, dia sampai lupa janjinya dengan Lu Li dan malah
pergi ke lapangan basket. Padahal, Lu Li sudah menunggunya sedari tadi di
tempat makan malam.
Lu Li
benar-benar sangat menyukai Yi Cheng. Dia ingin image Yi Cheng di hadapan orang tuanya tetap sebagai suami yang
baik dan sayang padanya. Dan demi hal itu, dia memberitahu kalau Yi Cheng
sangat sibuk dan terus bekerja lembur setiap hari sehingga mereka tidak punya
waktu untuk berkunjung. Ny. Huang sebagai seorang ibu, nggak bisa begitu saja
dibohongi. Dia merasa Yi Cheng nggak mau berkunjung dan hanya beralasan sibuk.
Udahlah nggak ada pesta pernikahan, nggak ada cincin pernikahan dan sekarang
nggak mau datang berkunjung! Dia emang nggak peduli sama Lu Li! Ny. Huang juga
menasehati Lu Li, mau secinta apapun sama pria, tidak boleh terlalu
memanjakannya. Lu Li yang tidak mau Yi Cheng terus dijelek-jelekann, segera
mengakhiri telepon dengan alasan Yi Cheng sudah datang dan mereka mau makan.
Kenyataannya,
Yi Cheng tidak juga datang meskipun toko sudah mau ditutup.
Yi Cheng
benar-benar melupakan janjinya dengan Lu Li. Bisa-bisanya dia malah mengajak Yi
Ming untuk bertemu dan bermain basket bersama. Tapi, permainannya yang nggak
fokus, membuat Yi Ming sadar kalau sesuatu pasti terjadi. Dan alasannya adalah
karena Li Man telah kembali. Yi Ming mengira kalau Yi Cheng masih belum bisa
melepaskan Li Man meskipun sudah tiga tahun berlalu.
“Kalau
bukan karena dia muncul, aku bahkan hampir lupa keberadaannya,” ujar Yi Cheng.
Yi Ming
yang sudah lama bersahabat dengan Yi Cheng masih sangat marah jika membahas
mengenai Li Man. Li Man adalah cinta pertama Yi Cheng dan orang yang telah
mengkhianatinya. Dan dengan kepribadian Yi Cheng, mustahil Yi Cheng bisa
melupakannya! Yi Cheng menjawab dengan diplomatis kalau dia kan sibuk memimpin
perusahaan dan mengembangkannya selama ini, jadi dia nggak mungkin terus
mengingat hal di masa lalu. Yi Ming yah merasa lega kalau Yi Cheng udah nggak
terikat lagi dengan masa lalu.
Tapi,
untuk apa Li Man kembali? Minta maaf? Yi Cheng merasa kalau pasti Li Man
mempunyai maksud lain. Yi Ming jadi cemas, apakah Li Man sudah tahu Yi Cheng
menikah? Apa Lu Li tahu mengenai Li Man? Ah, mendengar nama Lu Li, Yi Cheng
baru teringat dengan janjinya. Dia langsung buru-buru pamit.
Saat dia
sampai ke restoran, restoran sudah tutup. Pelayan yang menyambut, menyampaikan
kalau mereka tidak menerima tamu lagi. Dengan panik, Yi Cheng menanyakan,
apakah sebelumnya ada pesanan atas nama Lu Li? Pelayan yang menyambut,
kebetulan ada pelayan yang melayani meja Lu Li tadi dan menyampaikan kalau
memang ada pesanan atas nama Lu Li dan orang yang bernama Lu Li itu terus
menunggu hingga mereka tutup. Yi Cheng jadi semakin merasa bersalah.
Dia
keluar dari restoran dan langsung menelpon Lu Li. Dan betapa kagetnya dia saat
Lu Li mendadak muncul dihadapannya dengan sekantong makanan dan senyum lebar.
Lu Li juga nggak marah meskipun Yi Cheng terlambat. Yi Cheng hanya bisa meminta
maaf. Tapi, dia juga heran, kenapa Lu Li masih belum pulang meskipun restoran
sudah tutup?
“Karena
kau tidak bilang tidak akan datang. Aku yakin kau pasti akan datang. Seandainya aku pergi, bukankah kau jadi
sia-sia kemari?” jawabnya, tetap tersenyum.
Yi Cheng
semakin tersentuh atas sikapnya tersebut. Padahal Lu Li bisa menelponnya,
kenapa tidak dilakukan? Jawabannya karna Lu Li menduga Yi Cheng ada urusan,
makanya dia tidak ingin mengganggu.
Setelah
penantian panjang, akhirnya mereka bisa makan bersama. Di taman restoran dengan
makanan yang dipesan Lu Li untuk dibungkus. Lu Li sengaja memesan restoran
marah itu dan mempunyai bintang tiga Michelin untuk Yi Cheng. Sikap aneh Lu Li,
malah menimbulkan tanda tanya bagi Yi Cheng. Apa Lu Li habis menang lotre?
Kenapa memesan di restoran yang sangat mahal? Alasannya karena dia mengikuti
saran Xiaoqi. Tapi, tidak mungkin dia mengatakan itu. Saking gugupnya, dia
malah tanpa sengaja mengenai baju barunya dengan makanan. Lu Li jadi sedih
karena ini baju baru hadiah Xiaoqi tapi malah kotor.
Yi Cheng
makin bingung dan meminta Lu Li menyampaikan apa yang ingin dikatakannya. Lu Li
sebenarnya ingin menyatakan cinta, tapi dia mengurungkannya dan malah bilang
kalau orang tuanya menanyakan soal pernikahan. Yi Cheng menjawab kalau
pernikahan mereka kan hanya setahun, jadi tidak perlu repot-repot mengadakan
pesta. Kalau Yi Cheng nggak mau, apa setidaknya Yi Cheng bisa memberikannya
sesuatu. Cincin pernikahan. Dia tidak mengadakan pesta dan itu sudah membuat
orang tuanya sedih. Setidaknya, dia harus mempunyai cincin pernikahan, kalau
nggak orang tuanya akan kecewa. Yi Cheng menjawab kalau cincin adalah benda
bermakna dan dia tidak ingin menjadikannya hanya sebuah alat. Lu Li jelas
semakin kecewa. Tidak ada satupun yang berjalan sesuai rencananya.
Yi Cheng
juga jadi menyesali ucapannya. Dia akhirnya membuatkan Lu Li cincin sementara
yang dibuatnya dari besi pebungkus plastik roti dan permatanya dari buah
anggur. Meskipun kekanak-kanakan, Lu Li menyukainya. Yi Cheng bilang padanya
kalau itu adalah cincin sementara darinya.
Selesai
makan, Yi Cheng membawa Lu Li ke taman bermain. Seperti biasa, dia menggoda Lu
Li yang masih seperti anak-anak dan mengenakan baju tidur anak SD. Lu Li nggak
terima dan memperjelas kalau baju tidur itu dibelinya saat SMA. Yi Cheng nggak
peduli dan mengajaknya untuk main seluncuran. Padahal Lu Li sudah nggak mau
karena takut, tapi Yi Cheng malah memaksanya dan mendorong disaat dia belum
siap. Udah gitu, dia menolak untuk bermain dengan alasan sudah dewasa. Kesal,
Lu Li mengatainya pria dewasa yang masih mengikat tali sepatu kupu-kupu! Usai
mengatakan itu, Lu Li langsung pergi. Yi Cheng langsung mengejarnya dengan
panik.
Lu Li
memilih untuk bermain ayunan. Yi Cheng malah berkomentar kalau dia nggak
mengerti kenapa anak perempuan suka bermain ayunan. Lu Li memberi kode, kalau
perempuan suka bermain ayunan, mungkin karena berharap seorang lelaki untuk
membantunya mendorong ayunan. Yi Cheng tidak memahami kode dan menolak membantu
mendorong. Dia malah menawarkan permainan lain. Dia menantang Lu Li untuk
berayun hingga bisa menyentuhnya. Dia beri 3 kesempatan untuk mengayun. Jika
berhasil menyentuhnya, dia akan mengambulkan satu permintaan Lu Li. Jika gagal,
Lu Li yang mengabulkan permintaannya.
Lu Li merasa
itu agak sulit karna posisi Yi Cheng berdiri agak jauh. Tapi, yah sudahlah, dia
akan mencoba. Dua kali berayun, dia nggak bisa menyentuh Yi Cheng sedikitpun.
Di ayunan terakhir, dia melompat ke pelukan Yi Cheng dan mengklaim kalau dia
sudah menang. Ah, Yi Cheng jelas-jelas senang dengan pelukan Lu Li, tapi tetap
saja stay cool.
Permintaan
Lu Li adalah agar Yi Cheng pulang ke rumahnya dan menemani orang tuanya makan.
Itu hanya permintaan sederhana dan tidak sulit sama sekali. Yi Cheng saja
mengira Lu Li akan meminta cincin. Lu Li tidak memintanya karena Yi Cheng sudah
menolaknya tadi dan dia masih punya batasan. Yi Cheng tidak berkomentar lagi
dan menyanggupi akan ke rumah Lu Li dan menemani orang tua Lu Li makan.
Semua
acara dan keseruan sudah selesai. Sekarang saatnya Lu Li berbersih. Bukannya
fokus membersihkan sekat pembatas ruangan, dia malah termenung menatap Yi Cheng
yang asyik bermain game. Sepertinya
dia menyesal sudah menyia-nyiakan kesempatan tadi untuk menyatakan perasaan.
Karena terlalu asyik melamun, dia sampai kehilangan keseimbangan dan hampir
terjatuh. Yi Cheng panik dan memeriksa keadaannya. Setelah memastikan Lu Li
baik-baik saja, dia baru memarahinya bodoh. Seharusnya Lu Li tidak mengerjakan
semuanya sendiri dan meminta tolong jika kesulitan.
Lu Li
langsung minta tolong agar Yi Cheng menahan sekat ruangan agar dia bisa
mengelapnya. Berbatas sekat, Lu Li mengajaknya berbincang. Dia merasa kalau Yi
Cheng hari ini agak berbeda. Temperamen nya menjadi lebiih baik dan memikirkan
perasaannya juga, membawanya bermain. Yi Cheng menjawab sok cuek kalau itu
anggap saja sebagai kompensansi karena dia terlambat. Lu Li jadi penasaran dan
ingin tahu alasan Yi Cheng hari ini terlambat? Yi Cheng nggak suka pertanyaan
itu dan tiba-tiba saja melepaskan tangannya dari sekat. Alhasil, Lu LI yang
sedang mengelap jadi kehilangan keseimbangan dan jatuh ke depan, yang
kebetulannya lagi adalah Yi Cheng. Yi Cheng jelas-jelas gugup dan berusaha
mengalihkan kecanggungan dengan bilang mau mandi dulu karena hari sudah larut.
Saat program sedang berjalan
dan terjadi exception, kau akan memiih mengakhiri model untuk throw exception, atau memilih melanjutkan model, memulihkan runtime
environment saat itu?