Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 16-3


Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 16-3
Images by : TVn

Part 3 : Arth, The Prelude to All Legends
Hari sudah malam, dan Eunseom mengalami mimpi. Dia bermimpi mengenai saat Mungtae membunuh para tetua suku yang menentang Tagon. Mimpi buruk itu membuat Eunseom terbangun. Dan Mirusol telah memperhatikannya sedari tadi.
Para prajurit klan Myo kembali dengan kabar buruk. Ipsaeng kabur! Tachugan sangat kesal karena sudah percaya pada Ipsaeng. Saking marahnya, dia ingin mencabik-cabik tubuh Eunseom sekarang. Eunseom yang mendengar Ipsaeng kabur, mulai berpikir kalau semua yang di pelajarinya hanyalah ‘kotoran’ (tidak berguna), sama juga untuk dunia ini dan Suku Ago.

Tachugan menarik Eunseom keluar dari kurungan. Dan Eunseom melawan, memberontak. Dia menjatuhkan semua klan Myo dan merebut pedang mereka. Dia menyebut klan Myo semuanya adalah kotoran. Seperti daging busuk! Mereka bodoh!
Tachugan bingung dengan ocehan Eunseom dan berteriak kalau Eunseom tidak tahu apapun.
“Ya, aku tahu! Kalian menangkap sesama kalian, dijual sebagai budak di Arthdal. Akhirnya, tak ada yang tersisa dari kalian untuk mengubur jenazah kalian. Itulah yang aku tahu, dasar orang aneh. Kau dan aku membuat dosa yang sama. Hari ini, kita berbuat dosa. Ayo terima hukumannya bersama,” ujar Eunseom.
Apa yang Eunseom lakukan, membuat Pasa keluar dari kediamannya untuk melihat yang terjadi.
“Dosa apa?” tanya Mirusol.
“Ada beragam kejahatan dan dosa, tapi kalian dihukum hanya karena satu dosa,” tegas Eunseom. Dan dia teringat di saat dia berada di Gitbadak dan di pilih untuk membunuh Sateunik. Saat itu, Sateunik membisikan sesuatu mengenai dosa yang Eunseom lakukan. Dan hal itu, membuat Eunseom berubah, dia mulai merencanakan untuk keluar dari Gitbadak. Dan dosa apa yang Sateunik katakan? Kelemahan.
“Menjadi lemah dan bodoh,” ujar Eunseom pada semua klan Myo. “Hanya itu yang pasti akan di hukum. Aku juga sama. Akku percaya dan bergantung pada orang lain. Hukumannya adalah kebinasaan. Mari mati bersama.”
Suasana menjadi tegang.
Dan Ipsaeng muncul. Dia kembali. Dan dia bahkan dengan santai berkata kalau ternyata itu yang Sateunik katakan. Dia memuji Sateunik yang muda dan cerdas. Eunseom jelas kaget melihatnya kembali. Tachugan langsung menghampirinya dan menanyakan dimana Yesran? Apa berhasil di selamatkan.
Ipsaeng langsung berteriak kalau itu mustahil! Dia memang keturunan klan Tae dan ketuanya adalah pamannya. Tapi, dia tidak bisa selamatkan Yesran. kenapa? Karena saat dia berumur 17 tahun, pamannya lah yang membunuh orang tuanya dan menjualnya.Dia dulu sangat mengagumi dan mempercayai pamannya. Tapi, mau selamatkan siapa? Begitu dia masuk ke wilayah mereka, dia akan langsung mati. 
“Lalu kenapa kau kembali?” tanya Eunseom. “Kau tipu semua orang dan bisa kabur dengan mulus. Kenapa kau kembali?”
“Itulah dosaku. Aku jadi lemah dan bodoh karenamu. Bak orang bodoh, aku kembali.”
Tachugan yang sudah marah menyuruh semua anggotanya untuk menangkap Ipsaeng dan Eunseom. Ipsaeng berteriak meminta mereka mendengarkan Eunseom sebelum menangkap mereka. Eunseom bingung dengan ucapan Ipsaeng yang tiba-tiba. Ipsaeng malah berjalan mendekat padanya dan menyuruhnya untuk mengatakan pada mereka. Semuanya. Eunseom jelas bingung, mau jelaskan apa? Dia menatap Ipsaeng penuh tanda tanya.
“Benar, keluargaku mengkhianatiku. Namun, aku tetap keturunan langsung Klan Tae. Aku percaya Dewa Air Terjun, dan Inaishingi akan kembali. Tapi, kenapa dia belum muncul di depanku? Kenapa dia tak mengatakan apa pun? Kubenci dia saat susah, bahkan saat ini. Kenapa Inaishingi tak muncul di depan Klan Tae, tapi hanya di depan Igutu ini?” ujar Ipsaeng dan menunjuk Eunseom.
“Apa maksudmu?” tanya Mirusol. Sementara Tachugan tertawa, tidak percaya.
“Dia Igutu… dan bisa bermimpi. Dalam mimpinya, Inaishingi telah muncul!” umumkan Ipsaeng.
Hal itu membuat MIrusol teringat saat melihat Eunseom yang tertidur dan terbangun tiba-tiba, seperti bermimpi. Ucapan Ipsaeng juga menarik perhatian Pasa. Dia langsung bertanya pada Eunseom, apa benar Eunseom bertemu Inaishingi dalam mimpi? Tachugan tertawa dan mengatakan itu hanyalah omong kosong. Ipsaeng sudah menipu mereka sekali!
Pasa menghentikan Tachugan untuk bicara. Dia meminta Eunseom memberitahu apa yang Inaishingi katakan. Ipsaeng juga menyuruh Eunseom untuk memberitahu semuanya. Eunseom menatapnya dengan tatapan bingung. Ipsaeng memberi kode yang harus Eunseom katakan, yang Eunseom bilang harus berbuat sebaliknya!
“Ya, benar. Katanya, klan saling menyerang, menjual yang tertangkap sebagai budak, dan saling menjadi musuh bebuyutan. Untuk mengatasinya, berbuatlah sebaliknya,” ujar Eunseom.
“Sebaliknya?” tanya Pasa.
“Selamatkan mereka dari klan lain yang dijual sebagai budak di Arthdal, bantu mereka pulang, tanpa meminta imbalan.”
“Kalian percaya ucapannya? Bedebah ini berbohong,” teriak Tachugan. “Itu tak masuk akal! Inaishingi tak akan mengatakan hal sebodoh itu!”
Ipsaeng langsung memarahi Eunseom karena tidak mengatakan semuanya. Eunseom bingung, apa lagi yang harus di katakannya. Dan Ipsaeng memberi kode dengan berkata kalau Eunseom kan juga ada menyebut Dewa Suku Momo. Eunseom teringat apa yang Ipsaeng katakan mengenai Dewa Suku Momo saat mereka di Gunung Hasi, yaitu kalau tidak balas dendam atau budi, tubuh mereka di mutilasi sebelum mati. Jika mati saat balas budi, suku Momo percaya akan mencapai Negeri Cahaya di alam baka.
“Klan yang menerima bantuan harus membalas dengan menolong orang dari klan lain. Jika tidak, maka kau akan mati menyakitkan,” ujar Eunseom.

Saat itu, Tetua klan Myossi muncul dan bertanya, apa benar itu yang di katakan Inaishingi? Eunseom dengan gugup menjawab, Ya. Tetua mulai bertanya, apa yang Inaishingi kenakan? Sepatu apa yang dia kenakan? Sepanjang apa brewoknya?
Dan pertanyaan itu, tentu tidak bisa di jawab oleh Eunseom. Eunseom menjawab kalau mimpinya terlalu sama dan dia tidak ingat. Tetua Myossi meminta Eunseom menatap matanya. Eunseom menatapnya. Melihat mata Eunseom yang ragu, Tetua itu berbalik.
Tetua mengumukan kalau Eunseom berbohong. Semua klan Myo langsung bersiaga menyerang-nya.
Tiba-tiba, Eunseom menancapkan pedang yang ada di tangannya ke tanah. Dan dia mulai menarikan tarian air terjun yang di lihatnya kemarin malam. Dia menarikannya dengan sempurna. Setelah selesai, dia memberitahu Tetua kalau itu adalah tarian yang di tarikan Inaishingi sebelum menghilang.
Mirusol segera maju dan berkata kalau itu memang adalah Inaishingi. Kalau tidak, bagaimana bisa Eunseom mengetahui tarian itu?
Tetua menjadi ragu dan memutuskan melakukan rapat dewan. Ipsaeng lega karena setidaknya mereka ragu dan masih ada kesempatan kalau mereka akan mempercayai kebohongannya dan Eunseom.
Tachugan masih ragu. Kan Tetua Myossi tadi sudah bilang kalau Eunseom berbohong. Tetua berkata kalau ini di luar wewenangnya. Mereka akan membahas keinginan dewa dan mengambil keputusan.
--
Di tengah hutan, para pasukan Daekan berkumpul di sebuah rumah. Yeonbal merasa kesal karena mereka tidak berhasil menangkap Olmadae dan Eunseom, mana bisa mereka pulang begitu saja?
Saat itu, Dalsae dan Barodu masuk ke dalam tempat mereka. Mereka mendengar Yeonbal yang membicarakan “Igutu” (karena Yeonbal tidak tahu nama Eunseom). Dia meminta mereka memberitahu dimana “Igutu” itu?
Yeonbal tertawa dan mengeluarkan pedangnya. Dia memerintahkan mereka memberitahu dimana Olmadae?
Saat itu, Karika dan pasukannya muncul. Tapien segera memberitahu kalau Dalsae dan Badoru adalah tamu mereka! Terpaksa, Yeonbal menyarungkan kembali pedangnya. Dengan bahasa suku Momo, dia bertanya mengapa suku Momo berada sangat lama di darat? Bukankah harusnya mereka di perairan?
“Bukan urusan Pasukan Daekan,” jawab Karika dengan penuh karisma.
“Tentu. Aku juga enggan dibunuh sukumu. Ayo pergi. Kau sedang mujur.”
“Tahan! Kalian mengejar Igutu?”
“Kau mengejar dia juga? Sayang sekali bagi kita,” ujar Yeonbal. “Hutan Agoha. Dia kini ada dalam wilayah Suku Ago.”
--
Rapat dewan di adakan. Para tetua suku klan Myo berkumpul. Mereka ragu, kenapa Inaishingi muncul di luar suku Ago? Mirusol langsung berkata kalau Aramun Haesulla dari Arthdal juga orang asing (bukan berasal dari suku tersebut, tapi di kirimkan oleh Asa Sin).
“Selain itu, pikirkanlah yang dikatakan Inaishingi. "Berbuat baik dahulu. Bantu pulangkan budak dari klan lain dan klan itu akan berbuat sama pada klan lain." Jika ikuti arahannya, mungkin kita bisa menghindari cara hidup ini,” ujar Mirusol.
“Tak mungkin. Kita akan jadi bahan tertawaan,” ujar Tachugan.
“Akan kuturuti apa pun keputusan para tetua,” ujar Pasa.
“Lakukan Pengadilan Air Terjun,” putuskan para Tetua.
Mirusol terkejut. Dia sampai berlutut. Keputusan tersebut, sama saja seperti membunuh Eunseom.
--
Esok pagi,
Suku Momo, Dalsae dan Badoru tiba di Hutan Agoha. Karika segera memerintahkan pengawalnya untuk mencari ketua klan Myo dan beritahu kalau dia, Xabara Momo ingin bertemu. Pengawalnya segera berlari kencang memasuki hutan.
--
Ipsaeng dan Eunseom juga mendengar keputusan “Pengadilan Air Terjun” tersebut. Eunseom tidak mengerti hal itu dan menanyakannya pada Ipsaeng. Ipsaeng juga tampak terkejut.
“Ada air terjun besar dekat sini. Kau akan dijatuhkan dari sana. Jika hidup, kau bicara jujur. Jika tidak, kau mati. Kau pasti mati. Aku tak tahu akan begini. Aku, Ipsaeng, memakai ucapan omong kosongmu, dan hanya mau menyelamatkanmu. Sayangnya, beginilah akhirnya,” sesal Ipsaeng dan bahkan menangis.
“Aku jago berenang, kau tahu?”
“Mereka akan ikat kaki dan tanganmu. Rakit tempatmu diikat akan hancur saat menghantam batuan, dan mungkin kau juga. Walau kau selamat saat dijatuhkan, ada pusaran air di dasarnya. Tak ada orang…  Igutu pun tak akan selamat dari itu.”
“Kalau begitu… maksudmu tak ada yang pernah selamat setelah dijatuhkan?” tanya Eunseom, mulai takut.
“Satu orang dalam 1.000 tahun,” ujar Ipsaeng.
--
Suku Momo, Dalsae dan Badoru tiba di wilayah klan Myo.
--

Tarian air terjun di lakukan. Eunseom di ikat pada rakit bambu. Mirusol memperhatikannya. Dia teringat saat dia protes mengenai Pengadilan Air Terjun yang sama saja ingin membunuh Eunseom, saat itu Tetua memarahinya karena meragukan kesucian pengadilan. Ipsaeng memperhatikan dari kurungannya.
Ritual Pengadilan Air Terjun masih terus berlangsung. Ada sabit juga di tancapkan di batang kayu. Kemudian, pisau di iriskan pada tangan Eunseom, dan darahnya di usapkan pada sabit tersebut.
“Dewa hutan, air, dan air terjun yang tak menghukum mereka yang benar. Jika ucapannya benar, jika kau pilih dia untuk menyampaikan pesan, selamatkan dia dan biarkan dia memegang arit ini!” ujar Pasa, berdoa.
Rakit kemudian di usung dan di alirkan ke sungai. Eunseom yang tangan dan kakinya terikat hanya bisa pasrah. Saat itu, tampak sebuah burung terbang di langit.
--

Pengawal Karika kembali dengan nafas terengah-engah, memberitahu kalau Eunseom menerima Pengadilan Air Terjun. Mereka terlambat.
Karika dan semuanya langsung berlari. Menuju ke air terjun, tidak jadi memasuki wilayah klan Myo.
--

Rakit Eunseom berlayar mengikuti arus sungai. Dan di ujung sungai tersebut adalah air terjun. Dengan kekuatannya, Eunseom berhasil melepaskan diri dari ikatan rakit. Tapi, aliran sungai sangat deras dan tidak bisa di lawannya. Walau dia bisa melepaskan diri dari rakit, tapi arus sungai yang deras, tetap membawanya menuju ke ujung air terjun.
Suku Momo, Dalsae dan Badoru, tiba di bawah air terjun. Karika melepaskan kalungnya dan di ikuti oleh anggotanya.
“Kesatria lahir dan dibesarkan di air!” teriak Karika. “Para kesatria air, serbu!”
Semua belari memasuki air.
Eunseom masih terus berusaha agar tidak jatuh dari atas air terjun. Tapi percuma. Tubuhnya dengan kuat, menghantam ke bawah. Dalam keadaan seperti itu, Eunseom berpikir kalau itu adalah akhirnya. Dia meminta maaf pada Tanya.
“Semua air terhubung! Semua air di dunia adalah rumah kita. Kau takut kembali ke air untuk balas budi?” ujar Karika.
“Kita akan balas budi,” teriak pengikutnya.
Suku Momo sangat keren! Mereka bisa menyelam begitu dalam dan cepat di dalam derasnya air dan menyelamatkan Eunseom. Karika, dia membawa Eunseom kembali ke permukaan! Eunseom berhasil selamat dari Pengadilan Air Terjun.
“Kalau begitu maksudmu tak ada yang pernah selamat setelah dijatuhkan?”
“Satu orang dalam 1.000 tahun. Inaishingi. Dia selamat jatuh dari air terjun dan menyatukan Suku Ago.”


Post a Comment

Previous Post Next Post