Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 16-2


Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 16-2
Images by : TvN
Part 3 : Arth, The Prelude to All Legends
Kitoha menemui Tagon dan dengan sedih memberitahu mengenai Mugwang. Dia membawa Tagon ke ruangan yang terdapat mayat Mugwang. Mugwang di temukan mati di dekat jasad Harim dan istrinya. Jantungnya di renggut dari dadanya. Dan kemarin, kebetulan adalah bulan sabit. Kabar sudah tersebar di divisi militer bahwa Mugwang di hukum dewa karena tidak menghormati Tanya.


Mubaek tiba saat itu. Wajahnya tampak terpukul melihat mayat Mugwang, adiknya. Dia menangis penuh kepiluan.
--

Saya memberikan perintah pada Agaji dan Myeongjin untuk mengukir gambar di semua pilar Kuil Agung. Gambar itu merupakan catatan prestasi yang di buat oleh Tagon. Myeongjin tampak keberatan karena menurutnya mereka juga harus mengukir ajaran Asa Sin. Saya langsung menatapnya dengan tajam dan berkata kalau gambar prestasi Tagon adalah yang utama. Myeongjin ketakukan dan memilih menurut.
Saya menanyakan keberaadan Tanya. Agaji memberitahunya kalau Tanya ada di dalam Ruang Api.
--
Tanya berada di Ruang Api dan menyakinkan dirinya sendiri kalau Eunseom akan segera muncul. Dia berharap Eunseom segera muncul, karena dia membutuhkannya.

Mubaek datang menemuinya dan bertanya apakah Tanya mengenal Mugwang? Tanya menjawab ya. Mubaek pun memberitahu kalau semalam bulan sabit, dan dia tewas. Tangan seseorang merenggut jantungnya. Seperti kata Tanya. Tanay terkejut. Mubaek menegaskan kalau perkataan Tanya menjadi kenyataan.

Mubaek kemudian berlutut, memohon agar Tanya berkenan melakukan Ollimsani untuk Mugwang. Mugwang lahir dalam suku minoritas dan di aniaya seumur hidup. Dia satu-satunya keluarga. Namun, dia tidak pernah merawatnya karena selalu fokus pada hal lain. Dia tidak meminta Tanya untuk memaafkan perbuatan Mugwang pada suku Wahan, tapi dia meminta Tanya membatalkan kutukan atas Mugwang agar Mugwang bisa pergi dengan tenang. Hanya ini yang bisa di lakukannya sebagai kakak. Mubaek memohon dengan sangat hingga menangis.
“Akan kulakukan Ollimsani besok malam. Akan kusiapkan segalanya,” ujar Tanya.
Mubaek sangat berterimakasih pada Tanya. Dia sudah hendak beranjak pergi, tapi kemudian berbalik untuk menanyakan sesuatu. “Kau sungguh bisa meramal? Kau bertanya kenapa kuselamatkan anak itu (Eunseom). Ada yang tak kukatakan padamu. "Tiga bayi lahir di hari dan jam yang sama 20 tahun lalu. Ketiga bayi terlahir dengan takdir lonceng, cermin, dan pedang, agar mereka bisa mengakhiri dunia ini." Itulah kata-kata Asa Sakan. Aku yakin kau adalah lonceng. Pedang mungkin anak yang kuselamatkan. Dan cermin berdiri di sebelahmu,” beritahu Mubaek.
Saat itu, Saya tiba dan mendengar apa yang Tanya dan Mubaek bicarakan.
“Saya?”
“Ya. Aku tahu saat melihatnya. Bagaimana bisa aku tak mengenal wajahnya? Sejak hari itu, ketakutan di Arthdal menjadi amarah, dan amarah menjadi kesedihan, lalu menjadi kekejaman. Aku juga sudah sangat lama putus harapan. Namun, suatu hari, aku melihat Kanmoreu dan bisa menemukan Byeoldaya. Sejak itu, aku bertindak seperti kerasukan, tak tahu apa yang perlu kulakukan, tanpa menyadari yang menimpa adikku. Aku sungguh percaya dunia akan berubah begitu pedang, lonceng, dan cermin bersatu. Itu yang akan terjadi? Apa kau mampu mewujudkan itu, Niruha?”
Tanya terdiam, tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut. Dia juga baru tahu mengenai ramalan tersebut.
--
Tanya sedang berjalan bersama Saya. Dan dia terus teringat ramalan yang Mubaek beritahu, apa yang akan terjadi jika mereka bertiga berkumpul (Tanya, Eunseom, dan Saya)?

Saat itu, Saya membuka pembicaraan dengan bertanya, apa yang Mubaek bicarakan? Tanya hanya memberitahu kalau Mubaek memberitahu mengenai kematian Mugwang, adiknya. Dan ingin dia melakukan Ollimsani. Saya diam, di dalam hatinya, dia tahu dengan jelas kalau Tanya menyembunyikan sesuatu dari nya. (Tanya punya kemampuan mendengar isi hati orang lain, tapi sepertinya kemampuan itu hanya muncul secara acak. Buktinya, dia tidak bisa mendengar apa yang Saya pikirkan). Tanya kemudian membahas mengenai Saya yang menyuruh orang untuk mengukir prestasi Tagon di pilar kuil. Saya beralasan kalau dia melakukan itu untuk membuat Tagon menjadi dewa yang hidup. Terlebih lagi, semua prestasi Tagon juga adalah fakta.
“Seperti Darah Atturad?” tanya Tanya. (Darah Atturad adalah mengenai kisah Saram yang membantai Neanthal -di episode 01-)
“Bukan hanya itu. Dia pernah meredam Suku Ago tanpa satu pertarungan pun.”
--
Di Hutan Agoha.
Ipsaeng dan Eunseom yang tertangkap oleh suku Ago, di bawa menuju ke suatu tempat bersama para budak lainnya. Dan Eunseom sangat kaget saat tahu kalau budak-budak yang di bawa itu ternyata juga adalah Suku Ago. Yang menangkap adalah suku Ago dan budak yang di bawa juga adalah suku Ago. Bagaimana mungkin?
“Klan mereka berbeda. Dia dari Klan Tae. Mereka (para budak) dari Klan Myo. Namun, intinya, mereka menangkap orang dari suku yang sama dan menjualnya ke Arthdal. Kurasa mereka masih melakukannya,” jelas Ipsaeng.
“Sulit dipercaya. Bagaimana ini bisa terjadi?”
“Tagon membuat ini terjadi.”
--

Saya membawa Tanya untuk melihat prose pengukiran gambar di pilar. Saya menunjukkan gambar yang harus di ukir di pilar kuil, gambar prestasi Tagon. Dan Saya juga menjelaskan pada Tanya, bagaimana caranya Tagon menaklukan klan Ago.
“Ini yang dikatakan Tagon Niruha kepada para tawanan Suku Ago. “Kalian merampas barang orang karena lahan kalian tak subur. Kuizinkan kalian berdagang pada kami. Namun, kami hanya menerima budak. Kalian selalu bermusuhan antarklan. Jika beri kami budak dari klan lain, kami beri imbalan kekayaan." Lalu dia bebaskan mereka semua. Mereka yang dibebaskan awalnya ragu. Namun, mereka akhirnya mulai menangkap orang dari klan lain dan menjualnya kepada kami sebagai budak. Karena jika tak melakukan itu, mungkin mereka yang akan dijual.”
“Kalian buat mereka saling meragukan,” simpul Tanya.
“Benar. Mereka tak akan melihat kejayaan Inaishingi lagi untuk selamanya.”
“"Inaishingi"? Apa itu?” tanya Tanya.
“Pemimpin legendaris Suku Ago yang menyatukan semua klan menjadi satu suku. Inaishingi, yang hidup 200 tahun lalu, adalah satu-satunya yang cukup kuat melawan Aramun Haesulla,” jelas Myeongjin, ikut nimbrung.
--
Ipsaeng memberitahu Eunseom kalau walaupun Inaishingi kembali, tetap tidak akan bisa merubah keadaan ini. Eunseom langsung berkomentar kalau Ipsaeng selalu berkata jangan percaya siapapun. Namun, lihat apa yang terjadi pada suku Ago. Mereka tidak tahu kalau hanya di bodohi oleh Tagon.
“Kau kira mereka tak tahu? Mereka hanya tak berdaya,” kesal Ipsaeng.
“Kenapa? Kenapa tak buat sebaliknya?”
“Sebaliknya?”
“Ya. Mereka jual orang dari klan lain sebagai budak. Sebaliknya, tiap klan bisa selamatkan warga lain dari Arthdal dan bantu mereka pulang. Pikirkan betapa bersyukurnya mereka. Lalu klan itu akan terus menolong klan lain. Itu yang akan kami lakukan di tempatku dahulu,” jelas Eunseom.
“Aku tak peduli asalmu. Semua berbeda di Tebing Hitam Besar. Yang berkhianat selamat. Yang dikhianati akan mati,” ujar Ipsaeng.
Mendengar perkataan Ipsaeng, mengingatkan Eunseom di saat mereka tertangkap oleh Gilseon dan di kirimkan ke Doldambul menjadi budak. Saat itu, mereka hendak menyelamatkan Mungtae dan Teodae, tapi tidak di sangka, Mungtae mengkhianati mereka dan menyerahkan mereka pada Gilseon. (Dan semoga kalian tidak lupa, kalau ada satu orang yang tidak tertangkap yaitu Buksoe. Tapi kemana dia sekarang?)
Klan Tae yang membawa budak akhirnya tiba di tempat peristirahatan. Semua budak yang tertangkap langsung di bariskan dan untuk di periksa satu persatu yang mana yang layak dan tidak. Seorang wanita yang bertugas memeriksa dan dia terkejut melihat Eunseom. Bibir Eunseom berwarna ungu, jadi dia bisa tahu kalau Eunseom adalah Igutu. Dia memberitahu Taemaja kalau Arthdal tidak menerima budak Igutu. Taemaja menjawab kalau mereka hanya perlu menghindari mengirim Eunseom ke istana, lagian kan Igutu itu kuat dan pekerja keras.
Wanita itu langsung mengajak Taemaja bicara, rapat.
Saat itu, Eunseom menoleh dan melihat ada seorang wanita di balik sebuah pohon. Wanita itu melihat Eunseom yang melihat ke arahnya dan memberi tanda denga jarinya agar Eunseom diam. Eunseom segera memberitahu Ipsaeng.

Tidak membuang waktu, wanita itu menembakkan panah ke para klan Tae. Dan seolah itu menjadi pertanda, rombongan wanita itu segera keluar dan menyerang semua klan Tae. Tidak hanya menyerang klan Tae, mereka juga membebaskan budak. Budak yang menjadi prioritas mereka adalah seorang budak perempuan bernama Yesran. Mereka hampir berhasil menyelamatkannya, tapi segerombolan klan Tae bermunculan dan mengambil kembali Yesran. Karena kalah jumlah dari klan Tae, mereka terpaksa mundur.
--


Benteng Klan Myo, Suku Ago
Di tengah hutan, di sebuah perkampungan sederhana, sekelompok wanita sedang melakukan tarian. Ternyata, yang menyelamatkan mereka tadi adalah klan Myo. Dan bukan di selamatkan juga sih, mereka hanya berpindah tawanan saja, dari klan Tae menjadi klan Myo.
Ipsaeng menjelaskan pada Eunseom yang bertanya mengenai tarian yang di tarikan itu, kalau itu adalah tarian air terjun. Mereka sedang memohon keselamatan putri ketua pada Dewa Air Terjun.
Wanita yang menyelamatkan mereka tadi, Mirusol, membagikan air kepada semua budak.
Eunseom memperhatikan tarian tersebut denagn seksama. Dan itu mengingatkannya dengan tarian Tanya. Saat-saat dia mengajarkan Tanya tarian spirit. Tarian itu tampak mirip.
“Jika kalian suku Ago, kembali ke klan kalian usai makan. Jika bukan, pergi dari sini,” ujar Mirusol. Ternyata dia cukup baik untuk menolong.
Eunseom saja sampai bilang kalau Ipsaeng salah. Ada juga sesama suku yang ingin menolong anggota klan lain. Tidak semua orang sama seperti Ipsaeng yang jahat. Ipsaeng langsung dengan tegas menyuruh Eunseom untuk tidak mempercayai siapapun dari suku Ago, entah itu klan Tae maupun klan Myo. Eunseom langsung berujar kalau Ipsaeng kan suku Ago juga. Ipsaeng langsung berkata kalau Eunseom juga jangan percaya padanya.
--

Klan Myo berkumpul untuk rapat di sebuah rumah. Mereka tampak panik karena telah gagal menyelamatkan Yesran. Dan karena itu, Tachugan ingin mereka menukar semua budak yang ada dengan Yesran. Mirusol tidak setuju. Tachugan tetap pada pendiriannya.
Mirusol akhinya mengingatkan kalau mereka sudah berjanji : “Kita tidak akan lagi membiarkan Tagon menipu kita. Kita tidak akan lagi menjual anggota suku Ago ke Arthdal.” Itu sumpah yang belum lama ini mereka ucapkan.
“Bukan jual ke Arthdal. Aku mau menukar mereka dengan putri ketua!” keras Tachugan.
“Tidak, kau mau tukar mereka dengan orang yang akan kau nikahi,” balas Mirusol.
Mereka sudah akan bertengkar hebat, tapi ketua klan Myo, Pasa, menyuruh mereka untuk berhenti berdebat. Mirusol langsung meminta Pasa membuat keputusan dan dia akan mengikuti apapun keputusan Pasa.
--

Ipsaeng tampak penuh dengan kewaspadaan. Sementara Eunseom, dia menikmati makanan yang di hidangkan pada mereka. Dan benar saja, sepertinya hasil rapat adalah mengikuti saran Tachugan. Karena semua budak yang harusnya sudah di bebaskan, malah kembali di ikat.
--
Dalsae dan Badoru tiba di tengah gunung Hasi dan mereka melihat para suku Momo yang sedang mendirikan tenda. Dalsae yang berasal dari Iark tentu tidak tahu suku Momo, tapi Badoru yang tahu. Dia memberitahu Dalsae kalau semua itu adalah suku Momo, sukunya Sateunik. Tapi, mereka jarang masuk jauh ke gunung seperti ini. Entah apa yang mereka lakukan.
Dalsae melihat-lihat dan terkejut saat melihat bendera suku Momo yang berkibar. Tentu saja dia mengenali logo di bendera itu. Itu adalah tanda di belakang punggunng Eunseom. Dia yakin karena dia kan tumbuh bersama dengan Eunseom sedari kecil.
Sialnya, suku Momo ternyata menemukan mereka dan langsung menghunuskan pedang ke leher mereka karena telah mengintai. Badoru berusaha menjelaskan siapa mereka, tapi dia bingung cara menjelaskannya karena suku Momo kan tidak mengerti bahasa Arth.
Dan betapa leganya mereka saat tahu kalau Karika dan Tapien mengerti bahasa Arth.
“Eunseom! Punggung Eunseom!” teriak Dalsae, menunjuk ke arah bendera. “Pola di sana! Itu pola di punggung Eunseom! Dia temanku, Eunseom!” beritahu Eunseom. Tapi, tidak ada reaksi dari Karika dan Tapien, sebab mereka tidak tahu nama orang yang mereka cari adalah Eunseom. “Igutu,” beritahu Dalsae.
Wajah Karika langsung sumringah. Karena orang yang di carinya memang adalah Igutu. “Kau kenal pemuda itu?” tanyanya, senang.
Dalsae menganggukan kepala dengan bersemangat.
--
Pasa, ketua klan Myo, menemui para budak dan meminta maaf pada mereka semua. Dia melakukan ini untuk menyelamatkan putrinya. Ipsaeng tiba-tiba mengangkat tangan dan berkata dia mempunyai rencana lain untuk menyelamatkan putri Pasa. Dia akan membawakan putri Pasa kembali.
“Aku adalah keturunan langsung Ketua Suku Tae,” beritahu Ipsaeng.
Tidak ada yang percaya. Termasuk Eunseom. Jika Ipsaeng adalah keturunan langsung klan Tae, kenapa di tangkap sebagai budak? Ipsaeng menjelaskan kalau saat dia masih muda dan belum dewasa, dia meninggalkan suku Ago dan berharap melihat dunia. Dia dalam perjalanan kembali. Yang menangkapnya tidak mengenalinya yang sudah dewasa. Saat dia mau memberitahu identitas-nya, malah mendadak mereka muncul.

Eunseom sampai kehilangan kata-kata mendengar kebohongan Ipsaeng. Semua klan Myo juga tertawa dan tidak percaya sama sekali. Dan Ipsaeng secara tiba-tiba, membuka bajunya dan menunjukkan tanda yang ada di dadanya.
“Kau tidak bohong,” kaget Mirusol begitu melihat tanda itu. “Dia bicara jujur.”
Eunseom ikutan kaget karena Ipsaeng ternyata tidak berbohong.
“Jika kalian bawa mereka ke Klan Tae, perang akan pecah. Aku akan ke sana sendirian, minta mereka melepaskan putrimu,” ujar Ipsaeng.
“Jika kau kabur? Bagaimana kami bisa percaya padamu?” tanya Tachugan.
“Kemungkinan terburuk, kalian kehilangan satu budak! Dan pemuda ini... (Eunseom) Dia mungkin bukan dari Suku Ago, tapi dia seperti saudaraku. Jika tak percaya padaku, kutinggalkan dia di sini. Bagaimana?” tawarkan Ipsaeng.
--

Klan Myo kembali rapat. Mirusol menyarankan untuk mempercayai Ipsaeng. Tachugan tidak bisa. Mereka tidak bisa mempercayai klan Tae. Mirusol mencoba membujuk Pasa untuk mengikuti rencana Ipsaeng, toh kalau dia berbohong, mereka hanya akan kehilangan 1 budak saja (Ipsaeng). Dan kalau mereka berhasil, mereka bisa menyelamatkan Yesran.
--
Eunseom berbicara dengan Ipsaeng. Dia tidak menyangka kalau Ipsaeng benar-benar putra Ketua klan Tae. Apa Ipsaeng benar-benar bisa membawa kembali putri klan Myo? Ipsaeng dengan yakin berkata bisa. Dia akan kembali ke sana dan meminta untuk menukar putri dengan temannya yang di sandera, dan semua akan segera selesai. Dia menyuruh Eunseom untuk tidak cemas dan percaya saja.
Eunseom tiba-tiba memberikan emas hadiah dari suku Momo untuk Ipsaeng. Ipsaeng jelas terkejut karena Eunseom memberikan itu padanya. Apa Eunseom benar-benar percaya padanya?
“Tidak. Aku tak percaya. Ucapanmu tampaknya bohong.”
“Lalu kenapa?”
“Agar ini berakhir. Sesuai ucapanmu, pendidikanku saat tumbuh besar berbeda, dan aku percaya pada yang diajarkan. Namun, hal itu tak berlaku di sini. Tidak berlaku padamu, teman masa kecilku juga mengkhianatiku. Aku bahkan tak percaya ucapanmu tentang Suku Ago.”
“Jadi?”
“Jika kau sungguh kabur membawa ini (emas hadiah suku Momo), itu membuktikan pendidikanku sia-sia, dan aku tak akan meragukan keputusanku lagi. Selain itu, jika kau tak kembali, aku tetap akan mati. Apa gunanya ini jika dimiliki orang mati? Ini,” dan Eunseom memberikan emas itu ke tangan Ipsaeng.
Bersamaan dengan itu, Pasa datang dan memberitahu keputusan mereka.
--

Dengan di kawal oleh prajurit klan Myo, Ipsaeng di bawa ke kawasan klan Tae. Sebelum sampai menuju ke wilayah klan Tae, Ipsaeng meminta agar para prajurit klan Myo membiarkannya memasuki wilayah klan Tae seorang diri. Jika mereka ikut masuk, keberadaan mereka bisa membuat klan Tae marah. Mereka ragu dan mengancam kalau Ipsaeng macam-macam, mereka akan mencabik-cabik teman Ipsaeng, Eunseom.


Dan Ipsaeng pun berjalan soerang diri menuju wilayah klan Tae. Dan setelah memastikan keadaan aman, Ipsaeng kabur. Dari awal, dia merencanakan semua ini hanya untuk keselamatan dirinya sendiri. Setelah berhasil kabur, Ipsaeng tertawa penuh kesenangan karena mereka semua berhasil di tipu. Dan tidak hanya itu, dia bahkan mendapatkan emas suku Momo.
Tapi, tawa itu tidak bertahan lama. Tawa itu menghilang saat dia memikirkan Eunseom. Dia ragu akan tindakannya. Dia tampaknya mulai berubah, setia pada Eunseom.


Post a Comment

Previous Post Next Post