Sinopsis K-Drama : Chocolate Episode 12-2


Sinopsis K-Drama : Chocolate Episode 12-2
Images by : JTBC
SELURUH KARAKTER, TEMPAT, PERUSAHAAN, DAN KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKSI

Jun sedang menyiram tanaman dengan pandangan kosong, tampaknya dia mempunyai banyak pikiran. Di saat itu, dua orang pria tua keluar dari sanatorium sambil bertengkar. Melihat itu, Jun jelas ingin melerai. Tapi, Yeong Sil sudah muncu duluan dan memarahi mereka berdua.
Jun sampai panik sendiri melihat Yeong Sil, apalagi dua pria itu menjadi sangat marah dan hendak memukul Yeong Sil. Jun langsung berusaha melerai mereka. Eh, tidak di sangka, kedua pria itu malah ketakukan pada Yeong Sil. Jun sampai melongo. Yeong Sil langsung memberitahu Jun kalau kedua pria itu adalah sepupu keduanya. Ayah sepupunya di rawat di sanatorium ini sejak kemarin, dan kedua orang ini malah tidak peduli dan hanya memperebutkan uang ayah mereka.
Kedua pria itu kembali lanjut bertengkar memperebutkan siapa yang paling berhak mendapatkan harta ayah mereka.
“Dia habiskan seumur hidup kerja kasar agar mereka bisa belajar dan menikah. Yang tersisa hanya 30 juta won uang deposit. Itu yang mereka perebutkan. Aku benci mereka. Bahkan saudara bertengkar seperti itu hanya demi 30 juta won. Jika yang diperebutkan 1.000 kali lipat, semua mungkin lebih kejam dan dingin, ya?” ujar Yeong Sil pada Jun.

Jun terdiam. Mata-nya berkaca-kaca. Mungkin apa yang di lihatnya sekarang ini, tampak seperti dirinya yang bertengkar dengan Kang demi harta.
--
Yeong Sil menjenguk paman-nya. Mata-nya berkaca-kaca melihat wajah paman-nya yang tertidur pulas.
“Di kehidupanmu selanjutnya, pastikan makan enak dan pakai pakaian bagus. Tolong hidup untuk dirimu. Jangan menjadi ayah seseorang lagi,” ujar Yeong Sil, sedih.
Saat itu, suster Nara masuk dan berkata kalau dia membutuhkan Yeong Sil di dapur. Yeong Sil segera menghapus air matanya dan bergegas ke dapur.

Di dapur, ternyata ada ibu kandung Michael. Yeong Sil jelas bingung melihatnya. Ibu kandung Michael memberitahu kalau tadi pagi sesuatu terlintas di pikirannya. Dia ingat hal yang lupa di tambahkannya di sup kimchi adalah jamur pinus.
“Saat anak-anak masih kecil, aku pergi ke gunung dan memetik jamur pinus. Tapi anak-anak tak mau makan. Jadi, kumasukkan ke sup kimchi, dan dia sangat menyukainya. Maksudku, Seong-cheol. Saat itu, jamur pinus sangat mahal untuk orang seperti kami. Jadi, kuberikan kepada Seong-cheol tanpa memberi tahu Seong-gu,” cerita Ibu.
Ibu mulai memasak sup kimchi dengan mencampurkan jamur pinus.


Dan setelah selesai, Yeong Sil mengantarkannya pada Michael. Michael mencobanya dengan di temani oleh Susan, sementara Yeong Sil dan Ibu melihat dari luar pintu. Michael tersenyum senang saat mencoba sup kimchi itu. Itu adalah rasa sup kimchi yang di carinya selama ini. Susan tersenyum dan tertawa bahagia karena Michael akhirnya bisa merasakan sup kimchi itu.
“Terima kasih telah bawa aku kemari. Korea luar biasa. Sampai jumpa di kehidupan berikut,” ujar Michael dalam bahasa Inggris. Dia menangis. “Jika kita lahir kembali, aku akan menjadi putra yang lebih baik. Aku sayang kau, Ibu.”

“Aku juga sayang kau,” balas Susan. Dia menangis dan memeluk Michael dengan erat.
Walau mereka bukan ibu dan anak kandung, tapi perasaan ibu dan anak mereka begitu kuat.
Ibu sangat penasaran apakah Michael menyukai sup kimchi itu? Apa itu sup kimchi yang Michael cari? Yeong Sil menjawab kalau itu adalah sup kimchi yang Michael cari. Ibu sangat lega mendengarnya. Dia melihat ke dalam ruangan Michael dan memilih pergi.
“Kau tak mau melihat putramu?” tanya Yeong Sil.
“Dia ingin sup kimchi, jadi, kubuatkan untuknya. Kenapa harus menemuinya?” balas Ibu, seolah tidak peduli.
“Dia bersyukur kau melahirkannya. Michael… Maksudku, Seong-cheol mengatakannya.”
Ibu merasa terharu, tampak dia menangis, “Bersyukur apanya. Apa tak ada hal lain yang dia syukuri? Wanita Amerika itu… Maksudku, ibu Michael. Katakan aku suka sup rumput lautnya. Sampaikan, "Thank You very much." Kenapa orang Amerika buat sup rumput laut lebih enak dari kebanyakan orang Korea? Aku tahu dia tak membuatnya sendiri. Jelas dia dibantu seseorang. Dia pikir aku tak tahu itu? Tapi jangan beri tahu dia itu,” ujar Ibu, merasa tersentuh.
Yeong Sil tersenyum. Dia tahu, walau ibu bicara kasar, tapi sebenarnya ibu benar-benar menyanyangi Michael.
--

Hari mulai gelap,
Dan Kang masih tetap menahan kepala Cha Young yang tertidur di pundaknya. Setelah beberapa lama, Cha Young akhirnya terbangun, dan langsung menjerit keras karena terkejut. Kang langsung berdiri dan tampak lelah. Cha Young malu dan bertanya sudah berapa lama dia tidur? Kang menjawab empat jam. Cha Young semakin merasa marah dan malu pada dirinya sendiri.
Kang sampai harus menenangkannya kalau tidak masalah. Jantung Cha Young jelas berdegup kencang. Dia mengembalikan kunci mobil Cha Young. Dia juga menjelaskan kalau dia lupa membawa ponsel dan dompetnya, juga tidak ada yang bisa di mintanya pinjam uang. Jadi, bolehkan dia pinjam uang untuk tiket bus?
“Kau bisa menunggu dan kembali denganku?” tanya Kang.
“Aku harus segera kembali,” gugup Cha Young.
“Meski bergegas ke terminal, kau takkan sempat naik bus yang terakhir.”
“Bus terakhir berangkat secepat ini?”
“Kau tidak lapar? Aku sangat kelaparan hingga bisa pingsan. Kenapa kita tidak makan sesuatu dan pergi setelahnya?” ajak Kang.

Kang segera berjalan pergi dengan terseok-seok karena kakinya kesemutan terlalu lama berlutut. Kang membawa Cha Young ke pasar untuk berbelanja bahan laut. Ada kerang abalone. Gurita. Ikan. Dan masih banyak lagi.
Cha Young heran kenapa Kang harus berbelanja? Kenapa tidak makan di restoran terdekat saja? Kang hanya menjawab kalau ada restoran yang dia tahu, jadi kesana saja.
--

Jun pulang ke rumah dan melihat tn. Lee yang berada di ruang tamu melihat foto keluarganya, dan menangis terisak-isak. Dia memohon agar mendiang ayah tidak membawa Ibunya. Dia masih ingin bersama dengan ibunya.
Jun jelas jadi kasihan juga pada ayahnya. Pas itu pula, Jun mendapat telepon dari ibunya bahwa nenek sudah mulai sadar. tn. Lee sangat senang mendengarnya dan segera bergegas ke rumah sakit.
--

Nenek memang sudah sadar. Dan yang di lihatnya adalah Ny. Yoon yang menatap dengan tatapan kejam. Ny. Yoon berjalan mendekati ranjang nenek. Nenek tampak ketakutan padanya.
--
Kang membawa Cha Young ke restoran Bada. Restoran yang di jalankannya bersama ibunya saat dulu tinggal di Wando. Di depan restoran, ada papan pengumuman berisi menu makanan. Restoran juga masih tampak terawat dan bahkan papan namanya masih bagus. Kang memberitahu kalau restoran itu adalah milik ibunya, dan dia rasa paman Dong Gu yang mengelolanya setelah dia dan ibunya pergi.

Cha Young jelas tahu restoran itu. Ini tempat pertemuannya dengan Kang saat kecil. Tempat kenangan-nya.
Kang mencari kunci restoran, yang masih di simpan di tempat yang sama. Di atas tempat listrik. Dengan kunci itu, Kang masuk ke dalam restoran. Tempatnya masih sama. Dan itu membangkitkan memori masa kecil membahagiakan Kang. Dia duduk di meja depan dapur, dan menanti makanan yang akan di buatkan ibunya untuknya.

Mengingat kenangan itu, membuat sudut bibir Kang otomatis tertarik ke atas. Dia tersenyum. Cha Young mengikutinya masuk ke dalam restoran.
“Ibuku juga koki luar biasa, sama sepertimu. Aku bisa memasak dari mengamatinya saat di dapur,” ujar Kang.
“Apa yang kau lakukan?”
“Aku akan masak makan malam.”
“Kau akan memasak?” kaget Cha Young.
“Tentu, aku akan mencoba. Walau aku tak yakin ingat caranya.”





Dan di mulailah, Kang memotong bahan-bahan yang di belinya di dapur. Dia memasak untuk Cha Young. Dia masih ingat caranya. Dan Cha Young menantinya di luar. Dia memperhatikan Kang yang memasak. Kang tampak sangat menikmati saat-saat dia memasak. Membahagiakan melihat ekspresi Kang yang seperti itu.
--
tn. Lee tiba di rumah sakit hampir bersamaan dengan adiknya. Mereka segera masuk ke dalam kamar rawat ibunya. Dan di dalam sudah ada kedua paman mereka (yang direktur itu) dan Ny. Yoon. Tapi, Ny. Han masih tidur.
“Dia membaik. Seperti yang terlihat, ventilatornya dilepas. Dokter memberinya Ativan, jadi, dia tidur,” jelas Ny. Yoon, dan tampaknya berbohong.
“Pak Im dan Pak Han, kapan kalian datang?” tanya Ny. Lee, melihat kedua orang itu.
“Kami datang segera setelah Pimpinan Han mulai sadar. Dia memanggil kami, katanya harus memberi instruksi untuk sesuatu.”
“Instruksi? Dia baru mulai sadar. Instruksi apa?” bingung tn. Lee.
"Karena kondisinya, Pimpinan Han akan mundur dari manajemen mulai hari ini. Dia ingin mendelegasikan kuasanya kepada wakil direktur sementara ini,” beritahu mereka.

Ny. Lee dan tn. Lee terkejut. Ny. Lee paling terkejut, kenapa pula ibunya memberikan kuasa kepada Ny. Yoon padahal Ny. Yoon bukanlah keturunan keluarga mereka?! tn. Lee juga bingung, tapi dia tentu membela Ny. Yoon.
Ny. Yoon tampaknya telah berbuat sesuatu. Jun saja tidak bisa mempercayai ibunya apalagi aku. Terlihat dari wajah Jun yang bisa menebak kalau ibunya pasti telah melakukan sesuatu pada ibunya.
Ny. Yoon langsung membawa semuanya keluar dengan alasan agar tidak membangunkan Ny. Han. Hanya tinggal Jun di dalam kamar rawat. Jun melihat neneknya yang tidak sadarkan diri. Matanya berkaca-kaca. Dan untuk sesaat, dia bisa melihat kalau neneknya, meneteskan air mata dalam tidurnya.
--
Kang akhirnya selesai memasak dan menghindangkan-nya pada Cha Young. Cha Young memuji semua masakan itu yang tampak lezat. Dia berterimakasih atas makanan itu dan mengajak Kang untuk mulai makan. Cha Young pertama, mencoba sup buatan Kang. Kemudian baru memakan sayur, ikan, gurita dan kerang. Dia makan dengan sangat lahap.
“Adikmu mengirimkan hasil pindai MRI dan rekam medismu,” jujur Kang. “Aku tahu kau tak bisa mencium atau merasakan sesuatu. Karena itu aku tak ingin mengajakmu ke sembarang restoran,” beritahu Kang.
Mata Cha Young berkaca-kaca. Dia menangis dan terus lanjut makan.
“Kau tak perlu memaksakan dirimu untuk memakannya,” ujar Kang lagi, takut kalau Cha Young memasakkan diri.

Cha Young menggelengkan kepalanya. Dia menangis sambil makan. Dan Kang memberikannya tissue. Hal itu mengingatkan Cha Young dengan kenangan, saat Kang kecil juga memberikannya tissue saat dia menangis.
“Aku sangat bahagia. Makanan ini sangat lezat hingga membuatku bahagia. Karena itu aku tak berhenti menangis,” ujar Cha Young, menangis.



Sebuah kalimat, yang membangkitkan memori Kang yang sudah lama terhilang. Waktu seolah mundur ke saat-saat dia membuat cokelat shasha, menunggu anak itu. Ke waktu pertemua pertamanya, dengan seorang gadis kecil kelaparan yang juga menangis karena rasa masakan yang sangat enak. Cinta pertamanya.
“Apa mungkin kau pernah ke Wando saat masih kecil?” tanya Kang.
Cha Young terkejut. Dia menganggukan kepalanya, pelan.
“Apa mungkin kau pernah ke Restoran Bada saat masih kecil?” tanya Kang, berharap.
Dan Cha Young kembali mengangguk.
“Lalu, apa kau ingat aku?” tanya Kang, lagi. Dengan tatapan yang sulit ku jelaskan.
Cha Young mengangkat kepalanya. Menatap, tepat ke mata Kang. Dia menggangguk.



7 Comments

Previous Post Next Post