Sinopsis K-Drama : Itaewon Class Episode 15-1
Images by : JTBC
SELURUH KARAKTER, TEMPAT, ORGANISASI, DAN
KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKSI
Geun Soo menjerit histeris
meneriakkan nama Sae Ro Yi yang tertabrak karena menolongnya. Dengan cepat,
Geun Soo segera mengeluarkan ponselnya menelpon 119 untuk meminta bantuan (tapi
Geun Soo hanya bilang ada orang tertabrak dan minta mereka segera melacak lokasinya).
Tentu saja, semua gangster termasuk Geun
Won segera mendekat untuk merebut ponsel Geun Soo setelah Geun Soo mengakhiri
telepon 119. Geun Soo baru sadar kalau kondisinya dalam bahaya sehingga dia
langsung menekan tombol panggil untuk panggilan terbaru, yang kebetulan adalah
Seung Kwon.
Seung Kwon menerima telepon
Geun Soo, tapi tidak ada jawaban sama sekali dari Geun Soo. Dia malah mendengar
suara boss Kim yang menyuruh untuk menangkap Geun Soo. Geun Soo yang sudah di
pukuli dengan kayu, tetap berteriak memberitahu kalau Yi Seo di culik dan Sae
Ro Yi terluka. Belum sempat dia mengatakan posisinya, Boss Kim sudah menemukan
ponselnya yang terjatuh dan segera menginjak hancur ponsel Geun Soo.
Geun Soo di pukuli sampai
pingsan dan di bawa masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil juga ada Yi Seo yang
tidak sadarkan diri. Anak buah bos Kim mengeluarkan cctv dashboard mobil Sae Ro
Yi dan menghancurkannya (dengan cara di injak).
Geun Won berdiri menatap tubuh
Sae Ro Yi yang terbaring di tanah dan bergumam : “Rasanya aku pernah melihat ini.”
(tentu saja, ini mirip seperti saat dia menabrak ayah Sae Ro Yi).
Boss Kim ada di sampingnya. Dia
merasa sedih juga karena harus melakukan ini pada Sae Ro Yi, tapi bagaimanapun
ini adalah bisnis (dia di bayar oleh Geun Won).
Mereka segera meninggalkan
lokasi TKP (sepertinya, mereka juga membawa mobil Geun Soo).
-Itaewon Class-
119 tiba di tempat Sae Ro Yi
dan segera membawanya ke rumah sakit. Mereka mengira kalau Sae Ro Yi adalah
korban tabrak lari. Hyun Yi dan Seung Kwon segera berlari ke rumah sakit begitu
mendengar kabar mengenai Sae Ro Yi.
--
Berita mengenai Sae Ro Yi yang
mengalami tabrak lari sudah tersiar. Lokasi tabrak lari ada di dekat waduk di
daerah Pajin dan korban adalah Presdir IC, Park Sae Ro Yi, yang kini dalam
kondisi tidak sadarkan diri.
Dir. Kang sedang bersama dengan
det. Oh saat dia mendapat kabar mengenai tabrak lari Sae Ro Yi, dan tentu saja
mereka berdua terkejut dan juga cemas serta khawatir.
--
Soo Ah sudah tiba di rumah
sakit bersama dir. Kang dan det. Oh. Mereka masih menunggu Sae Ro Yi yang di
operasi. Dir. Kang sadar kalau Yi Seo tidak ada, jadi, dia menanyakan hal itu pada
Hyun Yi. Hyun Yi juga tidak tahu karena dari kemarin Yi Seo tidak bisa di
hubungi.
Seung Kwon baru saja kembali,
dan begitu melihat det. Oh, dia meminta waktu untuk bicara sebentar. Seung Kwon
menunjukkan foto CCTV saat Yi Seo di bawa keluar dari kamar rawatnya
menggunakan kursi roda dan dalam keadaan tidak sadarkan diri. Det. Oh jelas
terkejut dan bertanya, apakah Yi Seo di culik? Seung Kwon membenarkan. Yi Seo
di culik dari RS ini dan juga dia menunjukkan ponsel Sae Ro Yi yang di
dapatkannya. Di dalam ponsel itu, ada pesan yang menyuruh Sae Ro Yi untuk
datang sendiri dan jangan menghubungi siapapun.
Det. Oh semakin terkejut, kalau
begitu, Sae Ro Yi bukan mengalami tabrak lari? Seung Kwon tidak berani memastikan
hal itu karena itu, dia harus menyelidikinya sedikit lagi. Dan juga, dia harus pergi
sebentar jadi dia mohon det. Oh untuk menjaga Sae Ro Yi sementara dia pergi.
det. Oh melarang Seung Kwon pergi sendiri dan menyuruhnya untuk melapor polisi.
Seung Kwon tidak mau melapor polisi karena di pesan yang ada di ponsel Sae Ro
Yi, di sebutkan : “Datang sendiri.” Dan juga, para penjahat itu menyandera Yi
Seo dan Geun Soo, jadi mereka tidak bisa gegabah melibatkan polisi.
“Apa yang akan kau lakukan
seorang diri?” tanya det. Oh.
Seung Kwon. Dia ingat di hari
itu, sebuah mobil van hitam datang ke rumah sakit, dan dia mengenali salah
seorang orang yang turun dari mobil itu adalah anak buah bos Kim. Tapi, dia
tidak berani berspekulasi terlebih dahulu, karna itu, dia ingin pergi untuk
memastikan hal itu. Sepertinya, dia tahu siapa pelakunya.
--
Presdir Jang mendapatkan
laporan dari sek. Kim mengenai tabrak lari yang di alami Sae Ro Yi dan sekarang
Sae Ro Yi dalam keadaan tidak sadarkan diri. Presdir Jang terkejut dan dia
meminta sek. Kim untuk memanggil Geun Soo. Sek. Kim memberitahu kalau Geun Soo
tidak masuk kerja dan tidak bisa di hubungi juga. Presdir Jang menjadi tambah
terkejut dan sekarang bertambah curiga.
--
Geun Soo dan Yi Seo di kurung
di sebuah gudang tua. Geun Won masuk menemui mereka sambil membacakan berita
mengenai Park Sae Ro Yi. Dia berharap Park Sae Ro Yi meninggal, tapi Park Sae
Ro Yi hanya dalam keadaan kritis. Hal itu membuatnya sangat kesal.
Dia melampiaskannya dengan
menampar Geun Soo dan menyuruhnya untuk memanggilnya ‘hyung.’ Geun Soo marah
tapi dia tetap meminta agar Geun Soo melepaskan Yi Seo karena Geun Won kan
sudah mendapatkan keinginannya.
“Apa kau tahu tugas terakhirku
di Jangga? "Rekrut Jo Yi-seo masuk
ke Jangga." Alasan aku masuk penjara selama empat tahun karena
rekamanmu itu, 'kan?” ujar Geun Won, marah.
“Bukan. Kau hancur karena Ayah.
Karena Ayah membuangmu. Dia lebih memilih Jangga... daripada anaknya,” ujar
Geun Soo. “Dasar sinting. Apa dengan begini Jangga jadi milikmu?”
“Apakah aku sampai membuat onar
hanya karena Jangga? Aku tidak bodoh. Park Saeroyi. Park Saeroyi masih hidup. Anak
kecil ini (Yi Seo) adalah kuncinya! Kau dan Park Saeroyi. Melihat kalian datang
karena dia diculik, ini jelas keputusan tepat. Bukan begitu?”
Geun Won mendekat pada Yi Seo
dan menarik rambut Yi Seo dengan kasar dan membenturkannya ke dinding. Geun Soo
berteriak melihat apa yang Geun Won lakukan.
“Apa katanya? "Aku sangat mencintai Park
Saeroyi"? Dia hampir mati untuk menyelamatkanmu. Bagaimana perasaanmu?”
lanjut Geun Won.
“Dasar gila,” maki Yi Seo,
sambil menangis.
Geun Won tertawa melihatnya.
Puas mengejek Yi Seo dan Geun Soo, Geun Won beranjak keluar. Geun Soo berteriak
kalau Geun Won tidak akan bisa menutupi perbuatannya ini. Jadi, bagaimana Geun Won
akan menghadapi akibatnya? Geun Won berbalik, tersenyum tipis dan menjawab
kalau dia tidak takut dengan akibatnya. Usai mengatakan itu, Geun Won pun
pergi.
Setelah Geun Won keluar, Geun
Soo berteriak frustasi. Di tambah lagi, sekarang ini, dia terikat di kursi.
Berbeda dengan Yi Seo, setelah Geun Won keluar, dia berhenti menangis. Yi Seo
bahkan berpindah tempat duduk, dia berusaha melepaskan ikatan tali di tangannya
dengan cara menggoreskannya ke benda tajam yang ada di sana.
“Tujuannya adalah menyiksaku.
Aku tinggal berpura-pura tersiksa. Dia mengikatmu dengan baik, tapi tidak
denganku,” ujar Yi Seo.
--
Geun Won keluar menemui bos Kim
yang menunggu di depan gudang kosong tersebut. Bos Kim memberitahu kalau dia
harus segera kembali ke kantor, jadi kapan Geun Won bisa memberikan sisa uang
pembayarannya? Geun Won tidak mau membayar dulu karena pekerjaan bos Kim masih
belum selesai.
“Jangan berlebihan. Hubunganku
dan Saeroyi kini buruk, tapi aku kenal dia selama sepuluh tahun. Aku sudah
lakukan semua yang kau suruh. Jangan macam-macam,” peringati Bos Kim.
“Sepuluh tahun?” tawa Geun Won.
“Lalu kenapa kau menabraknya dengan van? Karena uang satu miliar lebih berharga
dari pertemanan sepuluh tahun kalian. Kalau begitu bekerjalah seperti anjing. Jangan
bekerja setengah hati.”
“Jaga mulutmu. Apa yang akan
kau lakukan bila aku tersinggung?”
“Kau bisa lakukan apa pun bila
tak butuh uangku,” balas Geun Won.
Bos Kim tampak marah mendengar
ucapannya, tapi dia berusaha menahan amarahnya dan pergi dari sana.
--
Bos Kim kembali ke tempat
kerjanya. Di sana, para bawahannya sudah menunggu dan menanyakan rencana mereka
selanjutnya. Semua karena masalah sudah semakin membesar di akibatkan Geun Won
bertindak gegabah. Mereka merasa khawatir. Dan karena itu, mereka menyarankan
untuk berhenti membantu Geun Won.
Di saat Bos Kim masih berpikir,
dari luar ruangannya terdengar teriakan Seung Kwon yang mencarinya.
Seung Kwon ada di luar dan
tidak di izinkan masuk oleh para bawahan Bos Kim, yang adalah rekannya dulu. Seung
Kwon bersikap ramah pada mereka dan menanyakan apakah bos Kim ada di dalam?
Para bawahan berbohong kalau bos Kim tidak ada dan silahkan kembali lain kali
saja. Seung Kwon malah mau menunggu bos Kim di dalam. Tentu saja, dia di
halangi.
--
Park Sae Ro Yi masih dalam
keadaan tidak sadarkan diri dan kritis. Dia bermimpi.
Sae
Ro Yi bermimpi dia kembali ke masa SMA-nya dan bertemu dengan ayahnya. Melihat
ayahnya muncul di hadapannya, Sae Ro Yi begitu bahagia hingga menangis. Dia
memeluk ayahnya dengan begitu erat, membuat ayahnya bingung dengan tingkahnya. Sae
Ro Yi tidak menjelaskan apapun dan hanya menangis. Dia berujar kalau dia
merindukan ayahnya. Ayahnya semakin bingung karena mereka kan baru bertemu tadi
pagi.
--
Seung Kwon yang tidak di
izinkan masuk, semakin yakin kalau bos Kim ada di dalam ruangan. Karena itu,
dia terus berteriak dan tidak mau pergi dari sana. Dia sampai di tendang agar
mau pergi. Seung Kwon marah tapi dia berusaha menahan diri untuk tidak
membalas, karena dia sudah berbeda dengan dulu.
Seung Kwon memilih untuk
menelpon kantor polisi dan melaporkan kalau dia ada di Gedung Minkang,
Donggyo-dong. Dia di keroyok oleh beberapa preman. Dia sangat takut, jadi cepat
datang kemari.
Preman itu semakin marah dan
meninju wajah Seung Kwon hingga sudut bibir Seung Kwon berdarah. Tampaknya,
Seung Kwon hanya berpura-pura menelpon polisi. Para preman itu menyebut Seung
Kwon yang sudah gila. Seung Kwon berteriak penuh amarah karena mereka sudah
melukai Sae Ro Yi. Karena itu, dia kemari. Tapi, dia malah di pukuli.
“Menurutmu apa yang terjadi bila
aku bilang itu ke polisi?” tanya Seung Kwon.
“Apa ada yang mau dengar omongan
mantan narapidana?” balas mereka.
Seung Kwon teringat
pembicaraannya dulu pertama kali dengan Sae Ro Yi saat mereka bertemu di
penjara. Saat itu, Sae Ro Yi menyebutnya hanya bisa menilai rendah diri
sendiri. Sae Ro Yi menyebutnya, pencundang!
“Kalian hanya bisa menilai diri
sendiri rendah. Dasar pecundang,” ujar Seung Kwon pada mereka, mengulang apa
yang pernah Sae Ro Yi ucapkan padanya. “Seperti katamu, keadaan sudah jauh
berbeda. Polisi tentu mau dengar aku, karena kini aku... ...direktur Itaewon
Class,” ujar Seung Kwon dan menunjukkan kartu namanya. “Jangan berani-berani
menilai hidupku.”
--
Soo Ah dan Hyun Yi menjenguk
Sae Ro Yi. Soo Ah memohon agar Sae Ro Yi bangun, tapi tidak ada respon sama
sekali. Saat itu, Hyun Yi mendapat telepon dari Seung Kwon. Seung Kwon
memberitahu kalau dia ada di penjara. Mendengar itu, Hyun Yi jadi khawatir,
tapi Seung Kwon tidak memberitahu apa yang terjadi dan hanya bertanya, apakah
Soo Ah ada bersama Hyun Yi? Hyun Yi menjawab, “Ya.”
--
Sae
Ro Yi masih mengalami mimpi panjang bersama ayahnya. Mereka pergi makan di
sebuah restoran. Ayah senang karena Sae Ro Yi sudah mempunyai banyak teman. Sae
Ro Yi memberitahu kalau dia masih berteman dengan Soo Ah. Dia juga bertemu
dengan pria bernama Ho Jin dan mereka sangat akrab. Dia juga dekat dengan orang
yang lebih muda dari nya, Seung Kwon, Hyun Yi dan Tony. Kemudian, ada satu
lagi…
Sae
Ro Yi teringat dengan Yi Seo. Tapi, entah kenapa, dia tidak bisa mengingat
wajah Yi Seo dengan jelas. Jadi, dia tidak memberitahu ayahnya dan bilang
pokoknya, dia punya banyak teman sekarang ini.
Ayah
memuji Sae Ro Yi yang sudah mahir minum. Sae Ro Yi membalas kalau dia belajar
dari ayahnya. Mereka minum dengan bahagia.
--
Seung Kwon ke sana untuk
memberikan keterangan. Saat itu, Hyun Yi dan Soo Ah datang. Seung Kwon langsung
mau kabur, tapi Hyun Yi menghentikannya dan bertanya ada masalah apa? Kenapa
wajahnya terluka? Seung Kwon tidak mau memberitahu, jadinya, Soo Ah bertanya
langsung pada polisi di sana.
--
Mereka sudah keluar dari kantor
polisi. Hyun Yi marah karena Seung Kwon di pukuli, tapi kenapa tidak membalas?!
Apa Seung Kwon bodoh?!
“Lalu apa maumu? Bukankah kau
bilang aku harus mengubah diri?” marah Seung Kwon.
“Siapa juga yang suruh kau
dipukuli?” omel Hyun Yi.
“Dasar menyebalkan. Kubilang,
aku hanya butuh Soo-ah. Kenapa kau ikut?” balas Seung Kwon.
Saat itu, Seung Kwon melihat
ada Bos Kim di dalam mobil yang terparkir di depan kantor polisi. Jadi, Seung
Kwon meminta Hyun Yi dan Soo Ah menunggu sebentar di sana, sementara dia
menemui bos Kim.
Seung Kwon menanyai dimana Geun
Soo dan Yi Seo? Bos Kim tidak mau memberitahu. Jadinya, Seung Kwon memberitahu
kalau dia sudah menyelidiki CCTV di rumah sakit dan orang yang membawa Yi Seo
adalah orang yang ada di dalam mobil sekarang bersama Bos Kim.
“Kenapa kau tak beri tahu
polisi? Kau sepertinya khawatir akan terjadi sesuatu dengan mereka. Tapi
bagaimana ini? Kau salah tebak.”
“Seingatku, kita tak akan
melakukan hal pengecut seperti ini. Aku marah karena hal yang menimpa Saeroyi, tapi
aku berusaha menahan itu. Ingatlah baik-baik satu hal ini. Yi-seo dan Geun-soo.
Bila mereka terluka atau tak kembali, kau akan kena masalah. Aku, Choi
Seung-kwon, akan merelakan kehidupan baikku,” peringati Seung Kwon.
Bos Kim tersenyum. Dia menepuk
bahu Seung Kwon dan kemudian masuk ke dalam monbilnya dan pergi dari sana.
Setelah mobil itu pergi, Soo Ah
dan Hyun Yi menghampiri Seung Kwon dan bertanya, ada apa? Siapa dia? Apa yang
mereka lakukan?
Seung Kwon diam, menatap
dokumen yang ada di tangannya (yang dia dapatkan dari polisi) dan memberikannya
pada Soo Ah.
--
Soo Ah pergi ke kediaman
Presdir Jang. Dia memberitahu kalau Sae Ro Yi masih belum sadarkan diri.
“Ini ulah Jang Geun-won. Menghilangnya
Direktur Jang Geun-soo dan Direktur IC, Jo Yi-seo, serta tabrak lari Park
Saeroyi. Apa ini kebetulan?” beritahu Soo Ah.
“Sekalipun Geun-won anak yang
tak berguna... Penculikan dan percobaan pembunuhan? Itu tidak mungkin terjadi. Dia
tak bisa melakukan itu.”
“Lima belas tahun yang lalu. Kasus
tabrak lari. Lalu empat tahun lalu. Konferensi persmu saat itu membuatnya bisa
melakukan hal mengerikan seperti itu,” ujar Soo Ah. Dia mengeluarkan dokumen
yang di dapatnya dari Seung Kwon. “Orang yang menculik Jo Yi-seo serta Jang
Geun-won... Itu gambar dari kamera pengawas di kantor mereka. Kaulah... yang
membuat Geun-won seperti ini.”
Presdir Jang melihat dokumen
yang di berikan Soo Ah. Isinya adalah foto dari rekaman CCTV di kantor Bos Kim
yang merekam kedatangan Geun Won ke sana dengan membawa sebuah tas besar.
Presdir Jang tampaknya sangat pusing dengan masalah ini hingga dia berteriak menyuruh
Soo Ah untuk berhenti bicara. Dia melempar dokumen yang Soo Ah berikan padanya.
Wajahnya tampak marah.
Tapi, walaupun begitu, Presdir
Jang mencoba untuk tetap tenang. Dia membenarkan apa yang Soo Ah katakan bisa
saja benar dan karena itu, mereka harus bersiap. Dia tidak mau nama Jangga
kembali jatuh karena masalah ini, jadi mereka harus segera mengatasinya apapun
caranya dan menutupi masalah ini.
Soo Ah tampak kecewa melihat
Presdir Jang yang kembali seperti ini. Dia sekarang dapat mengerti kalau
Presdir Jang ingin menutupi masalah ini sama seperti saat dia menutupi masalah
15 tahun lalu (tabrak lari ayah Sae Ro Yi).
--
Kerja keras Yi Seo akhirnya
membuahkan hasil. Dia berhasil memotong tali pengikat di tangannya. Geun Soo
kagum melihat Yi Seo yang begitu gigih. Yi Seo tampak sangat kelelahan tapi dia
tetap mengutamakan membuka ikata tali Geun Soo. Geun Soo sudah tampak menyerah
karena dia berujar kalau mereka tetap tidak bisa keluar walaupun berhasil
melepaskan ikatan mereka.
“Lalu? Apa kau mau menyerah dan
mati di tempat ini? Dasar tak punya otak. Itu alasan kau tak akan bisa
mengalahkan bos kami. Kau pergi ke Jangga seperti akan melakukan hal yang
sangat hebat. Tapi tiap situasi jadi sulit, kau main kotor. Lihat dirimu
sekarang. Aku membencimu yang begitu.”
“Aku bergabung dengan Jangga bukan
karena kemauanku. Kau tak tahu bagaimana aku hidup...”
“Dengan begitu, kau kehilangan
dirimu sendiri,” potong Yi Seo.
“Tidak. Tak semua orang bisa
seperti Saeroyi.”
“Bisa saja,” ujar Yi Seo yakin.
--
Dan ucapan Yi Seo memang
terbukti. Soo Ah mulai berubah. Dia mengeluarkan “Surat Penguduran Diri” nya
dan memberikannya pada Presdir Jang.
“Kau bilang kau memandang
rendah orang yang lemah dan mudah dikendalikan. Untuk kali pertama dalam
hidupku, aku memilih yang aku mau,” ujar Soo Ah, menatap tajam pada Presdir
Jang.
“Kuterima pengunduran dirimu. Keluarlah.”
Soo Ah tidak langsung pergi.
Dia mengeluarkan hard disk di dalam tasnya dan meletakkannya di atas meja, “Lalu
ini... dokumen tentang korupsi Jangga yang kukumpulkan selama sepuluh tahun. Saham
bernama lain, pencucian uang, nepotisme, uang sogok...”
“Dasar kau...,” Presdir Jang
hendak memakinya.
“Menggerakkan orang lain dengan
ketakutan dan kekuasaan... Semua itu ada batasnya. Kasus ini bukan hal yang
bisa kau tutupi, Pak. Sebelum situasi memburuk, kau harus bereskan semuanya.”
Presdir Jang tidak tahan
mendengarkan ucapan Soo Ah lagi. Dia tertawa sinis dan memerintahkan dengan
suara yang penuh amarah agar Soo Ah segera pergi dari ruangannya.
Soo Ah menundukkan kepalanya
dalam-dalam padar Presdir Jang sebelum pergi dari sana. Kini, Soo Ah bisa
berjalan percaya diri.
Soo Ah teringat dengan mendiang
ayah Sae Ro Yi (episode 01) yang memberikannya uang untuk kuliah dan
menyuruhnya untuk sukse. Jika sudah sukses, Soo Ah bisa mengembalikan uangnya
dua kali lipat. Saat itu, Soo Ah berujar kalau dia sukses, dia akan
mengembalikannya tiga kali lipat.
Dan kini, Soo Ah menepati
janjinya. Dia kini bisa tersenyum.
Presdir Jang sangat marah. Saat
Soo Ah sudah menghilang dari pandangannya, Presdir Jang baru memukuli meja.
Kini, masalah sudah semakin besar. Dan orang yang ada di pihaknya, semakin
berkurang.
--
“Katakan suka bila suka, dan
sebaliknya. Hidup sesuai nilai, juga prinsipmu. Kau rasa itu sulit, 'kan?” ujar
Yi Seo pada Geun Soo. “Kau buat banyak alasan hanya karena kau ingin nyaman.”
“Kata-kata seperti itu tak
cocok kau ucapkan.”
“Benar. Dia memang sangat
hebat. Presdirku.”
“Saeroyi tertabrak mobil karena
menyelamatkanku. Bila... Bila terjadi hal buruk padanya, aku...”
“Tutup mulutmu,” teriak Yi Seo.
“Dia pasti selamat. Dia tidak pernah sekali pun... mengecewakanku,” ujar Yi Seo
dengan yakin.
--
Sae
Ro Yi masih terus bermimpi. Kali ini, ayahnya membawa Sae Ro Yi ke sebuah
jembatan yang ujungnya tidak terlihat. Sae Ro Yi ingin tahu ayahnya hendak
membawanya kemana? Ayah menatapnya dengan mata sendu dan berujar kalau dia akan
membawa Sae Ro Yi ke tempat yang akan membuat malam-malam Sae Ro Yi tak akan
pahit lagi.
Sae
Ro Yi diam dan menatap ke ujung jembatan. Ayah mengajak Sae Ro Yi untuk ikut
bersamanya, menyeberangi jembatan. Mata Sae Ro Yi menjadi berkaca-kaca. Dia
teringat akan Yi Seo yang pernah membaca buku berjudul : Sabda Zarathustra. Waktu itu, Yi Seo memuji buku itu yang bagus.
“Dahulu,
bila ada kehidupan berikutnya, aku tak ingin dilahirkan kembali,” ujar Yi Seo,
waktu itu pada Sae Ro Yi.
“Kenapa
kau bicara begitu?”
“Karena
hidup adalah hal yang sulit dilakukan,” jawab Yi Seo.
Dan
kini, di hadapan Sae Ro Yi, ayahnya bertanya, kalau sampai saat ini, hidup Sae
Ro Yi sangat sulit bukan? Sae Ro Yi membenarkan kalau hidupnya sangat sulit.
Dia terus berjuang dalam hidupnya. Namun, sebenarnya… dia tidak pernah merasa
nyaman satu hari pun. Dia selalu merindukan ayahnya. Dan hidup dengan membenci
seseorang sangatlah berat.
Sae
Ro Yi menangis mengatakan semua itu pada ayahnya. Dia meminta izin untuk
memeluk ayahnya.
“Bila
dilahirkan kembali, aku tetap ingin menjadi putra Ayah,” ujar Sae Ro Yi sambil
memeluk ayahnya dengan erat. “Aku benar-benar... menyayangi Ayah.”
“Ya.
Ayah juga menyayangimu, Nak.”
Sae
Ro Yi kembali teringat ucapan Yi Seo padanya. Waktu itu, Yi Seo berkata seperti
ini padanya, “Namun, setelah aku bertemu denganmu, aku akhirnya memahami arti
kalimat ini. "APAKAH
KEHIDUPAN ITU? BAIKLAH! SEKALI LAGI!"”
Sae
Ro Yi melepaskan pelukannya dan kemudian mundur beberapa langkah, menjauh dari
jembatan. Dia berusaha tegar dan menatap ayahnya. Dia menyuruh ayahnya untuk
pergi dengan tenang. Dia tidak akan pergi.
“Aku
ada kencan,” ujar Sae Ro Yi tersenyum walaupun matanya berkaca-kaca.
“Maafkan
aku. Aku tak keberatan harus melalui malam yang pahit lagi. Sebenarnya, malam-malamku...
tidak terasa pahit lagi. Aku punya teman-teman yang membutuhkanku. Aku
menantikan hari-hariku selanjutnya bersama mereka. Aku menantikannya. Masa-masa
menyenangkan itu. Walau Ayah... sekarang tak ada di sampingku, tapi aku akan
menyimpan baik-baik rasa rinduku pada Ayah di dalam hatiku. Aku akan hidup
seperti itu.”
“Itu
dia, Saeroyi. Itulah kehidupan. Selama kau hidup, kau bisa melewati apa pun. Sungguh.
Kau memang... putra yang sangat ayah banggakan. Teruslah... hidup... seperti
itu, Putraku,” ujar ayah dengan mata berkaca-kaca tapi tersenyum bangga pada
Sae Ro Yi.
Ayah
menangis dan bangga pada Sae Ro Yi. Dia berbalik dan berjalan melewati jembatan
seorang diri. Sae Ro Yi berdiri diam, menatap punggung ayahnya yang perlahan
menghilang.
Dan setelah mimpi panjang
tersebut, Sae Ro Yi bangun.
