Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 9 - part 1



Network : Channel 3



Selama Nok dan Nai sibuk berbicara, membahas tentang dokumen yang salah. Nim sengaja dengan segera duduk menjauh agar Nai tidak menyadari keberadaannya. Namun tanpa sengaja salah satu kertas dokumen milik Nai dan Nok terjatuh di dekatnya, sehingga Nim pun semakin ketakutan. Dan sebelum, Nai serta Nok sadar akan hal itu, Nim segera pergi dan bersembunyi dibelakang dinding.

Jadi ketika Nai dan Nok mendekat untuk mengambil kertas yang terjatuh di dekat sana, mereka berdua tidak bertemu dengan Nim. Kemudian melihat Nim tidak berada disana, Nok pun menjadi heran da bertanya- tanya dimana Nim. Namun Nai yang tidak tahu apapun, dia bertanya siapa yang Nok maksud.

Sedangkan dibelakang dinding, Nim mulai menangis lagi, saat dia melihat Nai.



Saat melihat Nai serta Nok telah pergi dari sana, Nim pun menjadi tampak sedikit lega. Lalu Vi yang melihat itu, dia datang mendekati Nim. Dan kemudian Nim mengatakan terima kasih banyak kepada Vi serta Wat karena tidak membenci Nai, lalu dia memuji Nok dan meminta tolong kepada Vi untuk menyampaikan  ucapan selamat kepada Nai untuknya.

Namun Vi menggelengkan kepalanya dan menolak. Dia menjelaskan bahwa dia tidak bisa menolong Nim untuk hal itu. Kemudian Vi menjelaskan tentang Nai yang walaupun telah menjadi sukses, tapi Nai tidak pernah senang akan hal itu, sebab kebahagiaan sejati yang Nai inginkan tidak bisa dibeli dengan uang.

“Dia tidak pernah melupakanmu. Nai tidak pernah melupakan Ibunya,” kata Vi dengan tegas. Dan mendengar itu, Nim mulai menangis lagi.


“Aku minta padamu, tolong ya. Datanglah ke pernikahannya,” pinta Vi, kemudian sebelum Nim sempat menolak, Vi mengambil uang dari dalam tasnya dan menyerahkan itu ke tangan Nim. “Ambil ini. Belilah pakaian yang indah untuk digunakan dalam pernikahan Putramu.”



Lalu saat Nim ingin menolak, Vi kembali menegaskan agar Nim datang dan mengucapkan selamat sendiri kepada Nai. Dan akhirnya Nim pun setuju. Kemudian dengan penuh perasaan sayang, Vi memeluk Nim yang masih menangis untuk menenangkannya.



Malam hari. Dikamar. Nok memperhatikan Nai yang baru pulang sambil membawa dua koper, tampaknya mulai hari ini, Nai akan pindah ke rumah kecil. Dan melihat itu, Nok pun teringat mengenai perkataan yang Nai katakan di dekat telingannya.

“Jika kamu pikir, pernikahanmmu hanyalah sebuah upacara. Kamu salah.”

“Apa yang harus aku lakukan?” gumam Nok, mulai khawatir.



“Cukup ikuti kata hatimu saja,” jawab bibi Phai yang kebetulan datang ke kamar untuk mengantarkan minum. Dan menyadari keberadaan Phai, maka Nok pun bertanya dengan kaget, sudah sejak kapan Phai berdiri disini.

Dan sambil tersenyum lebar, Phai menjawab bahwa dia sudah ada disini sejak Nok mulai mengintip seseorang melalui jendela. Lalu mendengar itu, Nok menyangkalinya, dia membalas bahwa dia tidak ada mengitip siapapun.

“Iya. Jika kamu bilang tidak mengintip, maka ya tidak,” kata bibi Phai sambil tertawa kecil.


Nok kemudian menarik tangan Phai untuk duduk disofa. Setelah itu Nok pun langsung berbaring di atas pangkuan Phai. Dan dengan penuh kasih sayang, Phai pun mulai mengelus- elus kepala Nok. Lalu Nok mengeluh, karena perkataan Phai tadi tampak seperti tidak percaya padanya.

“Khun Nok. Aku akan mempercayai apapun yang kamu katakan. Dan aku juga percaya, alasan kamu setuju untuk menikah dengan Khun Nai adalah karena kamu benar- benar menginginkannya,” jelas Phai.

“Bibi Phai,” keluh Nok.



“Aku membesarkanmu. Aku mengenal mu lebih baik dari siapapun. Jika itu sesuatu yang kamu tidak inginkan, maka kamu akan menjauh dan tidak pernah membiarkan dirimu terlibat. Tapi dengan Nai tidak seperti itu. Coba dan ingatlah, kalian berdua tidak pernah terpisah. Kamu bisa bohong dengan kata- katamu, tapi tindakanmu tidak pernah bisa berbohong. Jadi dari sekarang, lakukan apa yang kamu inginkan, gunakan hatimu lebih dari pada kata- katamu,” jelas Phai. Karena dia ingin Nok memiliki pernikahan yang baik dan dia juga percaya, kalau Nai adalah orang yang tepat.

Mendengar hal itu, Nok diam dan merenungkan perkataan Phai.



Pagi hari. Dikantor. Wutta sibuk menerima telpon dari klien yang mau membatalkan kerja sama. Karena menurut rumor, Green Dream tidak lagi menyuplai bahan ke perusahaan Wutta. Dan dengan susah payah Wutta menjelaskan bahwa walaupun dia tidak jadi menikah dengan anak Wat, tapi bukan berarti proyek mereka berakhir. Namun si klien tetap mau membatalkan kerja sama antara mereka.

Lalu saat klien kedua menelponnya dan mau membatalkan kerja sama juga. Wutta pun menjadi sangat marah dan stress. Dengan kesal, dia pun memukul tembok.


Dikantor. Nai bertelponan dengan klien perusahan Wutta. Dia menjelaskan bahwa supplier plastik yang dikenalkannya, dijamin lebih baik daripada perusahaan Wutta yaitu SJ. Karena supplier yang ini lebih tepat waktu, tranparan, dan yang lebih penting plastik di perusahaan itu berasal dari daur ulang Green Dream. 



Saat telah selesai bertelponan dan masuk ke dalam ruangan. Nai langsung disambut dengan semprotan oleh beberapa orang karyawan. Sebagai perayaan untuk pernikahan Nai sebentar lagi. Dan dengan heran, Nai pun bertanya bagaimana mereka bisa tahu, karena dia kan belum ada mengirim kan undangan apapun.

“Bagaimana kami bisa melewatkan berita ini. Kami semua kan bagian dari Fans Club mu,” jelas Pribprao dengan bersemangat dan senang.

“Khun Nai. Khun.. Khun.. Khun Nai. Kenapa kamu sendirian disini? Dimana pengantinnya?” tanya Sudjai mendekati Nai sambil menyemprotkan seprotan yang ada ditangannya. Dan mendengar itu, Nai hanya tersenyum saja.



Ditempat bridal. Vi bergumam khawatir karena Nai belum tiba disini juga. “Mengapa Nai belum tiba? Padahal dia bilang, dia akan segera tiba disini.”

“Lupakan saja dia. Aku akan mencoba yang ini. Jika dia tidak tiba juga, maka dia bisa mencoba setelan nya sendirian,” kata Nok dengan santai, diikuti oleh seorang karyawan yang membantunya mengangkat gaun pengantin untuk di coba.



Ketika Nok telah selesai memakai baju pengatinnya. Karyawan tersebut membuka kan tirai kamar ganti. Dan Nok pun bertanya kepada Vi bagaimana penampilannya. Namun saat dia berbalik, orang yang ada disana bukanlah Vi, melainkan Nai.

“Aku dengar, jika aku telat. Aku harus mencoba setelan ku sendiri? Itu tidak seperti Khun Nok yang perfeksionis,” kata Nai sambil berjalan mendekati Nok.



“Terlalu sempurna, itu melelahkan. Jadi ada beberapa hal yang bisa ku lewatkan,” balas Nok.

“Jika begitu, kemudian aku tidak perlu mencoba apapun. Aku bisa mengenakan apapun,” balas Nai, kemudian dia berbalik mau pergi. Dan melihat itu, Nok pun langsung menahan Nai.

“Apa kamu gila? Aku tidak akan berdiri disebelahmu, jika kamu mengenakan apapun.”

“Itu lebih sepertimu. Aku minta maaf ya, sudah telat. Tapi aku tidak akan pernah melewatkan ini. Dan jawaban untuk pertanyaan mu barusan. Kamu cantik sekali, sampai aku ingin menikahi kamu hari ini,” kata Nai dengan serius.



Dan sambil tersenyum malu- malu, Nok mendorong bahu Nai dengan pelan. Kemudian saat Nai tersenyum padanya, Nok pun berjalan menjauh mendekati cermin dan memperhatikan penampilannya sendiri.





Waktunya pemotretan. Dengan senang serta bersemangat, Vi mengarahkan agar Nok tersenyum dengan lebar. Dan karena itu, maka Nok pun tersenyum. Kemudian dengan sikap mesra, Nai memegang tangan Nok. Lalu mereka berdua saling bertatapan, berpelukan, dan bersikap dengan sangat mesra di depan kamera.

Dan melihat itu, Vi tersenyum dengan senang.



Sesampainya dirumah kecil. Saat mau menyimpan barang nya didalam laci, Nok tanpa sengaja menemukan foto kecil Nai bersama dengan Nim. Dan pas di saat itu, Vi datang, dia mengomentari bahwa sebaiknya Nok serta Nai pindah ke apatermen saja. Namun Nok tidak mendengarkan itu.



“Mom. Ini wanita yang waktu itu kan. Jangan bilang dia…” kata Nok dengan heran. Dan saat Vi hanya diam saja dengan wajah yang sangat tegang, Nok pun langsung bisa menebak bahwa dugaannya benar. “Mengapa kamu tidak memberitahu Nai?” tanya Nok.

“Bukannya aku tidak mau. Tapi ada beberapa hal yang kita tidak bisa putuskan untuk orang lain,” balas Vi.



Ditaman. Sambil tersenyum sendiri, Nai duduk sambil membuat bunga. Dan ketika Nok datang menghampirinya, maka dengan cepat Nai pun segera memasukan itu semua ke dalam kotak dan menyembunyikannya dari Nok.



“Apa ruang lemarinya cukup? Jika tidak, aku bisa pindahkan barangku,” kata Nai, perhatian.

“Tidak perlu. Banyak dari mereka yang aku tidak benar- benar gunakan, jadi aku akan meninggalkannya di rumah besar,” balas Nok. Kemudian dia diam dan menatap Nai dengan lama.

“Apa ada sesuatu yang mau kamu beritahu padaku? Biasanya kamu akan memberitahu ku langsung. Kemudian mengapa?” tanya Nai, saat menyadari arti tatapan Nok.

“Aku tidak yakin jika ini sesuatu yang bisa ku katakan,” balas Nok.


Nai menjelaskan bahwa dia ingin Nok memberitahu kan kepadanya jika ada apapun, karena mereka akan menikah. Dan dengan gugup Nok pun memberitahu bahwa dia tidak sengaja membuka kotak milik Nai dan melihat foto Nai dengan Ibu (Nim).

Kemudian saat Nai tampak sangat tenang, Nok pun menanyakan apa Nai tidak marah padanya karena telah melihat barang Nai.

“Suatu hari, aku akan harus memberitahumu. Aku tidak ingin menyembunyikannya darimu,” jelas Nai.



“Apa kamu ingin bertemu dia?” tanya Nok.

“Tidak.”

“Kenapa tidak? Kamu tidak rindu dia?” tanya Nok dengan kaget mendengar jawaban Nai.

“Aku tidak pernah memikirkan dia sejak lama. Seperti yang Nenek bilang, dia meninggalkan ku. Mari tidak membicarakan tentang ini. Itu semua adalah masa lalu. Mulai sekarang, mari bicarakan tentang hari ini dan masa depan kita. Jika ada yang kamu ingin bicarakan, maka bicarakan padaku. Jangan ada rahasia,” jelas Nai.

Dan dengan sikap canggung, Nok tersenyum kecil.



Dikamar. Didepan cermin. Khae duduk sambil berusaha untuk membuka botol lotionnya. Kemudian Wat yang baru selesai dari kamar mandi, dia keluar dan mendekati Khae.

“Apa kamu sudah mempersiapkan dress untuk pernikahan Nok?” tanya Wat.

“Apa aku diundang?” balas Khae.

“Tentu saja. Kamu adalah istriku.”

“Bisakah aku benar- benar menggunakan itu?”

“Besok aku akan pergi ke toko perhiasan untuk membeli hadiah pernikahan Nok. Maukah kamu ikut denganku?”



“Biar ku pikirkan. Tidak peduli aku pergi atau tidak… mungkin Khun Nok tidak akan mau aku menjadi bagian dari itu,” balas Khae sambil meletakan botol lotion nya dimeja.

Kemudian Wat mengambil botol lotion milik Khae dan membantu nya membuka itu.



Dengan bersemangat. Wutta datang untuk menemui seorang klien. Tapi saat dia tahu bahwa itu bukanlah seorang klien, melainkan Pen, dia pun menjadi malas dan kesal. Dan Pen pun menjelaskan bahwa jika dia tidak mengaku sebagai klien, maka Wutta pasti tidak mau menemuinya. Lalu saat Wutta ingin pergi, Pen menghalanginnya.

Pen membahas tentang masalah video itu, bagaimana bisa orang yang berada di video tersebut berubah menjadi Nai. Dan dengan sikap sombong, Wutta menyuruh Pen untuk pergi karena dia tidak mau melihat wajah Pen serta dia mengatakan bahwa jika bukan karena rencana bodoh Pen, maka dia pasti sudah mendapatkan Nok sekarang.


“Benarkah? Aku membawa dia ke kamar mu, tapi kamu masih tidak ‘mendapatkan’ dia,” kata Pen.

“Diamlah,” balas Wutta sambil menatap dengan cemas kepada orang lain yang berada disana juga. Dia mungkin takut, orang lain mendengar itu.

“Akui saja bahwa aku lebih baik untukmu. Bukan Nok,” balas Pen dengan percaya diri.

“Kamu hanyalah mainan. Aku mendapatkan kamu secara gratis… sekali pakai… itu saja,” balas Wutta dengan senyum mengejek kemudian dia berjalan pergi meninggalkan Pen.


Belum terlalu jauh berjalan. Wutta melihat Nart yang sedang bersama dengan petugas polisi yang datang untuk mencarinya. Dia mendengar bahwa Nart mengatakan kepada petugas polisi tersebut, kalau kini dia tidak bisa ada disini dan tidak bisa dihubungin.


Dan mendengar itu, Wutta pun segera berbalik untuk pergi secara diam- diam. Tapi dengan sengaja Pen memanggil nama Wutta dengan keras. Sehingga para polisi itu mendengar. Dan karena panik, Wutta ingin menutup mulut Pen, tapi itu malah kelihatan seperti Wutta menyakiti Pen.



Lalu dengan segera petugas polisi tersebut menarik Wutta untuk melepaskan Pen. Dan kemudian mereka meminta Wutta untuk ikut bersama mereka. Lalu sambil tersenyum manis serta mengejek, Pen melambaikan tangannya, tanda selama tinggal.



Dikantor. Saat masuk ke dalam ruangan Nok dan Nai masuk ke dalam ruangan, disana mereka melihat Wat yang telah duduk menunggu mereka. Kemudian Wat menunjukan berita yang Vi kirimkan kepadanya, yaitu tentang Wutta yang ditangkap polisi.

“Ini gilirannya berada didalam berita. Jadi sekarang dia akan tahu bagaimana rasanya,” komentar Nok melihat berita itu.

“Dia tidak bisa menolong dirinya sendiri.  Jadi dia tidak akan bisa menyakiti kita lagi,” tambah Nai. Dan Wat menganggukan kepalanya tanda setuju.



Dirumah. Khae sedang membuat cupcake, namun mood nya sedang sangat jelek, sehingga dia tidak bisa menaruh krim dengan benar dan menjadi kesal sendiri. Lalu melihat itu Thorsaeng menanyakan apa yang salah dengan Khae akhir- akhir ini, selalu bersikap moody. Dan Khae membalas bahwa dia hanya frustasi, karena kini dia sudah menikah, tapi Thorsaeng tetap mendikte kan hidupnya. Namun Thorsaeng menebak bukan karena itu Khae menjadi moody, melainkan karena Nai.




“Aku menikah dengan Wat. Apa yang membuatmu berpikir, kalau aku masih peduli tentang Nai? Aku hanya khawatir padanya. Aku tidak ingin dia digunakan oleh Khun Nok untuk balas dendam melawanku. Itu saja,” jelas Khae.

“Dengarkan aku. Kamu tidak perlu memperdulikan perasaan siapapun, selain dari Khun Thawat, karena dia adalah suami mu. Kamu sudah menikah. Jadi orang yang harus kamu pikirkan adalah orang yang tidur disebelahmu. Bukan orang lain,” balas Thorsaeng dengan tegas.

Dan mendengar itu, Khae terdiam.


Ditaman. Disana Vi mencoba menghubungin Nim, tapi Nim sama sekali tidak menjawab telponnya. Dan tepat disaat itu, Wat datang. Lalu Vi pun menjelaskan bahwa dia sedang berusaha untuk menghubungin make-up pernikahan, tapi mereka tidak mengangkat telponnya.

Kemudian Wat mengeluarkan hapenya. Dan melihat itu Vi pun menjadi heran serta bertanya apa Wat butuh sesuatu.


“Aku ingin membeli hadiah pernikahan, jadi aku melihat katalog nya. Bisakah kamu tolong membantuku memilihkan satu?” tanya Wat.

“Oh, Khun. Ini hadiah mu. Pilih lah sendiri,” balas Vi.

“Bagaimana jika dia tidak suka itu?”

“Baiklah. Biar aku lihat. Mana yang kamu pilih,” kata Vi.

Berdua mereka lalu duduk dibangku taman dan melihat- lihat. Lalu Wat menunjukan apa yang dipilih nya dan Vi memberikan komentar untuk pilihan Wat.



Tepat disaat itu, Khae datang. Dia kesana untuk menemui Wat dan menunjukan perhiasan yang telah dipilihnya. Tapi saat dia melihat serta mendengar pembicaraan Wat serta Vi, maka dia pun tidak jadi mendekati mereka.

Dan dengan raut wajah sedih serta kecewa, Khae berdiri diam di kejauhan.

13 Comments

Previous Post Next Post