Network : Channel 3
Selama
Nok dan Nai sibuk berbicara, membahas tentang dokumen yang salah. Nim sengaja
dengan segera duduk menjauh agar Nai tidak menyadari keberadaannya. Namun tanpa
sengaja salah satu kertas dokumen milik Nai dan Nok terjatuh di dekatnya,
sehingga Nim pun semakin ketakutan. Dan sebelum, Nai serta Nok sadar akan hal
itu, Nim segera pergi dan bersembunyi dibelakang dinding.
Jadi
ketika Nai dan Nok mendekat untuk mengambil kertas yang terjatuh di dekat sana,
mereka berdua tidak bertemu dengan Nim. Kemudian melihat Nim tidak berada
disana, Nok pun menjadi heran da bertanya- tanya dimana Nim. Namun Nai yang
tidak tahu apapun, dia bertanya siapa yang Nok maksud.
Sedangkan
dibelakang dinding, Nim mulai menangis lagi, saat dia melihat Nai.
Saat
melihat Nai serta Nok telah pergi dari sana, Nim pun menjadi tampak sedikit
lega. Lalu Vi yang melihat itu, dia datang mendekati Nim. Dan kemudian Nim mengatakan
terima kasih banyak kepada Vi serta Wat karena tidak membenci Nai, lalu dia
memuji Nok dan meminta tolong kepada Vi untuk menyampaikan ucapan selamat kepada Nai untuknya.
Namun
Vi menggelengkan kepalanya dan menolak. Dia menjelaskan bahwa dia tidak bisa
menolong Nim untuk hal itu. Kemudian Vi menjelaskan tentang Nai yang walaupun
telah menjadi sukses, tapi Nai tidak pernah senang akan hal itu, sebab
kebahagiaan sejati yang Nai inginkan tidak bisa dibeli dengan uang.
“Dia
tidak pernah melupakanmu. Nai tidak pernah melupakan Ibunya,” kata Vi dengan tegas.
Dan mendengar itu, Nim mulai menangis lagi.
“Aku
minta padamu, tolong ya. Datanglah ke pernikahannya,” pinta Vi, kemudian
sebelum Nim sempat menolak, Vi mengambil uang dari dalam tasnya dan menyerahkan
itu ke tangan Nim. “Ambil ini. Belilah pakaian yang indah untuk digunakan dalam
pernikahan Putramu.”
Lalu
saat Nim ingin menolak, Vi kembali menegaskan agar Nim datang dan mengucapkan
selamat sendiri kepada Nai. Dan akhirnya Nim pun setuju. Kemudian dengan penuh
perasaan sayang, Vi memeluk Nim yang masih menangis untuk menenangkannya.
Malam
hari. Dikamar. Nok memperhatikan Nai yang baru pulang sambil membawa dua koper,
tampaknya mulai hari ini, Nai akan pindah ke rumah kecil. Dan melihat itu, Nok pun
teringat mengenai perkataan yang Nai katakan di dekat telingannya.
“Jika kamu pikir, pernikahanmmu
hanyalah sebuah upacara. Kamu salah.”
“Apa
yang harus aku lakukan?” gumam Nok, mulai khawatir.
“Cukup
ikuti kata hatimu saja,” jawab bibi Phai yang kebetulan datang ke kamar untuk
mengantarkan minum. Dan menyadari keberadaan Phai, maka Nok pun bertanya dengan
kaget, sudah sejak kapan Phai berdiri disini.
Dan
sambil tersenyum lebar, Phai menjawab bahwa dia sudah ada disini sejak Nok
mulai mengintip seseorang melalui jendela. Lalu mendengar itu, Nok menyangkalinya,
dia membalas bahwa dia tidak ada mengitip siapapun.
“Iya.
Jika kamu bilang tidak mengintip, maka ya tidak,” kata bibi Phai sambil tertawa
kecil.
Nok
kemudian menarik tangan Phai untuk duduk disofa. Setelah itu Nok pun langsung
berbaring di atas pangkuan Phai. Dan dengan penuh kasih sayang, Phai pun mulai mengelus-
elus kepala Nok. Lalu Nok mengeluh, karena perkataan Phai tadi tampak seperti
tidak percaya padanya.
“Khun
Nok. Aku akan mempercayai apapun yang kamu katakan. Dan aku juga percaya, alasan
kamu setuju untuk menikah dengan Khun Nai adalah karena kamu benar- benar
menginginkannya,” jelas Phai.
“Bibi
Phai,” keluh Nok.
“Aku
membesarkanmu. Aku mengenal mu lebih baik dari siapapun. Jika itu sesuatu yang
kamu tidak inginkan, maka kamu akan menjauh dan tidak pernah membiarkan dirimu
terlibat. Tapi dengan Nai tidak seperti itu. Coba dan ingatlah, kalian berdua
tidak pernah terpisah. Kamu bisa bohong dengan kata- katamu, tapi tindakanmu
tidak pernah bisa berbohong. Jadi dari sekarang, lakukan apa yang kamu
inginkan, gunakan hatimu lebih dari pada kata- katamu,” jelas Phai. Karena dia
ingin Nok memiliki pernikahan yang baik dan dia juga percaya, kalau Nai adalah
orang yang tepat.
Mendengar
hal itu, Nok diam dan merenungkan perkataan Phai.
Pagi
hari. Dikantor. Wutta sibuk menerima telpon dari klien yang mau membatalkan
kerja sama. Karena menurut rumor, Green Dream tidak lagi menyuplai bahan ke
perusahaan Wutta. Dan dengan susah payah Wutta menjelaskan bahwa walaupun dia
tidak jadi menikah dengan anak Wat, tapi bukan berarti proyek mereka berakhir.
Namun si klien tetap mau membatalkan kerja sama antara mereka.
Lalu
saat klien kedua menelponnya dan mau membatalkan kerja sama juga. Wutta pun
menjadi sangat marah dan stress. Dengan kesal, dia pun memukul tembok.
Dikantor.
Nai bertelponan dengan klien perusahan Wutta. Dia menjelaskan bahwa supplier
plastik yang dikenalkannya, dijamin lebih baik daripada perusahaan Wutta yaitu
SJ. Karena supplier yang ini lebih tepat waktu, tranparan, dan yang lebih
penting plastik di perusahaan itu berasal dari daur ulang Green Dream.
Saat
telah selesai bertelponan dan masuk ke dalam ruangan. Nai langsung disambut
dengan semprotan oleh beberapa orang karyawan. Sebagai perayaan untuk
pernikahan Nai sebentar lagi. Dan dengan heran, Nai pun bertanya bagaimana
mereka bisa tahu, karena dia kan belum ada mengirim kan undangan apapun.
“Bagaimana
kami bisa melewatkan berita ini. Kami semua kan bagian dari Fans Club mu,”
jelas Pribprao dengan bersemangat dan senang.
“Khun
Nai. Khun.. Khun.. Khun Nai. Kenapa kamu sendirian disini? Dimana
pengantinnya?” tanya Sudjai mendekati Nai sambil menyemprotkan seprotan yang
ada ditangannya. Dan mendengar itu, Nai hanya tersenyum saja.
Ditempat
bridal. Vi bergumam khawatir karena Nai belum tiba disini juga. “Mengapa Nai
belum tiba? Padahal dia bilang, dia akan segera tiba disini.”
“Lupakan
saja dia. Aku akan mencoba yang ini. Jika dia tidak tiba juga, maka dia bisa
mencoba setelan nya sendirian,” kata Nok dengan santai, diikuti oleh seorang
karyawan yang membantunya mengangkat gaun pengantin untuk di coba.
Ketika
Nok telah selesai memakai baju pengatinnya. Karyawan tersebut membuka kan tirai
kamar ganti. Dan Nok pun bertanya kepada Vi bagaimana penampilannya. Namun saat
dia berbalik, orang yang ada disana bukanlah Vi, melainkan Nai.
“Aku
dengar, jika aku telat. Aku harus mencoba setelan ku sendiri? Itu tidak seperti
Khun Nok yang perfeksionis,” kata Nai sambil berjalan mendekati Nok.
“Terlalu
sempurna, itu melelahkan. Jadi ada beberapa hal yang bisa ku lewatkan,” balas
Nok.
“Jika
begitu, kemudian aku tidak perlu mencoba apapun. Aku bisa mengenakan apapun,”
balas Nai, kemudian dia berbalik mau pergi. Dan melihat itu, Nok pun langsung
menahan Nai.
“Apa
kamu gila? Aku tidak akan berdiri disebelahmu, jika kamu mengenakan apapun.”
“Itu
lebih sepertimu. Aku minta maaf ya, sudah telat. Tapi aku tidak akan pernah
melewatkan ini. Dan jawaban untuk pertanyaan mu barusan. Kamu cantik sekali,
sampai aku ingin menikahi kamu hari ini,” kata Nai dengan serius.
Dan
sambil tersenyum malu- malu, Nok mendorong bahu Nai dengan pelan. Kemudian saat
Nai tersenyum padanya, Nok pun berjalan menjauh mendekati cermin dan
memperhatikan penampilannya sendiri.
Waktunya
pemotretan. Dengan senang serta bersemangat, Vi mengarahkan agar Nok tersenyum
dengan lebar. Dan karena itu, maka Nok pun tersenyum. Kemudian dengan sikap
mesra, Nai memegang tangan Nok. Lalu mereka berdua saling bertatapan,
berpelukan, dan bersikap dengan sangat mesra di depan kamera.
Dan
melihat itu, Vi tersenyum dengan senang.
Sesampainya
dirumah kecil. Saat mau menyimpan barang nya didalam laci, Nok tanpa sengaja
menemukan foto kecil Nai bersama dengan Nim. Dan pas di saat itu, Vi datang,
dia mengomentari bahwa sebaiknya Nok serta Nai pindah ke apatermen saja. Namun
Nok tidak mendengarkan itu.
“Mom.
Ini wanita yang waktu itu kan. Jangan bilang dia…” kata Nok dengan heran. Dan saat
Vi hanya diam saja dengan wajah yang sangat tegang, Nok pun langsung bisa
menebak bahwa dugaannya benar. “Mengapa kamu tidak memberitahu Nai?” tanya Nok.
“Bukannya
aku tidak mau. Tapi ada beberapa hal yang kita tidak bisa putuskan untuk orang
lain,” balas Vi.
Ditaman.
Sambil tersenyum sendiri, Nai duduk sambil membuat bunga. Dan ketika Nok datang
menghampirinya, maka dengan cepat Nai pun segera memasukan itu semua ke dalam
kotak dan menyembunyikannya dari Nok.
“Apa
ruang lemarinya cukup? Jika tidak, aku bisa pindahkan barangku,” kata Nai,
perhatian.
“Tidak
perlu. Banyak dari mereka yang aku tidak benar- benar gunakan, jadi aku akan
meninggalkannya di rumah besar,” balas Nok. Kemudian dia diam dan menatap Nai
dengan lama.
“Apa
ada sesuatu yang mau kamu beritahu padaku? Biasanya kamu akan memberitahu ku
langsung. Kemudian mengapa?” tanya Nai, saat menyadari arti tatapan Nok.
“Aku
tidak yakin jika ini sesuatu yang bisa ku katakan,” balas Nok.
Nai
menjelaskan bahwa dia ingin Nok memberitahu kan kepadanya jika ada apapun,
karena mereka akan menikah. Dan dengan gugup Nok pun memberitahu bahwa dia
tidak sengaja membuka kotak milik Nai dan melihat foto Nai dengan Ibu (Nim).
Kemudian
saat Nai tampak sangat tenang, Nok pun menanyakan apa Nai tidak marah padanya
karena telah melihat barang Nai.
“Suatu
hari, aku akan harus memberitahumu. Aku tidak ingin menyembunyikannya darimu,”
jelas Nai.
“Apa
kamu ingin bertemu dia?” tanya Nok.
“Tidak.”
“Kenapa
tidak? Kamu tidak rindu dia?” tanya Nok dengan kaget mendengar jawaban Nai.
“Aku
tidak pernah memikirkan dia sejak lama. Seperti yang Nenek bilang, dia
meninggalkan ku. Mari tidak membicarakan tentang ini. Itu semua adalah masa
lalu. Mulai sekarang, mari bicarakan tentang hari ini dan masa depan kita. Jika
ada yang kamu ingin bicarakan, maka bicarakan padaku. Jangan ada rahasia,”
jelas Nai.
Dan
dengan sikap canggung, Nok tersenyum kecil.
Dikamar.
Didepan cermin. Khae duduk sambil berusaha untuk membuka botol lotionnya.
Kemudian Wat yang baru selesai dari kamar mandi, dia keluar dan mendekati Khae.
“Apa
kamu sudah mempersiapkan dress untuk pernikahan Nok?” tanya Wat.
“Apa
aku diundang?” balas Khae.
“Tentu
saja. Kamu adalah istriku.”
“Bisakah
aku benar- benar menggunakan itu?”
“Besok
aku akan pergi ke toko perhiasan untuk membeli hadiah pernikahan Nok. Maukah
kamu ikut denganku?”
“Biar
ku pikirkan. Tidak peduli aku pergi atau tidak… mungkin Khun Nok tidak akan mau
aku menjadi bagian dari itu,” balas Khae sambil meletakan botol lotion nya
dimeja.
Kemudian
Wat mengambil botol lotion milik Khae dan membantu nya membuka itu.
Dengan
bersemangat. Wutta datang untuk menemui seorang klien. Tapi saat dia tahu bahwa
itu bukanlah seorang klien, melainkan Pen, dia pun menjadi malas dan kesal. Dan
Pen pun menjelaskan bahwa jika dia tidak mengaku sebagai klien, maka Wutta
pasti tidak mau menemuinya. Lalu saat Wutta ingin pergi, Pen menghalanginnya.
Pen
membahas tentang masalah video itu, bagaimana bisa orang yang berada di video
tersebut berubah menjadi Nai. Dan dengan sikap sombong, Wutta menyuruh Pen
untuk pergi karena dia tidak mau melihat wajah Pen serta dia mengatakan bahwa
jika bukan karena rencana bodoh Pen, maka dia pasti sudah mendapatkan Nok
sekarang.
“Benarkah?
Aku membawa dia ke kamar mu, tapi kamu masih tidak ‘mendapatkan’ dia,” kata Pen.
“Diamlah,”
balas Wutta sambil menatap dengan cemas kepada orang lain yang berada disana
juga. Dia mungkin takut, orang lain mendengar itu.
“Akui
saja bahwa aku lebih baik untukmu. Bukan Nok,” balas Pen dengan percaya diri.
“Kamu
hanyalah mainan. Aku mendapatkan kamu secara gratis… sekali pakai… itu saja,”
balas Wutta dengan senyum mengejek kemudian dia berjalan pergi meninggalkan
Pen.
Belum
terlalu jauh berjalan. Wutta melihat Nart yang sedang bersama dengan petugas
polisi yang datang untuk mencarinya. Dia mendengar bahwa Nart mengatakan kepada
petugas polisi tersebut, kalau kini dia tidak bisa ada disini dan tidak bisa
dihubungin.
Dan
mendengar itu, Wutta pun segera berbalik untuk pergi secara diam- diam. Tapi
dengan sengaja Pen memanggil nama Wutta dengan keras. Sehingga para polisi itu
mendengar. Dan karena panik, Wutta ingin menutup mulut Pen, tapi itu malah
kelihatan seperti Wutta menyakiti Pen.
Lalu
dengan segera petugas polisi tersebut menarik Wutta untuk melepaskan Pen. Dan
kemudian mereka meminta Wutta untuk ikut bersama mereka. Lalu sambil tersenyum
manis serta mengejek, Pen melambaikan tangannya, tanda selama tinggal.
Dikantor.
Saat masuk ke dalam ruangan Nok dan Nai masuk ke dalam ruangan, disana mereka
melihat Wat yang telah duduk menunggu mereka. Kemudian Wat menunjukan berita
yang Vi kirimkan kepadanya, yaitu tentang Wutta yang ditangkap polisi.
“Ini
gilirannya berada didalam berita. Jadi sekarang dia akan tahu bagaimana
rasanya,” komentar Nok melihat berita itu.
“Dia
tidak bisa menolong dirinya sendiri.
Jadi dia tidak akan bisa menyakiti kita lagi,” tambah Nai. Dan Wat
menganggukan kepalanya tanda setuju.
Dirumah.
Khae sedang membuat cupcake, namun mood nya sedang sangat jelek, sehingga dia
tidak bisa menaruh krim dengan benar dan menjadi kesal sendiri. Lalu melihat
itu Thorsaeng menanyakan apa yang salah dengan Khae
akhir- akhir ini, selalu bersikap moody. Dan Khae membalas bahwa dia hanya
frustasi, karena kini dia sudah menikah, tapi Thorsaeng tetap mendikte kan
hidupnya. Namun Thorsaeng menebak bukan karena itu Khae menjadi moody,
melainkan karena Nai.
“Aku menikah dengan Wat. Apa yang membuatmu
berpikir, kalau aku masih peduli tentang Nai? Aku hanya khawatir padanya. Aku
tidak ingin dia digunakan oleh Khun Nok untuk balas dendam melawanku. Itu
saja,” jelas Khae.
“Dengarkan aku. Kamu tidak perlu memperdulikan
perasaan siapapun, selain dari Khun Thawat, karena dia adalah suami mu. Kamu
sudah menikah. Jadi orang yang harus kamu pikirkan adalah orang yang tidur
disebelahmu. Bukan orang lain,” balas Thorsaeng dengan tegas.
Dan mendengar itu, Khae terdiam.
Ditaman. Disana Vi mencoba menghubungin Nim, tapi
Nim sama sekali tidak menjawab telponnya. Dan tepat disaat itu, Wat datang.
Lalu Vi pun menjelaskan bahwa dia sedang berusaha untuk menghubungin make-up
pernikahan, tapi mereka tidak mengangkat telponnya.
Kemudian Wat mengeluarkan hapenya. Dan melihat itu
Vi pun menjadi heran serta bertanya apa Wat butuh sesuatu.
“Aku ingin membeli hadiah pernikahan, jadi aku
melihat katalog nya. Bisakah kamu tolong membantuku memilihkan satu?” tanya
Wat.
“Oh, Khun. Ini hadiah mu. Pilih lah sendiri,”
balas Vi.
“Bagaimana jika dia tidak suka itu?”
“Baiklah. Biar aku lihat. Mana yang kamu pilih,”
kata Vi.
Berdua mereka lalu duduk dibangku taman dan
melihat- lihat. Lalu Wat menunjukan apa yang dipilih nya dan Vi memberikan
komentar untuk pilihan Wat.
Tepat disaat itu, Khae datang. Dia kesana untuk
menemui Wat dan menunjukan perhiasan yang telah dipilihnya. Tapi saat dia
melihat serta mendengar pembicaraan Wat serta Vi, maka dia pun tidak jadi
mendekati mereka.
Dan dengan raut wajah sedih serta kecewa, Khae
berdiri diam di kejauhan.
Tags:
Game Sanaeha
💪💪💪💪 lanjut ke part berikutnya...,🙏🙏🙏
ReplyDeleteSinopsis na dikit
DeleteYey akhirnya ada jg lanjutannya thx min
ReplyDeleteSaya tunggu kelanjutannyaa
ReplyDeleteLanjuttt kak...😀
ReplyDeleteDitunggu kelanjutannya... Makasih min
ReplyDeleteLanjut ya min
ReplyDeleteSemakin menarik ceritanya
ReplyDelete👍👍 DITUNGGU!😊
ReplyDeleteDITUNGGU BANGET CERITA SELANJUTNYA!🙏
ReplyDeleteDitunggu updatenya yah..tks you
ReplyDeletebagus
ReplyDeletebagus
ReplyDelete