Sinopsis C-Drama : Forget You, Remember Love Episode 06 - 1


Sinopsis C-Drama : Forget You, Remember Love Episode 06 - 1
Images by : Tencent TV
Qianyu lagi istirahat di kamar karena kakinya terluka. Pas Jinzhi masuk, Qianyu langsung mendekap erat bantal berbentuk kodok miliknya. Melihat itu, Jinzhi langsung menyindirnya, yang tidak akan begitu bodoh menyimpan uang di dalam kantong yang ada di bantal kodok itu kan? Qianyu malah tampak gugup dan menjawab kalau dia tidak sebodoh itu. Tapi, walau bilang begitu, Qianyu malah menggeser bantalnya sedikit jauh dari Jinzhi.
Jinzhi tidak peduli dengan bantal itu. Dia hanya ingin tahu, waktu kemarin malam, Qianyu bermalam dengan Tonghao, tidak terjadi apapun bukan? Qianyu dengan tegas menjawab kalau tidak terjadi apapun, jadi jangan berpikir berlebihan. Jinzhi lega mendengarnya. Dia memperingati Qianyu dengan tegas agar tidak terlalu dekat dengan Tonghao. Yang harus Qianyu dekati adalah Taichu, karena desa Guanmei itu jarang kedatangan orang kaya seperti Taichu.
Usai memperingati hal itu, Jinzhi langsung keluar kamar.
--


Ibu menjaga ayah di rumah sakit. Kondisi ayah sudah sedikit lebih baik. Tidak lama, Yunyi dan Ziqian datang dengan wajah murung. Dengan berat hati, Yunyi memberitahu kalau Minghan hendak melakukan rapat direksi untuk memilih GM yang baru.
Mendengar itu, Ibu jadi khawatir. Dia melihat ayah yang sedang tidur. Dengan kondisi ayah yang sekarang, bagaimana bisa ayah datang menghandiri rapat direksi? Ziqian memintanya untuk tenang karena dia akan memikirkan caranya.
“Ziqian,” panggil tn. Shan. Dia ternyata belum sepenuhnya tidur dan mendengar semua pembicaraan mereka.
--

Hari senin,
Rapat Direksi di mulai. Para pemegang saham yang memang tidak menyukai saham, mulai menjelekan Junhao pada pemegang saham yang lain. Mereka menyebut Junhao yang tiba-tiba menghilang dengan alasan melakukan inspeksi, tapi tidak memberitahu perusahaan. Bagi mereka, itu adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab. Dan jika begini bagaimana dengan proyek pengembangan desa Guanmei?
“Aku sudah bilang pada ny. Shan, kalau hari ini Shan Junhao tidak bisa hadir dalam rapat, setidaknya dia harus membuat video call,” ujar Minghan.
“Dan sekarang sudah jam 10.30 tapi Shan Junhao masih tidak menampakan batang hidungnya,” tambah yang lain. “Kalau seperti ini, bagaimana kelak kita bisa mempercayainya?”
Semua mulai cemas dan termakan hasutan para pendukung Mingha. Apalagi mendengar mereka membicarakan saham Senwell yang terus turun akan membuat kerugian besar. Mereka menyarankan agar Zhang Minghan sebagai pemilik saham kedua di Senwell, menjadi GM menggantikan Shan Junhao. Di tambah lagi, menurut mereka Minghan sangat serius dalam bekerja dan tidak pernah membuat masalah apapun.

Untunglah, Ziqian dan Yunyi tiba di saat yang tepat. Mereka langsung berkata tidak setuju dengan keputusan pengangkatan Shan Junhao. Melihat mereka, Minghan dengan sinis menyuruh nya untuk pergi. Ini adalah rapat direksi dan Ziqian serta Yunyi tidak punya hak untuk ikut serta dalam rapat ini.
Ziqian tidak gentar. Dia menunjukan dokumen ‘surat kuasa perwakilan Diretktur Utama’ yang sudah di tandatangani Presdir Shan (ayah Junhao). Surat itu menyatakan kalau Ziqian di utus menjadi pelaksana presdir Shan hadir dalam rapat ini mewakilinya. Dan dalam rapat ini, artinya, dia berhak mewakili Presdir memberikan suara.
Minghan tampak marah melihat surat kuasa tersebut. Dia berusaha tetap tenang. Tapi Ziqian sudah berujar terlebih dahulu kalau GM Shan Junhao hanya sedang melakukan inspeksi keluar negeri  dan akan segera kembali. Karena hal ini sangat penting, untuk sementara ini tidak dapat memberitahukan pada semuanya tentang isi dari inspeksi tersebut. Mohon semuanya dapat menunggu dengan tenang. Kita semua juga sudah tahu kalau GM Shan bukanlah orang yang tidak bertanggung jawab. Saat dulu hanya menjabat sebagai manager, Junhao sudah banyak mengembangkan proyek menguntungkan untuk Senwell. Performa terus meningkat dan harga saham juga terus meningkat. Jadi, sudah seharusnya kita percaya dengannya.
Pendukung Minghan masih tidak mau menyerah. Mereka beralasan kalau Junhao sekarang tidak ada sementara Senwell butuh seorang pemimpin.
“Beberapa saat ini, Presdir Shan akan menjalankan pekerjaannya. Apakah para Direksi keberatan?” balas Ziqian.
“Penyakit Presdir begitu parah, masih harus mengerjakan pekerjaan yang berat, apa dia akan sanggup?” balas Minghan.
“Maka dari itu kita harus membagi beban Presdir. Lagipula, penyakitnya sudah membaik. Percaya padaku, GM Shan akan segera kembali dan memimpin semuanya kembali.”
--

Yunyi dan Ziqian kembali ke rumah sakit saat rapat selesai. Ibu sudah menanti mereka dan dengan cemas menanyakan hasilnya. Ziqian menjawab kalau dia tiba tepat waktu dan menghentikan mereka mengangkat Minghan menjadi GM.
Ibu menghela nafas lega. Yunyi juga menambahkan agar ayah dan ibu tidak perlu khawatir karena dia dan Ziqian yang akan mengurusnya.
“Ziqian. Junhao sekarang tidak bisa di temukan. Juga ada banyak kabar burung dalam perusahaan. Kondisi tubuhku mungkin juga tidak akan bertahan lama lagi. Ziqian, kamu harus membantuku melewati krisis ini,” pinta tn. Shan.
“Paman, jangan bicara begitu. Bagian perusahaan, aku akan membereskannya dengan baik,” tenangkan Ziqian.
“Ziqian,” ujar tn. Shan, dengan suara lemah, “Aku minta maaf padamu,” ujarnya, menyesal dan menangis.
Membuat Ziqian merasa bingung.
Saat keluar dari kamar rawat tn. Shan, Ziqian langsung nanya pendapat Yunyi, kenapa paman Shan meminta maaf padanya? Yunyi menjawab kalau mungkin saja tn. Shan merasa menyesal tidak merawat Ziqian dengan baik setelah kedua orang tua Ziqian meninggal.
“Benarkah begitu?” tanya Ziqian, masih merasa ragu.
“Pasti begitu,” jawab Yunyi, yakin.
--
Tonghao sedang mengepel kamar Qianyu sementara Qianyu berbaring di kasur. Qianyu merasa sangat bosan karena tidak bisa pergi ke kamar-kamar. Dia merasa tersiksa hanya bisa tidur di kasur. Kapan kakinya bisa sembuh?
“Qianyu, kau ingin pergi keluar ya?” tanya Tonghao.
Qianyu mengiyakan tapi itu kalau dia bisa jalan. Tonghao terpikir sesuatu dan meminta Qianyu untuk menunggunya sebentar. Tonghao langsung lari keluar.
Di halaman rumah, Tonghao mengambil kereta dorong barang. Meletakkan kursi di atas kereta tersebut. Kemudian merobek kain menjadi tali panjang dan menggunakannya untuk mengikat kaki kursi dengan kereta dorong. Memasangkan payung di samping kursi. Tadaaa! Jadilah kursi roda sederhana.
Jinzhi dan Shengzhe baru pulang dan heran melihat yang Tonghao lakukan. Tonghao dengan bangga memperlihatkan kursi roda yang di buatnya untuk Qianyu. Shengzhe langsung memuji Tonghao yang hebat.

Tapi, tidak dengan Jinzhi. Dia malah merasa marah! Kenapa? Kain yang Tonghao robek untuk menjadi tali pengikat kaki kursi dengan kereta, adalah kain seprai kesayangan Jinzhi. Tonghao membela diri kalau kain seprai sudah robek dan tidak bisa di gunakan lagi, makanya, dia daur ulang. Shengzhe ikut memarahi Tonghao yang sudah membuat kesalahan besar. Kain seprai itu adalah hadiah khusus yang di beli Jinzhi saat menikah dengan ayah Qianyu.
Woah! Tonghao langsung terkejut. Dia menundukkan kepala berulang kali dan meminta maaf.
Emosi Jinzhi semakin bertambah saat melihat payung yang Tonghao gunakan. Itu adalah payung barang jualan toko. Tonghao menjelaskan kalau dia memasang payung agar Qianyu tidak kepanasan saat naik kursi roda.
Qianyu yang mendengar keributan, turun dari kamarnya dengan melompat – lompat satu kaki. Dan dia tampak sangat senang saat melihat kursi roda yang Tonghao buat untuknya. Dia bahkan meminta Jinzhi untuk tidak marah pada Tonghao karena Tonghao membuatnya untuknya. Dia juga memuji Tonghao yang baik hati.
“Baik hati? Aku lihat dia, dia datang untuk merusak semuanya. Boros air, boros listrik, juga makan sangat banyak. Dan bahkan berniat mendekatimu!” marah Jinzhi. “Aku benar-benar memancing serigala,” sesalnya sudah membawa Tonghao ke rumah mereka.
Qianyu terus membela Tonghao dan membuat Jinzhi jadi kesal.

Eh, Taichu malah datang dengan membawa kursi roda tua. Saat melihat Taichu, Jinzhi langsung bersikap sangat baik dan ramah. Taichu datang membawakan kursi roda itu agar Qianyu bisa menjadi pemandu wisatanya.
“Taichu, kau sungguh pengertian,” puji Jinzhi. Dia langsung menarik Qianyu dan mendorongnya untuk duduk di kursi roda Taichu.
Dia bahkan menyuruh mereka jalan-jalan. Dan saat pulang, dia akan memasakkan makanan enak.
Tonghao hanya bisa diam dan memasang wajah cemburu. Qianyu juga tampak tidak terlalu senang ikut dengan Taichu dan terus melirik ke Tonghao. Shengzhe juga merasa kasihan pada Tonghao. Dia naik ke kursi roda Tonghao dan ingin mencobanya daripada sia-sia tidak di gunakan.
Tapi, Jinzhi malah memarahi Shengzhe agar tidak main dan kerja saja. Dia bahkan mencopot payung dari kursi itu dan membawanya masuk. Tidak hanya itu, Jinzhi bahkan mendengus kesal pada Tonghao.
“Aku sungguh kasihan padamu,” ujar Shengzhe dan beranjak masuk.
Tonghao meninggalkan kursi roda buatannya di halaman dan pergi menyusul Qianyu dengan Taichu.
--
Taichu membawa Qianyu berjalan-jalan di sekitar tepi pantai. Dia juga memberitahu kalau kursi roda itu dia pinjam dari hotel Guanmei. Walaupun barang tua, tapi kursi itu masih berfungsi dengan baik. Qianyu hanya diam mendengarkan dan tampak bosan gitu.

Saat itu, terdengar suara teriakan Tonghao. Tonghao berhasil menyusul mereka. Tidak hanya itu, Tonghao bahkan menggunakan pasir pantai, membuat bentuk lumba-lumba untuk Qianyu. Qianyu langsung ceria kembali. Dia juga memuji Tonghao yang sangat hebat bisa membuat lumba-lumba putih yang mereka lihat di lubang reruntuhan menggunakan pasir pantai.
Mendengar kata-kata ‘lumba-lumba putih’, Taichu langsung tertarik. Apakah mereka melihat lumba-lumba putih? Dengan semangat, Qianyu membenarkan. Dia tidak melihat lumba-lumba putih di pulau lumba-lumba tapi di lubang runtuhan Hutan Monster. Dia baru tahu ternyata legenda di desa Guanmei mengenai lumba-lumba putih, ternyata benar.
“Tapi, sayang sekali. Di sana tidak ada jalan. Jika tidak, aku bisa membawa wisatawan ke sana dan mendapatkan uang dengan menjual karcis masuk atau sejenisnya,” akhiri Qianyu.
“Qianyu, setelah lukamu sembuh, apakah kau bisa membawaku ke sana?” tanya Taichu bersemangat.
Belum Qianyu menjawab, Tonghao sudah langsung menjawab kalau dia bisa pergi dengan Taichu. Taichu menegaskan kalau dia maunya di temani Qianyu. Qianyu langsung melerai dengan berkata kalau mereka bisa pergi bersama kalau kakinya sudah sembuh.
--
Jinzhi lagi melayani pelanggan toko. Paman Li yang datang malah berteriak heboh memanggil nama Jinzhi membuat Jinzhi jadi kesal. Tujuan Li teriak agar para tetangga Jinzhi tahu dia datang, terutama duda yang ada di sebelah. Dengan begitu, mereka tidak akan berani mendekati Jinzhi. Jinzhi sampai malas meladeni dan mengusirnya pergi saja.
Tujuan Donglu datang untuk memberikan brosur. Ada seorang pengusaha Indonesia yang datang ke Desa Nelayan Guanmei untuk mencari karyawan. Dia meminta tolong Jinzhi untuk membantu menyebarkan brosur itu pada para pelanggan toko yang datang belanja. 1 lembar brosur akan di upah 1 sen. Jinzhi senang dan menyuruh Donglu meninggalkan brosur dan uang kemudian, pergilah.
Dengan langkah gontai, Donglu pergi dari sana setelah meletakkan brosur dan uang 20 yuan.
Jinzhi melihat brosur itu dan tampak memikirkan sesuatu.
--

Malam hari,
Saat makan malam, Jinzhi memberitau kalau dia ingin mengirim Tonghao ke Indonesia untuk bekerja. Dia memperlihatkan brosurnya. Selama bekerja di Indonesia, Tonghao akan mendapat upah lebih dari 10.000 yuan dan juga, biaya tempat tinggal dan makan akan di tanggung perusahaan. Ada banyak bonus. Pokoknya, sangat bagus.
Qianyu tampak tidak setuju. Kalau ke sana pun, Tonghao mau kerja apa? Jinzhi kembali membacakan isi brosur : Perusahaan mencari pria berusia 25 – 30 tahun dan tidak perlu keahlian apapun. Jadi, dia yakin kalau Tonghao akan bisa.
Qianyu tetap tidak setuju dan mencari-cari alasan. Salah satunya, Tonghao ke sana pun percuma karna tidak bisa bahasa Indonesia. Jinzhi dengan tenang menjawab kalau di Indonesia juga ada banyak orang Tionghao. Bos yang mencari karyawan ini juga orang Tionghoa.
“Tapi, Tonghao amnesia,” Qianyu kembali mencari alasan.
“Ini tidak ada hubungannya dengan kerjaan,” jawab Jinzhi “Aku lihat, walaupun Tonghao amnesia, tapi dia dapat bekerja dengan sangat cekatan.”
Qianyu hendak mencari alasan lagi. Tapi, Jinzhi memotong ucapannya dengan menanyakan pendapat Tonghao. Tonghao tidak bisa menjawab. Dan Jinzhi langsung membahas Tonghao yang berhutang banyak pada mereka dan walaupun kerja bagaimanapun, tidak akan bisa membayarnya. Tapi, dengan pergi ke Indonesia, hanya dalam 1 bulan, Tonghao sudah akan bisa melunasi hutang.
“Jika Ibu Jinzhi ingin aku pergi, maka aku akan pergi,” ujar Tonghao.
Jinzhi langsung tertawa senang. Dia bahkan memberikan daging ke mangkuk nasi Tonghao. Tidak hanya itu, dia memuji Indonesia yang indah dan ada banyak orang Tionghoa juga, sama indahnya dengan di sini. Jadi, setelah ke sana, jangan berniat untuk kembali lagi.
Shengzhe dan Qianyu jadi merasa sedih dan juga kasihan pada Tonghao. Shengzhe bahkan terang-terangan menyindir Jinzhi dengan berujar pada Tonghao agar tidak mencari masalah dengan Jinzhi, atau Jinzhi akan mengirimnya hingga ke mars.
Mau apapun yang di katakan Shengzhe, Jinzhi tetap senang karena berhasil mengusir Tonghao dari rumahnya.
--
Saat mencuci piring, Qianyu mengajak Jinzhi bicara. Dia menanyakan keputusan Jinzhi, apa benar mau mengirim Tonghao ke Indonesia? Jinzhi mengiyakan. Dia tidak mau menampung Tonghao karena menurutnya, Tonghao hanya membuat boros air, listrik dan biaya makan mereka. Di tambah lagi, Tonghao berniat mendekati Qianyu. Jadi, Tonghao harus pergi!
“Aku ini melakukan ini demi kebaikanmu. Taichu lah pangeran yang sebenarnya. Tidak seperti Tonghao yang murahan. Kau harus menjaga jarak dengannya,” ujar Jinzhi.
--
Qianyu mencoba kursi roda buatan Tonghao dan berkeliling di halaman rumah. Qianyu masih terus murung. Dia dengan serius bertanya pada Tonghao dan memintanya untuk jujur, apa benar mau pergi ke Indonesia?
“Tidak ingin pergi,” jawab Tonghao. “Tapi aku juga tidak memiliki alasan untuk di sini juga,” lanjutnya.
“JIka… jika kamu merasa tidak bisa beradaptasi di sana, kamu bisa kembali kapan saja,” ujar Qianyu, sedih.
Tonghao mengangguk. Dia menghela nafas panjang dan berujar kalau baginya, ini adalah rumahnya. Dan Qianyu serta semuanya adalah keluarganya. Jadi, dia akan kembali dengan membawa banyak uang untuk mereka.
Qianyu tersenyum sedih mendengarnya.


Post a Comment

Previous Post Next Post