Sinopsis K-Drama : Hi Bye, Mama Episode 15-1
Images by : TvN
Prolog,
Tanggal
19 Desember 2015,
Yu
Ri menulis diary, mengenai perasaannya menanti kelahiran putrinya. Yu Ri sangat
bahagia memikirkan segala hal mengenai anaknya dan masa depan anaknya kelak. Dia
bahkan berjanji pada dirinya sendiri akan mempersiapkan yang terbaik untuk
anaknya dan mewujudkan apapun yang di inginkan anaknya.
Episode 15 :
Hidupku Besok
Yu Ri menemui Midong dan
memberitahu keinginannya kalau dia ingin hidup. Dia ingin bersama dengan
keluarga dan anaknya lagi. Dia ingin hidup.
--
Gang Hwa mendengar ucapan Hyeon
Jeong dan menuntut penjelasannya, kenapa Yu Ri harus pergi lagi? Gang Hwa
sampai berteriak menyuruh Hyeon Jeong untuk memberitahu maksud ucapannya. Geun
Sang juga penasaran dan meminta penjelasan Hyeon Jeong.
Hyeon Jeong tidak bisa
berbohong lagi. Dia jujur memberitahukan mengenai semuanya. Waktu Yu Ri hanya
49 hari. Dia harus menemukan tempatnya selama waktu itu dan jika tidak, dia
akan pergi ke ‘atas’. Dan waktunya kini tidak tersisa banyak lagi. Dan tempat
Yu Ri adalah sebagai istri Cho Gang Hwa dan ibu dari Seo Woo. Jika berhasil, Yu
Ri akan bisa hidup, tapi Yu Ri tidak mau melakukannya. Yu Ri merasa bersalah
dengan Gang Hwa dan Min Jeong. Karena, Yu Ri seharusnya sudah mati. Jadi, Yu Ri
memilih untuk pergi.
Gang Hwa shock mengetahui kebenaran tersebut. Dia juga marah dan frustasi
karena Hyeon Jeong tidak memberitahunya sedari awal.
--
Gang Hwa berjalan pulang dengan
langkah lunglai. Dia mulai teringat dari awal bertemu Yu Ri yang kembali hidup,
Yu Ri selalu meminta di beri waktu 49 hari. Yu Ri juga selalu meminta maaf.
Semua itu, membuat Gang Hwa
tersiksa.
--
Yu Ri sudah agak tenang. Midong
juga tampaknya mengatakan sesuatu pada Yu Ri yang membuat Yu Ri tampak
terpukul. Yu Ri memilih untuk pergi dari sana, tapi di depan pintu masuk rumah
Midong, sudah ada Guk Bong. Yu Ri mengabaikannya dan terus berjalan pergi.
“Dia ingin hidup?” sindir Guk
Bong pada Midong. “Sudah kubilang akan menjadi seperti ini. Meski sudah tidak
ada penyesalan, jika ada kesempatan di depan mata, semua pasti menjadi serakah.
Kini aku bisa menemui anaknya, 'kan?”
Midong menatapnya dengan marah.
--
Yu Ri dalam perjalanan pulang
dengan pikiran kosong. Begitu turun dari bus, Yu Ri duduk di depan halte. Saat
itu, Gang Hwa mendadak muncul di hadapannya, seolah tahu kalau dia akan ada di
sana. Gang Hwa membawa Yu Ri ke taman yang sudah sepi. Dia meminta penjelasan
Yu Ri hingga bisa setega ini? Kenapa harus pergi setelah 49 hari?
Yu Ri terkejut karena Gang Hwa
sudah tahu hal itu. Melihat reaksi Yu Ri, Gang Hwa tahu kalau tebakannya benar.
“Ketika hatiku sangat sakit dan
hancur karena merindukanmu, kau tidak memberi jawaban apa pun. Ketika aku bisa
melakukan apa pun untuk bisa menyentuhmu sekali lagi, kau tidak memberi jawaban
apa pun. Kini kau tiba-tiba muncul hanya untuk pergi lagi? Jika kau pergi lagi,
aku tak menerimanya. Jika kau memutuskan semua sendiri dan pergi begitu saja,
bagaimana denganku? Jika harus kehilanganmu untuk kali kedua, bagaimana aku
bisa hidup? Seharusnya kau beri tahu aku! "Waktuku
tidak banyak. Kenapa kau menikah lagi? Kembalikan tempatku!" Seharusnya
kau beri tahu aku! Haruskah aku kehilanganmu lagi tanpa tahu apa pun? Begitu
maumu? Seharusnya kau beri tahu aku, Yu-ri!” marah Gang Hwa di sertai rasa
frustasi.
“Mana bisa kukatakan itu. Tempatku
sudah tidak ada lagi. Seharusnya kau hidup dengan bahagia!” balas Yu Ri, tidak
kalah emosi dan sedihnya. “Jika kau bahagia, ini tidak akan terjadi! Aku tak
bisa melihatmu hidup seperti pecundang. Aku berniat untuk naik jika kau menikah
lagi. Aku berniat merelakan semuanya, lalu naik dan reinkarnasi! Tapi, kau
tidak melepaskanku. Kau terus mengingatku dan sangat menderita! Kau membuatku
merasa bersalah dan tidak melepaskanku! Kau yang membuatku tidak bisa naik!”
“Benar. Aku tidak bisa
melepaskanmu. Aku sengaja terus mengingatmu. Setelah bertahan satu hari, aku
bisa melaluinya. Setelah bertahan satu hari lagi, aku bisa melaluinya. Tapi,
aku benci bisa bertahan. Aku merasa bersalah, tapi aku terus bisa melaluinya. Aku
merasa bersalah. Jika kau menemukan tempatmu, bisakah kau hidup? Benarkah kau
bisa hidup?”
“Jika benar, kau bisa apa? Bagaimana
dengan istrimu? Diceraikan?”
“Jawab saja, kau bisa hidup
atau tidak? Benarkah kau bisa hidup? Kalau begitu, hiduplah. Kenapa pergi lagi?”
tegas Gang Hwa.
Yu Ri diam, menatapnya.
--
Seo Woo sudah tidur di dalam
kamarnya, sementara Min Jeong duduk diam di ruang tamu. Dia mengingat kejadian
kemarin, dimana dia melihat Yu Ri dan Min Jeong masuk ke dalam rumah keluarga
Cha. Hal itu sangat menyakitkan bagi Min Jeong menyadari kalau Cha Yu Ri
kembali hidup. Dan dia tidak bisa menahan tangisnya kini.
Saat itu, Seo Woo keluar dari
dalam kamarnya. Dia melihat Min Jeong yang menangis. Min Jeong terkejut
melihatnya dan memeluknya, berkata kalau semua baik-baik saja dan dia tidak
menangis.
--
Pil Seung pergi ke rumah duka,
mengunjungi abu keluarganya dan meletakkan bunga. Setelah itu, Pil Seung
beranjak pergi. Tapi, dia tanpa sengaja melihat tempat abu Yu Ri dan bergumam
kalau foto wanita pemilik abu itu sangat mirip dengan wanita tukang mimisan.
Apa mereka kembar? Ah, sudah lama tidak melihatnhya.
Pil Seung akhirnya berjalan
keluar dari rumah abu. Para arwah yang melihat itu, jadi sedih dan kasihan pada
arwah keluarga Pil Seung yang tertangkap dan di kirim paksa, sementara anak-nya
sama sekali tidak tahu.
Saat keluar, Pil Seung
berpas-pasan dengan Guk Bong yang masuk ke dalam rumah abu. Para arwah yang
melihat kedatangan Guk Bong, semuanya langsung kabur dan bersembunyi. Dengan
suara dingin, Guk Bong menyuruh mereka untuk segera keluar jika tidak mau
tertangkap seperti arwah jahat (dia menunjuk ke rumah abu keluarga Pil Seung)
dan di paksa naik. Dengan kekuatan tongkatnya, Guk Bong menangkap arwah Hye Jin
dan akan mengirimnya ke atas. Dia dari awal ingin mengirim arwah Hye Jin
terlebih dahulu karena Hye Jin adalah arwah bunuh diri.
Eh, Pil Seung malah masuk ke
rumah abu kembali dan mencengkeram kerah Guk Bong. Dia marah karena Guk Bong
tadi bilang keluarganya adalah arwah jahat. Guk Bong kalah kekuatan dengan Pil
Seung dan tidak berdaya di seret keluar. Para arwah tentu merasa lega
melihatnya.
--
Midong pergi ke kuil untuk
berdoa. Dan kebetulan sekali, dia berjumpa dengan ibu Yu Ri yang juga datang
berdoa. Midong segera mengakhiri doanya dan pergi dari sana. Ibu Yu Ri
mengikuti dan memanggilnya. Dia meminta maaf pada Midong atas kemarahannya
dulu.
“Tidak. Aku juga bersalah tak
memikirkan perkataanku.”
“Sejak kapan kau mengenal
anakku? Katanya kalian berteman.”
“Cha Yu-ri? Aku sudah mengenalnya
sekitar lima sampai enam tahun?”
“Kau mengenalnya sebelum
kecelakaan. Kau pasti juga tahu apa yang terjadi dengan Yu-ri?”
“Ya. Aku tahu. Tapi aku juga
tidak tahu kenapa bisa menjadi seperti ini.”
“Begitu? Aku mau minta maaf
karena marah waktu itu.”
“Tak apa...”
“Baiklah, sampai jumpa lagi.”
--
Ibu sudah kembali ke rumah dan
masuk ke dalam kamar Yu Ri. Dia teringat mendengar suara tangisan Yu Ri kemarin
malam.
--
Yu Ri datang ke kedai Hyeon
Jeong. Dia memikirkan ucapan Gang Hwa kemarin yang bilang sudah memberi tahu
Min Jeong kalau dia adalah Cha Yu Ri.
Hyeon Jeong menghidangkan
minuman untuk Yu Ri dan meminta maaf karena dia yang memberitahu Gang Hwa. Yu
Ri tidak marah. Hyeon Jeong ingin tahu apa tanggapan Gang Hwa?
“Dia mau aku hidup,” jawab Yu Ri.
“Apakah kita sepikiran? Oh Min-jeong. Bagaimana dengannya?”
“Tidak. Ini benar. Kau harus
tetap hidup. Jika kau pergi lagi, Gang-hwa tak akan bisa bertahan.”
“Benar.”
“Dia akan terus menyalahkan
diri, dan tidak akan bisa bertahan.”
“Benar. Gang-hwa pasti begitu.”
“Yu-ri. Saat kau memberitahuku
semuanya, dan memilih tidak mau mencari tempatmu, kau tahu perasaanku? Selama
lima tahun, kau selalu memperhatikan kami tanpa bersuara hingga menyerah
menjadi kebiasaanmu. Itu membuatku sangat sedih. Kau tidak boleh menyerah karena
merasa bersalah soal Gang-hwa dan Min-jeong. Raih kesempatan ini. Ini hidupmu.”
“Hyeon-jeong. Aku tidak
menyerah. Aku hanya mengakui bahwa hidupku sudah berakhir. Selama lima tahun, aku
terus mengakuinya.”
“Yu-ri. Kau akan mencari
tempatmu. Benar?”
Yu Ri hanya tersenyum, tanpa
menjawab dan beranjak pergi dari sana.
--
Min Jeong duduk di dalam
kamarnya. Matanya kosong dan berkaca-kaca. Semua masih terasa berat baginya.
Sementara Gang Hwa duduk di ruang tamu, juga tampak stress. Gang Hwa melihat
foto keluarga mereka yang ada di atas meja, di telungkupkan oleh Min Jeong. Dia
membalik foto itu, melihatnya dan kemudian menelungkupkannya lagi.
Saat itu, Min Jeong keluar dari
dalam kamar, hendak pergi ke suatu tempat. Gang Hwa memanggilnya dan Min Jeong
langsung bilang kalau dia masih belum bisa menerima semua ini. Karena itu, dia
meminta Gang Hwa memberikannya waktu.
Di depan rumah, sudah ada Yu Ri
yang menunggu.
--
Di ruang kerjanya, Geun Sang
mencari semua artikel berita mengenai Kang Bin. Semua artikel menulis kalau
Kang Bin melakukan bunuh diri.
Flashback
Geun
Sang kaget saat Kang Bin bilang dia tidak bunuh diri. Jika bukan bunuh diri,
kenapa bisa meninggal?
Kang
Bin di bunuh oleh teman baiknya dan di buat mirip seperti bunuh diri demi
menutupi skandal kecurangan skor. Teman yang membunuhnya itu sudah bunuh diri
karena merasa tersiksa. Dan wasiat yang di katakan adalah pesan bunuh dirinya,
sebenarnya, adalah surat permohonan maaf untuk skandal kecurangan skor. Maksud
di surat itu, ‘aku ingin pergi’ adalah pensiun, bukannya bunuh diri. Tapi,
kemudian dia di bunuh setelah menulis surat itu.
Kang
Bin tidak peduli dengan semua itu. Dia hanya ingin Geun Sang membantunya untuk
memberi tahu ibunya kalau dia mati bukan karena ibunya.
“Ibuku
mengira aku mati karena dia.”
End
Geun Sang melihat surat berisi
hasil pemeriksaan-nya terhadap Kang Bin : “DIA MENUNDUK DAN TERBATA-BATA SAAT
MEMBAHAS MASALAH KELUARGA PASIEN TAMPAK INGIN MENYELESAIKAN MASALAH DENGAN
KELUARGANYA.”
--
Min Jeong dan Yu Ri bicara di
café. Min Jeong tampak sedih dan merasa terbodohi karena tidak sadar dari awal
mengenai Yu Ri (aku tahu rasanya itu. Merasa di
bodohi. Rasanya menyiksa dan memalukan. Rasanya seolah-olah, kau begitu bodoh.
Semua orang tahu dan hanya berpura-pura terhadapmu, tapi hanya kau yang tidak
sadar dan berperilaku seperti biasa).
Yu Ri hanya bisa mengucapkan
kata : “Minta maaf.”
“Kenapa kau minta maaf? Karena
hidup kembali? Karena membohongiku?”
“Semuanya. Maaf atas semuanya.”
“Jika kau terus minta maaf
kepadaku, aku harus bagaimana? Aku hanya ingin tahu kenapa kau menipu dan
membohongiku, tapi terus minta maaf kepadaku? Aku harus bagaimana? Daripada
minta maaf, tuntut saja aku mengembalikan Gang-hwa dan Seo-woo karena mereka
milikmu. Kenapa kau terus minta maaf? Aku bingung dengan sikapmu.”
“Karena aku bersyukur. Aku
berterima kasih untuk semuanya. Karena itu aku hanya ingin diam-diam melihat
Seo-woo, dan pergi.”
“Kau hanya ingin melihat
Seo-woo? Apa itu mungkin? Apa itu cukup?”
“Bagiku, bisa melihat saja
sudah cukup.”
“Akan lebih baik jika kau
bersikap jahat. Jadi, bisa kupakai sebagai alasan untuk melakukan yang
kuinginkan,” ujar Min Jeong, meneteskan air mata. Dia berusaha keras untuk
tidak lemah.
“Aku pun berpikir begitu.”
--
Min Jeong akhirnya pulang ke
rumah setelah hari cukup larut. Gang Hwa juga sudah ada di rumah, di dalam
kamar. Min Jeong menghampirinya. Mereka sama-sama diam. Saat Gang Hwa akhirnya
memberanikan untuk berbicara, Min Jeong langsung memotong dan bilang kalau dia
ingin bercerai.
“Kau tidak bisa mengoperasi bukan
karena tremor tangan. Aku sudah tahu, tapi pura-pura tidak tahu karena tak
ingin cemburu dengan orang yang sudah wafat. Tapi kini, dia hidup kembali. Semua
ini miliknya. Kau dan Seo-woo. Kalian bukan milikku. Aku akan meninggalkanmu,”
ujar Min Jeong.
“Maafkan aku,” ujar Gang Hwa,
menundukkan kepala.
Min Jeong menangis melihatnya.
--
Yu Ri ada di dalam kamarnya,
melihat fotonya bersama Min Jeong dan Hyeon Jeong. Saat itu, ibu datang ke
kamarnya dan mengajaknya untuk berjalan-jalan di sekitar rumah.
Mereka jalan-jalan di sekitar
taman. Ibu kemudian bertanya sesuatu, apa Yu Ri tidak merasa kecewa? Dalam 5
tahun, Yu Ri kehilangan semuanya. Yu Ri menjawab kalau dia punya ibunya. Dari
dia lahir sampai meninggal, ibunya adalah miliknya. Ibu terharu mendengarnya.
“Gang-hwa sangat menderita. Ibu
terus mendoakannya, semoga dia bisa menikah lagi,” ujar Ibu. “Ibu berdoa
seperti itu bukan untuk Seo-woo atau Gang-hwa, tapi untukmu. Ibu takut kau
melihat semua ini. Pasti sangat menyakitkan untukmu. Apakah perbuatan ibu
benar?”
“Ya. Ibu benar. Hanya Ibu yang
bisa mengerti perasaanku,” jawab Yu Ri.
Ibu mengajak Yu Ri duduk
sejenak di sebuah bangku yang ada di taman. Ibu kemudian bercerita kalau dia
selalu duduk di bangku itu. Dan Min Jeong selalu duduk di kursi di seberang
sana, sehingga dia selalu melihatnya.
“Mungkin sekitar satu atau dua
tahun lalu? Seo-woo sedang bermain di sini. Ibu berpura-pura lewat, dan duduk
di sini.”
Flashback
Saat
itu, Ibu sedang lewat di depan taman dan kebetulan melihat Seo Woo yang sedang
bermain dengan di temani oleh Min Jeong. Karena naluri-nya sebagai seorang
nenek, Ibu memilih duduk di kursi taman dan melihat mereka.
Min
Jeong ternyata memperhatikan hal tersebut. Dia selalu melihat Ibu duduk di sana
dan memperhatikan Seo Woo. Suatu hari, saat menjemput Seo Woo, Min Jeong
melihat ibu duduk di kursi itu. Min Jeong langsung mengajak Seo Woo untuk
bermain di taman sebelum pulang.
End
“Anehnya, sejak hari itu, Seo-woo
selalu bermain di taman ini pada waktu yang sama. Begitu juga hari esok dan
seterusnya. Awalnya, ibu berpikir itu hanya kebetulan. Tapi anehnya, mereka
hanya datang saat ibu duduk di kursi ini. Mereka tidak meninggalkan tempat ini sampai
ibu pergi. Lalu, ibu tersadar. Rupanya dia mengenal ibu. Secara naluri, dia
tahu siapa ibu.”
“Ibu seharusnya menanyai dia.”
“Terkadang lebih baik saat kita
tidak mengetahui semuanya. Menjaga jarak itu penting. Ibu bersyukur karena dia.
Itu saja cukup. Dengan begitu, ibu tak perlu berharap lebih dari dia,” ujar
Ibu.
Dan Yu Ri tidak tahu mengenai
kejadian tersebut.
--
Min Jeong datang ke kedai Hyeon
Jeong. Dia memesan segelas bir. Hyeon Jeong tampak tegang melihat kedatangan
Min Jeong dan tetap melayaninya. Min Jeong tiba-tiba mengatakan kalau
seharusnya dia tidak datang ke sini lagi kan?
“Maafkan aku. Maaf,” ujar Hyeon
Jeong, merasa bersalah.
Min Jeong meneguk habis segelas
bir-nya dalam satu kali tegukan. Dia kemudian mulai menangis dan marah karena
semua orang terus meminta maaf padanya. Jika semua terus meminta maaf, apa yang
harus di lakukannya?
Hyeon Jeong benar-benar merasa
bersalah. Dia menangis melihat Min Jeong yang seperti ini.
--
Min Jeong sudah tidak ada.
Hanya ada Hyeon Jeong dan Geun Sang. Geun Sang sudah tahu kalau Gang Hwa sudah
membuat keputusan. Hyeon Jeong merasa bersalah karena Gang Hwa tidak
memberitahu semuanya pada Min Jeong. Geun Sang malah merasa itu lebih baik,
biarkan Min Jeong membenci Gang Hwa.
Geun Sang kemudian curhat kalau
dia punya masalah. Hyeon Jeong malah mengira masalah geun sang karena followers-nya berkurang. Geun Sang marah
karena Hyeon Jeong malah seperti itu. Dia akhirnya memberitahu kalau ada hantu
yang mengikutinya. Bahkan sekarang ada hantu di suatu tempat yang memperhatikan
mereka. Dari ekspresi wajah Hyeon Jeong, dia tampak tidak percaya dengan ucapan
Geun Sang.
“Baiklah. Aku bisa membantunya.
Aku harus membantu-nya,” ujar Geun Sang, mengambil keputusan.
Arwah Kang Bin yang ada di
sana, sangat senang mendengarnya.
Tags:
Hi Bye Mama
Dari awal udah tau bakal kayak gini, judulnya aja "Hi, bye" ðŸ˜
ReplyDelete