Sinopsis Lakorn : Leh Bunpakarn Episode 2 part 1


Drama “Leh Ban Pa Kal” diproduksi berdasarkan catatan sejarah dan beberapa karakter yang disebutkan adalah tokoh sejarah nyata. Tim produksi tidak memiliki niat untuk menyinggung. Kebebasan kreatif diambil untuk hiburan penonton. Kami mohon maaf atas ketidak nyamanan yang mungkin terjadi.
Original Network : Channel 3
Krat menyediakan kue dessert untuk Sitang. Namun tanpa tahu malu, Plerngfah malah memakan nya duluan dan lalu dia mengomentari bahwa rasa cupcake yang Krat sediakan cukup aneh rasa nya, seperti muffin telur. Dan mendengar itu, Sitang menertawai Plerngfah.

“Apa kamu tahu, itu bukan cupcake? Itu dipanggil Kanom- Mu-sa-god (Muscat = sama dengan muffin telur). Dessert tradisional Thailand. Itu cukup jarang di temukan sekarang, tapi saat aku tahu kalau ini dessert kesukaan Nong Tang, tidak peduli betapa langka nya itu, aku akan melakukan yang terbaik untuk dia,” jelas Krat dengan bangga.
“Mu-sa-god, nama yang aneh ya. Ini pertama kali nya akan mendengar itu,” komentar Plerngfah.


Plerngfah kemudian diam dan memperhatikan desser tersebut dengan tatapan serius. “Mu-sa-god. Aku cukup penasaran dan ingin tahu, God (Dalam bahasa Thai artinya pelukan atau merangkul)? Arti nama makanan penutup ini membingung kan,” gumam nya.
Mendengar itu, Sitang terkejut, sebab barusan Plerngfah bilang tidak tahu. Dan seperti baru tersadar, Plerngfah tampak bingung, karena dia tidak ingat apa yang di katakan nya tadi.

Dalam perjalanan pulang, Plerngfah menumpang mobil Krat. Dan dengan sikap kurang senang, Krat mengomentari bagaimana bisa Plerngfah datang ke tempat terpencil untuk bekerja tanpa membawa kendaraan sendiri. Dan Plerngfah membalas bahwa ketika dia datang, dia tidak menyangka kalau hanya dia sendiri yang di perbolehkan untuk masuk ke dalam, jadi seluruh rekannya sudah pulang duluan. Mendengar itu, Krat merasa tidak percaya.



“Aku minta maaf ya, karena sudah mengganggu moment manis mu,” kata Plerngfah, pengertian.
Mendengar itu, Sitang jadi merasa canggung dengan Krat. Tapi Krat menggunakan kesempatan itu untuk mengajak Sitang makan malam bersama. Dan dengan tidak enak hati, Sitang meminta maaf kepada Krat serta beralasan bahwa dia sudah ada janji makan bersama dengan Ibu Plerngfah, jadi dia tidak bisa.
“Benarkah?” tanya Plerngfah, terkejut. “Kapan kalian janjian? Mengapa aku tidak tahu?” tanyanya, sengaja.
“Apa aku harus melapor padamu setiap kali? Membiarkan kamu disini, itu sudah cukup bagus. Jadi lebih baik kamu diam,” tegas Sitang, mengancam. Dan sambil tersenyum, Plerngfah pun langsung diam dan duduk dengan nyaman.
  

Tidak lama kemudian, Plerngfah tertidur. Dan dia bermimpi. Dalam mimpinya, dia melihat seorang bangsawan yang wajahnya sangat mirip dengan dia.

Memimpikan itu, Plerngfah merasa terkejut dan tersentak bangun dari tidurnya. Dan sikap nya itu, juga mengejutkan Sitang dan Krat yang duduk di depan.
“Tiba- tiba tersentak! Kamu menakuti kami, kamu tahu!” keluh Sitang , kesal.
“Maaf,” kata Plerngfah dengan wajah serius.


Adul melakukan penelitian dengan serius. Dan kemudian Pakboon datang mengantarkan minuman serta menemani nya untuk bekerja lembur. Dengan rasa bersyukur, Adul pun merasa tersentuh atas kebaikann dan kepedulian Pakboon kepadanya. Dan Pakboon tersenyum kecil.
“Dimana pun kita hidup, kamu selalu memperlakukan ku dengan baik sepanjang waktu. Aku tidak akan pernah melupakan itu,” kata Sitang, tulus.
“Untuk kehidupan yang telah berlalu biarlah itu berlalu, jangan terpaku pada itu. Lebih baik pikirkan tentang masa sekarang,” balas Adul.
“Aku tidak bisa. Aku seseorang yang mengingat segalanya. Siapapun yang baik padaku, atau jahat kepadaku.”
Mendengar itu, Adul merasa sedikit aneh. “Lupakan lah,” katanya. Lalu dia lanjut bekerja.

Sesampainya dirumah Plerngfah, Krat ingin bergabung untuk makan bersama dengan alasan kalau dia akan mengantarkan Sitang pulang nanti. Dan Plerngfah langsung menolak, karena setelah makan, dia yang akan mengantar Sitang pulang. Mendengar itu, Sitang langsung menatap tajam Plerngfah. Kemudian dia menolak tawaran Krat dengan sopan.
“Kalau begitu aku pulang sekarang,” kata Krat, pamit.
“Selamat tinggal. Dan terima kasih banyak,” balas Plerngfah, tanpa tahu malu.


Sesudah Krat pergi, Sitang mengomeli Plerngfah yang telah sengaja menyulitkan nya. Namun Plerngfah tidak peduli dan berniat untuk masuk ke dalam rumah. Tapi tiba- tiba Plerngfah melihat sesuatu yang aneh di ujung jalan rumah nya. Dia melihat seorang penari tradisional. Namun sesaat kemudian, penari tersebut menghilang darisana.


“Kamu melihat penglihatan lagi, kah?” tanya Sitang.
“Lebih baik masuk ke dalam rumah,” balas Plerngfah. Dan Sitang langsung mengikuti nya dengan perasaan ngeri.

Didalam rumah. Plerngfah menegaskan bahwa dia tidak gila ataupun sakit, jadi dia tidak mau ke psikolog. Namun Sitang terus berusaha membujuk Plerngfah untuk coba saja, karena walaupun Plerngfah tidak gila, tapi Plerngfah masih boleh berkonsultasi dengan psikolog. Itu seperti seseorang yang pergi ke dokter karena flu. Itu saja menurut nya.
“Aku tumbuh di Amerika, kamu tahu? Aku tahu ini adalah masalah normal. Dan aku juga tahu kalau diriku sendiri, itu baik-baik saja,” kata Plerngfah bersikap keras kepala.


“Jadi, bisakah kamu jelaskan padaku apa yang terjadi padamu?” tanya Sitang, serius. Dan Plerngfah tidak bisa menjelaskan. “Aku ada berkonsultasi dengan seorang psikolog mengenai kondisi mu. Dia sangat tertarik dengan gejala mu. Dia menganalisa kalau kamu mungkin memiliki kemampuan psikis,” jelas nya, membujuk.
“Aku X-Man!” kata Plerngfah, bercanda dengan sikap serius. “Itu Professor yang botak dan bisa membaca pikiran orang!”
“Sudah selesai bercanda nya?” keluh Sitang, kesal. dan Plerngfah pun langsung diam.

Sitang yakin kalau Plerngfah memiliki semacam kekuatan untuk melihat sesuatu, karena ketika Plerngfah menyentuh barang atau manusia, Plerngfah ada melihat sebuah gambaran atau warna. Contohnya saat Plerngfah menyentuh si pria hitam. Dan dia memberitahu Plerngfah bahwa ada beberapa orang juga yang sama seperti Plerngfah. Jadi dia ingin Plerngfah untuk mencoba berkonsultasi dulu ke psikolog.
Mendengar itu, Plerngfah pun diam dan mempertimbangkan saran Sitang. Tapi kemudian Ibu datang, dan dia mengatakan dengan tegas bahwa dia tidak menyetujui Plerngfah untuk pergi ke psikolog.

“Mengapa tidak boleh, ma?” tanya Sitang, tidak mengerti.
“Plerng, bawa bunga garland ke Budha untuk ku,” perintah Ibu.
“Sekarang?” tanya Plerngfah, bingung.
“Aku menyuruh mu, jadi ya harus!” tegas Ibu.
Setelah Plerngfah pergi. Ibu berbicara serius kepada Sitang, dia memberitahukan kondisi Plerngfah. Tahun itu, alasan dia membawa Plerngfah ke Amerika, itu adalah karena kondisi Plerngfah ini.

Ibu : “Ketika dia mulai berbicara, dia selalu mengatakan beberapa hal yang aneh. Pertamanya, aku pikir itu hanya imajinasi anak- anak saja. Tapi itu menjadi lebih dan lebih buruk. Banyak kali, ketika sesuatu terjadi sesuai yang dia katakan, kami kemudian memutuskan untuk membawa dia ke dokter.”

“Dan… apa yang dokter katakan, ma?” tanya Sitang, ingin tahu.
“Dokter tidak bisa menemukan jawabannya. Tapi dia merekomendasikan seorang eksper di Amerika kepada kami. Jadi Ayah Plerng memutuskan untuk menjual tanah kami disini, dan membawa Plerng untuk berobat dengan cara hinoptis. Setelah itu, dia tidak pernah melihat penglihatan yang mengerikan lagi,” jawab Ibu, memberitahu.
Mendengar itu, Sitang menjadi penasaran, apa yang sebenarnya Plerngfah lihat. Dan dengan ragu, Ibu terdiam sesaat, lalu dia menjawab bahwa Plerngfah bisa melihat masa lalu.

Ketika Plerngfah sedang berdoa di depan patung Dewa. Tiba- tiba seperti ada sesuatu yang merasukinya, dan seluruh mata nya berubah menjadi hitam, tanpa sedikit pun warna putih. Seperti warna mata Pakboon, ketika Pakboon menggunakan kekuatan nya.

Sitang sudah mengetahui kalau Plerngfah sering melihat gambaran aneh. Tapi menurutnya, itu tidak terlalu bahaya sampai Plerngfah tidak bisa hidup dengan yang lain. Jadi dia ingin tahu, kenapa Ibu mencegah Plerngfah untuk melihat gambaran tersebut. Dan Ibu pun menceritakan penglihatan terakhir yang di lihat Plerngfah, sehingga mereka memutus kan untuk membawa Plerngfah ke Amerika. Itu terjadi ketika Plerngfah berumur 5 tahun.

Host Berita : “Kolonel Polisi Surachai memberikan pernyataan tentang Istri nya yang sudah meninggal 20 tahun lalu. Dia percaya kalau seorang gadis kecil bernama Pakboon adalah renkarnasi Istrinya.”
Kolonel mengakui kalau awalnya dia tidak percaya, karena ini adalah hal yang aneh. Lalu saat Pakboon memberitahu nya, dia juga masih bingung dan berpikir seseorang sedang bermain trik. Namun kemudian, ketika dia mendengarkan semua yang Pakboon katakan padanya, dia hampir terkejut. Karena Pakboon mengetahui segala nya, seperti kapan kencan pertama mereka dan apa hadiah yang pernah di berikan nya.

“Dia datang kembali untuk membunuh nya,” kata Plerngfah, tiba- tiba. Saat dia mendengar kan berita tersebut. Mendengar itu, kedua orang Plerngfah merasa terkejut. Dan Ibu pun bertanya, apa yang Plerngfah katakan barusan.
“Gadis ini datang kembali untuk membunuh mantan suaminya, Ma! Dia masa lalu, dia tidak bisa melakukan nya. Jadi dalam kehidupan ini, dia datang kembali. Dia akan membunuh banyak orang. Dia kembali untuk membalas dendam,” kata Plerngfah, menjelaskan.
Ibu : “Beberapa hari kemudian setelah itu, Kolonel polisi yang adalah mantan suami gadis kecil tersebut, dia beneran meninggal.”


Ibu mengakui kalau pada saat itu, dia sangat takut, dan dia tidak tahu apa yang akan Plerngfah lihat lagi ke depan nya. Dan lebih Plerngfah melihat masa lalu, lebih takut dia jadi nya. Dia takut kalau Plerngfah akan menghadapi lebih banyak bahaya. Itulah alasan dia membawa Plerngfah ke Amerika untuk di obati.
Mendengar itu, Sitang pun mengerti. Namun ada satu hal yang di khawatirkan nya, hipnotis yang Plerngfah pernah lakukan, apakah itu akan bertahan selama nya atau tidak? Bila tidak, maka antara Plerngfah melihat tanpa sadar, atau ketika Plerngfah melihat secara sadar tapi Plerngfah bisa mengontrolnya, mana yang lebih aman? Dia ingin tahu pendapat Ibu. Karena akhir- akhir ini, Plerngfah mulai bisa melihat hal aneh lagi. Dan mengetahui itu, Ibu merasa terkejut serta bingung.

Dalam perjalanan pulang. Sitang memikirkan kembali cerita Ibu dan dia teringat pada Pakboon, Melihat Sitang yang termenung, Plerngfah pun memanggil nya dan menyadarkan nya.
“Eh … belok ke kiri dari sini!” perintah Sitang, tiba- tiba.
“Apa?” tanya Plerngfah, bingung.
“Belok ke ke kiri! Belok … belok!”
“Ada apa dengan mu?” keluh Plerngfah.

Ternyata Sitang menyuruh Plerngfah untuk belok ke kiri, karena dia ingin mampir sebentar ke TK mereka dulu untuk lihat-lihat dan mengenang masa lalu.
“Mengapa kamu sangat bersemangat tentang TK ini? Haruskah kita pergi sekarang?” tanya Plerngfah.

“Bagaimana kamu tahu?” balas Sitang. “Ini adalah waktu terindah dalam hidup ku, kamu tahu? Segera setelah ini, orang tua ku meninggal. Walaupun paman sangat mengasihi ku, tapi itu tidak sama. Aku pindah ke sekolah lain, bertemu teman baru, tapi itu tidak sama dengan kebahagiaan yang aku miliki disini,” katanya, mengenang masa lalu.
“Karena tidak ada aku,” balas Plerngfah, narsis.
“Hmm!” dengus Sitang, geli.

Plerngfah kemudian mengajak Sitang untuk ikut bersama nya. Dia membantu Sitang untuk memanjat pagar sekolah dan masuk ke dalam nya. Lalu dia menarik Sitang ke halaman bermain mereka dulu.
“Mari mengenang masa lalu!” ajak Plerngfah. Dan Sitang menertawai nya. Tapi Plerngfah mengabaikannya, dan duduk diatas ayunan kecil.
“Hey! Itu akan putus!” kata Sitang, mengingatkan.
“Tidak akan kalau hanya duduk sebentar,” balas Plerngfah. Lalu dia menarik Sitang untuk duduk di sebelah nya.

Sambil menikmati suasana dulu, Plerngfah menceritakan bahwa ketika dia pindah ke sekolah lain, dia bertemu teman baru, tapi dia tidak sebahagia seperti ketika dia berada disini. Dan kali ini, giliran Sitang yang bersikap narsis, dia membalas bahwa itu karena dia tidak ada. Dan Plerngfah tersenyum geli.
“Sejak aku ke Amerika, apakah kamu ada bermain ayunan dengan pria lain?” tanya Plerngfah.
“Tidak,” jawab Sitang, jujur.
“Sangat bagus,” gumam Plerngfah, senang.
“Apa?”
“Tidak ada.”

Dengan penasaran, Sitang lalu menanyakan, apa yang Plerngfah lalukan ketika berada di Amerika. Dan Plerngfah menjawab bahwa disana dia belajar seperti anak biasa, tidak ada yang special. Dia merasa kalau segala yang di lakukan nya hanyalah kewajiban saja, dan dia berusaha melakukan yang terbaik, tapi seperti ada sesuatu yang kurang dari hidup nya. Mendengar itu, Sitang diam sambil tersenyum kecil.



“Mau bermain game?” ajak Plerngfah.
“Sekarang?! Game apa?” tanya Sitang, bersemangat.
Plerngfah berdiri dan mengangkat kedua tangan nya. Dan melihat itu, Sitang teringat akan permainan mereka dulu semasa kecil. Mereka saling memukul tangan satu sama lain, dan siapa yang jatuh duluan, dia yang kalah.


Dengan kuat dan bersemangat, Sitang memukul tangan Plerngfah. Dan Plerngfah membalas nya. Lalu seperti dulu, Sitang terjatuh ke dalam pelukan Plerngfah. Dan seperti waktu berhenti, mereka berdua terdiam. Kemudian dengan malu- malu, mereka saling bertatapan.

“Siapa!” teriak penjaga keamanan. Mendengar itu, Sitang serta Plerngfah pun buru- buru bersembunyi di dalam lorong mainan untuk menghindari si penjaga.

Kemudian setelah si penjaga menjauh, mereka pun segera pergi darisana. Sambil tertawa senang, Plerngfah dan Sitang berlari bersama. Seperti saat mereka kecil dulu.

1 Comments

  1. Terima kasih admin,, semoga bisa update sampai episode terakhir

    ReplyDelete
Previous Post Next Post