Sinopsis K-Drama : Mystic Pop-up Bar Episode 06-1
Images by : JTBC
SEMUA KARAKTER, TEMPAT, ORGANISASI, DAN
KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKTIF
MC membacakan nama pemenang
utama dari lomba tari pasangan ini adalah ….. jrengggg…. HAN KANG BAE dan KANG
YEO RIN!!!
Kang Bae dan Yeo Rin naik ke panggung dengan penuh sukacita. Mereka menerima bunga dan kotak kecil yang di berikan oleh penyelenggara. Dan isi kotak kecil tersebut adalah sebuah cincin giok
Tanpa ragu sedikitpun, Kang Bae memasangkan cincin giok tersebut kepada jari lentik Yeo Rin. Tampak sekali kalau Kang Bae sangat senang bisa memasangkan cincin pada Yeo Rin.
Pyarrr!
Semua menjadi buram saat
tangan Yeo Rin tiba-tiba berubah menjadi tangan manager Ma. Tidak hanya itu,
Manager Ma bahkan tersenyum manis dan bertingkah sok imut. Kang Bae ketakutan
dan berteriak mencari Yeo Rin.
Tapi para penonton malah berteriak menyuruh mereka berciuman. Manager Ma juga tanpa ragu sedikitpun, memegang wajah Kang Bae dan menariknya ke arahnya. Arrggggh!
Untunglah semua itu hanya mimpi. Kang Bae menceritakan mimpi anehnya itu pada Weol Ju dan Gwi, berharap mereka mungkin tahu arti mimpi tersebut. Gwi bukannya menanggapi serius malah mengartikan kalau mimpi itu menunjukkan cinta Kang Bae pada manager Ma. Hahahhaa. Kang Bae sampai shock.
“Sepertinya mimpi sebelum
lahir,” ujar Weol Ju. “Kau mendapat
cincin giok, 'kan? Ibuku bermimpi soal cincin giok sebelum aku lahir.”
Kang Bae masih tidak mengerti
dan memasang muka melongo. Ngapain dia mimpi anak orang yang mau lahir.
Episode 06
Begitu masuk kerja, Kang Bae memberitahu mimpinya tersebut pada Manager Ma dan Jin Dong. Dan tanggapan manager Ma sama herannya seperti Kang Bae dan juga tidak suka. Ngapain Kang Bae memimpikannya? Jin Dong malah menyarankan Manager Ma untuk membeli lotre, mana tahu itu pertanda.
Lagi berbincang, Manager Ma
mendapat telepon dari istrinya. Dan telepon itu membuat Manager Ma bersorak
girang. Kenapa? Istrinya memberi kabar kalau dia hamil! Wow! Jin Dong dan semua
pegawai yang ada di sana langsung bertepuk tangan dan mengucapkan selamat
padanya.
Jin Dong jadi mengaitkan mimpi Kang Bae dengan manager Ma. Kan katanya mimpi sebelum lahir bisa juga di alami orang di sekitar orang tersebut bukan? Manager Ma tambah senang karena mimpi Kang Bae membuahkan hasil positif untuknya. Karena itu, di sesi latihan tari Kang Bae hari ini, dia janji akan menyediakan makanan dan minuman tanpa batas.
Saking senangnya, manager Ma
mau memeluk Kang Bae, tapi sadar kalau Kang Bae tidak suka di sentuh, jadinya,
dia memeluk Jin Dong. Pokoknya, dia benar-benar girang!
--
Weol Ju dan Gwi dalam perjalanan menuju supermarket untuk berbelanja bahan makanan kedai. Sembari jalan, Weol Ju menanyakan Gwi mengenai apa yang ibunya mimpikan sebelum Gwi lahir? Gwi dengan bangga mulai bercerita.
Kesal, Weol Ju menyuruh bocah itu minggir, biar dia saja yang main. Tapi, pas main, Weol Ju malah gagal juga. Weol Ju tidak mau menyerah dan ingin bermain lagi. Gwi mengajaknya pergi, tapi Weol Ju menolak karena dia pasti akan mendapatkan apa yang di inginkannya. Dia malah meminta uang Gwi.
Gwi memberikan uangnya. Dan
ketika Weol Ju main, dia memperhatikan dari belakang dan memberikan pengarahan
kapan harus menurunkan capitnya. Dan… gagal juga.
Kesal, Gwi menyuruh Weol Ju minggir, biar dia saja yang main. Tapi, pas main, Gwi malah gagal juga. hahahahah. Sama aja mereka berdua, pandai teori aja.
Bukannya menyerah, mereka jadi
kecanduan memainkan mesin capit tersebut. Sudah banyak uang yang terpakai, tapi
mereka belum juga berhasil mendapatkan satu boneka pun.
Weol Ju dan Gwi beneran baru
tersadar kalau bocah itu masih ada. Bukannya memberikan bocah yang bermain,
mereka berdua malah sok menasehati si bocah untuk pulang dan mengerjakan PR.
Bocah pun pergi dengan kesal karna kedua orang dewasa tidak tahu malu itu.
wkwkwk.
--
Kang Bae dan Yeo Rin mengikuti
latihan tari pasangan dengan instruktur wanita, Chae Su Gyeong. Yeo Rin bisa
mengikuti dengan baik, tapi Kang Bae tidak bisa. Kang Bae terus menerus melihat
ke bawah dan tidak fokus karena bingung dengan gerakan kakinya. Su Gyeong
sampai harus berulang kali memarahinya untuk fokus.
Saat mereka akhirnya mereka melakukan tari pasangan, dan pada bagian Kang Bae harus menopang tubuh Yeo Rin, Kang Bae menjadi gugup. Jantungnya berdegup sangat kencang. Saking gugupnya, Kang Bae sampai menjatuhkan Yeo Rin ke lantai.
Yeo Rin tentu kesal. Tapi, dia mengira jantung Kang Bae berdegup kencang karena jarang olahraga. Jadi, nari sedikit sudah capek. Kang Bae membenarkan hal itu sambil menekankan ‘tidak ada alasan lain.’
Su Gyeong menengahi mereka. Dia menyudahi latihan Yeo Rin, sementara Kang Bae di minta untuk berlatih selama 30 menit lagi bersamanya. Kang Bae menolak untuk latihan tambahan karena merasa dia tidak memerlukannya.
“Kau sangat memerlukannya. Bila
seperti ini, kau tak bisa pentas. Cara satu-satunya hanya berlatih. Setidaknya
kau bisa menari lebih baik dengan berlatih. Banyak hal lain tak bisa begitu
meski sudah berusaha keras,” ujar Su Gyeong.
Kalimat terakhir Su Gyeong
membuat Kang Bae bingung, tapi melihat ekspresi sedih Su Gyeong, Kang bae tidak
bertanya lagi dan bersedia latihan tambahan.
--
Weol Ju dan Gwijadi gembel, euy. Mereka baru berhenti main saat
semua uang mereka sudah habis. Uang untuk belanja juga tergunakan untuk main
mesin capit. Mau pergi belanja juga tidak ada uang dan Weol Ju lupa membawa
kartu kreditnya. Mau balik ke kedai untuk ambil uang, rasanya buang waktu.
Karena itu, mereka memutuskan untuk meminjam uang Kang Bae saja.
--
Gwi dan Weol Ju tiba di tempat Kang Bae latihan tari. Dari kaca pintu, mereka melihat Kang Bae yang berusaha keras menghindari sentuhan Su Gyeong. Dia beralasan meminta pengajaran tari dasar karena dia sedikit lupa. Itu agar dia tidak perlu bersentuhan.
Gwi merasa segan untuk masuk karena Kang Bae lagi fokus latihan, tapi Weol Ju ngotot mau masuk. Dia membuka pintu tiba-tiba, membuat Su Gyeong terkejut dan kehilangan keseimbangan hingga terjatuh ke depan Kang Bae dan akhirnya menyentuh tubuh Kang Bae.
“Sekeras apa pun usahaku, aku
tak hamil. Aku sudah mendapat perawatan kesuburan selama dua tahun. Hari ini adalah
hari pertama aku bekerja setelah berhenti berharap,” ceritanya.
“Kau telah berjuang keras
selama dua tahun,” komentar Weol Ju dan duduk di depan Su Gyeong, bersiap
mendengarkan permasalahannya.
“Pada awalnya, aku tidak
menyangka bahwa pengobatan tersebut sangat menyulitkanku. Itu semua karena aku
yakin nantinya aku akan hamil. Aku bahkan berhenti kerja dan fokus sepenuhnya
pada perkataan dokter untuk mendapatkan anak. Tak lama setelah itu, keajaiban
terjadi.”
Sejak
awal menikah, Su Gyeong dan suaminya, In Ho, sudah menjalani program hamil.
Mereka berusaha keras demi bisa mendapatkan anak.
Dan
akhirnya, impian itu terkabul. Su Gyeong hamil. Sukacita melingkupi keluarga
mereka.
“Saat itu, aku merasa memiliki seluruh
dunia dalam genggamanku. Aku menjadi percaya bahwa kerja keras ternyata memang
membuahkan hasil.”
Su Gyeong mulai menyiapkan barang-barang untuk bayi nya. Tapi, suatu hari, Su Gyeong tanpa sengaja terjatuh ketika mengangkat keranjang bayi. Dan saat itu, perutnya terasa sangat sakit. Dia keguguran.
End
“Semua adalah salahku. Apa
karena aku terlalu ceroboh sampai hal ini terjadi? Mungkin karena aku terlalu
lemah untuk hal ini. Mungkin dari awal, aku tak boleh menjadi seorang ibu,”
tangis Su Gyeong.
“Suami dan dokterku juga
mengatakan itu. Ini bukan kesalahan siapa pun. Namun, aku tak bisa terima. Aku
merasa seperti pecundang. Aku hanya ingin menjadi seorang ibu.”
Su
Gyeong memberitahu In Ho kalau dia ingin mulai menjalani program hamil lagi. In
Ho sedikit keberatan karna Su Gyeong baru saja keguguran dan harusnya menjaga
kesehatan terlebih dahulu. Sayangnya, Su Gyeong tidak mau mendengarkan dan
ngotot ingin memulai program hamil lagi.
Tapi, semua tidak berjalan mulus. Usaha mereka untuk memilik anak terus menerus gagal. Dan itu menjadi beban tersendiri bagi Su Gyeong. Psikisnya menjadi tertekan dan dia sering sekali menangis. In Ho juga tidak tahu harus bagaimana menghibur Su Gyeong.
“Aku tak tahu bagaimana air mataku bisa terus
mengalir. Setelah dua tahun berlalu, aku dan suamiku mulai lelah.”
Karna tertekan tidak kunjung hamil, Su Gyeong menjadi emosian. Saat dia hendak pergi ke minimarket untuk membeli pembalut dan In Ho mau menemani, Su Gyeong malah menyingkapi dengan negatif. Dia mengira In Ho ingin ikut dan membelikannya banyak pembalut karna dia tidak bisa hamil. Padahal, bukan itu yang In Ho pikirkan sama sekali.
“Su-gyeong,
aku tahu kau lelah, tapi kita sudah tahu ini akan sulit,” tenangkan In Ho.
“Benar!
Kau tahu ini akan sulit, jadi, kau anggap ini bukan hal besar. Ternyata hanya
aku yang sangat ingin punya anak. Hanya aku! Menyebalkan sekali,” teriak Su
Gyeong.
--
In
Ho tampak sedih melihat perut Su Gyeong yang penuh dengan bekas suntikan untuk
program hamil. Dan karena itu, dia mengemukakan kekhawatirannya kalau dia takut
Su Gyeong akan hancur jika mereka terus berusaha.
“Tidak.
Kau sudah mulai lelah. Tubuh dan perasaanmu, semuanya. Su-gyeong. Yang
terpenting untukku adalah kita. Kita yang utama, lalu bayi kita. Kita sudah
berjuang selama dua tahun. Apa belakangan ini kita pernah tersenyum? Apa kita
pernah bercengkerama lagi? Aku tak lagi menginginkan bayi jika harus melihatmu
menderita begini.”
“Aku
juga sangat lelah dan takut. Aku juga merasa bersalah padamu. Mengapa kita tak
bisa seperti pasangan lain? Aku cemas akan banyak hal,” ujar Su Gyeong, mulai
menangis.
“Jangan
konyol. Kita bisa hidup berdua saja seperti ini. Benar, 'kan? Walau sulit untuk
kita berdua, kita akhiri saja. Ayo berhenti berusaha,” pinta In Ho, tulus demi
Su Gyeong.
Malam
itu, mereka menangis bersama.
End
“Walau sudah berjanji padanya, aku
tetap berpikir apa ini yang terbaik.”
“Tentu tak mudah untuk
menyerah. Perasaan dan keinginan tidaklah mudah untuk dihentikan begitu saja,”
komentar Weol Ju.
Su Gyeong tersadar kalau dia sudah terlalu banyak bercerita. Dia meminta maaf pada mereka. Weol Ju tidak mempermasalahkannya. Dengan bercerita, Su Gyeong baru bisa lega.
Tidak hanya itu, Weol Ju
memberikan kartu nama kedai mistis. Kapanpun Su Gyeong merasa sedih, jangan
menahannya dan datang saja ke tempatnya. Dia akan mendengarkan ceritanya. Su
Gyeong tersenyum dan berterimakasih.
--
Dalam perjalanan pulang, Gwi,
Weol Ju dan Kang Bae, membicarakan mengenai masalah Su Gyeong. Kang Bae merasa
kasihan karna Su Gyeong yang penuh karisma saat mengajar ternyata mempunyai
masalah seperti itu. Dia ingin memberikan mimpinya pada Su Gyeong kalau bisa,
tapi manager Ma sudah mengambilnya.
“Mimpi tentang cincin giok itu?”
tanya Gwi, memastikan. “Apa mimpi sebelum lahir bisa dengan mudah diberikan? Samsin
hanya memberikan mimpi itu setelah memutuskannya,” lanjutnya.
Dan ucapan Gwi, membuat Weol Ju
terpikir sesuatu. Dia menyuruh Gwi dan Kang Bae yang duluan ke kedai sementara
dia harus pergi ke suatu tempat. Tanpa menjelaskan apapun, Weol Ju langsung
kabur.
--
Awalnya, Weol Ju menggedor
pintu dan berteriak memanggil nama Samsin, tapi tidak ada respon. Dan pas pintu
di tarik, ternyata tidak terkunci, jadinya, Weol Ju langsung masuk saja. Dia ke
kamar Samsin, tapi kosong. Jadi, Weol Ju mencari ke ruang mimpi sebelum lahir.
Di dalam ruang itu, Samsin sedang fokus bermain mesin capit. Bukan mesin capit sembarangan. Di dalam mesin itu, ada bola-bola yang berisi berbagai benda/hewan/tumbuhan yang semuanya merupakan mimpi pertanda untuk kelahiran.
Saat Weol Ju datang menyapa, Samsin memarahinya karna sudah mengganggu kosentrasi. Dia ini sedang melakukan pekerjaan besar dan penting. Jadi, jangan di ganggu. Kemampuan Samsin cukup bagus dalam bermain mesin capit. Dia berhasil mendapatkan satu buah bola mimpi. Weol Ju bersorak-sorak memujinya. Tujuannya karena dia ingin meminta bantuan Samsin.
Samsin sudah tahu kalau Weol Ju
datang meminta bantuan. Karena memang hanya itu tujuan Weol Ju datang. Karna
dia sekarang sedang sibuk, dia menyuruh Weol Ju menunggu saja dia punya waktu
mendengarkan. Weol Ju bukan orang yang mudah menyerah dan malah mengikuti
Samsin pergi membawa bola mimpi untuk seorang wanita.
Samsin tiba di
taman yang di kelilingi dengan banyak daun-daun berguguran. Dan di sampingnya
ada Weol Ju yang mengikuti. Weol Ju benar-benar tampak berusaha keras menjilat
Samsin. Dia terus memanggilnya ‘eonni’ dan berbicara sok imut.
Akhirnya, wanita yang di cari Samsin ketemu. Dia memanggil wanita berambut pendek itu untuk mendekat dan menyuruhnya mengulurkan tangan. Begitu wanita itu mengulurkan tangan, Samsin meletakkan bola mimpi ke tangan wanita itu dan bola mimpi berubah menjadi 2 buah kacang kenari. Itu adalah anak wanita itu.
Eh, tidak tahu malu, wanita itu malah menanyakan jenis kelamin anak yang akan di dapatkannya. Samsin mana tahu karena wanita itu harus melahirkan baru bisa tahu. Wanita itu tidak menyerah dan malah meminta tukar biar dapat anak perempuan.
“Mana bisa mimpi
ditukar seperti itu? Manusia sekarang terlalu banyak mau. Lupakan itu. Terima
yang kuberikan,” teriak Samsin, kesal!
--
Samsin sudah selesai kerja memberikan mimpi pertanda kehamilan. Dan kini, dia hendak bersantai menikmati kopi yang di beli dari truk kopi. Weol Ju masih mengikutinya dan bahkan mentraktir beli kopi. Tidak hanya itu, Weol Ju juga memberikan kupon kopinya.
“Bukan sesuatu
yang besar. Bisakah berikan aku satu mimpi saja?”
“Karena saat ini
banyak anak muda yang tidak ingin punya anak, banyak sisa kapsul mimpi, 'kan? Kau
bisa memberi satu padaku. Ada satu pasangan yang butuh bantuan.”
“Butuh bantuan? Siapa
nama mereka?”
“Chae Su-gyeong
dan Kang In-ho.”
Samsin segera
memeriksa daftar nama mereka di tablet kerjanya, “Mari kita lihat. Pasangan ini
belum diberkahi anak.”
“Kalau dia sudah
dikaruniai, aku tak mungkin minta bantuanmu. Bisakah kau berikan?”
“Hei! Apa kapsul
mimpi sebelum lahir semacam permainan kartu? Bagaimana bisa melakukan itu?”
tolak Samsin. “Semua orang tua diberkahi anak pada waktunya. Waktunya belum
tiba.”
“Kalau begitu,
waktunya kapan? Setidaknya beri tahu itu.”
“Tak ada yang
tahu kecuali yang di atas.”
“Yang benar saja.
Mana mungkin begitu? Bila pasangan sudah sangat siap menjadi seorang ayah dan
ibu, kapan waktu tepat untuk mereka? Anak diberikan kepada yang tak siap. Surga
tak bekerja benar,” gerutu Weol Ju.
Tapi, mau apapun
yang Weol Ju katakan, Samsin tidak berniat membantu sama sekali.
--
Gwi dan Kang Bae bekerja di luar kedai. Kang Bae membagikan kartu nama kedai mistis sementara Gwi menyapu dedaunan yang ada di depan kedai.
Dan tidak jauh dari sana, seorang pria berjaket hitam, memperhatikan dari balik pohon. Dia adalah pria yang sama, di masa lalu Weol Ju dan Putra Mahkota, yang ada di akhir episode 05. Yang memandang Weol Ju dengan tatapan jahat.
Dulu,
di masa lalu, Putra Mahkota pernah mempertemukan Weol Ju dengan pria itu. Pria
itu adalah teman terdekatnya Putra Mahkota yang bernama Kim Won Hyung. Dia juga
memberitahu Weol Ju kalau Won Hyung adalah orang yang dapat di percaya sehingga
Weol Ju tidak perlu merasa cemas.
“Gadis
ini adalah Weol-ju. Dia gadis yang sempat kuceritakan. Bagaimana? Cantik,
bukan?” kenalkan Putra Mahkota, tersenyum bahagia.
“Benar
katamu. Setelah melihat langsung, aku tahu alasan kau sangat menyukainya,”
balas Won Hyung.
“Seperti
dugaanku, kau memang mengerti perasaanku,” ujar Putra Mahkota, senang.
End
Dan siapa kah yang merupakan
Putra Mahkota, pria yang di cintai Weol Ju di masa lalu? Gwi atau Kang Bae?
--
Weol Ju beneran kesal karena
Samsin tidak mau memberikan kapsul mimpi sebelum lahir. Saking kesalnya, dia
berniat mencuri kapsul itu. Gwi melarang dengan tegas karena kalau mencuri
kapsul mimpi adalah pencurian kelas berat. Kang Bae setuju dengan Gwi karena
itu berbahaya. Sedangkan dulu saat dia mencuri ssangapju, Weol Ju udah sangat marah hingga mau membunuhnya.
(Btw, Kang Bae sampai sekarang
manggil Weol Ju itu dengan panggilan ‘imo-nim’ yang sama artinya seperti
‘bibi’).
Lagi berbincang, datanglah
Yeom. Dia curiga melihat gelagat aneh Weol Ju cs dan memperingati mereka untuk
tidak membuat rencana aneh di belakangnya. Usai itu, Yeom mulai menunjukkan
niatnya datang berkunjung. Lagi dan lagi, dia mau meminta tolong Weol Ju cs
untuk menangkap roh yang kabur.
Kali ini, dengan tegas Weol Ju
menolak membantu menangkap roh jahat. Dia sudah sangat sibuk. Yeom tidak
menyerah dan memberitahu kalau roh jahatnya ada di dekat sini. Gwi jadi
khawatir dan berniat membantu. Tapi, Weol Ju melotot pada mereka berdua,
jadinya mereka langsung mingkem.
--
Kang Bae diam-diam berlatih tariannya di dalam ruang ganti. Dan saat melakukannya, dia malah terbayang seolah Yeo Rin mengenakan gaun merah dan rambut tergerai, menari di sampingnya. Sangat cantik.
Arggh! Yang ada di sampingnya
bukan Yeo Rin tapi Jin Dong. Melihat gelagat aneh Kang Bae yang bahkan menyebut
nama Yeo Rin, Jin Dong tahu kalau Kang Bae beneran menyukai Yeo Rin. Apalagi,
Kang Bae malah memuji Yeo Rin manis, feminim dan cantik. Padahal di mata orang
umumnya, Yeo Rin sangat galak.
Walau begitu, Jin Dong
menyemangati Kang Bae untuk berhasil dan mungkin bisa pacaran dengan Yeo Rin
nantinya. Membayangkan hal itu saja sudah menbuat Kang Bae sangat senang.
--
Dan karna itu, Kang Bae mulai semakin mendekati Yeo Rin. Dia memberitahu kalau dia sudah latihan dan tariannya sudah sedikit lebih baik.
“Kau tak bisa agak lebih baik. Kau
tahu target kita, 'kan? Juara pertama,” tegas Yeo Rin.
“Benar, juara pertama.”
“Ada apa?”
“Untuk menjadi juara pertama tak
hanya harus bagus menari, tapi kostum juga penting,” alasan Kang Bae.
--
Kang Bae membawa Yeo Rin ke
toko baju untuk mencari baju tari pasangan. Yeo Rin mencoba berbagai jenis baju
yang tersedia. Dan semuanya membuat Kang Bae terpesona. Tahulah kalau baju
tarian biasanya sedikit terbuka. Yeo Rin sedikit canggung mengenakan baju-baju
seperti itu. Tapi, Kang Bae memujinya sangat cantik. Yeo Rin tampak tersipu
mendengarnya.
Sekarang giliran Kang Bae yang mencoba baju tari prianya. Kang Bae sedikit malu karna bajunya cukup terbuka juga. Tapi, pemilik toko memuji mereka yang serasi dan bahkan menawarkan untuk memtoret mereka berdua.
--
“Aku baru ingat,” seru Kang
Bae, setengah berteriak. “Aku kebetulan mendapat tiket gratis menonton bioskop dan
aku harus gunakan hari ini. Tunggu, kebetulan ada dua tiket. Bagaimana ini?”
Tags:
Mystic Pop-up Bar