Sinopsis K-Drama : Mystic Pop-up Bar Episode 08-2


Sinopsis K-Drama : Mystic Pop-up Bar Episode 08-2
Images by : JTBC
SEMUA KARAKTER, TEMPAT, ORGANISASI, DAN KEJADIAN DALAM DRAMA INI ADALAH FIKTIF

Tujuan Gwi dan Weol Ju menemui hantu Penyihir Es hanya untuk menanyakan ending novel Rayuan Juliet. Mereka tidak akan mengganggu ataupun berusaha mengusir hantu itu dari apartemen tersebut. Hantu itu bernama Shin Bo Ra dengan nama pena ‘Penyihir Es.’

Bo Ra bersikap dingin dan sinis pada mereka. Tapi, ketika mendengar suara pengantara paket, wajahnya berubah ceria dan langsung keluar apartemen. Tapi, berubah murung lagi saat melihat wajah kurir bukan wajah orang yang di tunggunya.
Tahu kalau ada sesuatu dengan kurir, Weol Ju meminta Kang Bae menanyakan kepada ahjumma apakah ada paket untuk kamar ini? Dan ada banyak.
Pas di bongkar, isinya hanyalah barang-barang kecil yang harganya jauh lebih murah dari ongkir. Ada cermin, ada gunting kuku dan sejenisnya. Jelas, Bo Ra membeli barang-barang tersebut bukan karna membutuhkannya, tapi karena tujuan lain.

Kang Bae berusaha membujuk Bo Ra agar mau bercerita karna mereka hanya ingn membantu. Dia juga memperkenalkan Weol Ju dan Gwi sebagai pakar penuntasan dendam. Mendengar itu, Bo Ra mulai mau menceritakan masalahnya.

Flashback
Shin Bo Ra adalah penulis novel Internet berlabel 19 tahun ke atas dengan nama pena Penyihir Es. Karena punya penyakit jantung, Bo Ra jarang keluar rumah dan tidak punya banyak teman juga. Namun, dia merasa senang saat menulis. Saat menulis, dia bisa pergi kemanapun dan bahkan berpacaran dengan mesra dalam dunia imajinasinya.
Hingga suatu hari, pria itu datang ke dalam kehidupannya. Seorang pengantar paket.

Orang itu mengantarkan air minum. Tapi, tanpa sengaja malah keseleo. Dengan baik, Bo Ra menawarkan koyo pada pria tersebut. Dan terjadilah cinta ada pandangan pertama. Bo Ra mulai sering memesan ini itu dan setiap kali pria itu yang mengantarkan paket, dia selalu memberikan minuman dan makanan.



Pria itu bernama Do Yeong. Hubungan mereka makin dekat hingga makan siang bersama di sebuah resto. Do Yeong memuji Bo Ra yang hebat karena adalah seorang penulis. Dia juga menanyakan genre tulisan Bo Ra.
“Kau bisa katakan bahwa ceritaku mendekati genre romansa. Aku menulis cerita seperti Romeo and Juliet,” bohong Bo Ra, malu mengakui kalau dia menulis novel dewasa.
“Astaga. Seperti yang kuduga, seleramu juga sangatlah elegan. Aku juga ingin membaca cerita yang kau tulis di kemudian hari.”
Bo Ra malu membahasnya hingga dia mengalihkan topik dengan membahas makanan. Do Yeong tidak curiga.
“Bolehkah kita sering bertemu untuk makan seperti ini? Tentu di luar rumah,” tanya Do Yeong, secara tidak langsung, menyatakan perasaannya. Dan tentu saja, Bo Ra bersedia.
--
Suatu hari, Do Yeong datang ke apartemen Bo Ra tanpa mengetuk pintu. Dia sudah menyiapkan sebuah hadiah. Tapi, tanpa sengaja dia malah mendengar suara Bo Ra berteleponan di dalam kamar.
“Kurir paket? Tentu saja peluangnya nihil. tapi dia terus mengejar sampai akhirnya terasa menyebalkan. Benar. Tentu saja. Itu pasti,” ujar Bo Ra, tanpa sadar kalau Do Yeong ada di depan pintu.
Do Yeong sudah salah paham, mengira Bo Ram membicarakan dirinya, akhirnya memilih pergi.
“Walau pada awalnya Juliet terus menjauhkan Romeo, dia akhirnya goyah karena cintanya yang tak berubah pada Romeo. Cinta tulus seorang pria mengubah kehidupan seorang wanita. Tidakkah itu keren? Bu Editor, aku ada janji dengan pacarku, jadi, aku pergi dulu,” akhiri Bo Ra.
Bo Ra sudah selesai teleponan, tapi heran kenapa Do Yeong belum datang juga.
End
“Setelah itu, aku tak bisa menghubunginya. Dia ganti nomor telepon dan orang lain mengambil alih rutenya. Sepertinya dia salah paham pada ucapanku saat itu,” cerita Bo Ra.
“Astaga. Lebih baik kau mengatakan sejujurnya dari awal kepadanya.”
“Aku sama sekali tak bisa memberitahunya bahwa aku adalah Penyihir Es, penulis dari Rayuan Juliet. Aku malu. Aku takut dia akan berpikir aku aneh.”
“Tidak. Menurutku, dia akan tetap menyukaimu. Bila kau menyukai seseorang dengan tulus, kau akan melihatnya tetap cantik, keren, dan manis,” pendapat Kang Bae.
“Walau aku terlihat hebat dalam cinta di tulisanku, aku belum pernah dicintai sepenuhnya. Aku tak percaya diri. Walau aku akhirnya meninggal, aku ingin Do-yeong tidak salah paham lagi. Dia adalah orang pertama yang kusukai dan orang yang spesial untukku. Aku tak mau putus hubungan seperti ini.”
“Kau padahal berhasil menulis karakter Juliet dengan sangat keren, tapi ternyata kau bodoh juga. Cinta membuatmu tak bisa meninggalkan dunia ini,” komentar Weol Ju.
“Bagaimana kami bisa membantumu?”
“Bila dia tahu tentang ceritaku, mungkin dia tak salah paham lagi. Apalagi bab terakhir aku tulis sambil memikirkan Do-yeong. Aku harap kau bisa berikan cerita itu kepada Do-yeong.”
Dan di mulailah misi untuk membantu Bo Ra.
--

Weol Ju dkk memindahkan kedai mistis ke depan jasa kurir tempat Do Yeong bekerja. Mereka juga menyediakan menu roti bakar khusus siang hari. Do Yeong sebenarnya tidak mau mampir ke kedai tersebut, tapi kedai Weol Ju dkk menghalangi mobilnya untuk lewat. Dia tambah malas untuk makan di sana karna Weol Ju dkk mengenal Bo Ra dan memberikan novel Rayuan Juliet untuk Do Yeong baca.



Do Yeong sudah mau pergi, tapi perutnya malah berbunyi lapar. Dan Kang Bae serta Gwi juga menyuruhnya untuk makan dulu karna pasti lapar. Weol Ju juga langsung membuatkan roti bakar spesial untuknya. Rasanya enak, sesuai selera Do Yeong. Terakhir, mereka memberikan susu yang sudah di campur dengan ssangapju. Tanpa curiga, Do Yeong meminum susu itu dan mulai mengantuk.

Do Yeong berada di kursi penonton dan di hadapanya ada sebuah panggung besar. Di atas panggung ada Kang Bae, Weol Ju dan Gwi yang memainkan drama ‘Rayuan Juliet’ berdasarkan novel yang Bo Ra tulis.
Menuju akhir cerita, Juliet malah hendak menikahi Montaque, ayah dari Romeo. Padahal Romeo sudah berkorban dan mau menjadi kurir pengantar paket.

Ending dari cerita tersebut adalah, saat Romeo memutuskan untuk bunuh diri dengan minum racun. Saat itu, Juliet yang mengenakan pakaian pengantin kembali pada Romeo. Dia menghentikan Romeo meminum racunnya.
“Juliet, kenapa kau ada di sini? Bukankah ini hari pernikahanmu?”
“Hanya ada satu pria yang seharusnya berada di sampingku dengan gaun ini. Itu hanyalah kau, Romeo. Awalnya ini semua karena uang. Aku merencanakan ini dengan Ayah untuk masuk ke dalam keluargamu dan mengambil alih bisnis Montague. Namun, Romeo, kau telah membuat jantungku berdetak lagi.”
“Juliet. Kau seharusnya lebih cepat memberitahuku semua ini. Aku sangat tersiksa karena kau.”
“Aku tak bisa mengatakannya padamu. Aku takut kau akan membenciku nanti. Namun, kini aku ingin jujur kepadamu. Aku berjanji. Romeo. Aku... mencintaimu,” ujar Juliet.
“Aku juga... mencintaimu...  apa adanya,” balas Romeo.
Dan begitulah akhir dari kisah ‘Rayuan Juliet.’
Melihat drama itu, Do Yeong jadi tersadar sesuatu. Kisah mengenai kurir paket dan Juliet, bukankah itu untuknya dan Bo Ra?
--
Weol Ju dkk membawa Do Yeong ke apartemen Bo Ra. Mereka sudah menjelaskan kalau arwah Bo Ra masih ada di dalam apartemen, menunggu kedatangan Do Yeong.

Dengan hati sedih, Do Yeong menekan bel pintu apartemen. Pintu terbuka. Tidak terlihat siapapun. Tapi, di dalamnya ada arwah Bo Ra yang sudah menantinya. Do Yeong benar-benar menyesal karena sudah datang terlambat dan merasa bodoh karena mementingkan diri sendiri.
Karena Bo Ra tidak bisa berkomunikasi lagi dengan Do Yeong, maka Weol Ju yang menjadi perantara dan menyampaikan apa yang Bo Ra katakan. Bo Ra merasa semua adalah salahnya karena sudah merasa malu untuk menunjukkan karya-nya kepada Do Yeong.
Do Yeong memuji karya Bo Ra yang begitu bagus. Dia sangat menyesal karena sudah terlambat mengatakan semuanya. Do Yeong menunjukkan kotak kado hadiah yang waktu itu hendak di berikannya pada Bo Ra.
“Aku membeli ini untukmu. Sambil memberikan ini, aku ingin mengatakan bahwa aku sangat menyukaimu. Tapi, aku malah berpikir kau orang jahat hingga membencimu karena salah paham. Bisakah kau memaafkanku?” tanya Do Yeong, menangis.
“Aku tak peduli jika kau berpikir aku jahat,” ujar arwah Bo Ra.
“Yang lebih penting, aku tak mau kau hidup penuh rasa sakit hanya karena salah paham. Itu saja yang kukhawatirkan. Kau adalah orang yang telah menerima cinta tulus dari orang lain. Kau juga orang hebat yang memberiku begitu banyak kenangan indah. Jangan lupakan itu,” ujar Weol Ju menyampaikan pesan Bo Ra pada Do Yeong.

Bo Ra bisa mengambil hadiah dari Do Yeong (bukan jadi melayang, tapi jadi kayak bayangan hadiah gitu lah) dan memakainya di rambutnya. Dia menatap Weol Ju dan berterimakasih karena Weol Ju sudah mau mendengarkan ceritanya. Jika saja saat hidup dia mempunyai teman yang mau mendengarkan ceritanya seperti ini, hidupnya pasti lebih menyenangkan. Dan karena Weol Ju, kini dia bisa pergi dengan tenang.
Apa yang Bo Ra inginkan sudah tercapai dan karna itu, dia bisa dengan tenang pergi ke Alam Baka.
“Setiap manusia memang butuh seseorang untuk mendengarkan ceritanya,” gumam Weol Ju dengan sorot wajah penuh kesedihan.

Flashback
Weol Ju melakukan tugasnya menenangkan para arwah yang ada di mimpi Putra Mahkota. Suatu malam, setelah menyelesaikan tugasnya dan hendak pergi, Putra Mahkota mendadak bangun dan menahan tangannya. Weol Ju begitu ketakutan dan menundukkan kepala. Putra Mahkota tidak marah melihat wanita asing ada di sampingnya, melainkan merasa bahagia karna bisa melihat wajah Weol Ju yang suaranya menenangkan mimpinya setiap malam.
“Aku ingin melihat wajahmu. Berkat dirimu, setiap hari aku merasa lebih tenang.”
“Aku senang mendengarnya. Karena kau sudah tenang, lebih baik aku…,” ujar Weol Ju sembari berdiri dan hendak pergi.
Tangan Putra Mahkota lebih cepat dalam menahannya, “Aku berterima kasih bila kau mau mendengarkan ceritaku sekarang.”
“Namun, aku menerima perintah untuk tak berbicara denganmu,” jawab Weol Ju sambil cegukan karna begitu terkejut.
“Kita hanya berdua di sini. Aku tak akan memberi tahu siapa pun.”
“Itu benar, tapi tetap saja…,” ucapan-nya terhenti karena cegukan. Dan Putra Mahkota tertawa manis padanya.
--


Sejak itu, setiap malam, walau Putra Mahkota sudah tidak bermimpi buruk, Weol Ju tetap datang. Hubungan mereka semakin lama semakin dekat. Binar di mata Putra Mahkota menunjukkan cintanya pada Weol Ju.
--
Suatu malam, mereka berjalan di dekat sebuah jembatan.
Putra Mahkota membentuk huruf O dengan jari telunjuk dan jempolnya, mendekatkannya ke mata untuk melihat bulan purnama.
“Weol-ju. Kau tahu bahwa kau mirip bulan?”
“Apa maksudmu?”

“Bulan bersinar sangat terang dan kecil hingga muat di antara jemariku, tapi aku takkan pernah bisa membawanya pulang. Kapan pun kulihat, aku kagum sekaligus putus asa. Bulan juga hanya bisa dilihat pada malam hari,” ujar Putra Mahkota.
Pertemuan mereka berakhir karna Won Hyung datang. Won Hyung selama ini membantu Putra Mahkota agar bisa keluar saat malam dari Istana. Setiap malam, Putra Mahkota akan beralasan kalau dia keluar untuk bertemu dengan Won Hyung padahal tidak.
Dan Won Hyung juga yang setiap malam menemani Weol Ju menunggu Putra Mahkota. Dan setelah bertemu, Won Hyung yang akan mengantar pulang Weol Ju.
--

Hubungan Weol Ju dan Putra Mahkota pada akhirnya ketahuan oleh Ibunda Ratu. Seperti yang bisa di tebak, hubungan mereka di tentang habis-habisan. Jika dia melihat wajah Weol Ju lagi, maka Weol Ju tidak akan bisa kembali hidup-hidup.
--
Weol Ju mulai menjaga jarak dengan Putra Mahkota. Dia tidak lagi menemuinya. Akan tetapi, dia tidak mampu melupakan Putra Mahkota. Begitu pula dengan Putra Mahkota.
Karna itu, suatu malam, Putra Mahkota dengan berani datang ke kediaman Weol Ju menemuinya. Weol Ju senang tapi di satu sisi takut. Jika Putra Mahkota menemuinya, entah apa yang akan terjadi padanya dan ibunya.

“Apa aku yang harus melindungi negara tak bisa melindungi gadis yang kucintai? Percayalah padaku. Apa pun yang terjadi, aku akan melindungimu,” janji Putra Mahkota dan memeluk Weol Ju dengan erat.
Pelukan itu, di balas oleh Weol Ju. Mengira semua akan baik-baik saja.
--
Dan akhirnya tiba malam dimana rumah Weol Ju di bakar dan ibunya di bunuh.
Ingat saat Weol Ju batal menemui Putra Mahkota dan Won Hyung ada di dekat sana memperhatikan mereka?
Ternyata, Weol Ju sempat berbalik dan melihat Won Hyung. Dia segera berlari padanya dan memohon pertolongannya. Ibunya sudah di bunuh. Namun, dia malah melihat luka di pergelangan tangan Won Hyung.
“Ini dari luka yang kudapat saat bertarung di area rumahmu tadi. Saat aku kembali, rumahmu telah dibakar habis. Dan ibumu...”
“Mereka pasti ingin membunuhku. Ibu terbunuh menggantikan aku,” tangis Weol Ju.
“Kau harus segera lari dari sini.”
“Biarkan aku bertemu Yang Mulia. Aku mohon padamu.”
“Kau tak bisa bertemu Pangeran lagi.”
“Apa? Apa maksudmu?”
“Yang Mulia... akan menikahi wanita pilihan ibunya. Dia ingin bertemu denganmu untuk kali terakhir malam ini untuk mengatakan itu,” beritahu Won Hyung, entah itu kebenarannya atau bukan.
Tapi, ucapannya itu memberi pukulan berat bagi Weol Ju. Orang terakhir yang di harapkannya, malah mengkhianatinya (mungkin itulah yang Weol Ju pikirkan saat itu).
End

Dan karna ingatan akan masa lalu tersebut, walau mereka sukses membantu Bo Ra dan mencapai 99997 kasus, hal itu tidak membuat Weol Ju bahagia. Dia malah memilih untuk minum soju. Yang di lakukannya membuat Gwi dan Kang Bae heran, apa dia tidak merasa bangga sudah membantu Bo Ra?
“Apa kau bangga? Aku merasa ini lucu. Selama 500 tahun aku bekerja di bidang ini, aku sadar akan satu hal. Setiap manusia di Bumi ini bisa bertahan hidup bila ada satu orang yang mau mendengarkan ceritanya. Namun... aku tak punya. Semua orang memalingkan wajahnya, menutup telinganya, dan hanya mengecam aku dari segala penjuru. Salah satu orang yang paling kupercayai telah meninggal lebih dulu. Orang yang lain telah mengkhianatiku. Namun setelah meninggal, aku mendengarkan cerita banyak orang hingga mendapat kata terima kasih. Bukankah itu lucu?” cerita Weol Ju, terdengar sedih dan penuh kepedihan.
“Tidak, itu sama sekali tak lucu. Itu membuatku bangga. Aku... benci dengan kemampuan membuat orang lain bercerita padaku. Aku pikir itu adalah kutukan. Ketika hanya mendengar tanpa bisa membantu, perasaanku terus tersiksa. Namun, kau membantu mereka. Setiap kau membantu orang lewat bisnis kedai ini dan setiap angka target naik, aku sangatlah bangga padamu,” pendapat Kang Bae.
“Kau selalu pintar berbicara bila ingin membantahku,” sedikit terhibur.
“Begitukah? Beri tahu aku kapan pun kau butuh pendengar. Aku akan mendengarkanmu,” lanjut Kang Bae.
“Aku juga,” ujar Gwi.
Weol Ju tampak lebih bahagia mendengar ucapan mereka berdua itu. Dia menutupi kebahagiaannya dengan menyuruh mereka untuk pulang saja. Gwi tahu kalau Weol Ju butuh waktu sendiri, jadi dia membawa Kang Bae yang belum mau pulang, bersamanya.
--
Kang Bae dan Gwi berjalan bersama. Gwi mengantarkan Kang Bae hingga ke rumahnya karena khawatir Kang Bae akan melihat hantu di jalan. Sambil jalan, dia menanyakan rencana Kang Bae jika bertemu Yeo Rin besok saat masuk kantor. Kang Bae jadi kesal karena dia sudah hampir lupa tapi Gwi malah membuatnya teringat lagi.
Di belakang mereka, Won Hyung mengikuti. Sepertinya, dia sudah mau menyerang mereka karna aura hitam sudah keluar dari tubuhnya. Dan rencananya berhenti karena seseorang memegang bahunya.

Orang itu adalah Yeom.
“Ayah,” ujar Won Hyung, terkejut! omo!!! Yeom adalah ayah dari Won Hyung.
Gwi juga tampak ingin menanyakan sesuatu pada Kang Bae, namun mengurungkan niatnya.
--

Weol Ju keluar dari dalam tenda kedai mistis. Dia melihat sekeliling dan kemudian menatap ke langit. Malam ini adalah bulan purnama.
“Hei, Bulan. Kau juga sudah bekerja keras. Pasti sudah banyak manusia yang memohon sesuatu kepadamu. Namun, apa kau tahu? Kau dan aku serupa.”
--

Gwi dalam perjalanan pulang ke kedai. Dia juga melihat ke langit. Bulan purnama yang bersinar terang, membuat Gwi mengangkat tangannya. Sama seperti Putra Mahkota dia membentuk O dengan jempol dan telunjuk, melihat bulan dari lubang itu.
Sama seperti permukaanmu yang terus berbekas, hatiku terus-menerus membenci dan merindukannya. Semua perasaan ini harus kulupakan agar aku tak menderita lagi. Namun, itu tak mudah.

Tidak hanya Gwi, Kang Bae juga melakukan hal yang sama. Sama seperti Putra Mahkota. Membentuk huruf O dengan jari jempol dan telunjuknya, melihat bulan dari dalamnya.
Rasa cinta, benci, bahkan rindu... Setiap bentuk hubungan yang tercipta pada akhirnya akan berbalik padaku.
--
“Karena itu, aku juga ingin meminta sesuatu padamu. Satu permintaan saja. Tolong... bebaskan aku dari takdirku dengannya sebelum aku mencintai dia lagi, ya?” mohon Weol Ju dengan sangat, menangis pilu.

=== Apakah Weol Ju tahu siapa Putra Mahkota? Gwi atau Kang Bae?===


1 Comments

Previous Post Next Post