ATTENTION
:
Menurut saya pribadi, drama ini tidak
sesuai untuk usia di bawah 19 tahun. Jadi, jika ada yang di bawah 19 tahun,
harap tidak lanjut membaca. Pemirsa di harap bijak. Terimakasih.
Subtitle : thanks to penerjemah (the link you can see in images)
=====
Sinopsis Lakorn : Sapai Import Episode 10 - 3
Images by : Channel 7
Ayah akhirnya mau bicara di dalam
rumah. Dan saat tahu Don adalah anak dari wanita yang membayar lunas hutang
mereka, ayah tambah shock. Dia jadi
merasa bersalah karena semua ini terjadi atas kesalahannya. Dia menyesal sudah
membuat Lisa kesusahan. Don juga menambahi agar ayah tidak khawatir karena dia
akan menjaga Lisa. Walau begitu, ayah masih belum bisa menerima kenyataan bahwa
dia sudah punya menantu.
Ibu bersikap 180 derajat berbeda
dari ayah. Dia sangat ramah pada Don dan bahkan menyuruh Don untuk menginap
malam ini kemudian besok pagi baru pulang bersama Lisa. Don dengan senang hati
setuju. Lisa yang tidak senang dan menolak pulang. Ayah jadi senang dan
menambahkan agar Lisa bercerai dari Don! Dia akan mencari uang untuk
mengembalikan uang ibu Don sesegera mungkin!
Ibu yang membela Don. Akhirnya,
dia jadi bertengkar dengan Ayah.
“Khun Don adalah suaminya Lisa,”
tegas Ibu, membela Don.
“Suami? Suami yang jahat! Lisa
membawa koper-nya dan kembali ke rumah, dan aku yakin, pasti dia alasannya!”
teriak ayah.
Lisa tidak tahu harus bagaimana,
memilih untuk keluar rumah. Don mau mengikuti, tapi ayah menghentikan. Untung
Ibu ada dan mengizinkan Don mengejar Lisa. Ibu juga bilang kalau ini adalah
masalah Lisa dengan suaminya, jadi ayah tidak boleh ikut campur.
Lisa tidak suka dengan kedatangan
Don dan mengusirnya pulang. Don menolak pulang sebelum Lisa mendengarkan
penjelasannya karena dia merasa Lisa sudah salah paham dengan perkataannya.
“Ketika aku bilang aku belum
melupakan Nat. Karena Nat adalah kenangan indah dalam hidupku.”
“Apa? Kau mau menambahkan luka di
hatiku?!” teriak Lisa, marah.
“Khun Lisa, jangan marah dulu.
Dengarkan aku selesai bicara dulu. Nat adalah kenangan indah bagiku. Tapi, kau
adalah cintaku, Lisa,” tegas Don. Dia menggenggam tangan Lisa dan menatapnya
dengan dalam, “Lisa… aku…”
Belum sempat Don menyelesaikan
ucapannya, ayah sudah keluar rumah dan berteriak agar Lisa tidak mempercayai
perkataan Don. Ibu yang jengkel karena ayah tidak mau mendengarkannya dari
tadi. Ayah tidak peduli dan berteriak kalau Don itu bukan pria baik dan hanya
memanfaatkan Lisa. Ibu berteriak marah kalau suaminya itu terlalu banyak
menonton lakorn jadinya berpikiran
aneh.
Don menegaskan perasaannya pada
Lisa adalah tulus. Dan jika Ayah tidak percaya, dia bersedia membuktikan
keseriusannya dan ketulusannya pada Lisa. Dia akan melakukan apa yang ayah perintahkan.
--
Don menginap di rumah Lisa. Ibu
Lisa memperlakukannya dengan sangat baik dan itu membuat Don sangat bersyukur
karna Ibu berada di pihaknya. Ibu juga meminta Don untuk tidak marah pada ayah
karena suaminya itu memang sangat protektif pada Lisa. Don mengiyakan. Tapi,
dia juga menegaskan pada Ibu bahwa perasaannya pada Lisa beneran tulus. Ibu
percaya padanya dan bahkan menyemangatinya agar sukses membawa Lisa kembali
pulang.
--
Don menelpon Orn untuk mengabari
kalau dia akan menginap di rumah Lisa. Orn tidak masalah mau selama apapun Don
di sana, yang penting, Don dapat membawa Lisa pulang ke rumah.
Usai teleponan dengan Don, Orn
bicara dengan Rin. Mereka bisa mengerti alasan Lisa marah pada Don. Ketika
sedang asyik berbincang, kepala Orn tiba-tiba merasa pusing. Itu membuat mereka
khawatir karena akhir-akhir ini Orn terlalu sering pusing. Rin mau Orn pergi
periksa ke dokter, tapi Orn tidak mau. Dia takut kalau rahasia mengenai
kankernya yang sebenarnya palsu akan ketahuan. Jadi, Orn berusaha berpikir
kalau alasan pusingnya adalah karena stress.
--
Don lagi tidur nyenyak sekali.
Ketika tiba-tiba, ayah Lisa membangunkannya dengan memukul panci besi tepat di
samping telinga Don. Don tentu bangung dengan kaget sambil berteriak. Apalagi
saat melihat jam baru pukul 05.30. Tanpa babibu, Ayah menyuruh Don untuk
bangkit dan segera kerja.
Don mau sikat gigi, tapi Ayah
tidak mengizinkan. Jadinya, Don mendekatkan mulutnya dekat ke wajah Ayah, “Khun Por yakin?” tanyanya.
Hahahha. Bau. Nafas Don bau.
Jadi, ayah berubah pikiran dan mengizinkan Don untuk sikat gigi dulu.
--
Lisa panik saat bangun Don sudah
tidak ada di ruang tamu. Dia nanya ke Ibu, tapi Ibu juga tidak tahu, apalagi
ayah juga tidak ada. Jadi, pasti ayah yang membawa Don pergi. kemana?
--
Ayah membawa Don ke gedung
minimarket yang baru di belinya. Dia menyuruh Don untuk membersihkan semua
lemari dan rak yang ada di minimarket. Dia bahkan memberikan batas waktu dan
mengawasi pekerjaan Don dengan sangat ketat. Waktu Don menutup pintu lemari pendingin
agak keras, ayah sudah langsung mengomel.
Tebakan Lisa dan Ibu benar. Saat
mereka di sana, mereka melihat ayah yang sedang duduk santai sementara Don
sibuk kerja. Mereka berdua langsung memihak Don dan memarahi ayah. Ibu juga
menyuruh Don untuk berhenti kerja. Don menolak dengan sopan dan tetap lanjut
kerja. Ibu dan Lisa langsung memberikan perhatian ekstra padanya.
Dan itu membuat Ayah cemburu. Dia
menarik ibu dan Lisa untuk di pihaknya.
--
Ayah tertidur sementara Don masih
kerja. Lisa diam-diam mencuri kesempatan untuk memberikan Don minuman. Hatinya
sudah melunak pada Don.
“Lisa, kau sudah memaafkanku?”
“Masih belum. Tapi, aku tidak
bisa cuek. Walaupun aku marah padamu tapi aku tidak setuju dengan yang ayahku
lakukan.”
Don meraih tangan Lisa dan
menciumnya, “Aku mencintamu. Aku! Cinta! padamu!” tegas Don. Itu adalah
perkataan yang Lisa nantikan.
Lisa tersentuh dan bahagia. Dia
beneran sudah tidak marah pada Don. Apalagi, Don bilang kalau di dalam hatinya
sekarang adalah Lisa. Mereka berdua sudah mau ciuman.
Eittt! Tidak semudh itu. Ayah
terbangun dan menghentikan ciuman mereka. Walau di hentikan, mereka berdua
masih sempat-sempatnya menatap mesra dan saling memuji satu sama lain, di
hadapan ayah.
“Hoi! Apa kalian tidak lihat
aku?” marah Ayah. “Lisa, pulang sekarang! sekarang!” perintahnya.
Dengan sedih Lisa pulang. Tapi,
tiba-tiba dia malah berbalik dan lari memeluk Don sebelum pulang.
Saat itu, tiga orang preman masuk
ke dalam toko dan membuat kekacauan. Apalagi saat melihat Lisa, mereka langsung
merayunya. Ketika di usir, mereka tidak mau pergi dan meminta uang keamanan.
Mereka juga main kekerasan saat Ayah menolak membayar.
Don akhirnya turun tangan. Dengan
ilmu bela dirinya, dia menghajar ketiga pria itu. Sedang bertengkarpun, Don
tetap memasang wajah sok cool di
hadapan Lisa dan terus-terusan memberikan kedipan mata setiap kali berhasil
memukul jatuh ketiga preman tersebut. Hahahah.
Ketiga preman akhirnya lari
ketakutan.
Lisa bertepuk tangan heboh dan
memuji Don yang keren. Ayah juga terpesona dan mau tidak mau ikutan tepuk
tangan.
--
Setelah bantuan Don, ayah jadi di
sidang sama Lisa dan Ibu. Mereka memarahi ayah yang sudah ‘menyiksa’ Don, tapi
pada akhirnya, Don yang menyelematkan ayah. Ayah hanya bisa diam cemberut
dimarahi dua orang wanita itu.
“Baiklah. Aku jahat. Tidak ada
baiknya. Egois dan kolot. Baiklah, jika kalian merasa aku tidak ada baiknya,
lebih baik aku pergi,” ujar Ayah, merajuk.
Lisa mengerti perasaan ayahnya
karena itu dia meminta waktu pada Ibu dan Don agar bisa bicara dengan ayahnya.
Lisa serius bertanya, apa ayah beneran tidak menyukai Don sedikitpun?
“Tidak suka. Aku tidak suka pria
manapun yang dekat denganmu. Kau satu-satunya putriku. Aku takut kalau kau akan
mencintai suamimu dan melupakan ayah.”
“Khun Por, aku bukan anak yang seperti itu. Aku tidak akan melupakan
ayah dan ibu hanya karna aku menikah dan punya keluarga sendiri.”
Karna ayah masih khawatir dan
berwajah cemberut, Lisa akhirnya memutuskan untuk bercerai dari Don jika itu
bisa membuat ayah bahagia. Ayah malah khawatir kalau Lisa akan terluka. Lisa
mengakui bahwa dia akan merasa terluka, tapi dia lebih tidak ingin melukai
ayahnya. Karena baginya, ayahnya yang telah memberikannya kehidupan, dan satu
lagi, dari dia masih kecil, ayahnya adalah pekerja keras yang tidak pernah
beristirahat demi mendapatkan yang terbaik padanya. Bahkan saat ada masalah
keuangan, ayahnya tetap menyembunyikan itu darinya dan menyekolahkannya hingga
lulus kuliah. Dia mencintai ayahnya dan ingin ayahnya bahagia.
“Ayah akui kalau aku akan bahagia
jika kau percaya padanya. Tapi, ayah akan lebih bahagia jika melihatmu bahagia.”
“Apa maksudnya?”
“Kau mencintainya. Aku tidak
pernah melihatmu punya perasaan seperti ini pada pria manapun. Itu artinya dia
adalah pria baik hingga kau memberikan hatimu kepadanya.”
“Khun Don bener-bener pria baik.
Aku ingin ayah membuka hati untuknya dan ayah pasti akan menyukainya sama
seperti aku,” ujar Lisa.
--
Ayah mulai membuka pikirannya. Dia
mengajak Don untuk bicara berdua. Dengan serius, dia menanyakan perasaan Don
pada Lisa. Dan apa Don bisa bersumpah tidak akan pernah menyakiti Lisa?
“Aku bersumpah. Aku akan sial
jika aku menyakiti Lisa,” sumpah Don.
“Stop! Jangan bersumpah. Aku
hanya bertanya saja. Jika sesuatu terjad padamu, putriku bisa jadi janda.”
“Khun Por, maksudnya… kau merestui pernikahan kami?” tanya Don,
tidak bisa menyembunyikan ekspresi bahagianya.
“Yeah.”
Don sangat bahagia hingga memeluk
ayah dengan erat. Ayah menyuruhnya untuk tidak terlalu bahagia karena dia akan
mengawasi Don dengan ketat. Don tidak masalah dan berjanji akan membuat Lisa
menjadi wanita yang paling bahagia. Saking senangnya, dia sampai mencium pipi
ayah. Ayah geli dengan yang Don lakukan, tapi juga merasa lucu dengan sifat
Don.
Don begitu bahagia dan langsung
berlari menemui Lisa memberitahukan restu ayahnya. Keduanya, tersenyum bahagia
karna pernikahan mereka sudah di restui. Dan tidak ada yang perlu Lisa
sembunyikan lagi dari ayahnya.
--
Orn sedang jogging sendirian, tapi wajahnya sangat pucat. Dia sampai harus
bersandar ke pagar karna merasa pusing. Ratda yang kebetulan lewat malah
mengejek Orn yang berwajah pucat seperti hantu. Orn malas meladeni karena dia
tidak berselera bertengkar dengan Ratda.
Melihat sifat Orn yang seperti
itu, Ratda khawatir. Dia ingin membawa Orn ke rumah sakit apalagi mengingat Orn
yang sakit kanker tapi tidak pernah mau menerima pengobatan.
“Walau kita tidak aku, tapi kita
tetap saudara. Walaupun aku suka berkata kasar pada P’, tapi aku tetap
khawatir. Jika P’ mati, siapa yang akan bertengkar denganku lagi. P’Orn, ayo ke
rumah sakit,” bujuk Ratda.
Orn tidak mau. Saking nggak maunya,
dia sampai berteriak. Dan nggak lama kemudian, dia pingsan.