Sinopsis C- Drama : And The Winner Is Love Episode 4 part 1





Original Network : Tencent Video iQiyi Youku iQiyi
“Adalah kamu,” bisik Shangguan Tou, jujur.

Mendengar itu, Xuezhi merasa bingung. Dan Shangguan pun menjelaskan. Penyelamatnya memberitahu nya bahwa saat ini Istana Api Chong sedang berada dalam situasi yang sulit, dan Xuezhi belum lama terlibat dalam dunia persilatan, jadi itu pasti sangat berbahaya. Maka dari itu, Penyelamatnya memintanya untuk melindungi keselamatan Xuezhi. Dan Xuezhi percaya.



“Jadi siapa orang itu? Kenapa dia ingin melindungi aku?” tanya Xuezhi, penasaran.
“Ke depannya kamu akan tahu.”

Shangguan Tou kemudian mengingatkan Xuezhi untuk jangan memberitahukan hal ini kepada siapapun. Dan Xuezhi mengerti. Shangguan Tou lalu menegaskan bahwa mulai hari ini, dia akan melindungi Xuezhi dengan baik dari bahaya apapun. Dan mendengar itu, Xuezhi tersenyum senang.


Pada saat pulang ke penginapan, Xuezhi menyembunyikan lentera kelinci nya di belakang punggung. Dan dia mencoba untuk bersikap biasa saja di depan semuanya. Namun walaupun begitu, para pengawal Xuezhi tetap tahu apa yang Xuezhi sembunyikan, tapi mereka sengaja berpura- pura tidak tahu. Tapi Zhu Sha yang mudah penasaran, dia membujuk Xuezhi untuk memperlihatkan lentera kelinci tersebut padanya. Dan Xuezhi menolak serta terus menyembunyikan lentera kelincinya.



“Ketua muda istana, kapan kamu begitu pelit? Pelit sekali,” rengek Zhu Sha. Lalu diapun pergi dengan perasaan kecewa. Dan setelah dia pergi, Xuezhi segera menutup pintu kamar nya.


Kemudian Xuezhi memandangi lentera kelinci di tangannya sambil tersenyum senang.


Pagi hari. Shangguan Tou tidak sengaja bertemu dengan anak pelukis yang stan nya di rusak oleh preman pasar, karena si anak tidak memberikan uang kepada mereka. Dan Shangguan Tou membantu nya.



Pagi hari. Shangguan Tou tidak sengaja bertemu dengan anak pelukis yang stan nya di rusak oleh preman pasar, karena si anak tidak memberikan uang kepada mereka. Dan Shangguan Tou membantu nya.




Merasa prihatin, Shangguan Tou pun memberikan beberapa koin uang untuknya. Lalu dia melihat- lihat lukisan si anak. “Ini adalah Kuil Luduan?” tanya nya. Dan si anak mengiyakan. “Wang Yinya,” gumamnya, saat dia melihat ada lukisan Wang Yinya di atas tembok kuil Luduan. “Adik kecil. Kenapa kamu melukis orang ini di Kuil Luduan?”

“Malam hari itu dia berada di Kuil Luduan. Aku kebetulan lewat dan melihatnya, jadi aku melukisnya,” jawab si anak, menjelaskan.


Dipenginapan. Xuezhi dan para pengawalnya berdiskusi, harus mencari informasi dimana lagi. Kemudian mereka membahas, apakah Muyuan sudah menemukan petunjuk, dan apakah Muyuan sudah kembali ke Istana Api Chong, sebab sama sekali belum ada kabar. Dan mereka berharap semoga Muyuan tidak di hukum oleh para penatua, ketika Muyuan kembali ke Istana Api Chong.

Lalu disaat itu, Wuming datang. “Aku adalah Wuming. Atas perintah dari Tuan Shangguan, ingin mempersilakan Ketua muda istana dan beberapa pengawal pergi bertemu di kediaman,” jelas nya.



Di Istana Api Chong. Yu Wan melaporkan kepada Penatua bahwa saat ini Muyuan sedang berada di Balai Gunung Pedang Roh, dan Muyuan membawa Buku Rahasia mereka.

“Awalnya aku pikir, selagi Chong Xuezhi tidak ada, dapat membiarkan Muyuan segera menerima tahta. Dia malah ingin menyelesaikan masalah dari dasarnya,” kata Penatua tampak kurang senang. “Kitab Hati Lotus adalah harta karun dari Istana Api Chong. Tidak boleh jatuh ke tangan Balai Gunung Pedang Roh. Kamu stabilkan dia dulu,” perintahnya. “Katakan saja …”


Di Balai Gunung Pedang Roh. Muyuan berdiskusi dengan Ketua Balai Lin mengenai hilang nya Buku Rahasia. Muyuan merasa bahwa menghilang nya buku rahasia bukanlah suatu kesengajaan, dia yakin ada seseorang yang merencanakan secara teliti dari belakang. Dan dia ingin Ketua Balai Lin membantu nya. Seperti saat Istana Api Chong berselisih dengan dunia persilatan.


“Aku menjadi penengah di antaranya, juga bukan tidak ada keegoisan. Ayah angkatmu, Chong Ye adalah teman baikku selama bertahun-tahun. Lin Changran adalah adikku. Memiliki rasa persahabatan yang dalam. Aku tentu berharap bahwa Istana Api Chong dapat mempertahankan kekuatannya, dan mendapatkan kembali buku rahasia,” kata Ketua Balai Lin, bersedia untuk membantu. “Mungkin tujuan orang yang mencuri buku rahasia adalah ingin mengadudomba. Agar terjadi perselisihan di antara Balai Gunung Pedang Roh dan Istana Api Chong,” jelas nya.

“Ketua balai tidak perlu khawatir. Balai Gunung Pedang Roh punya budi yang besar terhadap Istana Api Chong. Istana Api Chong tentu tidak akan membalas air susu dengan air tuba,” balas Muyuan, mengerti.


Lalu Fengzi dan Shuangshuang pulang disaat itu. Dengan sopan, mereka berdua menyapa Ketua Balai Lin dan Muyuan. Kemudian mereka berdua pergi untuk berganti pakaian, sebab pakaian mereka agak basah karena hujan di luar.


Setelah Fengzi dan Shuangshuang pergi, Ketua Balai Lin dan Muyuan kembali melanjutkan diskusi mereka. Karena Buku Rahasia Sembilan Gaya Dewa Lotus menghilang disebabkan oleh Balai Gunung Pedang Roh. Maka Ketua Balai Lin bersedia untuk bertanggung jawab bersama dengan Istana Api Chong dan melakukan penyelidikan bersama juga.



Di Kediaman Fuchai. Shangguan Tou menyambut kedatangan Xuezhi dan para pengawalnya. Lalu disana dia memperkenalkan mereka kepada si anak pelukis. Dan melihat kedatangan Xuezhi, dengan sikap bersalah, si anak pelukis meminta maaf kepada Xuezhi, sebab dia telah menipu Xuezhi sebelum nya.


Dengan malas, Xuezhi mengabaikan si anak. Dan si anak pun mulai menangis. Merasa tidak tega, Zhu Sha menghibur si anak untuk jangan menangis.
“Semuanya,” panggil Shangguan Tou, menarik perhatian semuanya. “Kali ini aku mempersilakan kalian datang, sebenarnya karena dia punya kabar penting yang ingin diberitahukan kepada kalian.”
“Berkaitan dengan buku rahasia?” tanya Xuezhi.

“Pada malam Pertandingan Kesatria, dia berada di luar Kuil Luduan,” jelas Shangguan Tou.


“Apakah kamu melihat sesuatu?” tanya Zhu Sha.
“Aku tinggal di sebelah Kuil Luduan. Malam itu aku ingin masuk untuk buang air kecil. Tapi aku malah melihat seseorang,” jawab si anak, menjelaskan.
“Siapa?”



Si anak membuka dan memperlihatkan lukisan nya kepada semua orang. Lalu dia menceritakan apa yang dilihat nya pada malam itu. Malam itu, dia melihat Wang Yinya mengendap- ngedap masuk ke dalam kuil, seperti pencuri. Dia merasa kalau Wang Yinya pasti ingin melakukan kejahatan, jadi dia bersembunyi. Dan kemudian dia melukis kejadian tersebut.

“Itulah kabar yang ingin aku beritahukan kepada kalian semua,” jelas Shangguan Tou. Lalu dia menjelaskan pendapatnya, dalam pertandingan kesatria, semua yang datang pasti memiliki niat jahat, yaitu untuk mendapatkan Buku Rahasia. Jadi dia tidak memiliki bukti pasti bahwa Wang Yinya adalah pencuri nya. Namun yang jelas, pada malam hilang nya Buku Rahasia, Wang Yinya memang pergi ke Kuil Luduan. Jadi Wang Yinya layak di curigai.



Mendengar itu, Xuezhi diam dan berpikir, lalu dia menanyai, dimana Wang Yinya sekarang. Dan Haitang menjawab bahwa pada hari kedua pertandingan kesatria, Wang Yinya sudah pergi, namun Wang Yinya tampaknya tidak kembali ke Sekte Cambuk Perak. Dan dia menduga kalau seperti nya, Wang Yinya pergi ke arah Timur Laut, karena Sekte Cambuk Perak berada di arah Barat Daya.




“Aku pernah dengar Wang Yinya punya seorang adik seperguruan yang tinggal di Xiangzhou,” kata Chequ.
“Xiangzhou tepat berada di timur laut dari Ibukota Timur. Apakah mungkin dia pergi ke sana?” tebak Haitang.
“Jika begitu, kita boleh pergi ke Xiangzhou untuk melakukan penyelidikan,” kata Xuezhi, memutuskan. “Mungkin akan ada petunjuk.”

Haitang merasa ragu dan menyarankan Xuezhi untuk sebaiknya melapor terlebih dahulu kepada Penatua di Istana Api Chong. Dan merencanakan secara menyeluruh. Tapi Xuezhi menolak, karena kalau harus menunggu Elang surat pergi dan kembali, itu akan terlalu merepotkan menurutnya. Dan dia ingin coba untuk mengandalkan kemampuan nya sendiri.
“Chequ. Kamu biarkan murid lainnya kembali ke Istana Api Chong dulu. Cukup kita berlima yang pergi ke Xiangzhou,” perintah Xuezhi.
“Baik.”



Fengzi datang menjenguk Qingmei sebentar. Dan Qingmei merasa senang, karena Fengzi datang menjenguk nya. Tapi kemudian dia merasa kecewa, karena Qingmei hanya datang sebentar saja dan langsung pergi kemudian. Lalu diapun teringat ekspresi Fengzi saat melihat Shangguan Tou di pertandingan kesatria, saat itu Fengzi tampak sangat terpesona dengan Shangguan Tou.



“Apakah aku sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Shangguan Tou?” pikir Qingmei, sedih.


Ketika sedang beristirahat, Xuezhi duduk menjauh dari yang lain dan sibuk memainkan lentera kelincinya. Melihat itu, Zhu Sha bergosip dengan bersemangat, dia menebak kalau Xuezhi pasti sedang memikir kan tentang Shangguan Tou, dan lentera kelinci itu adalah hadiah dari Shangguan Tou.
“Kamu berpikir terlalu banyak. Cepat makan. Kita akan segera berangkat setelah selesai makan,” komentar Haitang dengan serius. “Kita harus tiba di Xiangzhou sebelum hari gelap.”


“Xiangzhou?” balas Zhu Sha, terkejut. “Aku dengar Xiangzhou ada banyak makanan enak. Aku tidak ingin makan lagi, aku tidak ingin makan lagi. Jika tidak, aku tidak punya perut lagi untuk makan makanan lain.”

“Kamu benar-benar adalah kucing rakus.”



Haitang kemudian pergi ke tempat Liuli. Dan dia merasa heran, dengan apa yang sedang dilakukan oleh Liuli. Sebab Liuli tampak sibuk menumpuk batu dan kayu.
“Apa…apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Haitang, curiga.

“Cari sedikit makanan untuk Ketua muda istana,” kata Liuli, menjawab.


Malam hari. Di dalam hutan, saat sedang beristirahat, Muyuan merasakan kehadiran seseorang. Dan ternyata orang itu adalah Yu Wan. “Kakek yang menyuruhmu datang?”

“Sebenarnya kamu salah paham terhadap Penatua Yuwen. Dia tahu kamu hanya berniat untuk membantu Ketua muda istana. Tidak bermaksud untuk menggantikannya. Di dalam hatinya, dia juga sudah menyerah. Jadi dia ingin menjelaskannya padamu sebelum meninggal,” kata Yu Wan dengan sikap seperti sedih.


Mendengar kata ‘meninggal’, Muyuan merasa terkejut. Dan Yu Wan berbohong, dia menjelaskan bahwa pada saat Muyuan meninggalkan Istana Api Chong, Penatua Yuwen sudah sakit- sakitan. Dan beberapa hari ini, Penatua Yuwen terus berbaring di tempat tidur serta terus muntah darah. Jadi dia mengajak Muyuan untuk kembali bersamanya ke Istana Api Chong, sebelum terlambat. Dan Muyuan pun setuju, namun dia merasa sangat dilema.
“Aku akan mengabari Ketua muda istana. Jika Anda segera kembali ke Istana Api Chong sekarang, maka masih bisa bertemu dengan Penatua Yuwen untuk yang terakhir kalinya,” jelas Yu Wan dengan terburu- buru, khawatir Muyuan tidak jadi mau pulang. “Anda adalah satu-satunya keluarga Penatua Yuwen. Beberapa hari ini dia terus mengungkit namamu. Jika Anda tidak segera kembali, pasti akan menyesal selamanya. Anda tidak perlu khawatir. Aku pasti akan memberitahukan Ketua muda istana. Silakan Anda segera pulang.”

“Baik. Terima kasih,” balas Muyuan. Lalu diapun langsung pergi. 


Xiangzhou, Wilayah kekuasaan Pangeran Lu

Pangeran Lu, Xue Lie. Dia mengunjungi sebuah desa yang habis di terpa oleh banjir. Desa tersebut tampak sangat tragis. Orang- orang yang dulu nya tinggal di desa tersebut, ada beberapa yang membawa keluarga mereka untuk mengungsi ke tempat lain, dan ada yang tidak memiliki tempat tinggal.



Malam hari. Di Kediaman Pangeran Lu. Permaisuri Pangeran Lu, Shangguan Zheng. Dia menemani Pangeran Lu memikirkan masalah bencana banjir yang terjadi.
“Beberapa hari ini turun hujan deras terus-menerus. Banyak tanggul 12 jalan di Yinzhang yang rusak. Banyak warga yang terlantar dan tidak ada tempat tinggal yang menetap. Aku merasa sangat sedih. Jika dibiarkan saja, dan cuaca tidak membaik, maka jumlah pengungsi akan melonjak. Luka dan sakit bisa menimbulkan wabah. Akan menyebabkan bencana yang lebih besar,” kata Pangeran Lu, bercerita.

“Pangeran begitu peduli terhadap rakyat, Tuhan pasti dapat melihatnya dan menghargai jerih payah Anda. Dengan adanya Anda, rakyat di Xiangzhou pasti akan melewati bencana ini dengan selamat. Semuanya pasti akan membaik. Anda jangan terlalu khawatir. Harus memikirkan tubuh sendiri,” hibur Permaisuri Lu.



Dengan sedih, Pangeran Lu menceritakan kesedihannya sambil memegang kedua tangan Permaisuri Lu. Sejak dia dinyatakan menderita palpitasi, Ayahanda sengaja mengatur nya untuk tinggal di wilayah tersisa di Xiangzhou ini. Meskipun ini sesuai dengan keinginan nya, menjauhi perselisihan di dalam kerajaan, dan menghindari hubungan yang rumit, tapi hati nya tidaklah senang. Dia merasa dirinya tidak berguna. Jika dia bahkan tidak bisa mengurusi masalah ini, maka dia merasa semakin tidak berguna.

Dengan perhatian, Permaisuri Lu menghibur Pangeran Lu untuk jangan menyalah kan diri sendiri, karena bencana alam adalah sesuatu di luar  kendali manusia. Jadi Pengeran Lu cukup lakukan sebisa nya saja.



Permaisuri Lu kemudian menanyai, apakah Pangeran Lu ada berpikir untuk  menulis surat kepada Putra Mahkota untuk meminta bantuan. Sebab setelah bencana ini, maka akan dibutuhkan banyak tenaga kerja dan dukungan material, serta bantuan dari orang- orang yang berpengalaman. Lalu dia juga merasa khawatir dengan kondisi kesehatan Pangeran Lu, bila harus menghadapi semuanya dengan usaha sendirian.

“Zheng (Pangeran menyebut dirinya sendiri dengan gelar), aku memang membutuhkan bantuan orang lain. Tapi soal apakah perlu meminta bantuan dari Kakak, biarkan aku memikirkannya dulu.” 


Mendengar itu, Permaisuri merasa cemas. Namun Pangeran Lu menenangkan nya supaya jangan khawatir. Setelah bertahun- tahun mendapatkan perawatan dan pengobatan dari Permaisuri Lu, sekarang tubuhnya sudah tidak bermasalah lagi. Hanya saja beberapa hari ini, dia memang merasakan serangan jantung karena gelisah. Dan dia berterima kasih kepada perhatian Permaisuri Lu.

Kemudian Pangeran Lu memeluk Permaisuri Lu dengan erat.



Wuming melaporkan hasil penyelidikannya. Besok adik seperguruan Wang Yinya, Fu Yiya, akan mengadakan perayaan genap satu bulan bagi putranya. Dan sepertinya Wang Yinya akan datang untuk menghadiri perayaan genap satu bulan itu.
“Perayaan genap satu bulan? Tidak sesederhana itu,” komentar Shangguan Tou.
“Kenapa kamu berkata seperti itu?”
“Sesuai rumor di dunia persilatan, meskipun Wang Yinya dan Fu Yiya adalah saudara seperguruan, tapi mereka tidak akur. Waktu itu Wang Yinya mendapatkan posisi pemimpin perguruan sehingga Fu Yiya harus pensiun dari dunia persilatan, dan datang berbisnis di Xiangzhou. Selama bertahun-tahun ini, mereka tidak berhubungan lagi. Mana mungkin Fu Yiya mengirim undangan untuknya?” jelas Shangguan Tou.
“Ternyata begitu. Apakah mungkin hal ini berkaitan dengan hilangnya buku rahasia?” tebak Wuming.

“Sekarang masih belum jelas. Setiap hal yang mencurigakan harus diperiksa satu per satu.”


Kediaman Pangeran Xin
Putra mahkota, Xue Xin. Dia menanyai pelayan Istana, apakah ada berita dari Xiangzhou. Dan si pelayan Istana menjawab bahwa Pangeran Lu belum ada mengirimkan kabar. Namun dia mendengar ada terjadi musibah banjir di Xiangzhou dan bencana itu semakin bertambah parah karena hujan. Dan dia tidak tahu, apakah Pangeran Lu mempunyai cara untuk menangani musibah tersebut.
“Xiangzhou adalah wilayah kekuasaan adikku. Apakah Yang Mulia sudah mengutus orang untuk pergi membantu?” tanya Putra Mahkota, Xue Xin.

“Hamba belum mendengar tentang hal itu.”



Putra Mahkota merasa cemas kepada Pangeran Lu. Karena biasanya Pangeran Lu jarang mengkhawatirkan masalah kerajaan, jadi tentu saja Pangeran lu tidak berpengelaman dalam bantuan bencana. Serta tubuh Pangeran Lu juga tidak sehat. Jadi dia sangat khawatir untuk nya.
“Seperti ini saja. Kirimkan sebuah pesan ke sana. Tanya apakah ada masalah di Xiangzhou sana yang memerlukan bantuan kita. Ibukota Timur dan aku tentu akan berusaha membantu,” perintah Putra Mahkota.

“Hamba akan segera melaksanakannya.”

Post a Comment

Previous Post Next Post