Sinopsis K- Drama : Train Episode 1 part 1


Original Network : OCN
“Drama ini fiksi. Nama, tempat, organisasi, insiden, entitas, dan pekerjaan tidak terkait kehidupan nyata”
"Stasiun Mukyeong"
Malam hari. Stasiun tersebut sangat sepi, dan disana ada sebuah pamflet lama yang tergantung di dinding stasiun. "Pemberitahuan, Jangan masuk setelah 3 Mei 2015. Stasiun akan tutup dan kereta tidak beroperasi."



Jam yang berada di dinding stasiun sudah rusak dan tampak sangat berkarat yang menandakan, stasiun tersebut sudah lama kosong. Dan didekat rel kereta yang sudah tua, hanya ada terdapat seekor kucing saja.

Namun anehnya, sebuah kereta tiba- tiba lewat dengan sangat kencang.

“8 April 2008”

Hujan turun sangat deras pada malam hari. Seorang gadis SMA yang baru saja pulang, dia merasa heran melihat pintu rumahnya telah terbuka. Dan diapun masuk ke dalam nya.

Seorang pria SMA berlari tanpa payung di tengah hujan. Dia berteriak memanggil ‘Ayahnya’, dan melihat ke sekeliling untuk mencarinya.


“Ayah? Aku pulang,” kata si gadis saat masuk ke dalam rumah yang pintu nya juga terbuka. Dia menekan sakelar lampu di dinding, tapi lampu rumah sama sekali tidak mau menyala.


“Ayah! Ayah!” teriak si pria, mencari Ayahnya. Lalu dia melihat orang- orang berkumpul di pinggir jalan sambil berbisik- bisik, ‘kamu pikir dia sudah mati?’. Dan mendengar itu, si pria pun mendekati kerumunan tersebut.



Si gadis masuk secara perlahan- lahan ke dalam rumahnya. Dan dia merasa terkejut saat dia menginjak sesuatu yang basah di lantai. Lalu tiba- tiba kilat bercahaya diluar dan menembus masuk ke dalam rumah melalui jendela. Disaat itu, dia melihat Ayahnya meninggal di lantai dengan berlumuran banyak darah.

Si gadis merasa sangat terkejut melihat itu. Dan dia jatuh terduduk didekat Ayahnya.


Setelah mendekati kerumunan, si pria merasa sangat terkejut. Dia mendekati pria yang berlumuran darah dan terbaring di pinggir jalan tersebut. “Ayah,” panggil nya.

Kereta melintas dengan cepat melewati gelapnya malam.


Si pria membawa Ayahnya ke rumah sakit. Dan si gadis juga ada dirumah sakit tersebut. Disamping nya, ada seorang Bibi yang menemani nya. Ketika si Bibi melihat si pria, dia berdiri dan memanggil nya. “Do Won,” panggilnya.


Namun Do Won tidak menjawab, karena dia sibuk mengkhawatirkan tentang Ayah nya. “Ayah! Ayah…” panggilnya terus sambil menangis. Dan ketika Dokter yang memeriksa Ayahnya melepaskan oksigen yang di pakaikan sebelumnya kepada Ayahnya. Dia sudah mengerti apa maksud si Dokter, dan karena itu dia merasa sangat sedih dan semakin menangis.

Si gadis melihat hal tersebut, dan dia ikut merasa sedih.



Do Won dan Si Gadis, mereka berdua sama- sama menghadiri pemakaman Ayah mereka masing- masing.


Kereta terus melaju tanpa tanda berhenti.
Di rumah si gadis. Bibi yang barusan menemani si Gadis dirumah sakit, ternyata dia adalah seorang polisi. Dan dia datang ke rumah si Gadis untuk menyelidiki bersama dengan rekan nya.

“Nona Oh. Hasil sidik jarinya sudah keluar,” kata rekan Nona Oh, memanggil. Lalu dia memberikan data yang didapatkan nya. “Tukang reparasi pemanas yang datang tadi siang. Haruskah kita wawancarai dia sebagai saksi?” tanyanya.



“Seo Jae Chul sudah meninggal,” gumam Nona Oh. “Kamu sudah dapat hasil autopsinya?” tanyanya.
“Penyebab kematiannya sesak napas. Dia dicekik sampai mati, lalu dipukul di kepala,” jawab si rekan.
“Pembunuhan brutal. Apa senjata pembunuhnya?”

“Sebuah kalung. Ada di kotak perhiasan yang sudah dikosongkan,” jelas si rekan sambil menunjukkan foto kotak perhiasan yang berisi sebelumnya.


Kasus pembunuhan Ayah si Gadis masuk ke dalam koran, dengan judul berita "Pembunuhan Perumahan Mukyeong". Do Won melirik sekilas koran yang berada disamping nya tersebut. Kemudian dia mengambil barang- barang milik Ayahnya, Mendiang Seo Jae Chul.



Ketika Do Won memegang baju Ayahnya, sebuah kalung emas terjatuh dari dalam nya. Dan kalung tersebut sama dengan foto yang di lihat nya di koran barusan. Mengingat hal itu, Do Won sangat terkejut sampai tidak bisa berkata- kata.



“2020, masa kini”

Malam hari. Ditengah hujan deras, seorang pria bermantel hitam berjalan di pinggir rel kereta sambil menyeret sebuah koper besar yang menetes kan darah.

TRAIN Episode 1

Seo Do Won datang ke kantor Jaksa dan mencari Han Seo Kyung. Disana petugas yang ada menghalangi Do Won untuk masuk ke dalam ruangan Seo Kyung, sebab Seo Kyung sedang bertemu dengan seorang tamu. Jadi dia meminta Do Won untuk menunggu.

Seo Kyung yang berada di dalam ruangan, dia mendengar keributan tersebut dan keluar. “Aku akan bicara dengannya,” katanya kepada si petugas. Lalu dia memberikan dokumen kepada si petugas, “Berikan ini ke ruang sebelah,” suruhnya.

“Baik,” jawab si petugas. Lalu diapun pergi.



Dengan ramah, Seo Kyung menanyakan, ada apa. Dan Do Won menunjukkan sebuah surat perintah penangkapan yang di bawanya. Dengan kesal, dia menanyai, kenapa surat penangkapan nya ditolak, padahal dia sudah mendapatkan pernyataan korban, kesaksian saki, dan DNA.
“Korban mengubah pernyataannya. Itu bukan pemerkosaan. Mereka saling tertarik dan itu suka sama suka,” jelas Seo Kyung.

“Sial,” keluh Do Won, kesal. “Jadi, apa kamu juga berpikir begitu?” tanyanya.

Tamu Seo Kyung, yaitu si korban. Dia bersikap gugup dan menangis secara diam.


Seo Kyung tidak bisa membantu Do Won, sebab korban mengatakan bahwa ia tidak bisa ingat bagaimana dirinya terluka. Dan Do Won meminta Seo Kyung untuk membuatkannya surat izin perncarian dan penggeledahan, karena dia tahu dimana Park Tae Kyung menyembunyi kan mobilnya, dan dia ingin mencari rekaman kamera dasbor mobil itu. Dia yakin bukti pemerkosaan itu masih ada. Namun Seok Kyung menolak, karena meski dia memintanya, pengadilan akan menolak.


“Apa itu tidak akan berhasil? Atau kamu tidak berusaha?” tanya Do Won, ragu. “Lupakan saja. Aku akan mengurusnya.”



Seo Kyung menahan Do Won untuk tidak pergi. “Jika ada yang ingin kamu katakan, maka katakanlah. Apa maksudmu?” tanyanya, kesal.
“Bosmu adalah murid beasiswa Taekang. Wakil Pimpinan Grup Taekang adalah ayah Park Tae Kyung,” jelas Do Won.
“Lalu kenapa? Maksudmu aku tidak akan melakukannya karena aku tertekan?”

“Kuharap tidak,” jawab Do Won, sinis.


“Jangan asal menuduh. Lagi pula, kamu tidak berhak menyebutku pengecut dan mengkritikku,” keluh Seo Kyung.

“Mungkin kamu benar,” balas Do Won, malas. Lalu diapun pergi.


Setelah Do Won pergi, Seo Kyung masuk kembali ke dalam ruangan. Lalu tiba- tiba telpon kantor berbunyi, jadi diapun mengangkatnya. Dan dibelakang nya, si korban menangis secara diam- diam.

“Aku mengerti, tapi... Aku akan mengikuti protokol,” kata Seo Kyung dengan tegas. Lalu dia langsung mematikan telponnya. Dan saat telpon kembali berbunyi, dia langsung mencabut kabel nya.
 

Park Tae Kyung dibebaskan dari penjara. Dan setelah dia keluar, dia sok bersikap baik dengan membagikan minum- minuman sehat kepada para polisi sambil mengejek mereka untuk menutrisi otak. Dan dengan kesal, seorang polisi menarik kerah pakaian nya.
“Jika tidak melakukannya, kenapa kamu kabur?” tanya si polisi.

“Dikejar polisi ada di daftar keinginanku. Seperti dalam film. Itu sensasi yang hebat,” jawab Tae Kyung sambil tersenyum meremeh kan.


“Berengsek. Aku akan membunuhmu hari ini,” kata si polisi, marah. Dan rekan nya segera menghentikannya serta menyeret nya keluar, supaya jangan terjadi hal buruk. Dan melihat itu, Tae Kyung tertawa geli.


Do Won hanya diam saja ditempat nya. Dia sama sekali tidak memperhatikan Tae Kyung.
Melihat itu, Tae Kyung mendekati Do Won. Dia membuka kan sekaleng minuman energi dan meletak kan nya di meja Do Won. Lalu dia pergi.

Do Won fokus melihat data di komputernya. "Nama, Park Tae Kyung, Meminta catatan kriminal".



Do Won dan rekan nya membuntuti Tae Kyung. Dan disela waktu kosong, Do Won meminum obat nya. Lalu ketika Tae Kyung bergerak, dia segera mengikuti nya lagi.



Tae Kyung menyentir sangat kencang, dan Do Won pun juga ingin menyentir dengan kencang. Tanpa sadar mereka mulai berbalap- balapan di jalan. Dan si rekan merasa agak ngeri.

“Mari kita lihat siapa yang menang,” kata Tae Kyung, merasa bersemangat. Lalu dia mencoba untuk menyenggol mobil Do Won. “Kamu pasti ingin mati, Berandal,” serunya sambil tersenyum senang, ketika dia berhasil menjauhkan mobil Do Won.




Pada saat lampu merah, Do Won menghentikan mobilnya dan menyuruh si rekan untuk turun. Dan dengan bingung, si rekan pun turun.



Tepat ketika lampu telah berubah menjadi hijau, Do Won melajukan mobilnya dengan kencang. Dan dia sengaja membiarkan mobil Tae Kyung yang berada di arah bersebrangan untuk menabraknya. Melihat itu, si rekan sangat terkejut.

“Astaga! Pak Seo!” teriak si rekan, panik. “Tunggu. Aku akan menelepon 119.”



Tae Kyung tertawa senang. Lalu diapun melaju pergi. Dan Do Won segera mengejar nya, walaupun dia sedang terluka. Melihat itu, si rekan langsung berteriak memanggil Do Won.

“Aku mengejar sopir tabrak lari, menuju Stasiun Mukyeong. Minta bantuan,” kata Do Won, memanggil bantuan di telpon.


Awalnya Tae Kyung terus tertawa, karena mengira dirinya menang. Namun ketika dia melihat mobil Do Won masih mengejarnya di belakang, dia merasa sangat kesal. Lalu tiba- tiba banyak mobil polisi yang datang menghadang nya di depan. Tapi dia berhasil bergerak cepat dan menghindari mereka. Namun Do Won berhasil mengikuti nya dari belakang.


Tae Kyung melaju di rel kereta api yang kosong. Dan Do Won mengikutinya. Lalu setelah semakin dekat, dia menabrak mobil Tae Kyung dari belakang.

Tae Kyung sebenarnya ingin segera kabur, tapi sialnya, ban mobilnya terjebak di dalam tanah. Dan Do Won kemudian datang dan menarik nya keluar dengan paksa dari dalam mobil. Lalu dia mengambil rekaman kamera yang ada di mobil nya.

“Aku akan menyita ini sebagai bukti. Aku yakin kamu tahu kamu akan dituntut untuk beberapa hal lagi karena ini,” kata Do Won, memberitahu Tae Kyung sambil menahan tubuh nya. “Kamu pasti sudah merasa menang. Tapi kamu tidak tahu apa-apa,” jelas nya sambil memasangkan borgol ditangan Tae Kyung.

“Lepaskan aku!” keluh Tae Kyung, kesal.


Kemudian tiba- tiba, Tae Kyung melihat sesuatu yang aneh di bawah ban mobilnya. Dan dia pun bertanya dengan ketakutan, apakah itu tengkorak. Lalu dengan panik, dia segera berlari kabur darisana. Dan Do Won yang melihat tengkorak itu juga, dia merasa terkejut.  



Tae Kyung mencoba untuk memanjat tanah yang ada di pinggir rel. Tapi tanpa sengaja dia malah menemukan tas yang berisikan tengkorak lain. “Astaga, apa itu?” tanyanya pada Do Won yang datang menangkap nya.
Dan Do Won menatap terkejut pada tengkorak yang sudah lama tersebut. Bahkan ada lipan yang keluar dari mata tengkorak itu.

Post a Comment

Previous Post Next Post