Original
Network : OCN
Pagi hari. Berita mengenai tengkorak yang ditemukan
disekitar rel tersebut di beritakan. Para polisi menyelidiki sekeliling rel
kereta, dan mengejutkannya, mereka menemukan lebih banyak jasad setelah
pencarian. Sejauh ini ada empat kerangka, dan polisi beramsusi bahwa ini adalah
pembunuhan berantai. Karena stasiun kereta tersebut sudah ditutup sejak tahun
2015 lalu, maka disana tidak ada CCTV.
Kepala Inspektur Oh Mi Sook memanggil Do Won ke
kantornya, dan menanyai, apa yang terjadi kemarin. Dan Do Won pun memberitahu
bahwa mereka masih menyelidiki tentang kerangka yang di temukan. Namun ternyata
bukan itu yang Ketua Inspektur bicarakan, dan dia menyuruh Do Won untuk menanda
tangani surat cuti.
Do Won meletakkan surat cuti itu diatas meja. Lalu
dengan serius dia menjelaskan bahwa mereka sedang menyelidiki rekaman kamera
dasbor Tae Kyung, dan mereka juga akan mendapat kan pernyataan dari korban
lain. Jadi kali ini, kejaksaan tidak akan bisa membiar kan Tae Kyung lolos.
Kepala Inspektur memperlihatkan rekaman tabrakan
semalam kepada Do Won, dan menanyai tentang itu. “Do Won. Kamu bisa saja mati.
Kenapa kamu mengemudi ke arahnya padahal kamu tahu dia akan menabrakmu?” tanya
Kepala Inspektur, tegas.
“Aku sudah memeriksa tempat itu sebelumnya. Aku
bisa bergerak dengan bebas. Aku baik-baik saja,” jawab Do Won sambil tersenyum
menenangkan.
“Tanda tangani,” tegas Kepala Inspektur. Dan Do Won
protes. “Kamu tidak normal. Aku tidak bisa membiarkanmu terus begini.”
“Aku menjalani pengobatan. Anda menyuruhku ke rumah sakit. Aku menjalani
konseling dan minum obat. Aku serius,” jelas Do Won sambil menunjukkan obatnya.
Mendengar itu, Kepala Inspektur diam dan merasa
ragu. Dengan memelas, Do Won memohon untuk di izinkan terlibat dalam kasus
pembunuhan berantai di stasiun Mukyeong, dan dia berjanji bahwa dia tidak akan
memaksakan diri lagi.
“Aku mau surat dokter,” pinta Kepala Inspektur.
“Aku akan membawakannya bersama dengan pelakunya,”
balas Do Won, puas. Lalu diapun mengambil obat nya dan keluar dari ruangan.
Rekan A yang mengikuti Do Won semalam, dia mengajak
rekan B untuk bertaruh 100 dolar, apakah Do Won yang akan mati lebih dahulu
karena kelelahan atau kecelakaan. Atau dia yang akan mati duluan karena serangan
jantung. Dan tepat disaat itu, mereka melihat Do Won datang.
“Aku akan potong tanganku jika dia tidak mati lebih
dahulu. Aku yakin akan menang,” kata rekan B dengan percaya diri.
“Pasti aku yang mati lebih dahulu,” kata rekan A
dengan lemas.
Rekan B dan Rekan A kemudian mendekati Do Won,
mereka menanyai, bukankah Do Won harusnya ke Dokter. Dan Do Won menjawab lain
kali, lalu dia menanyai tentang kasus ini. Dan Rekan B serta Rekan A segera menjelaskan,
mereka tidak bisa menemukan apapun, karena stasiun ini sudah lama tutup, jadi
tidak ada CCTV. Lalu juga tidak ada orang yang tinggal di sekitar stasiun ini.
“Tuliskan daftar mantan narapidana yang ada di area
sekitar sini. Periksa apakah ada orang yang dilaporkan hilang,” perintah Do
Won.
“Baik, Pak.”
Do Won memeriksa salah satu kerangka yang sedang
difoto oleh anggota forensik, Lee Jung Min. Dan ketika dia datang, Jung Min
memanggilnya ‘Bedebah gila’. Dan Do Won mengiyakan dengan santai. Jung Min
mengetahui tentang tabrakan semalam, dan dengan sinis dia menyarankan Do Won
untuk merangkak ke dalam lubang dan dia akan bersikap baik untuk menutupi nya
dengan tanah.
“Kamu khawatir atau marah? Pilih satu saja,” kata
Do Won, santai.
“Untuk apa aku mencemaskanmu? Lebih baik aku
mencemaskan anjing di sebelah rumahku,” balas Jung Min. Lalu tanpa sengaja, dia
hampir saja terjatuh. Untungnya, Do Won berhasil menangkap nya.
Do Won kemudian bertanya dengan serius, apa Jung
Min ada menemukan sesuatu yang bisa membantu mereka untuk mengetahui siapa
korban. Dan Jung Min menjelaskan bahwa semua korban yang ditemukan sudah
menjadi kerangka, jadi sidik jari akan sulit di temukan. Namun berdasarkan
perhiasan yang dipakai korban, dia merasa semua korban adalah wanita.
“Apa itu berarti pelakunya tidak mengincar
perhiasan mereka?” gumam Do Won sambil melihat perhiasan korban yang masih ada.
Tiba- tiba Rekan A berteriak, jadi Do Won pun
menghampirinya. Ternyata Rekan A berteriak, karena dia menemukan mayat kucing
yang terkubur di tanah. Melihat itu, Rekan B mengeluh kesal kepada Rekan A,
karena cuma itu saja sampai berteriak.
“Itu karena aku sudah terkena dua serangan jantung
sejak kemarin,” keluh Rekan A dengan pelan sambil melirik Do Won. “Kamu tidak
menyadari ada yang aneh dengan mayat kucing itu? Dahulu aku tinggal dekat stasiun,
jadi, pernah melihat kucing begini. Kucing yang tertabrak kereta dahulu
terlihat seperti ini,” jelas nya.
“Tertabrak kereta? Di sini?” tanya Rekan B sambil
melihat ke rel kereta yang sudah lama tidak di gunakan sejak 5 tahun lalu.
Do Won diam mendengarkan pembicaraan mereka, dan
sibuk memeriksa disekitar.
"Badan
Forensik Nasional"
Seo Kyung datang ke sana untuk melihat- lihat
kondisi kerangka korban yang ditemukan. Dia kemudian memberitahu seorang
petugas forensik disana, 12 tahun lalu ada kasus dengan modus operandi serupa,
yaitu kasus Pembunuhan Perumahan Mukyeong. Korban dicekik, lalu dipukul di
kepala. Seperti para korban ini, pembunuhnya tidak pernah ditangkap, dan kasus
itu masih belum terpecahkan. Dia ingin tahu, apakah ada kemungkinan pembunuhnya
adalah orang yang sama.
Si petugas melihat dokumen yang Seo Kyung berikan,
dan dia menjelaskan bahwa fraktur tengkorak memang mirip, tapi dia tidak bisa
mengidentifikasi penyebab kematian empat korban ini. Lalu dia terkejut saat
melihat nama saksi di dokumen tersebut. "Saksi
pertama, Han Seo Kyung".
“Apa ini...”
“Ya. Itu aku,” kata Seo Kyung, tahu apa yang si
petugas ingin tanyakan. “Korban Han Kyu Tae adalah ayahku.”
“Aku menemukan toko yang menjual Permen Okchun.
Terkadang ada pria yang membelinya. Aku akan mengirimkan rekaman CCTV.”
Mendengar laporan dari rekannya itu, Do Won pun
pergi menuju ke sana.
Mi Sook menyiapkan banyak makanan untuk merayakan
ulang tahun Seo Kyung. Dan Seo Kyung sangat berterima kasih padanya. Lalu dia
memberitahu Mi Sook bahwa Do Won tidak akan datang, karena ini sudah tiga
tahun, jadi tidak perlu di tunggu. Dan lalu dia mengambil nasi bagian Do Won.
“Jangan terlalu membenci Do Won, Seo Kyung,” kata
Mi Sook, meminta.
“Bagaimana bisa aku membencinya? Bahkan ayahku
tidak bisa melakukan apa yang dia lakukan untukku,” balas Seo Kyung. Lalu dia
mencobai masakan Mi Sook. “Ini lezat,” pujinya.
“Makanlah yang banyak,” kata Mi Sook, senang.aaaaaaaaaaaaa
Saat Seo Kyung keluar dari dalam rumah Mi Sook, dan
pulang ke rumahnya sendiri yang berada di lantai atas, dia bertemu dengan Do
Won yang sedang memperbaiki lampu depan rumahnya. “Kamu tidak tahu ini masuk
tanpa izin?” tanyanya, berpura- pura kesal.
“Tidak mungkin. Aku tinggal di sana,” balas Do Won.
“Kamu tidak bisa bilang begitu setelah pergi selama
tiga tahun,” keluh Seo Kyung.
Didalam rumah. Do Won memperlihatkan sebuah foto
kepada Seo Kyung, dan bertanya, apakah ini benar Lee Sung Wook, putra dari Ibu
tiri Seo Kyung. Dan Seo Kyung menjawab bahwa dia sudah lama tidak melihatnya,
jadi dia tidak terlalu yakin Namun karena ada tahi lalat di belakang tangannya,
dia rasa itu benar Sung Wook.
“Kamu masih punya alamatnya?” tanya Do Won. Dan Seo
Kyung pun memberikan nya. “Terima kasih.”
“Kenapa kamu mencarinya?” tanya Seo Kyung, ingin
tahu. Dan Do Won menjawab bahwa dia ingin Sung Wook menjadi saksi. “Apa ini
soal kasus Stasiun Mukyeong? Apa Lee Sung Wook terlibat?” tanyanya.
“Aku akan melapor saat sudah yakin, Nona Jaksa,”
balas Do Won. Lalu diapun pergi. “Oh ya, selamat ulang tahun,” ucap nya.
Ketika Do Won pergi keluar, Seo Kyung menyusulnya
dan melemparkan tas padanya. Lalu dia menanyai, apakah hanya itu yang ingin Do
Won katakan, setelah tiga tahun baru kembali ke sini. Dia ingin tahu alasan Do
Won pergi tiga tahun lalu, tanpa mengatakan sepatah kata pun.
“Saat itu kamu bilang menyukaiku. Itu sebabnya aku
pergi. Itu yang kamu katakan. Apa itu menjawab pertanyaanmu?” kata Do Won
dengan sikap acuh.
“Kamu pengecut,” kata Seo Kyung, kesal. “Ambillah.
Barang-barang yang kamu tinggalkan. Aku sudah mengemasnya.”
“Untuk apa? Aku meninggalkannya. Artinya semua itu
bisa dibuang,” balas Do Won. Lalu dia masuk ke dalam mobil. Dan Seo Kyung
merasa sedih melihat itu.
Setelah menyentir agak jauh, Do Won berhenti. Dia
memukul stir mobil dengan frustasi. Lalu tiba- tiba Lee Jung Min menelponnya,
dan diapun mengangkat nya.
“Aku menemukan sidik jari di tas tempat mayat-mayat
itu berada. Tapi itu semua hanya fragmen, akan sulit mendapatkan identitasnya.
Kecuali ada tersangka, lantas, kita bisa bandingkan dengan seluruh sidik
jarinya,” jelas Jung Min, memberitahu.
"8 Muil-ro, Songin-gu, Kota Mukyeong". Do
Won melihat alamat yang diberikan oleh Seo Kyung barusan.
Sung Wook datang ke dekat rel kereta dan makan
permen disana. Lalu saat dia melihat mayat kucing yang ada disana, dia segera
menguburkan nya.
Petugas polisi yang sedang berjaga lewat di dekat
sana dan menghentikan Sung Wook. Tapi Sung Wook tidak mau berhenti dan
mendorong nya. “Bahaya, cermin, lampu lalu lintas, berhenti. Bahaya, cermin,
lampu lalu lintas, berhenti,” gumam nya terus.
Ketika Do Won sampai di rumah Sung Wook. Disana dia
melihat, Ibu Sung Wook berteriak kepada polisi untuk menangkap Sung Wook saja,
karena dia muak untuk menjaga nya. Dan si polisi tidak mau dan menyuruh Ibu
untuk menjaga Sung Wook yang difabel dengan baik.
“Haruskah aku bersamanya 24 jam sehari? Haruskah
aku mati kelaparan menjaganya? Beri aku uang untuk menuruti perkataanmu,”
teriak Ibu Sung Wook.
“Kami tidak akan membiarkannya kali ini. Dia akan
dituntut karena menghalangi,” balas si polisi, tidak peduli. “Dia akan dikurung
seperti mau Anda atau membayar denda, terserah!”
Ibu Sung Wook merasa sangat putus asa. Dia menarik
Sung Wook untuk diserahkan kepada polisi. Tapi Sung Wook sama sekali tidak mau
bergerak dari tempatnya berdiri.
Do Won masuk ke dalam tempat Sung Wook. Dan melihat
nya, Ibu Sung Wook mengira kalau Do Won ingin potong rambut, jadi diapun
mempersilahkannya untuk duduk. Tapi Do Won langsung memperlihatkan lencana
polisi nya. Dengan kesal, Ibupun langsung mengusir Do Won sempat dia sudah
muak.
“Apa yang terjadi pada Pak Lee? Dia sangat berbeda
dari kali terakhir aku melihatnya,” kata Do Won, bertanya.
Ibu membawa Do Won masuk ke dalam rumahnya. Dia
ingat bahwa Do Won adalah orang yang membawa Seo Kyung untuk tinggal bersama,
setelah Ayah Seo Kyung meninggal. Lalu dia tertawa dan mengejek Seo Kyung. Tapi
Do Won mengabaikan ejekannya, dan sibuk memperhatikan Sung Wook yang berada di
dalam kamar.
“Menurut Anda siapa yang membuatnya pergi? Ibu
tirinya yang menganiaya dia saat ayahnya meninggal? Atau anak ibu tirinya yang
mencoba melecehkan seorang gadis berusia 17 tahun?” tanya Do Won, sinis.
“Orang bilang tidak ada gunanya menerima orang
asing. Aku tidak percaya kamu memperlakukanku seperti ini,” balas Ibu.
Do Won ingat bahwa Ibu menerima banyak uang dari
asuransi jiwa Ayah Seo Kyung. Dan Ibu menjelaskan bahwa karena itulah, Sung
Wook masih hidup, padahal seharusnya Sung Wook sudah mati. Sebab dulu Sung Wook
mengemudi dalam keadaan mabuk, dan kepalanya terbentur tiang telpon.
Do Won kemudian dengan serius membicarakan tentang
kasus di Stasiun Mukyeong. Di karenakan mereka menemukan jejak Sung Wook berada
di TKP, maka diapun ke sini.
“Astaga,” kata Ibu sambil tertawa keras. “Tunggu.
Dia memiliki kecerdasan seorang anak TK. Dia bisa membunuh orang diam-diam dan
mengubur mereka?” tanyanya, geli.
“Aku tidak bilang dia tersangka.”
Mendengar itu, Ibu langsung diam. Dan Do Won
meminta izin untuk boleh berbicara dengan Sung Wook. Dan Ibu pun mengizinkan
tanpa peduli.
Didalam kamar. Dengan ramah, Do Won menyapa Sung
Wook. Dan melihat dia, Sung Wook teringat pada saat dulu Do Won memukulnya,
saat dia ingin melecehkan Seo Kyung.
“Aku punya permintaan. Bisakah kamu membantuku?”
tanya Do Won sambil memberikan permen sebagai sogokan. Dan Sung Wook pun
langsung memakan permen itu. Lalu Do Won memperlihatkan foto rel kereta stasiun
Mukyeong, dan bertanya- tanya. “Kamu pernah melihat orang membawa tas besar di
stasiun? Atau kamu pernah lihat orang menggali tanah dengan sekop atau mengubur
sesuatu?” tanyanya.
“Bahaya,” jawab Sung Wook sambil memainkan mainan
rel keretanya. “Cermin. Lampu lalu lintas. Berhenti,” katanya berulang- ulang.
Mendengar itu, Do Won merasa capek, sebab dia
mengira Sung Wook tidak serius menjawab. Lalu dia pun melihat ke sekeliling
kamar Sung Wook, dan dia terkejut saat melihat disana banyak coretan. “Berhenti, bahaya”, “Bahaya, berhenti,
cermin”.
“Bukgyungru. Kereta akan datang. Tut tut tut. Ada
kereta datang” kata Sung Wook sambil memainkan mainan nya.
Di Stasiun Mukyeong yang tampak sepi, tiba- tiba
disana tampak sangat ramai dengan orang. Namun kemudian tampak sepi kembali.
Tags:
Train