Sinopsis K- Drama : Train Episode 1 part 2


Original Network : OCN


Pagi hari. Berita mengenai tengkorak yang ditemukan disekitar rel tersebut di beritakan. Para polisi menyelidiki sekeliling rel kereta, dan mengejutkannya, mereka menemukan lebih banyak jasad setelah pencarian. Sejauh ini ada empat kerangka, dan polisi beramsusi bahwa ini adalah pembunuhan berantai. Karena stasiun kereta tersebut sudah ditutup sejak tahun 2015 lalu, maka disana tidak ada CCTV.


Kepala Inspektur Oh Mi Sook memanggil Do Won ke kantornya, dan menanyai, apa yang terjadi kemarin. Dan Do Won pun memberitahu bahwa mereka masih menyelidiki tentang kerangka yang di temukan. Namun ternyata bukan itu yang Ketua Inspektur bicarakan, dan dia menyuruh Do Won untuk menanda tangani surat cuti.


Do Won meletakkan surat cuti itu diatas meja. Lalu dengan serius dia menjelaskan bahwa mereka sedang menyelidiki rekaman kamera dasbor Tae Kyung, dan mereka juga akan mendapat kan pernyataan dari korban lain. Jadi kali ini, kejaksaan tidak akan bisa membiar kan Tae Kyung lolos.



Kepala Inspektur memperlihatkan rekaman tabrakan semalam kepada Do Won, dan menanyai tentang itu. “Do Won. Kamu bisa saja mati. Kenapa kamu mengemudi ke arahnya padahal kamu tahu dia akan menabrakmu?” tanya Kepala Inspektur, tegas.
“Aku sudah memeriksa tempat itu sebelumnya. Aku bisa bergerak dengan bebas. Aku baik-baik saja,” jawab Do Won sambil tersenyum menenangkan.

“Tanda tangani,” tegas Kepala Inspektur. Dan Do Won protes. “Kamu tidak normal. Aku tidak bisa membiarkanmu terus begini.” 



“Aku menjalani pengobatan. Anda menyuruhku ke rumah sakit. Aku menjalani konseling dan minum obat. Aku serius,” jelas Do Won sambil menunjukkan obatnya.
Mendengar itu, Kepala Inspektur diam dan merasa ragu. Dengan memelas, Do Won memohon untuk di izinkan terlibat dalam kasus pembunuhan berantai di stasiun Mukyeong, dan dia berjanji bahwa dia tidak akan memaksakan diri lagi.
“Aku mau surat dokter,” pinta Kepala Inspektur.

“Aku akan membawakannya bersama dengan pelakunya,” balas Do Won, puas. Lalu diapun mengambil obat nya dan keluar dari ruangan.


Rekan A yang mengikuti Do Won semalam, dia mengajak rekan B untuk bertaruh 100 dolar, apakah Do Won yang akan mati lebih dahulu karena kelelahan atau kecelakaan. Atau dia yang akan mati duluan karena serangan jantung. Dan tepat disaat itu, mereka melihat Do Won datang.
“Aku akan potong tanganku jika dia tidak mati lebih dahulu. Aku yakin akan menang,” kata rekan B dengan percaya diri.

“Pasti aku yang mati lebih dahulu,” kata rekan A dengan lemas.



Rekan B dan Rekan A kemudian mendekati Do Won, mereka menanyai, bukankah Do Won harusnya ke Dokter. Dan Do Won menjawab lain kali, lalu dia menanyai tentang kasus ini. Dan Rekan B serta Rekan A segera menjelaskan, mereka tidak bisa menemukan apapun, karena stasiun ini sudah lama tutup, jadi tidak ada CCTV. Lalu juga tidak ada orang yang tinggal di sekitar stasiun ini.
“Tuliskan daftar mantan narapidana yang ada di area sekitar sini. Periksa apakah ada orang yang dilaporkan hilang,” perintah Do Won.

“Baik, Pak.”


Do Won memeriksa salah satu kerangka yang sedang difoto oleh anggota forensik, Lee Jung Min. Dan ketika dia datang, Jung Min memanggilnya ‘Bedebah gila’. Dan Do Won mengiyakan dengan santai. Jung Min mengetahui tentang tabrakan semalam, dan dengan sinis dia menyarankan Do Won untuk merangkak ke dalam lubang dan dia akan bersikap baik untuk menutupi nya dengan tanah.
“Kamu khawatir atau marah? Pilih satu saja,” kata Do Won, santai.

“Untuk apa aku mencemaskanmu? Lebih baik aku mencemaskan anjing di sebelah rumahku,” balas Jung Min. Lalu tanpa sengaja, dia hampir saja terjatuh. Untungnya, Do Won berhasil menangkap nya.



Do Won kemudian bertanya dengan serius, apa Jung Min ada menemukan sesuatu yang bisa membantu mereka untuk mengetahui siapa korban. Dan Jung Min menjelaskan bahwa semua korban yang ditemukan sudah menjadi kerangka, jadi sidik jari akan sulit di temukan. Namun berdasarkan perhiasan yang dipakai korban, dia merasa semua korban adalah wanita.

“Apa itu berarti pelakunya tidak mengincar perhiasan mereka?” gumam Do Won sambil melihat perhiasan korban yang masih ada.


Tiba- tiba Rekan A berteriak, jadi Do Won pun menghampirinya. Ternyata Rekan A berteriak, karena dia menemukan mayat kucing yang terkubur di tanah. Melihat itu, Rekan B mengeluh kesal kepada Rekan A, karena cuma itu saja sampai berteriak.
“Itu karena aku sudah terkena dua serangan jantung sejak kemarin,” keluh Rekan A dengan pelan sambil melirik Do Won. “Kamu tidak menyadari ada yang aneh dengan mayat kucing itu? Dahulu aku tinggal dekat stasiun, jadi, pernah melihat kucing begini. Kucing yang tertabrak kereta dahulu terlihat seperti ini,” jelas nya.

“Tertabrak kereta? Di sini?” tanya Rekan B sambil melihat ke rel kereta yang sudah lama tidak di gunakan sejak 5 tahun lalu.


Do Won diam mendengarkan pembicaraan mereka, dan sibuk memeriksa disekitar.


"Badan Forensik Nasional"
Seo Kyung datang ke sana untuk melihat- lihat kondisi kerangka korban yang ditemukan. Dia kemudian memberitahu seorang petugas forensik disana, 12 tahun lalu ada kasus dengan modus operandi serupa, yaitu kasus Pembunuhan Perumahan Mukyeong. Korban dicekik, lalu dipukul di kepala. Seperti para korban ini, pembunuhnya tidak pernah ditangkap, dan kasus itu masih belum terpecahkan. Dia ingin tahu, apakah ada kemungkinan pembunuhnya adalah orang yang sama.
Si petugas melihat dokumen yang Seo Kyung berikan, dan dia menjelaskan bahwa fraktur tengkorak memang mirip, tapi dia tidak bisa mengidentifikasi penyebab kematian empat korban ini. Lalu dia terkejut saat melihat nama saksi di dokumen tersebut. "Saksi pertama, Han Seo Kyung".


“Apa ini...”

“Ya. Itu aku,” kata Seo Kyung, tahu apa yang si petugas ingin tanyakan. “Korban Han Kyu Tae adalah ayahku.”

“Aku menemukan toko yang menjual Permen Okchun. Terkadang ada pria yang membelinya. Aku akan mengirimkan rekaman CCTV.”

Mendengar laporan dari rekannya itu, Do Won pun pergi menuju ke sana.


Mi Sook menyiapkan banyak makanan untuk merayakan ulang tahun Seo Kyung. Dan Seo Kyung sangat berterima kasih padanya. Lalu dia memberitahu Mi Sook bahwa Do Won tidak akan datang, karena ini sudah tiga tahun, jadi tidak perlu di tunggu. Dan lalu dia mengambil nasi bagian Do Won.


“Jangan terlalu membenci Do Won, Seo Kyung,” kata Mi Sook, meminta.
“Bagaimana bisa aku membencinya? Bahkan ayahku tidak bisa melakukan apa yang dia lakukan untukku,” balas Seo Kyung. Lalu dia mencobai masakan Mi Sook. “Ini lezat,” pujinya.

“Makanlah yang banyak,” kata Mi Sook, senang.aaaaaaaaaaaaa



Saat Seo Kyung keluar dari dalam rumah Mi Sook, dan pulang ke rumahnya sendiri yang berada di lantai atas, dia bertemu dengan Do Won yang sedang memperbaiki lampu depan rumahnya. “Kamu tidak tahu ini masuk tanpa izin?” tanyanya, berpura- pura kesal.
“Tidak mungkin. Aku tinggal di sana,” balas Do Won.

“Kamu tidak bisa bilang begitu setelah pergi selama tiga tahun,” keluh Seo Kyung.


Didalam rumah. Do Won memperlihatkan sebuah foto kepada Seo Kyung, dan bertanya, apakah ini benar Lee Sung Wook, putra dari Ibu tiri Seo Kyung. Dan Seo Kyung menjawab bahwa dia sudah lama tidak melihatnya, jadi dia tidak terlalu yakin Namun karena ada tahi lalat di belakang tangannya, dia rasa itu benar Sung Wook.

“Kamu masih punya alamatnya?” tanya Do Won. Dan Seo Kyung pun memberikan nya. “Terima kasih.”


“Kenapa kamu mencarinya?” tanya Seo Kyung, ingin tahu. Dan Do Won menjawab bahwa dia ingin Sung Wook menjadi saksi. “Apa ini soal kasus Stasiun Mukyeong? Apa Lee Sung Wook terlibat?” tanyanya.

“Aku akan melapor saat sudah yakin, Nona Jaksa,” balas Do Won. Lalu diapun pergi. “Oh ya, selamat ulang tahun,” ucap nya. 



Ketika Do Won pergi keluar, Seo Kyung menyusulnya dan melemparkan tas padanya. Lalu dia menanyai, apakah hanya itu yang ingin Do Won katakan, setelah tiga tahun baru kembali ke sini. Dia ingin tahu alasan Do Won pergi tiga tahun lalu, tanpa mengatakan sepatah kata pun.

“Saat itu kamu bilang menyukaiku. Itu sebabnya aku pergi. Itu yang kamu katakan. Apa itu menjawab pertanyaanmu?” kata Do Won dengan sikap acuh.


“Kamu pengecut,” kata Seo Kyung, kesal. “Ambillah. Barang-barang yang kamu tinggalkan. Aku sudah mengemasnya.”

“Untuk apa? Aku meninggalkannya. Artinya semua itu bisa dibuang,” balas Do Won. Lalu dia masuk ke dalam mobil. Dan Seo Kyung merasa sedih melihat itu.


Setelah menyentir agak jauh, Do Won berhenti. Dia memukul stir mobil dengan frustasi. Lalu tiba- tiba Lee Jung Min menelponnya, dan diapun mengangkat nya.


“Aku menemukan sidik jari di tas tempat mayat-mayat itu berada. Tapi itu semua hanya fragmen, akan sulit mendapatkan identitasnya. Kecuali ada tersangka, lantas, kita bisa bandingkan dengan seluruh sidik jarinya,” jelas Jung Min, memberitahu.

"8 Muil-ro, Songin-gu, Kota Mukyeong". Do Won melihat alamat yang diberikan oleh Seo Kyung barusan.


Sung Wook datang ke dekat rel kereta dan makan permen disana. Lalu saat dia melihat mayat kucing yang ada disana, dia segera menguburkan nya.

Petugas polisi yang sedang berjaga lewat di dekat sana dan menghentikan Sung Wook. Tapi Sung Wook tidak mau berhenti dan mendorong nya. “Bahaya, cermin, lampu lalu lintas, berhenti. Bahaya, cermin, lampu lalu lintas, berhenti,” gumam nya terus.


Ketika Do Won sampai di rumah Sung Wook. Disana dia melihat, Ibu Sung Wook berteriak kepada polisi untuk menangkap Sung Wook saja, karena dia muak untuk menjaga nya. Dan si polisi tidak mau dan menyuruh Ibu untuk menjaga Sung Wook yang difabel dengan baik.
“Haruskah aku bersamanya 24 jam sehari? Haruskah aku mati kelaparan menjaganya? Beri aku uang untuk menuruti perkataanmu,” teriak Ibu Sung Wook.

“Kami tidak akan membiarkannya kali ini. Dia akan dituntut karena menghalangi,” balas si polisi, tidak peduli. “Dia akan dikurung seperti mau Anda atau membayar denda, terserah!”


Ibu Sung Wook merasa sangat putus asa. Dia menarik Sung Wook untuk diserahkan kepada polisi. Tapi Sung Wook sama sekali tidak mau bergerak dari tempatnya berdiri.


Do Won masuk ke dalam tempat Sung Wook. Dan melihat nya, Ibu Sung Wook mengira kalau Do Won ingin potong rambut, jadi diapun mempersilahkannya untuk duduk. Tapi Do Won langsung memperlihatkan lencana polisi nya. Dengan kesal, Ibupun langsung mengusir Do Won sempat dia sudah muak.

“Apa yang terjadi pada Pak Lee? Dia sangat berbeda dari kali terakhir aku melihatnya,” kata Do Won, bertanya.



Ibu membawa Do Won masuk ke dalam rumahnya. Dia ingat bahwa Do Won adalah orang yang membawa Seo Kyung untuk tinggal bersama, setelah Ayah Seo Kyung meninggal. Lalu dia tertawa dan mengejek Seo Kyung. Tapi Do Won mengabaikan ejekannya, dan sibuk memperhatikan Sung Wook yang berada di dalam kamar.


“Menurut Anda siapa yang membuatnya pergi? Ibu tirinya yang menganiaya dia saat ayahnya meninggal? Atau anak ibu tirinya yang mencoba melecehkan seorang gadis berusia 17 tahun?” tanya Do Won, sinis.

“Orang bilang tidak ada gunanya menerima orang asing. Aku tidak percaya kamu memperlakukanku seperti ini,” balas Ibu.


Do Won ingat bahwa Ibu menerima banyak uang dari asuransi jiwa Ayah Seo Kyung. Dan Ibu menjelaskan bahwa karena itulah, Sung Wook masih hidup, padahal seharusnya Sung Wook sudah mati. Sebab dulu Sung Wook mengemudi dalam keadaan mabuk, dan kepalanya terbentur tiang telpon.


Do Won kemudian dengan serius membicarakan tentang kasus di Stasiun Mukyeong. Di karenakan mereka menemukan jejak Sung Wook berada di TKP, maka diapun ke sini.
“Astaga,” kata Ibu sambil tertawa keras. “Tunggu. Dia memiliki kecerdasan seorang anak TK. Dia bisa membunuh orang diam-diam dan mengubur mereka?” tanyanya, geli.
“Aku tidak bilang dia tersangka.”

Mendengar itu, Ibu langsung diam. Dan Do Won meminta izin untuk boleh berbicara dengan Sung Wook. Dan Ibu pun mengizinkan tanpa peduli.


Didalam kamar. Dengan ramah, Do Won menyapa Sung Wook. Dan melihat dia, Sung Wook teringat pada saat dulu Do Won memukulnya, saat dia ingin melecehkan Seo Kyung.



“Aku punya permintaan. Bisakah kamu membantuku?” tanya Do Won sambil memberikan permen sebagai sogokan. Dan Sung Wook pun langsung memakan permen itu. Lalu Do Won memperlihatkan foto rel kereta stasiun Mukyeong, dan bertanya- tanya. “Kamu pernah melihat orang membawa tas besar di stasiun? Atau kamu pernah lihat orang menggali tanah dengan sekop atau mengubur sesuatu?” tanyanya.

“Bahaya,” jawab Sung Wook sambil memainkan mainan rel keretanya. “Cermin. Lampu lalu lintas. Berhenti,” katanya berulang- ulang.


Mendengar itu, Do Won merasa capek, sebab dia mengira Sung Wook tidak serius menjawab. Lalu dia pun melihat ke sekeliling kamar Sung Wook, dan dia terkejut saat melihat disana banyak coretan. “Berhenti, bahaya”, “Bahaya, berhenti, cermin”.

“Bukgyungru. Kereta akan datang. Tut tut tut. Ada kereta datang” kata Sung Wook sambil memainkan mainan nya.



Di Stasiun Mukyeong yang tampak sepi, tiba- tiba disana tampak sangat ramai dengan orang. Namun kemudian tampak sepi kembali.

Post a Comment

Previous Post Next Post