Original Network : OCN
“Drama ini fiksi. Nama, tempat,
organisasi, insiden, entitas, dan pekerjaan tidak terkait kehidupan nyata”
"Stasiun Mukyeong”
Ketika
Do Won tersadar, dia berdiri dan menatap ke depan dengan bingung, sebab dia ada
mendengar suara tendingan kereta. Dan tepat disaat dia melihat ke depan nya,
dia terkejut melihat sebuah kereta tiba- tiba melaju sangat cepat ke arahnya.
Untung nya dia berhasil bereaksi cepat dan menghindari kereta tersebut. Dia melompat
ke sisi rel yang aman.
Sung
Wook masuk ke dalam bangunan, dan ketika dia melihat tong besar yang awal nya
tertutup sekarang jadi terbuka, dia langsung memeriksa ke sekeliling nya.
Seo
Kyung yang bersembunyi memperhatikan Sung Wook dengan heran. Karena sebelumnya,
Do Won mengatakan kalau kepala Sung Wook pernah terluka dalam sebuah
kecelakaan, jadi Sung Wook tidak mungkin pelaku pembunuhan, sebab ia tidak
waras lagi. Namun yang dilihat nya berbeda.
Dengan
segera, Seo Kyung pun berusaha untuk menghubungi Do Won lagi. Tapi nomor yang
di tuju tetap tidak ada yang mengangkat. Do
Won tidak mengangkat telponnya, karena dia tidak menyadari nya dan karena dia masih
merasa kesakitan.
Sung
Wook mengeluarkan mayat wanita yang berada di dalam tong dengan panik. Dan dengan
gugup, Seo Kyung memperhatikannya sambil terus mencoba untuk menghubungi Do
Won.
Do
Won akhirnya menyadari kalau hpnya berbunyi, dan diapun mengangkat telpon dari
Seo Kyung itu. Tapi sayangnya, telpon tersebut sudah keburu mati. Lalu diapun
menghubungi Seo Kyung kembali.
Ketika
Do Won menghubungi nya kembali, Seo Kyung segera mematikan telpon nya dan
menyimpan hp nya. Sebab Sung Wook tampak menyadari persembunyiannya karena itu.
Rekan
B menghubungi Do Won dan melaporkan bahwa Sung Wook tidak ada dirumah, dan Ibu
Sung Wook sendiri, ia juga tidak tahu dimana Sung Wook berada. Jadi haruskah
mereka menunggu disana sebentar. Dan Do Won menjawab tidak, dia menyuruh mereka
berdua untuk segera datang ke Stasiun Mukyeong serta hubungi Unit Investigasi
Regional, karena dia merasa korban kelima ada didalam stasiun. Dan Rekan B
mengiyakan.
Do
Won kemudian memeriksa tempatnya dipukul sebelumnya, disana dia menemukan
bungkus permen milik Sung Wook. Lalu diapun melihat ke sekeliling untuk mencari
nya.
Sung
Wook berhasil menemukan Seo Kyung yang bersembunyi. “Kamu melihat semuanya,
bukan?” tanyanya.
“Itu
kamu, bukan? Wanita itu dan jasad lainnya. Kamu membunuh mereka?” balas Seo
Kyung, bertanya dengan nada benci. “Katakan. Kamu membunuh mereka, bukan?”
Sung
Wook tidak senang mendengar itu, dan dia langsung memukul Seo Kyung. Dan Seo
Kyung pun melawannya dengan melemparkan segala barang yang ada disekitarnya.
Tapi kemudian sialnya, dia tersandung dan terjatuh.
Dengan
perlahan, Sung Wook berjalan mendekatinya sambil memegang sekop besar.
Para
polisi memeriksa seluruh stasiun.
Ketika
Sung Wook mengangkat sekopnya dan bersiap untuk memukul, Seo Kyung langsung
melemparkan barang yang ada di dekatnya dan berusaha untuk melarikan diri. Tapi
Sung Wook lalu menjambat rambut nya dan menyeret nya masuk ke dalam bangunan
kembali, sebelum dia sempat melangkah keluar dari pintu.
“Seo
Kyung!” teriak Do Won sambil mencari- cari Seo Kyung di sekitar bangunan
tersebut.
Seo
Kyung ingin menjawab dan kabur, tapi Sung Wook mencekik lehernya dengan kuat.
“Itu kamu,” katanya dengan susah payah sambil tangan nya mencari- cari sesuatu
yang bisa di gunakan nya.
“Han
Seo Kyung!” panggil Do Won. Lalu ketika dia melihat stiker bertuliskan
Bukgyungru. Dia langsung mengeluarkan pistolnya dan menembak ke atas langit
untuk memberikan tanda kepada yang lainnya.
Mendengar
suara tembakan tersebut, Jung Min langsung memerintahkan semuanya untuk segera
ke sana.
Seo
Kyung berhasil mendapatkan sebuah botol kaca, dan dia langsung menusuk Sung
Wook menggunakan itu. Sehingga Sung Wook pun berhenti mencekik leher nya.
Tepat
disaat itu, Do Won datang. Dan ketika dia melihat apa yang terjadi, dia
langsung menghajar Sung Wook habis- habisan.
“Minggir,
Do Won!” perintah Seo Kyung, berteriak. Dan Do Won pun langsung berhenti memukul.
“Itu dia. Lee Sung Wook yang membunuh ayahku,” katanya sambil mengarahkan
pistolnya. “Kenapa kamu melakukannya? Apa yang dilakukan ayahku kepadamu? Han
Kyu Tae, ayahku!” bentak nya, bertanya.
“Tidak.
Siapa Han Kyu Tae?” tanya Sung Wook dengan lemas.
Mendengar
pertanyaan itu, Seo Kyung tertawa geli. “Kepalamu terluka. Kamu juga hilang
ingatan?” tanyanya. “Lalu kenapa? Apa kamu hidup dengan tenang?”
Do
Won hanya diam saja. Dia merasa sangat bersalah di dalam hatinya, tapi dia
tidak berani untuk mengatakan apapun. Dan saat dia mendengar Seo Kyung ingin
membunuh Sung Wook untuk membalaskan kematian Ayahnya, Do Won semakin merasa
bersalah.
“Bukan
dia, Seo Kyung,” kata Do Won, pelan.
“Korban
kelimanya. Dia memiliki tanda cekikan. Sama seperti ayahku,” jelas Seo Kyung.
“Itu
bukan pembunuh yang sama,” kata Do Won. Dan Seo Kyung tidak percaya. “Pelaku
yang membunuh ayahmu sudah mati 12 tahun lalu,” katanya sambil berjalan
mendekati ujung pistol Seo Kyung.
Jung
Min akhirnya berhasil menemukan jalan kecil didekat rel, dan dia masuk ke dalam
sana.
“Malam
itu, pelakunya meninggal dalam kecelakaan setelah membunuh ayahmu saat dia
melarikan diri,” kata Do Won, memberitahu.
“Apa
maksudmu?” tanya Seo Kyung, heran. “Bagaimana kamu tahu?”
“Dia
ayahku. Dia yang membunuh ayahmu 12 tahun lalu. Ayahku yang melakukannya.
Ayahku yang tewas dalam tabrak lari malam itu. Ayahku,” kata Do Won, mengakui
kebenaran sesungguhnya.
Jung
Min yang berada diluar bangunan, dia terkejut mendengar itu. Dan dia menutup
mulutnya sendiri supaya tidak menimbulkan suara.
Seo
Kyung sama sekali tidak bisa mencerna semua kebenaran yang ada. Dan Do Won pun
menjelaskan bahwa itulah alasan nya tetap bersama Seo Kyung dan juga alasannya
harus meninggalkan Seo Kyung.
Mengetahui
itu, Seo Kyung sangat terguncang dan tangannya yang memegang pistol bergetar.
Dan Do Won mendekatkan dirinya serta mempersiapkan dirinya untuk di tembak.
Train Episode 2
Sung Wook di tangkap oleh
polisi.
Korban
kelima yang di temukan di dalam tong mulai di periksa. Dan tanpa semangat, Do
Won duduk di sudut dan diam memperhatikan proses pemeriksaan. Menyadari itu,
Jung Min berusaha bersikap biasa, dia membahas tentang kondisi mayat korban
kelima, tapi Do Won sama sekali tidak mendengarkan nya.
“Dia
mengalami cedera kepala yang sama seperti kerangka lain. Tapi aku menemukan
tanda-tanda sesak napas,” kata Jung Min, terus berusaha bersikap biasa.
Do
Won terus diam. Dan setelah cukup lama, dia merasa tidak tahan lagi. Dia keluar
darisana dan mulai muntah- muntah. Melihat itu, Rekan B merasa khawatir padanya
dan ingin membantu. Tapi Do Won menolak.
“Lihat
ini, Pak. Sebuah peluru ditembakkan di gudang,” kata Rekan B, melapor sambil
memperlihatkan peluru yang di temukannya.
Itu
adalah peluru yang Seo Kyung tembakan ke atas langit bangunan. “Katakan kamu
menyesal karena mengatakan kebohongan yang tidak masuk akal. Katakan kamu
menyesal. Katakan saja kamu membenci dan kesal karena aku mempertahankanmu dan
tidak melepaskanmu. Kamu tahu kamu tidak boleh berbohong seperti itu, jadi,
tolong sampaikan permintaan maafmu,” pinta Seo Kyung dengan frustasi. Dia tidak
bisa menerima kenyataan yang Do Won katakan.
“Kamu
ingat kalung emas itu? Senjata pembunuhan yang menghilang dari TKP? Itu kalung
mendiang ibumu. Kalung itu ada di barang-barang ayahku,” kata Do Won, berusaha
bersikap kejam. “Kamu mengerti sekarang? Kenapa pelaku Kasus Stasiun Mukyeong
tidak mungkin membunuh ayahmu?” jelas nya bertanya dengan nada mengejek.
Dengan
lemas, Seo Kyung menjatuhkan pistol yang dipegang nya. Lalu diapun pergi
darisana. Dan Do Won berdiri terpaku di tempat nya.
Do
Won lalu mengambil peluru tersebut dari Rekan B, dan menggenggam nya dengan erat. “Aku
akan bicara dengan atasan nanti,” katanya. Dan Rekan B merasa bingung.
Kasus
di Stasiun Mukyeong di beritakan di TV.
Ibu
Sung Wook sangat terkejut mendengar berita di TV. Tapi sebelum dia sempat
bereaksi, para polisi sudah datang ke rumahnya dengan membawa surat izin
pengeledahan.
“Tunggu.
Apa yang kalian lakukan? Jangan masuk,” kata Ibu, berusaha untuk menghentikan
para polisi. “Dia tidak melakukannya! Sudah kubilang! Dia sungguh tidak
melakukannya!” teriaknya dengan panik. Namun para polisi mengabaikan nya.
Do
Won mencuci muka nya. Dan lalu dia meminum obatnya supaya bisa merasa tenang.
Saat
Do Won keluar dari kamar mandi. Dia bertemu dengan Kepala Inspektur Mi Sook. Mi
Sook menanyai, apakah Do Won ada menemukan bukti lain selain sidik jari
tersangka. Dan Do Won menjelaskan bahwa barusan BFN menelpon dan memberitahu
bahwa mereka mendeteksi sperma di pakaian dalam korban kelima.
“Kudengar
tersangkanya difabel. Pastikan kamu mengikuti protokol saat menginterogasi,
agar tidak ada yang bisa menantangnya nanti,” kata Mi Sook, mengingatkan.
“Baik,
Bu,” jawab Do Won, mengerti.
Do
Won kemudian teringat sesuatu. Dia memberitahu Mi Sook bahwa Seo Kyung sudah
tahu semuanya, dan Seo Kyung mungkin akan mendatangi Mi Sook nantinya. Dia
ingin Mi Sook untuk bersikap biasa saja, karena Mi Sook tidak ada hubungan nya
dengan semua ini. Semuanya adalah keputusan nya, dan dia sendirilah yang telah
menyembunyikan kejahatan Ayahnya. Jadi, dia yang akan menghadapi konsekuensi
nya.
“Jika
aku bukan detektif yang menangani kasus ini, aku penasaran apa situasinya akan
berbeda. Aku membawa kalian ke ambang kehancuran,” kata Mi Sook dengan sedih.
“Ini
bukan salah Anda. Itu karena ayahku dan aku egois.”
Setelah
mengatakan itu, Do Won pamit dan pergi.
Didalam
kantornya, Mi Sook melihat- lihat kembali file kasus pembunuhan Ayah Seo Kyung.
Lalu dia diam dan merenung.
Ketika
Mi Sook pulang, Seo Kyung sudah berdiri didepan rumahnya dan menunggu nya. Seo
Kyung menceritakan bahwa barusan dia barusaja mendengar hal gila, dan dia teus
memikirkan sesuatu yang lebih gila. Dan dia menanyai, apakah Mi Sook juga tahu
tentang semua ini. Dan Mi Sook diam.
“Tidak
mungkin Anda akan tahu yang sebenarnya dan berbohong kepadaku. Benar, bukan?”
tanya Seo Kyung, berharap.
“Masuklah,”
ajak Mi Sook. “Ada yang ingin kukembalikan kepadamu.”
Didalam
rumah. Mi Sook mengembalikan kalung emas milik Ibu Seo Kyung yang merupakan
barang bukti kejahatan. Lalu dia berlutut dihadpan Seo Kyung dan mengakui
semuanya. Dulu Do Won datang membawakan itu padanya, setelah pemakaman Ayah Do
Won. Dan dia yang menghentikan Do Won, dia menyuruh Do Won untuk merahasiakan
nya. Karena dia terlalu menyanyangi nya. Mendengar itu, Seo Kyung semakin
merasa terguncang.
“Usianya
baru 10 tahun. Tapi dia selalu sibuk berusaha menghasilkan uang agar dia bisa
menghasilkan uang untuk membantu ayahnya. Ayahnya pecandu alkohol. Rutinitas
hariannya adalah mengunjungi kantor polisi mengeluarkan ayahnya dari sel. Lalu,
kasus ayahmu terjadi. Ayahnya, si pembunuh, sudah tewas. Kasus itu akan
ditutup. Tapi aku tidak sanggup melihatnya menjalani sisa hidupnya sebagai
putra seorang pembunuh,” jelas Mi Sook, bercerita.
“Lalu
bagaimana denganku? Teganya Anda mengatakan itu kepadaku?” tanya Seo Kyung,
merasa terluka. “Aku hanya ingin tahu siapa yang membunuh ayahku. Karena itu,
aku tidak bisa merelakan kematiannya selama 10 tahun lebih. Aku memikirkan hari
itu berulang kali. Begitulah aku menjalani hidupku. Anda selalu berada di
dekatku untuk menyaksikannya. Kenapa Anda tidak menghentikan Do Won sampai
akhir? Seharusnya Anda menghentikannya agar tidak berakhir seperti ini. Saat
kali pertama dia mengajakku ke sini, Anda seharusnya menyuruhku pergi,”
keluhnya.
“Alasan
Do Won merahasiakan dosa ayahnya adalah karena dia ingin membawamu pulang. Dia
tidak bisa membiarkanmu tetap di sana.”
Seo
Kyung mengingat saat dulu di hampir di lecehkan oleh Sung Wook. Disaat itu, Do
Won lah orang yang datang dan membantunya. Do Won mengulurkan tangan padanya.
Sekarang
mengingat itu, Seo Kyung merasa sangat kesal dan dia menghancurkan foto mereka
bertiga yang berada diatas meja. “Seumur hidupku, kupikir hadiah terakhir
ayahku untukku adalah Anda dan Do Won. Karena hanya kalian yang membantuku
setelah aku sendirian. Kalian adalah keluargaku. Kalian adalah alasanku hidup.”
“Tapi
Seo Kyung. Do Won mendedikasikan hidupnya untukmu. Dia pikir itu satu-satunya
cara baginya untuk membalas jasamu atas dosa ayahnya,” jelas Mi Sook.
“Kamu
tidak mengerti? Karena itulah aku tidak bisa memaafkannya,” balas Seo Kyung.
Lalu diapun pergi. Dan Mi Sook menangis sedih.
Diluar.
Seo Kyung bersandar di dekat dinding dan menangis. Dia mengingat saat pertama
kali Do Won membawa nya untuk tinggal bersama di rumah Mi Sook. Saat itu, dia
merasa sangat berterima kasih kepada Do Won, dan dia mengakui kepada Do Won
bahwa dia sangat tidak ingin kembali ke rumah Ibu tirinya.
“Kamu
tidak perlu kembali. Aku berjanji,” kata Do Won dengan tegas dan serius. Lalu
dia membawa barang- barang Seo Kyung masuk ke dalam rumah.
Saat
mereka sudah dewasa. Do Won yang sedang bertugas, dia datang jauh- jauh ke
tempat Seo Kyung untuk menggantikan bohlam lampu nya yang mati, karena dia
mengira Seo Kyung takut gelap. Lalu dia juga telah memasakkan makanan untuk Seo
Kyung. Dan dengan perhatian, dia mengingatkan Seo Kyung untuk jangan tidur
terlalu larut. Sesudah itu, diapun berniat untuk pergi. Tapi Seo Kyung
menghentikannya.
“Do
Won, arlojimu rusak,” kata Seo Kyung, melihat jam di tangan Do Won.
“Ah.
Itu terjadi saat penyergapan pengemudi mabuk kemarin,” jawab Do Won.
“Lalu
kenapa kamu masih memakainya?” tanya Seo Kyung, heran.
“Kamu
membelikannya untukku.”
“Aku
sudah khawatir kamu terluka beberapa hari lalu,” keluh Seo Kyung. “Jika bukan
karena aku, kamu akan masuk ke Universitas Kepolisian Nasional bukannya menjadi
petugas patroli. Tunggu saja. Aku berjanji akan mengembalikan uangmu,” katanya,
bertekad. “Setelah lulus tes, aku akan membayarmu 10 kali lipat Tidak, seratus
lipat untuk semua yang kamu lakukan untukku.”
“Kamu
tidak perlu melakukan itu. Jangan bekerja terlalu keras,” balas Do Won. Lalu
diapun pergi darisana.
Mengingat
kenangan tersebut, Seo Kyung semakin menangis dengan keras.
Do
Won menatap jam tangan yang dulu Seo Kyung pernah berikan padanya. Dan melihat
itu, dia menangis diam- diam.
Ibu
Sung Wook mengeluarkan barang yang disembunyikan nya di balik dinding. Lalu dia
memegang barang tersebut dengan kedua tangan gemetar.
Tags:
Train