Sinopsis K- Drama : Train Episode 2 part 2


Original Network : OCN


Jung Min merasa sangat khawatir kepada Do Won dan juga Seo Kyung, tapi dia tidak berani untuk menghadapi mereka. Dan disaat itu, rekannya datang memperlihatkan perhiasan barang korban yang rencana nya mau di kembalikan kepada keluarga para korban. Tapi sayangnya, mereka hanya bisa mengidentifikasi korban terakhir.

“Berikan kepada polisi,” perintah Jung Min.

“Baiklah,” jawab si rekan. Lalu dia bertanya dengan ragu, “Kamu akan mengambilnya sendiri, bukan? Biasanya kamu bawa barang-barang ke Kantor Polisi Mukyeong.”
“Kapan aku melakukan itu?” balas Jung Min, menyangkal.
“Setiap saat.”

“Kali ini aku tidak mau. Pergilah,” perintah Jung Min. Dan si rekan pun mengiyakan. Tapi Jung Min kemudian menghentikannya. “Tunggu. Kenapa hanya ada satu anting?”


“Itu. Kami menemukannya di salah satu kerangka. Hanya ada satu saat kami menemukannya ,” jawab si rekan. Dan Jung Min pun mengerti.



Diruang introgasi. Do Won memperlihatkan foto tanda Bahaya, Cermin, Lampu Lalu Lintas, tanda Berhenti, dan Bukgyrungru, kepada Sung Wook. Lalu dia menanyai, apakah Sung Wook mengakui kejahatan ini. Dan Sung Wook hanya diam seperti orang bodoh. Jadi Do Won pun memukul meja untuk mengertak nya.

“Detektif,” panggil pengacara yang menemani Sung Wook. “Saat kamu menangkapnya kemarin, kudengar kamu juga menyerang dia. Kamu tidak menginterogasi pria biasa. Jika kamu menginterogasinya secara langsung, dia bisa merasa terintimidasi dan pernyataan yang akurat... “ katanya mengajukan protes.


Do Won tidak peduli. Dia menarik kerah baju Sung Wook di hadapan si pengacara. “Satu-satunya alasan kamu masih hidup adalah karena tidak ada yang terjadi kepada Seo Kyung. Jika terjadi sesuatu, aku sendiri yang akan membunuhmu,” katanya dengan serius.


Seo Kyung dan Rekan A memperhatikan proses pemeriksaan korban kelima secara bersama- sama. Seo Kyung bersikap biasa saja. Tapi Rekan A bersikap sangat gugup, karena takut. Lalu diapun mulai berbicara tentang Do Won untuk menghilang kan ketakutan nya. Tapi Seo Kyung tidak mau mendengar itu dan mengalihkan pembicaraan.

“Kamu punya identitasnya?” tanya Seo Kyung.



“Ya. Namanya Lee Ji Young. Usianya 26 tahun,” jawab Rekan A sambil menunjukkan data yang dimiliki nya. “Dia hanya punya satu nenek, tapi dia menderita demensia dan dirawat di panti jompo,” jelas nya.

“Sebenarnya itu melegakan. Daripada mengetahui satu-satunya kerabat dibunuh dengan kejam, mungkin lebih baik tidak tahu apa-apa,” komentar Seo Kyung.


Do Won terus menanyai Sung Wook untuk mendapatkan informasi. Tapi Sung Wook hanya terus diam sambil menggelengkan kepala nya. Dan ketika Do Won membentaknya. Dia hanya berbicara tidak jelas.

“Ada kereta datang. Suara kereta datang...” kata Sung Wook.


Tepat disaat itu, Ibu Sung Wook datang. Dia memberitahu Do Won bahwa putranya bukanlah pembunuh. Orang pertama yang menemukan jasad di dalam tas adalah dirinya. Lalu dia memperlihatkan satu anting yang ada padanya.


Mayat korban kelima telah selesai diperiksa. Berdasarkan autopsi awal, waktu kematian sekitar 10 hari lalu. Penyebab kematian adalah sesak nafas karena tekanan di leher, lebih tepat nya korban di cekik. Dan si petugas merasa modus operandi kasus ini dengan kasus di Kawasan Mukyeong yang pernah Seo Kyung perlihatkan padanya, itu mirip. Pembunuh mencekik korban sampai mati, lalu memukul kepala korban tidak hanya sekali. Dan karena itu, dia ingin melihat kasus dulu itu lagi.

“Tidak. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan kasus itu lagi,” kata Seo Kyung, menolak. “Kamu melakukan perbandingan dengan DNA tersangka?” tanyanya, mengalihkan pembicaraan.



Ibu Sung Wook menceritakan apa yang diketahuinya. Kira- kira tiga tahun lalu, saat itu hujan ketika dia kembali setelah menjemput Sung Wook dari pusat kesejahteraan masyarakat. Saat dia melewati jalan rel kereta api, dia menemukan sebuah tas hitam besar. Dan karena penasaran, dia pun membuka tas tersebut. Tapi kemudian dia terkejut, karena melihat ada mayat seorang wanita di dalam tas itu.
“Dia sudah meninggal,” kata Ibu Sung Wook, memberitahu.

“Sidik jari Sung Wook juga ditemukan di koper lain. Dia juga tahu tempat mayat-mayat lainnya,” balas Do Won, tidak percaya.
“Karena dia mengubur mereka. Setelah kepalanya terluka, dia ketakutan dan marah setiap kali melihat sesuatu mati. Entah kenapa. Dokter mengatakan sesuatu tentang gangguan delusi. Aku tidak mengerti apa maksudnya, tapi dia mengubur anjing atau kucing yang dia temukan. Aku baru tahu dia juga mengubur kantongnya,” jelas Ibu Sung Wook dengan sikap sungguh- sungguh.


Do Won bersikap sinis kepada Ibu Sung Wook. Sebab pada saat mayat ditemukan, Ibu malah tidak melapor. Dan dia menebak kalau itu pasti karena perhiasan yang di pakai oleh para korban. Dan dengan malu- malu Ibu menjelaskan bahwa saat itu keadaan nya sedikit tidak terkendali. Tapi dia tidak tahu bahwa akan ada lebih banyak jasad, dan Sung Wook mengubur mereka semua.

“Kamu percaya kepadaku?” tanya Ibu, berharap. “Dia mungkin besar, tapi pemalu. Dia selalu seperti itu,” jelasnya.


Rekan A, yaitu Kim Jin Woo. Dia menelpon Do Won dan melaporkan bahwa hasil tes DNA sudah keluar tapi hasil nya tidak cocok. Dan mendengar itu, Do Won menatap ke arah Ibu Sung Wook yang masih berusaha menyakin kan nya bahwa Sung Wook tidak bersalah.


Selesai bertelponan, Jin Woo menghampiri Seo Kyung dan memberitahu tentang Ibu Sung Wook yang memberikan pernyataan bahwa ia ada melihat jasad- jasad para korban. Dan Ibu Sung Wook ada mencuri anting dari salah satu jasad, tapi tidak melaporkan nya. Dan karena itu, sekarang dia merasa sangat bingung, sebab DNA tersangka tidak cocok dengan Sung Wook. Lalu setelah memberitahu itu, diapun pamit dan pergi.

“Anting?” gumam Seo Kyung, bingung.


Anting yang Ibu Sung Wook, yaitu Jo Young Ran, berikan kepada mereka. Anting itu sama persis dengan anting yang dipakai oleh jasad korban, anting itu menjadi sepasang. Dan Rekan B menanyai Do Won, apakah Do Won percaya dengan Young Ran.


“Jika Lee Sung Wook atau Jo Young Ran membunuh mereka, tidak ada alasan untuk mengambil satu anting saja,” kata Do Won, berpendapat. “Kamu menemukan sesuatu di rumah mereka?” tanyanya.
“Tidak ada yang kami curigai yang bisa membuktikan pembunuhan. Forensik tidak menemukan setetes darah pun. Kami tidak menemukan apa pun yang bisa jadi senjata pembunuhan,” jawab Jin Woo.

“Tes psikologi BFN mengatakan hal yang sama,” tambah Rekan B.
Kasus semakin bertambah membingungkan, sebab mereka tidak bisa menduga siapa pelaku nya. Kepadahal tersangka dengan percaya diri meninggalkan jasad- jasad itu di stasiun.


Do Won datang kembali ke Stasiun Mukyeong untuk mencari petunjuk. Ada sesuatu yang diragukannya, bagaimana cara Pelaku membawa koper yang berisikan para korban ke tempat terpencil seperti ini. Sebab roda pada koper tampak terlalu bersih. Dengan berjalan kaki, itu tidak mungkin. Dengan mobil, itu akan terlalu mencolok di tempat yang sepi seperti stasiun ini. Dan lalu tiba- tiba dia terpikirkan, kereta. Kereta yang pernah dilihat nya.

Do Won menemui Dokter yang merawat nya. Dia menanyakan, apakah obatnya memiliki efek samping seperti halusinasi audio dan visual. Dan Dokter menjawab bahwa itu tidak biasa, tapi mungkin saja.

“Syukurlah. Lebih baik aku mengalami efek samping daripada menjadi gila,” kata Do Won, merasa sangat lega.


“Mungkin berbahaya mengonsumsi stimulan selama ini. Workaholisme. Saat orang mendengar kata itu, workaholisme, mereka tidak berpikir itu berbahaya. Namun, jika obsesimu dengan pekerjaan bisa membahayakan nyawamu, kamu punya kasus yang parah. Aku merekomendasikan terapi dengan minum obat,” jelas Dokter.

“Bagaimana jika sebaliknya? Apa bicara dengan seseorang masih bisa membantu? Aku tidak mempertaruhkan hidupku karena aku gila kerja. Bagaimana jika aku harus bekerja untuk bertahan hidup?” kata Do Won, bertanya. Lalu dia mengucapkan terima kasih dan mengambil obatnya. “Aku akan mencoba mengurangi obatku,” katanya. Lalu dia langsung pergi.


Ji Woon dan Rekan B datang ke panti jompo, tempat nenek dari korban Lee Ji Young di rawat. Mereka kesana untuk mencari petunjuk. Dan disana, ketika wanita perawat yang merawat Nenek mengetahui kematian Ji Young, dia merasa bersimpati kepada Nenek, karena cucu nya adalah satu- satunya keluarga yang dimiliki nya. Lalu kemudian tiba- tiba dia teringat sesuatu.
“Tunggu. Lalu, siapa yang mengirimkan gaji bulananku?” kata si perawat dengan bingung.
“Seseorang mentransfer uang? Kapan?” tanya Rekan B.

“Lihat ini. Seseorang mengirimkan uangnya dua hari lalu,” jelas si perawat sambil memperlihat kan buku rekening nya. "Transfer ATM, Lee Ji Young".


Rekan B segera melaporkan informasi tersebut kepada Do Won. Dan setelah dia selesai bertelpon, Jin Woo menanyai, siapa yang mentransfer bayaran atas nama Lee Ji Young itu.

“Orang yang harus menyembunyikan fakta bahwa dia sudah meninggal,” jawab Rekan B.

Saat mendapatkan kabar itu, Do Won segera bergerak untuk memeriksa. Dan tepat disaat dia meninggalkan kantor kepolisian. Seo Kyung datang ke kantor kepolisian.



Seo Kyung masuk ke dalam ruang penyimpanan. Disana dia mengambil anting milik korban pertama dan dia membandingkan nya dengan anting milik Ibunya.

“Bagaimana anting-anting ini...” gumam Seo Kyung, heran.



Do Won dan kedua rekannya memeriksa kamera CCTV supermarket, tempat orang yang menggunakan nama Ji Young untuk mentransfer uang kepada si perawat. Dan di dalam CCTV, orang yang melakukan transfer uang tersebut meninggalkan cangkir kopi nya.



"Kantor Polisi Mukyeong"
Ketika Do Won kembali ke kantor, dia bertemu dengan Seo Kyung. Dan dia langsung menanyai, ada apa. Dan Seo Kyung pun langsung bertanya juga. Dia menanyai, apakah hanya kalung itu yang di ambil oleh Ayah Do Won. Karena pada hari pembunuhan itu, semua perhiasan yang ada di dalam kotak perhiasan menghilang.

“Malam itu, aku mendapat telepon dari ayahmu. Dia meneleponku di telepon ayahku. Ayahku pergi ke rumahmu untuk pekerjaan reparasi sore itu,” kata Do Won, bercerita. “Dia bilang ponselku tertinggal di rumahmu.”


Setelah mendapatkan kabar itu, Do Won segera pergi mencari Ayahnnya. Ayahnya selalu mabuk dan menyebabkan masalah. Dan pada malam hujan itu, dia menemukan Ayahnya mengalami kecelakaan tabrak lari, dan Ayahnya membawa ponsel nya. Jadi menurutnya, Ayahnya pasti melarikan diri secara terburu- buru dari rumah Seo Kyung dan bisa saja bila Ayahnya menjatuhkan semua perhiasan itu atau menyembunyi kan nya. Tapi dia tidak tahu persis, yang dia tahu Ayahnya pergi ke rumah Ayah Seo Kyung sekitar waktu kejadian. Dan dirumah Seo Kyung tidak ada tanda- tanda masuk paksa.

Setelah selesai menceritakan kejadian itu, dia meminta Seo Kyung untuk menerima kenyataan ini, dan jangan maafkan dia untuk selamanya. Lalu diapun berniat untuk pergi.


Saat Do Won baru melangkah untuk pergi, Seo Kyung menyentuh tangannya dan menghentikan nya. “Aku tanyakan satu hal lagi. Aku ingin tahu kenapa kamu tetap di sisiku. Apa itu cinta, meski untuk sesaat?” tanyanya, berharap.



Mendengar itu, Do Won sulit untuk menjawab, tapi dia mengeraskan hatinya. “Aku hanya mengharapkan satu hal selagi berada di sisimu. "Kuharap ayahku tidak mati hari itu." "Kuharap dia tetap hidup dan membayar perbuatannya." Aku selalu merasa berutang kepadamu. Aku selalu merasa sangat bersalah. Aku selalu ingin bebas dari hal itu. Jadi, jangan ganggu aku. Kumohon,” katanya dengan kejam, membohongi perasaan nya sendiri.
Mendengar itu, Seo Kyung merasa sangat sedih dan kecewa. Dia menyentuh tangan Do Won yang memakai jam tangan. “Kukira kamu sudah membuang ini. Tapi kamu masih menyimpannya,” katanya sambil berusaha tersenyum. “Kita bicara lagi lain kali. Saat itu terjadi, Kuharap kamu akan mengatakan yang sebenarnya,” pintanya, berharap. Kemudian diapun pergi darisana.

Dengan sedih, Do Won berdiri terpaku di tempatnya.



"Kantor Polisi Mukyeong" yang tampak biasa saja, tiba- tiba tampak berubah menjadi sangat luar biasa. Itu sepertinya adalah penampilan dari "Kantor Polisi Mukyeong" di dunia yang lain.

Post a Comment

Previous Post Next Post