Original Network : OCN
Jung
Min merasa sangat khawatir kepada Do Won dan juga Seo Kyung, tapi dia tidak
berani untuk menghadapi mereka. Dan disaat itu, rekannya datang memperlihatkan
perhiasan barang korban yang rencana nya mau di kembalikan kepada keluarga para
korban. Tapi sayangnya, mereka hanya bisa mengidentifikasi korban terakhir.
“Berikan
kepada polisi,” perintah Jung Min.
“Baiklah,”
jawab si rekan. Lalu dia bertanya dengan ragu, “Kamu akan mengambilnya sendiri,
bukan? Biasanya kamu bawa barang-barang ke Kantor Polisi Mukyeong.”
“Kapan
aku melakukan itu?” balas Jung Min, menyangkal.
“Setiap
saat.”
“Kali
ini aku tidak mau. Pergilah,” perintah Jung Min. Dan si rekan pun mengiyakan.
Tapi Jung Min kemudian menghentikannya. “Tunggu. Kenapa hanya ada satu anting?”
“Itu.
Kami menemukannya di salah satu kerangka. Hanya ada satu saat kami menemukannya
,” jawab si rekan. Dan Jung Min pun mengerti.
Diruang
introgasi. Do Won memperlihatkan foto tanda Bahaya, Cermin, Lampu Lalu Lintas,
tanda Berhenti, dan Bukgyrungru, kepada Sung Wook. Lalu dia menanyai, apakah
Sung Wook mengakui kejahatan ini. Dan Sung Wook hanya diam seperti orang bodoh.
Jadi Do Won pun memukul meja untuk mengertak nya.
“Detektif,”
panggil pengacara yang menemani Sung Wook. “Saat kamu menangkapnya kemarin,
kudengar kamu juga menyerang dia. Kamu tidak menginterogasi pria biasa. Jika
kamu menginterogasinya secara langsung, dia bisa merasa terintimidasi dan
pernyataan yang akurat... “ katanya mengajukan protes.
Do
Won tidak peduli. Dia menarik kerah baju Sung Wook di hadapan si pengacara.
“Satu-satunya alasan kamu masih hidup adalah karena tidak ada yang terjadi
kepada Seo Kyung. Jika terjadi sesuatu, aku sendiri yang akan membunuhmu,”
katanya dengan serius.
Seo
Kyung dan Rekan A memperhatikan proses pemeriksaan korban kelima secara
bersama- sama. Seo Kyung bersikap biasa saja. Tapi Rekan A bersikap sangat
gugup, karena takut. Lalu diapun mulai berbicara tentang Do Won untuk
menghilang kan ketakutan nya. Tapi Seo Kyung tidak mau mendengar itu dan
mengalihkan pembicaraan.
“Kamu
punya identitasnya?” tanya Seo Kyung.
“Ya.
Namanya Lee Ji Young. Usianya 26 tahun,” jawab Rekan A sambil menunjukkan data
yang dimiliki nya. “Dia hanya punya satu nenek, tapi dia menderita demensia dan
dirawat di panti jompo,” jelas nya.
“Sebenarnya
itu melegakan. Daripada mengetahui satu-satunya kerabat dibunuh dengan kejam,
mungkin lebih baik tidak tahu apa-apa,” komentar Seo Kyung.
Do
Won terus menanyai Sung Wook untuk mendapatkan informasi. Tapi Sung Wook hanya terus
diam sambil menggelengkan kepala nya. Dan ketika Do Won membentaknya. Dia hanya
berbicara tidak jelas.
“Ada
kereta datang. Suara kereta datang...” kata Sung Wook.
Tepat
disaat itu, Ibu Sung Wook datang. Dia memberitahu Do Won bahwa putranya
bukanlah pembunuh. Orang pertama yang menemukan jasad di dalam tas adalah
dirinya. Lalu dia memperlihatkan satu anting yang ada padanya.
Mayat
korban kelima telah selesai diperiksa. Berdasarkan autopsi awal, waktu kematian
sekitar 10 hari lalu. Penyebab kematian adalah sesak nafas karena tekanan di
leher, lebih tepat nya korban di cekik. Dan si petugas merasa modus operandi
kasus ini dengan kasus di Kawasan Mukyeong yang pernah Seo Kyung perlihatkan
padanya, itu mirip. Pembunuh mencekik korban sampai mati, lalu memukul kepala
korban tidak hanya sekali. Dan karena itu, dia ingin melihat kasus dulu itu
lagi.
“Tidak.
Kamu tidak perlu mengkhawatirkan kasus itu lagi,” kata Seo Kyung, menolak.
“Kamu melakukan perbandingan dengan DNA tersangka?” tanyanya, mengalihkan
pembicaraan.
Ibu
Sung Wook menceritakan apa yang diketahuinya. Kira- kira tiga tahun lalu, saat
itu hujan ketika dia kembali setelah menjemput Sung Wook dari pusat
kesejahteraan masyarakat. Saat dia melewati jalan rel kereta api, dia menemukan
sebuah tas hitam besar. Dan karena penasaran, dia pun membuka tas tersebut.
Tapi kemudian dia terkejut, karena melihat ada mayat seorang wanita di dalam
tas itu.
“Dia
sudah meninggal,” kata Ibu Sung Wook, memberitahu.
“Sidik
jari Sung Wook juga ditemukan di koper lain. Dia juga tahu tempat mayat-mayat
lainnya,” balas Do Won, tidak percaya.
“Karena
dia mengubur mereka. Setelah kepalanya terluka, dia ketakutan dan marah setiap
kali melihat sesuatu mati. Entah kenapa. Dokter mengatakan sesuatu tentang
gangguan delusi. Aku tidak mengerti apa maksudnya, tapi dia mengubur anjing
atau kucing yang dia temukan. Aku baru tahu dia juga mengubur kantongnya,”
jelas Ibu Sung Wook dengan sikap sungguh- sungguh.
Do
Won bersikap sinis kepada Ibu Sung Wook. Sebab pada saat mayat ditemukan, Ibu
malah tidak melapor. Dan dia menebak kalau itu pasti karena perhiasan yang di
pakai oleh para korban. Dan dengan malu- malu Ibu menjelaskan bahwa saat itu
keadaan nya sedikit tidak terkendali. Tapi dia tidak tahu bahwa akan ada lebih
banyak jasad, dan Sung Wook mengubur mereka semua.
“Kamu
percaya kepadaku?” tanya Ibu, berharap. “Dia mungkin besar, tapi pemalu. Dia
selalu seperti itu,” jelasnya.
Rekan
A, yaitu Kim Jin Woo. Dia menelpon Do Won dan melaporkan bahwa hasil tes DNA
sudah keluar tapi hasil nya tidak cocok. Dan mendengar itu, Do Won menatap ke
arah Ibu Sung Wook yang masih berusaha menyakin kan nya bahwa Sung Wook tidak
bersalah.
Selesai
bertelponan, Jin Woo menghampiri Seo Kyung dan memberitahu tentang Ibu Sung
Wook yang memberikan pernyataan bahwa ia ada melihat jasad- jasad para korban.
Dan Ibu Sung Wook ada mencuri anting dari salah satu jasad, tapi tidak
melaporkan nya. Dan karena itu, sekarang dia merasa sangat bingung, sebab DNA
tersangka tidak cocok dengan Sung Wook. Lalu setelah memberitahu itu, diapun
pamit dan pergi.
“Anting?”
gumam Seo Kyung, bingung.
Anting
yang Ibu Sung Wook, yaitu Jo Young Ran, berikan kepada mereka. Anting itu sama
persis dengan anting yang dipakai oleh jasad korban, anting itu menjadi
sepasang. Dan Rekan B menanyai Do Won, apakah Do Won percaya dengan Young Ran.
“Jika
Lee Sung Wook atau Jo Young Ran membunuh mereka, tidak ada alasan untuk
mengambil satu anting saja,” kata Do Won, berpendapat. “Kamu menemukan sesuatu
di rumah mereka?” tanyanya.
“Tidak
ada yang kami curigai yang bisa membuktikan pembunuhan. Forensik tidak
menemukan setetes darah pun. Kami tidak menemukan apa pun yang bisa jadi
senjata pembunuhan,” jawab Jin Woo.
“Tes
psikologi BFN mengatakan hal yang sama,” tambah Rekan B.
Kasus
semakin bertambah membingungkan, sebab mereka tidak bisa menduga siapa pelaku
nya. Kepadahal tersangka dengan percaya diri meninggalkan jasad- jasad itu di
stasiun.
Do
Won datang kembali ke Stasiun Mukyeong untuk mencari petunjuk. Ada sesuatu yang
diragukannya, bagaimana cara Pelaku membawa koper yang berisikan para korban ke
tempat terpencil seperti ini. Sebab roda pada koper tampak terlalu bersih.
Dengan berjalan kaki, itu tidak mungkin. Dengan mobil, itu akan terlalu
mencolok di tempat yang sepi seperti stasiun ini. Dan lalu tiba- tiba dia
terpikirkan, kereta. Kereta yang pernah dilihat nya.
Do
Won menemui Dokter yang merawat nya. Dia menanyakan, apakah obatnya memiliki
efek samping seperti halusinasi audio dan visual. Dan Dokter menjawab bahwa itu
tidak biasa, tapi mungkin saja.
“Syukurlah.
Lebih baik aku mengalami efek samping daripada menjadi gila,” kata Do Won,
merasa sangat lega.
“Mungkin
berbahaya mengonsumsi stimulan selama ini. Workaholisme. Saat orang mendengar
kata itu, workaholisme, mereka tidak berpikir itu berbahaya. Namun, jika
obsesimu dengan pekerjaan bisa membahayakan nyawamu, kamu punya kasus yang
parah. Aku merekomendasikan terapi dengan minum obat,” jelas Dokter.
“Bagaimana
jika sebaliknya? Apa bicara dengan seseorang masih bisa membantu? Aku tidak
mempertaruhkan hidupku karena aku gila kerja. Bagaimana jika aku harus bekerja
untuk bertahan hidup?” kata Do Won, bertanya. Lalu dia mengucapkan terima kasih
dan mengambil obatnya. “Aku akan mencoba mengurangi obatku,” katanya. Lalu dia
langsung pergi.
Ji
Woon dan Rekan B datang ke panti jompo, tempat nenek dari korban Lee Ji Young
di rawat. Mereka kesana untuk mencari petunjuk. Dan disana, ketika wanita perawat
yang merawat Nenek mengetahui kematian Ji Young, dia merasa bersimpati kepada
Nenek, karena cucu nya adalah satu- satunya keluarga yang dimiliki nya. Lalu
kemudian tiba- tiba dia teringat sesuatu.
“Tunggu.
Lalu, siapa yang mengirimkan gaji bulananku?” kata si perawat dengan bingung.
“Seseorang
mentransfer uang? Kapan?” tanya Rekan B.
“Lihat
ini. Seseorang mengirimkan uangnya dua hari lalu,” jelas si perawat sambil
memperlihat kan buku rekening nya. "Transfer
ATM, Lee Ji Young".
Rekan
B segera melaporkan informasi tersebut kepada Do Won. Dan setelah dia selesai
bertelpon, Jin Woo menanyai, siapa yang mentransfer bayaran atas nama Lee Ji
Young itu.
“Orang
yang harus menyembunyikan fakta bahwa dia sudah meninggal,” jawab Rekan B.
Saat
mendapatkan kabar itu, Do Won segera bergerak untuk memeriksa. Dan tepat disaat
dia meninggalkan kantor kepolisian. Seo Kyung datang ke kantor kepolisian.
Seo
Kyung masuk ke dalam ruang penyimpanan. Disana dia mengambil anting milik
korban pertama dan dia membandingkan nya dengan anting milik Ibunya.
“Bagaimana
anting-anting ini...” gumam Seo Kyung, heran.
Do
Won dan kedua rekannya memeriksa kamera CCTV supermarket, tempat orang yang
menggunakan nama Ji Young untuk mentransfer uang kepada si perawat. Dan di
dalam CCTV, orang yang melakukan transfer uang tersebut meninggalkan cangkir
kopi nya.
"Kantor Polisi Mukyeong"
Ketika
Do Won kembali ke kantor, dia bertemu dengan Seo Kyung. Dan dia langsung
menanyai, ada apa. Dan Seo Kyung pun langsung bertanya juga. Dia menanyai,
apakah hanya kalung itu yang di ambil oleh Ayah Do Won. Karena pada hari
pembunuhan itu, semua perhiasan yang ada di dalam kotak perhiasan menghilang.
“Malam
itu, aku mendapat telepon dari ayahmu. Dia meneleponku di telepon ayahku.
Ayahku pergi ke rumahmu untuk pekerjaan reparasi sore itu,” kata Do Won,
bercerita. “Dia bilang ponselku tertinggal di rumahmu.”
Setelah
mendapatkan kabar itu, Do Won segera pergi mencari Ayahnnya. Ayahnya selalu
mabuk dan menyebabkan masalah. Dan pada malam hujan itu, dia menemukan Ayahnya
mengalami kecelakaan tabrak lari, dan Ayahnya membawa ponsel nya. Jadi
menurutnya, Ayahnya pasti melarikan diri secara terburu- buru dari rumah Seo
Kyung dan bisa saja bila Ayahnya menjatuhkan semua perhiasan itu atau
menyembunyi kan nya. Tapi dia tidak tahu persis, yang dia tahu Ayahnya pergi ke
rumah Ayah Seo Kyung sekitar waktu kejadian. Dan dirumah Seo Kyung tidak ada
tanda- tanda masuk paksa.
Setelah
selesai menceritakan kejadian itu, dia meminta Seo Kyung untuk menerima
kenyataan ini, dan jangan maafkan dia untuk selamanya. Lalu diapun berniat
untuk pergi.
Saat
Do Won baru melangkah untuk pergi, Seo Kyung menyentuh tangannya dan
menghentikan nya. “Aku tanyakan satu hal lagi. Aku ingin tahu kenapa kamu tetap
di sisiku. Apa itu cinta, meski untuk sesaat?” tanyanya, berharap.
Mendengar
itu, Do Won sulit untuk menjawab, tapi dia mengeraskan hatinya. “Aku hanya
mengharapkan satu hal selagi berada di sisimu. "Kuharap ayahku tidak mati
hari itu." "Kuharap dia tetap hidup dan membayar perbuatannya."
Aku selalu merasa berutang kepadamu. Aku selalu merasa sangat bersalah. Aku
selalu ingin bebas dari hal itu. Jadi, jangan ganggu aku. Kumohon,” katanya
dengan kejam, membohongi perasaan nya sendiri.
Mendengar
itu, Seo Kyung merasa sangat sedih dan kecewa. Dia menyentuh tangan Do Won yang
memakai jam tangan. “Kukira kamu sudah membuang ini. Tapi kamu masih
menyimpannya,” katanya sambil berusaha tersenyum. “Kita bicara lagi lain kali.
Saat itu terjadi, Kuharap kamu akan mengatakan yang sebenarnya,” pintanya,
berharap. Kemudian diapun pergi darisana.
Dengan
sedih, Do Won berdiri terpaku di tempatnya.
"Kantor
Polisi Mukyeong" yang tampak biasa saja, tiba- tiba tampak berubah menjadi
sangat luar biasa. Itu sepertinya adalah penampilan dari "Kantor Polisi
Mukyeong" di dunia yang lain.
Tags:
Train