Sinopsis Lakorn : Sapai Import Episode 11 - 2
Images by : Channel 7
Karna suasana sedang baik, Lisa
pengen minum alkohol. Bisa di tebak, Don tidak mengizinkannya. Mungkin Don
sudah trauma dengan sifat Lisa kalau sedang mabuk, bisa sangat ‘brutal’.
Sialnya, Orn malah sudah minum
dan mabuk berat. Sama seperti Lisa, saat mabuk Orn menjadi tidak terkendali.
Lisa malah senang saat tahu kalau Orn mabuk hanya dengan minum segelas saja.
Dia langsung pamer pada Don kalau dia jauh lebih kuat minum daripada Orn. Don sampai
speechless karena Lisa
sempat-sempatnya sombong.
Saat mabuk, Orn beneran kacau.
Dia malah mengomeli Don yang cerewet. Dan udah itu, nawarin Lisa untuk cari
suami baru saja. Dia bantu carikan. Lisa malah menjawab setuju. Itu karena Lisa
jengkel dilarang minum sama Don.
Udah meracau sana sini, akhirnya
Orn duduk diam juga. Tapi, aneh kenapa Orn tiba-tiba minum sampai mabuk begini?
Padahal tadi Orn masih baik-baik saja. Apa sesuatu terjadi? Pasti ada hal yang
membuat Orn sangat sedih.
Baru juga di duga, Orn sudah
menangis keras dan terisak-isak. Dan kemudian, tertidur dengan lelap.
--
Orn sudah di bawa pulang. Ketika
sendirian di kamar, Orn bangun. Tampaknya, dia sudah sadar sedari tadi tapi
berpura-pura tidur.
--
Orn akhirnya memberanikan diri
menemui Ratda. Dengan tulus, dia meminta maaf karna sudah berbohong. Dia
bersedia menerima kemarahan dan makian dari Ratda, apapun yang Ratda inginkan.
Dia sadar kalau dia begitu egois ingin menang hingga tidak memikirkan
konsekuensi perbuatannya.
“Aku tidak mau mendengarkan
alasan P. Silahkan pergi keluar dari rumahku,” usir Ratda.
“Kau beneran tidak mau
memberikanku kesempatan untuk menjelaskan?”
“Tidak. P’Orn juga tidak pernah
memberikanku kesempatan. Dan kenapa aku harus memberikan P’ kesempatan? Sebelum
semua ini terjadi, aku mencoba meminta maaf dan memohon kesempatan, tapi P’Orn
memilih untuk menilaiku sebagai orang jahat. Dan sekarang, P’ memintaku
memberikan kesempatan? Kesempatan P’ sudah berakhir sejak lama.”
“Da. P’ menyesali itu. Aku minta
maaf. Aku minta maaf padamu, Nong Da.”
Tapi, permintaan itu tidak di
tanggapi dengan baik oleh Ratda. Dia masih sakit hati karna di tipu dan
bersikeras mengusir Orn dari rumahnya. Dia juga memperingati untuk tidak pernah
datang ke rumahnya lagi. Satu lagi, mulai dari hari ini, dia akan menganggap
tidak pernah punya kakak.
Orn berteriak frustasi, apa yang
harus di lakukannya agar Ratda mau memaafkannya? Dia tahu perbuatannya salah.
“Berikan perternakan pada Pit.
Maka, aku akan memaafkan P’,” ujar Ratda.
Tangisan Orn terhenti detik itu
juga. Dia mengira Ratda sudah melepaskan perternakan, tapi ternyata Ratda tetap
sama saja. Menginginkan hal yang bukan miliknya.
“Ya, aku begitu. Jadi, kau mau
memberikannya atau tidak? Jika tidak, silahkan pergi dari sini. Dan mulai dari
sekarang, kita putus hubungan,” ujar Ratda dan masuk ke dalam rumahnya.
Pertengkaran mereka sedari tadi,
ternyata di dengarkan oleh Pat yang ada di balik tembok.
Pat menemui Ibunya dan menanyakan
keadaannya. Dia menanyakan keseriusan Ratda mengenai permintaannya meminta Orn
menyerahkan perternakan pada Pit, bukan keinginan yang sebenarnya kan? Ratda
menangis dan jujur kalau dari saat Orn pingsan di hadapannya, dia sadar kalau
dia tidak menginginkan apapun. Tapi, dia bersikap seolah menginginkan
perternakan karna ini menang melawan kakek, nenek dan tante Pat (ayah, ibu dan
Orn). Itu saja. Dia selalu bilang kalau dia melakukannya demi Pat dan Pit,
padahal sebenarnya, dia melakukannya demi diri sendiri.
“Jika P’Pit tahu ini yang
sebenarnya Mae pikirkan, P’Pit tidak
akan bisa menerimanya,” khawatir Pat.
“Mae tahu. Karena itu, Mae mencoba
mencari cara untuk bicara pada Pit. Semua salah Mae. Salah Mae karna
mengajarkan Pit untuk melakukan hal yang salah,” sesal Ratda.
Walau begitu, Pat merasa bahagia
karna Ibunya akhirnya sadar kalau keluarga lebih berharga daripada uang. Karena
bagaimanapun, keluarga adalah orang yang akan tinggal bersama mereka seumur
hidup.
Pat masih ingin Ratda memaafkan
Orn. Tapi, Ratda belum bisa melakukannya sekarang. Dia masih memerlukan waktu.
--
Don membawa Lisa ke sebuah rumah
yang ada di dalam perternakan. Itu adalah rumah rahasia Don dengan kakeknya. Di
dalam ada foto dari awal perternakan adalah hutan hingga menjadi seperti
sekarang.
Melihat semua foto itu, membuat
Lisa menyadari kalau kakek Don sangat hebat. Dia membangun semuanya dari 0. Dan
dia juga mengerti kenapa mendiang Kakek ingin perternakan jatuh ke tangan orang
yang mencintai perternakan sepertinya. Dan orang itu adalah Don.
Di sana juga ada banyak foto Don
saat masih kecil. Di balik foto, Lisa menemukan sebuah kamera perekam. Isinya
adalah video masa kecil Don dengan kakeknya.
Dari melihat masa kecil Don,
malah berakhir dengan mereka yang bermesraan.
--
Ini adalah waktu cobaan paling
berat bagi Don melihat Lisa yang tidur. Dia sampai harus melakukan semua cara
untuk bisa bertahan.
Tapi, saat dia akhirnya nekat
melewati lonceng pembatas dan berbaring di samping Lisa, Lisa bangun. Jadi,
walaupun tidur, Lisa masih tetap aware.
Karna Don muncul di sampingnya, dia mengeluarkan stunt-gun miliknya untuk mengusir Don. Pertengkaran itu membuat stunt-gun jatu ke lantai.
Lisa langsung turun dari kasur
untuk mengambil senjatanya. Don berusaha menahannya, tapi malah terpeleset
jatuh dan tanpa sengaja malah menarik celana Lisa sampai terlepas. Sontak Lisa
menjerit keras. Dia menendang Don dan kabur.
Akhirnya, Lisa tertangkap juga
sama Don. Mereka bicara baik-baik. Sialnya, Don malah menginjak stunt-gun yang ada di lantai, dan
kesentrum sampai pingsan.
Saat sadar, Don jadi merajuk pada
Lisa karna membeli stunt-gun dan
membuatnya tersentrum begitu. Rajukannya tidak lama, karna dia langsun senang
lagi saat Lisa mengecup pipinya.
Setelah itu, malah di lalui
dengan damai kembali. Don tidur di sofa dan Lisa di kasur.
--
Walau sudah larut malam, Ratree
belum tidur dan menunggu sebuah telepon. Telepon yang di tunggu akhirnya tiba.
Dia tersenyum puas dan memerintahkan untuk segera di kirimkan.
“Besok adalah hari eksekusi mu,
Lisa,” gumamnya.
--
Pagi-pagi, Orn sudah pergi ke
kediaman Nenek. Tapi, nenek lagi pergi dan belum kembali. Yang ada dia malah
bertemu Ratree. Ratree dengan kurang ajar menyebut Orn yang begitu tebal muka
karna datang menemui Nenek walaupun sudah menipunya.
“Hoi, Ratree! Kau sangat kurang
ajar! Kau di sini hanya menumpang. Kau tidak punya hak berpendapat di sini. Kau
hanya hidup nyaman akhir-akhir ini karna kebaikan Ibuku.”
“Hanya menumpang? Tante, jangan
begitu percaya diri kalau menantumu itu akan hamil. Masih tersisa banyak bulan
sebelum deadline. Segalanya bisa terjadi.”
“Apa yang akan kau lakukan?”
“Tidak akan seru jika aku
memberitahumu. Pintu ada di sana. Silahkan pergi. Dan bawa juga kalung bunga
itu. Aku alergi sama baunya, membuatku mau muntah.”
Orn emosi. Dia menjambak rambut
Ratree dan menyekakan karangan bunga di tangannya ke wajah Ratree. Ratree marah
dan hendak menampar Orn. Orn menahan tangannya dan melempar karangan bunga itu
ke wajah Ratree.
“Lihat, kau tidak alergi! Itulah
yang di sebut palsu. Dan ingatlah! Kau hanya penumpang! Kau bukan aku. Jangan
lupa sama statusmu!” peringati Orn dengan keras sebelum pergi.
Mendengar peringatan itu, Ratree
berteriak keras dan histeris.