Sinopsis K- Drama : Flower Of Evil episode 2 part 2






Sinopsis K- Drama : Flower Of Evil episode 2 part 2
Original Network : tvN
“Hal ini dilakukan kepada semua korban Do Min Seok. Ada jerat di leher dan cedera permanen di pergelangan kaki. Tapi hal yang paling mengganggu adalah fakta bahwa kuku kedua ibu jarinya dibuang.”

Detektif Im membaca ulang artikel yang pernah ditulis oleh Moo Jin. Setelah membaca artikel itu dia menjelaskan kepada Ji Won. Fakta sebenarnya dari kasus di Kota Yeonju ini adalah kedua kuku Ibu jari korban dibuang, bukan hanya satu kuku saja. Tali di leher korban adalah tali anjing bermerek Hound Dog, bukan tali biasa. Cedera di pergelangan kaki korban adalah permanen, tapi tidak ada tulang yang patah. Jadi intinya, pelaku pada kasus sekarang ini sama sekali tidak mengenal Do Min Seok.


“Bagaimana jika si pembunuh melakukan ini agar kita bingung?” tebak Ji Won, bertanya.
“Kalau begitu, Detektif Choi benar.  Pembunuhnya jelas punya motif, dan ini untuk membuatnya terlihat seakan-akan tidak ada. Benar, bukan?” jelas Detektif Im.

“Tapi kenapa Do Min Seok?”


Ji Won tiba- tiba mendapatkan telpon dari pihak TK, tempat Eun Ha bersekolah.


Hee Sung mengunci kembali pintu ruang bawah tanah. Kemudian setelah itu, dia membuka tempat rahasia nya yang berada di belakang lemari pakaian. Dia mematikan ponsel Moo Jin dan menyimpan nya di dalam sana bersama dengan semua barang Moo Jin yang lainnya.


Setelah itu, Hee Sung memeriksa ponsel nya sendiri. Dan ada notifikasi dua panggilan tidak terjawab.


Putra Korban datang menemui si wanita pekerja sosial, dia menanyai, dimana buku besar milik Ibunya. Karena dia sangat membutuhkan uang sekarang. Dan si wanita menjawab tidak tahu, lalu dia menasehati Putra Korban.


“Jangan lancang denganku dan serahkan buku besar itu. Lagi pula, itu milikku sekarang,” kata Putra korban dengan sikap mengintimidasi.

“Pak Ahn, ibumu baru saja meninggal. Di mana sopan santunmu?” balas si wanita dengan kesal.

Tepat disaat Ahn ingin memukul si wanita, Detektif Choi datang dan menghentikannya.


Detektif Choi menanya- nanyai tentang Putra korban kepada si wanita pekerja sosial. Dan si wanita pekerja sosial pun bercerita. Putra korban suka sekali berjudi, sehingga korban sangat mengkhawatirkannya. Dan Detektif Choi mengerti, lalu dia menanyai, apakah ada orang yang mempunyai dendam terhadap korban.

“Kudengar ini mungkin bagian dari pembunuhan berantai,” kata si wanita pekerja sosial. “Itu tidak benar?” tanyanya, ingin tahu.


“Pelakunya hanya mencoba membuat kami bingung dengan penyelidikan ini. Si pelaku sangat ceroboh. Orang itu terlalu banyak menikam tubuhnya. Amatir cenderung menikam orang di banyak tempat karena tidak tahu cara membunuh seseorang dalam sekali tikam. Mereka membuat kekacauan...” jelas Detektif Choi, memberitahu.

“Tolong hentikan,” pinta si wanita pekerja sosial, merasa sulit untuk mendengarkan itu. Dan Detektif Choi pun meminta maaf.


Si wanita pekerja sosial kemudian memberitahu bahwa semalam korban ada menelpon nya dan mengajukan pertanyaan terkait wasiat. Korban ada menulis surat wasiat dan korban ingin tahu cara mengesahkan nya. Jadi dia bilang, besok dia akan datang untuk menjelaskan. Namun ternyata korban malah ditemukan meninggal.

“Dia menulis wasiat?” gumam Detektif Choi, berpikir.



Hidung Eun Ha terluka, karena dipukuli oleh Soon Young. Mereka berkelahi hanya karena Eun Ha ada memegang boneka Soon Young. Dan Ji Won ingin masalah ini selesai secara damai, dia meminta Soon Young untuk meminta maaf kepada Eun Ha, dan Eun Ha akan mengatakan tidak apa-apa, sehingga mereka bisa berbaikan. Tapi Ibu Soon Young menolak, dia  bersedia untuk membayar biaya pengobatan Eun Ha, tapi Soon Young tidak akan meminta maaf, karena dia merasa Soon Young tidak bersalah.
“Aku hanya ingin memegang bonekamu karena itu sangat cantik,” kata Eun Ha, menjelaskan dengan sedih kepada Soon Young.
“Jangan menjadikan ini perkelahian antarkeluarga kita. Kita harus fokus memastikan anak-anak berdamai,” kata Ji Won kepada Ibu Soon Young. Dan Ibu Guru setuju dengannya.


“Bu Cha. Kamu harus mendidik anak-anak agar tidak mencuri sejak kecil,” kata Ibu Soon Young, membuat seolah ini adalah masalah pencurian.
“Bu, kurasa Anda keterlaluan,” kata Ibu Guru, mengingatkan. Namun Ibu Soon Young tidak mau mendengarkan sama sekali.
“Kamu tahu apa yang dikatakan orang. Orang yang mencuri telur...” kata Ibu Soon Young.

“Akan mencuri kerbau,” lanjut Soon Young. Dan mendengar mereka, Ji Won merasa sangat kesal sekali kepada mereka berdua.


Hee Sung datang ke sekolah. Dia menjelaskan kepada Ibu Soon Young bahwa dia sudah mendengar apa yang terjadi dan dia meminta maaf. Mendengar itu secara tiba- tiba, Ibu Soon Young merasa bingung dan lalu mengiyakan.

Hee Sung kemudian menyuruh Eun Ha untuk meminta maaf. Dan Ji Won serta Eun Ha tidak mau. Namun dengan tegas, Hee Sung menyuruh Eun Ha. Dan sambil menangis, Eun Ha pun meminta maaf. Dan Ji Won merasa kesal kepada Hee Sung.


Pulang sekolah. Ji Won mengeluh kepada Hee Sung, karena telah mengabaikan perasaan Eun Ha barusan. Dan Hee Sung menjelaskan bahwa itu karena Eun Ha yang salah duluan. Dan Ji Won merasa itu tidak benar, hanya karena memegang boneka teman sedikit saja, kita dipukuli. Jadi cara Hee Sung menangani masalah barusan adalah salah dan membuat Eun Ha terluka. Dan dia merasa kesal pada Hee Sung sekarang.


Hee Sung diam dan memperhatikan ekspresi wajah Ji Won. Lalu diapun meminta maaf, karena dia telah perbuat salah. Sebab ini adalah pertama kalinya dia menjadi seorang Ayah, jadi dia masih kesulitan. Kemudian dia berjanji bahwa lain kali dia akan bertanya terlebih dahulu, dan menuruti perkataan Ji Won. Dan dengan puas, Ji Won mengiyakan. Lalu dia menyuruh Hee Sung untuk berusaha menghibur Eun Ha. Dan Hee Sung mengiyakan.

“Jangan tersenyum. Itu menyebalkan,” keluh Ji Won. Dan Hee Sung tertawa.


Si Dokter yang memeriksa mayat korban menghubungi Ji Won dan mengabarinya tentang hasil pemeriksaan bahan yang di temukan di Ibu Jari korban (Jung Mun Ok). Ternyata itu adalah lipstik. Dan Ji Won terkejut, sebab korban tidak ada memakai lipstik.



Direstoran. Hee Sung membelikan pai susu kesukaan Eun Ha. Dan Eun Ha menolak untuk makan, sebab dia merasa sangat terluka. Dia sangat menyukai Hee Sung, tapi Hee Sung malah lebih menyukai Soon Young daripada dirinya, karena Hee Sung membela Soon Young. Dan Hee Sung menjawab bahwa dia ada dipihak Eun Ha, karena itulah dia membuat reputasi Eun Ha menjadi bagus sekarang. Menjadi anak yang baik.


“Apa itu?” tanya Eun Ha, tidak mengerti.
“Artinya tidak seorang pun akan meragukanmu saat hal buruk terjadi. Tapi jika reputasimu buruk, orang akan meragukanmu lebih dahulu. Setelah kejadian hari ini, reputasi Soo Young dan ibunya akan sangat buruk,” jelas Hee Sung dengan serius.

“Siapa yang peduli? Hanya aku yang meminta maaf. Dan hanya aku yang mimisan. Aku merasa sangat kesal,” keluh Eun Ha, tidak terima.

“Jangan terlalu kesal,” hibur Hee Sung. “Ayah melihat Soo Young menangis dalam perjalanan pulang karena dia kehilangan bonekanya.”

“Sungguh?”


Flash back. Hee Sung pergi ke kamar mandi dan membuang boneka milik Soon Young ke tempat sampah. Lalu dia berpura- pura mencuci tangannya. Dan kemudian setelah itu, dia keluar dari kamar mandi dengan sikap seolah- olah dia tidak ada melakukan hal yang buruk. Flash bak end.



Mengetahui kalau Soon Youn juga menderita, mood Eun Ha pun menjadi lebih baik. Dan sambil memakan pai nya dia tersenyum senang.
“Ayah adalah orang favoritku di seluruh dunia,” kata Eun Ha.

“Kamu juga orang favorit ayah,” balas Hee Sung sambil tersenyum.


Diruang introgasi. Detektif Choi menunjukkan surat wasiat yang ditulis oleh korban kepada Putra Korban. “Karena setuju untuk mengadakan upacara pemakaman untukku setelah kematianku, aku akan menyumbangkan semua uangku untuk Pusat Kesejahteraan Gangsu. Jung Mun Ok.”

Membaca surat tersebut, Putra Korban merasa terkejut dan marah. “Sial! Ini tidak masuk akal!” keluhnya sambil memukul meja dengan keras. “Aku yakin wanita berengsek itu yang menyuruhnya menulis ini. Wanita berengsek itu,” tuduh nya pada si wanita pekerja sosial.


Detektif Choi kemudian memberitahukan keraguan nya. Dia ragu kepada Putra korban, karena sekitar pukul 22.30, seorang saksi mendengar kalau mereka berdua (Korban dan Putra Korban) ada bertengkar. Dia menebak bahwa Putra korban pasti merasa kesal dan mengamuk, pada saat Korban memberitahu bahwa dirnya akan menyumbangkan semua uang ke pusat kesejahteraan. Mendengar itu, Putra Korban mendengus kesal.

“Apa Anda punya bukti? Apa Anda punya bukti bahwa aku membunuhnya?” tanya Putra Korban, tidak terima dirinya di tuduh.


“Pukul berapa Anda meninggalkan rumahnya semalam? Pukul berapa Anda pergi?” tanya Detektif Choi dengan tegas. Dan Putra Korban tidak bisa menjawab.
“Dengarkan aku. Jika Anda ingin aku datang ke kantor polisi lagi, beri aku surat perintah. Mengerti?” kata Putra Korban. Lalu dia pun pergi sambil mengumpat kasar.

Post a Comment

Previous Post Next Post