Sinopsis C- Drama : Go Ahead Episode 2

 



Original Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV

Ketika Li Haichao membuka pintu. Ternyata orang yang datang adalah Ling Xiao. Dia datang untuk memberikan obat, setelah itu diapun langsung pergi tanpa mengatakan apapun. Dan Li Haichao menerima niat baiknya.


Dirumah. Ling Xiao memasak Mie Instan sendirian dan makan sendirian. Lalu tepat disaat itu, Chen Ting bangun. Dan melihat Ling Xiao memakan Mie Instan, dia menanyai kenapa Ling Xiao tidak membangunkannya, jadi dia bisa memasak untuk Ling Xiao. Dan Ling Xiao menjawab tidak apa- apa, karena dia memang suka makan Mie Instan.

Mendengar itu, Chen Ting tersenyum sedikit. Lalu tiba- tiba terdengar suara ketukan di pintu, jadi Chen Ting pun membuka kan pintu.


Ternyata yang datang adalah Bibi Qian dan Bibi Fang. Dan dengan ramah, Chen Ting mempersilahkan mereka berdua untuk masuk ke dalam rumah. Saat Bibi Fang melihat Ling Xiao sedang makan, dia menanyai Chen Ting, kenapa Ling Xiao baru makan, kepadahal ini sudah terlalu siang.

“Dia tidak kenyang saat siang, sekarang lapar. Dan dia suka mie instan,” jawab Chen Ting, beralasan. “Sapalah,” perintah nya kepada Ling Xiao.

“Nenek Fang, Nenek Qian,” sapa Ling Xiao dengan patuh. “Mau minum teh?’ tanyanya. Dan Bbi Qian serta Bibi Fang merasa senang serta suka kepada nya.


Bibi Qian dan Bibi Fang datang berkunjung, karena sejak pindah ke sini, Chen Ting sama sekali tidak ada keluar dan berkumpul bersama dengan tetangga. Jadi mereka mengajak nya untuk main mahjong bersama. Dan Chen Ting menolak dengan alasan dia tidak bisa bermain mahjong. Lalu ketika mereka berdua membahas tentang bertengkarannya dengan Ling  Heping, dia merasa kurang senang.



Setelah Ling Xiao mengantarkan minum kepada Bibi Qian dan Bibi Fang, dia pamit kepada Chen Ting untuk pergi bermain diluar. Dan Chen Ting mengiyakan dengan pelan.



Setelah Ling Xiao pergi, Bibi Qian dan Bibi Fang melanjutkan obrolannya dengan Chen Ting. Mereka berdua menasehati Chen Ting yang sering bertengkar dengan Ling Heping. Dan mereka mengajarkan Chen Ting cara menjaga anak serta mengurus keluarga yang baik. Mereka juga menceritakan pengalaman mereka sebagai contoh.

Mendengar itu, Chen Ting hanya diam saja dan menanggapi dengan tersenyum ramah.


Jian Jian menghampiri Ling Xiao yang sedang duduk sendirian ditangga. Dia menawarkan makanan buatan Ayahnya. Tapi Ling Xiao diam dan mengabaikan nya. Namun Jian Jian tidak mudah menyerah dan terus menggoda Ling Xiao dengan mengatakan betapa enaknya makanan buatan Ayahnya.

Mendengar itu, Ling Xiao merasa tergoda dan lapar. Tapi dia diam dan tidak mengatakannya.

Saat Ling Heping pulang dan melihat Chen Ting tidak ada memasak apapun dan hanya sibuk minum bir saja, dengan perhatian dia menawarkan diri untuk memasak.

“Ling Xiao. Kamu main diluar dulu,” perintah Chen Ting. Dan Ling Xiao pun menurut. Tapi Ling Heping menghentikannya, karena sekarang sudah sangat malam.

“Sebenarnya, ada apa?” tanya Ling Heping. “Aku sibuk seharian. Jangan buat keributan,” pintanya.

“Buat keributan? Kamu mnta Bibi Fang dan Bibi Qian datang kemari mengatakan itu padaku. Kamu buat keributan apa?” balas Chen Ting dengan sinis. Dan Ling Xiao pun langsung pergi.



Saat Ling Xiao pergi. Ling Heping dan Chen Ting kembali bertengkar. Ling Heping sebenarnya tidak ingin bertengkar, karena dia masih harus lembut dikantor. Sebab anak temannya sedang sakit, jadi dia harus menggantikan temannya. Dan mengetahui itu, Chen Ting marah serta melarang Ling Heping untuk jangan pergi. Karena dulu saat anak mereka sakit, Ling Heping tidak ada untuk membantu nya.

Ling Heping sangat capek, dan akhirnya diapun kehilangan kesabarannya. “Chen Ting, aku mohon padamu. Lepaskanlah aku, bagaimana?” pintanya. “Aku mohon. Aku sangat lelah.”

“Baik,” jawab Chen Ting. Dan Ling Heping berterima kasih banyak padanya. “Aku lepaskan kamu.”


Ling Xiao merasa stress mendengarkan pertengkaran kedua orang tuanya lagi.

Li Haichao dan Jian Jian kemudian datang serta memanggil Ling Xiao untuk makan bersama dirumah mereka. Jian Jian bahkan menarik tangan Ling Xiao untuk ikut dengan nya. Dan kali ini, Ling Xiao tidak menolak.

Jian Jian merasa sangat senang makan bersama dengan Ling Xiao. Dan Li Haichao bersikap sangat ramah kepada Ling Xiao. Merasakan itu, Ling Xiao sangat menikmati suasana dan makanan yang ada.



Selesai makan, Jian Jian membawa Ling Xiao ke dalam kamarnya. Dan dia mengembalikan foto keluarga Ling Xiao yang sudah ditempelnya. Lalu dia menceritakan apa yang diceritakan Ayahnya. Dan Ling Xiao memberitahu Jian Jian bahwa Li Haichao berbohong, karena adiknya sudah mati, dan mati itu artinya tidak ada lagi serta mereka tidak bisa bertemu dengan mereka lagi. Mendengar itu, Jian Jian merasa bingung.

“Karena manusia pasti mati. Setelah mati barangnya akan dibakar, robek fotonya, dan melupakan orang mati itu. Ayahmu juga begitu,” kata Ling Xiao, menjelaskan dengan suram.


Jian Jian mengajak Ling Xiao untuk masuk secara diam- diam ke dalam kamar Ayahnya. Lalu dia menunjukkan foto Ibunya yang masih disimpan oleh Ayahnya. Juga pakaian- pakaian Ibunya. Jadi intinya, Ayahnya tidak ada membuang satupun barang tentang Ibunya, dan Ayahnya tidak ada melupakan Ibunya. Juga dia tahu, kalau Ayahnya sering secara diam- diam merindukan Ibunya.Jian Jian mengajak Ling Xiao untuk masuk secara diam- diam ke dalam kamar Ayahnya. Lalu dia menunjukkan foto Ibunya yang masih disimpan oleh Ayahnya. Juga pakaian- pakaian Ibunya. Jadi intinya, Ayahnya tidak ada membuang satupun barang tentang Ibunya, dan Ayahnya tidak ada melupakan Ibunya. Juga dia tahu, kalau Ayahnya sering secara diam- diam merindukan Ibunya.


“Apa kamu tidak merindukan Ibumu?” tanya Ling Xiao.

“Aku rindu. Tapi aku harus pura- pura tidak rindu, karena Ayahku akan sedih.”



“Jadi saat kamu rindu Ibumu, bagaimana?” tanya Ling Xiao, lagi.

“Aku menggambar. Aku menggambar Ibuku. Aku juga diam- diam merindukan Ibuku, tidak diketahui Ayahku. Kamu juga boleh diam- diam merindukan Adikmu, jangan ketahuan Ayah dan Ibumu,” jelas Jian Jian, memberikan semangat kepada Ling Xiao.

Jian Jian kemudian mengajak Ling Xiao untuk nonton kartun bersama. Dan Ling Xiao mengiyakan ajakan nya.


Sejak hari itu, hubungan antara Jian Jian dan Ling Xiao menjadi dekat. Jian Jian selalu mengajak Ling Xiao untuk makan bersama ditempatnya. Dan Ling Xiao selalu mengikutinya dengan senang.


Bahkan lama kelamaan, Ling Xiao jadi selalu menunggu Jian Jian untuk datang dan mengajaknya makan bersama. Makanya dia selalu duduk didekat tangga rumah Jian Jian.



Setiap hari Ling Heping dan Chen Ting masih saja selalu bertengkar. Tapi kali ini, Ling Xiao tidak tampak terlalu stress lagi. Karena ada Jian Jian yang lucu, yang selalu menemaninya, dan selalu bisa membuatnya tertawa.


Ketika Li Haichao, Jian Jian, dan Ling Xiao sedang makan bersama, He Mei datang menelpon. Dia menelpon untuk meminta bantuan Li Haichao. Dia ingin meminjam uang, karena Ibunya sedang sakit parah di kampung. Dan dia ingin Li Haichao untuk menjaga Ziqiu selama sementara. Mendengar itu, Li Haichao mengerti dan menyanggupi.

“Xiao Jian, Ling Xiao, aku mau keluar, ada hal darurat. Kalian makanlah. Setelah makan, kalian pergilah bersama ke rumah Nenek Qian. Tunggu aku pulang,” kata Li Haichao, mengingatkan. “Mengerti?” tanyanya. Dan mereka berdua mengiyakan dengan patuh. Lalu Li Haichao pun pergi.


Li Haichao membawa Ziqiu untuk tinggal dirumahnya. Dia bersikap sangat baik dan ramah kepada Ziqiu. Lalu dia mengingatkan Ziqiu bahwa Jian Jian agak emosional serta juga suka marah, jadi Ziqiu harus sabar dan mengalah. Dan Ziqiu mengerti.

“Kapan kamu menikah dengan Ibuku?” tanya Ziqiu dengan polos. “Tadi pagi aku lihat kamu beri uang pada Ibuku, uang 100 Yuan yang banyak, kamu juga minta aku tinggal dirumah mu.”

“Bukan. Ziqiu, kenapa kalau aku beri uang untuk Ibumu?” tanya Li Haichao.



“Aku dengar dari Bibi Kedua, pria memberi uang untuk wanita adalah mahar nikah, artinya mau menikah,” jawab Ziqiu, menjelaskan. Dan Li Haichao tertawa geli.

“Ibumu menerima mahar nikah, kelak kamu adalah anakku, harus patuh padaku. Mengerti?” canda Li Haichao dengan agak serius. Sehingga Ziqiu menganggap Li Haichao sedang serius.

Melihat Ziqiu tiba- tiba terdiam, Li Haichao merasa takut dan bersalah. Lalu tiba- tiba saja Ziqiu memanggilnya ‘Ayah’. Dan mendengar panggilan itu, Li Haichao merasa sangat senang serta tertawa. Dan Ziqiu juga ikut tertawa.


Jian Jian tidak terima Ziqiu memanggil Li Haichao dengan sebutan ‘Ayah’. Dan dia tidak suka Ziqiu tinggal dirumahnya. Jadi dia selalu mengganggu Ziqiu. Dan Li Haichao merasa stress. Apalagi saat Jian Jian mengigit tangan Ziqiu.

“Apa kamu anjing?” tanya Li Haichao, memarahi Jian Jian. Tapi kemudian Jian Jian malah gantian mengigit tangannya.



Hubungan antara Ling Heping dan Chen Ting masih tidak membaik juga. Ling Heping berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka berdua, dengan selalu mengajak Chen Ting berbicara seperti biasa. Tapi Chen Ting sama sekali tidak merespon.

“Anakku, kamu tidak lapar?” tanya Ling Heping, mengalihkan perhatiannya kepada Ling Xiao. Dan Ling Xiao menggelengkan kepalanya.

“Dia tidak akan lapar. Nanti jam makan, dia pergi ke rumah tetangga,” kata Chen Ting dengan sedikit ketus.


“Chen Ting, kamu harus masak untuk anakmu. Jika anak ini lapar, pasti makan dirumah orang. Benar,’kan?” kata Ling Heping, menegur Chen Ting.

“Lagipula kamu anggap rumah ini hotel, untuk apa kamu ikut campur?” balas Chen Ting. Dan Ling Heping pun langsung diam.




Jian Jian selalu membuang koper Ziqiu. Dan Ziqiu selalu memungut kopernya serta membawa nya kembali ke rumah. Hal itu terus saja berlanjut dari hari ke hari.


Paling parahnya, Jian Jian memasukkan permen ke dalam sepatu Ziqiu. Dan akhirnya, Li Haichao lah yang membantu mencucikan sepatu Ziqiu.


Saat sedang menonton TV bersama, Jian Jian mengabaikan Ziqiu dan sibuk memakan semangka sendirian saja. Sehingga Ziqiu jadi agak murung dan kesepian. Melihat itu, Ling Xiao memberikan semangka kepada Ziqiu. Dan Ziqiu merasa senang serta mulai tertawa.


Hari- hari terus berlalu. Jian Jian dan Ziqiu mulai sering main bersama. Dan hubungan mereka lumayan membaik. Saat makan mie, Jian Jian selalu memberikan sayuran nya kepada Ziqiu. Dan Ziqiu selalu memberikan daging nya kepada Jian Jian. Lalu Li Haichao akan memberikan dagingnya kepada Ziqiu.

“Terima kasih, Ayah,” kata Ziqiu. Dan mendengar itu, Jian Jian berpura- pura muntah, karena cemburu.


Ketika Chen Ting menemukan foto keluarga yang Ling Xiao sembunyikan, dia merasa marah. Dan mulai memukuli Ling Xiao. Dan Ling Heping menghentikan nya serta memarahi nya.

“Aku yang harusnya mati tersedak kenari!” teriak Chen Ting.



“Apa bisa jangan bahas ini lagi? Lagipula itu kecelakaan. Tidak ada yang menyalahkanmu,” balas Ling Heping, sudah tidak tahan lagi.

“Benar. Kamu tidak menyalahkanku, aku harus berterima kasih padamu, ‘kan?” teriak Chen Ting. “Kamu tidak peduli pada anak. Kamu boleh menghindar dari ini. Kamu bisa menghakimiku, semua adalah salahku, ‘kan?”

“Aku tidak menghakimi mu. Apa kita bisa jangan bahas ini? Bisa hidup dengan baik?” pinta Ling Heping.

Chen Ting sama sekali tidak mau berhenti. Dia menyalahkan Ling Heping. Dan dia juga menyalahkan Ling Xiao, karena Ling Xiao yang memberikan Adik nya makan kacang kenari. Mendengar itu, Ling Xiao merasa sedih dan stress. Ling Heping pun berusaha menghentikan Chen Ting.

“Dia yang mencelakainya!” teriak Chen Ting sambil menunjuk- nunjuk Ling Xiao. Dan akhirnya, Ling Heping sudah tidak tahan lagi dan menampar Chen Ting.

Saat pulang sekolah Ling Xiao mengabaikan Jian Jian yang mendekatinya, karena apa yang terjadi tadi pagi dirumahnya.


Tepat ketika Chen Ting pergi meninggalkan rumah dengan membawa koper, Ling Xiao yang baru pulang sekolah melihatnya. Dan Chen Ting juga melihat Ling Xiao, tapi dia tetap berjalan pergi.

“Bibi,” panggil Jian Jian. “Bibi tidak menginginkan Ling Xiao lagi?” tanyanya dengan polos. “Jika Bibi tidak mau, berikan kepadu. Kebetulan aku tidak punya Kakak,” katanya dengan ceria.

“Untukmu saja!” balas Chen Ting sambil berjalan pergi dengan sedih.


Dengan senang, Jian Jian berputar- putar menggelilingi Ling Xiao dan tertawa. Sementara Ling Xiao terdiam sedih.



Ketika bermain mahjong, Bibi Qian menceritakan kepada semuanya tentang permasalahan keluarga Ling Heping dan Chen Ting yang sebenarnya.

Chen Ting dipanggil temannya untuk bermain mahjong. Dan Chen Ting lalu menyuruh Ling Xiao untuk menjaga adiknya. Adiknya ini suka makan kenari, dan biasanya Ling Xiao yang memberikan adiknya ini makan itu, dan tidak ada masalah. Tapi hari itu kebetulan, karena sebiji kacang kenari tersumbat di kerongkongan adiknya dan pintu rumah terkunci, Ling Xiao tidak bisa keluar. Ling Xiao memanggil siapapun, tapi tidak ada yang dengar. Setelah Chen Ting pulang, adiknya sudah mati karena tersedak.

Bibi Qian mengetahui cerita ini, karena Bibinya tinggal didekat rumah Chen Ting yang dulu. Dan Bibinya yang memberitahunya ini. Jadi menurutnya, Ling Heping dan Chen Ting bercerai, itu adalah hal yang baik.

Mendengar cerita itu, Li Haichao merasa sangat bersimpati kepada Ling Xiao dan Ling Heping.

“Hei, Haichao kapan menikah dengan He Mei?” tanya Bibi Qian.

“Belum sampai tahap itu. Nanti baru lihat lagi,” balas Li Haichao, tanpa semangat.

Malam hari. Ling Heping datang ke rumah Li Haichao untuk menjemput Ling Xiao. Tapi Ling Xiao sudah tidur. Jadi dia tidak ingin mengganggunya. Lalu Li Haichao menawarkan L:ing Heping yang belum makan untuk makan dirumah nya. Dan Ling Heping mengiyakan dengan senang hati.


Sebelum makan, Ling Heping memeriksa Ling Xiao yang sudah tidur bersama dengan Ziqiu dan Jian Jian, disatu ranjang yang sama.


Ling Heping merasa malu, karena banyak orang yang sepertinya sudah mendengar tentang masalah keluarganya. Dan Li Haichao menghibur Ling Heping untuk jangan terlalu memikirkan omongan para tetangga, karena sebenarnya para tetangga tidak berniat jahat. Dan Ling Heping mengerti itu. Namun dia sedih karena sikap Chen Ting.



“Masalah rumah kami, kamu juga tahu, ‘kan?” kata Li Haichao, gantian membahas tentang keluarganya. “Saat itu, Hui Ying baru meninggal, aku sangat sedih. Para tetangga selalu menasehatiku. Apa kamu tahu? Kata- kata menghibur itu seperti pisau kecil, terus menusuk ke hatimu. Aku sangat menyesal, tidak membujuk Istriku, tidak mendengarkan perkataan Dokter,” jelasnya.

“Saat Chen Ting mengandung Yunyun sudah tiga bulan, kami baru tahu itu. Demi anak ini, dia keluar dari pekerjaannya. Aku ini bayar denda dikantor, pekerjaanku juga ditarik. Jangankan naik jabatan, aku bahkan hampir kehilangan pekerjaan. Tetapi seumur hidupku, aku tidak pernah menyesali ini,” kata Ling Heping, bercerita.


Sepanjang malam, Ling Heping dan Li Haichao terus mengobrol. Membicarakan tentang masalah keluarga mereka. Masalah mereka sendiri. Penyesalan mereka. Kesedihan mereka. Dan lalu mereka saling menemani, saling mengerti, juga saling menghibur. Kemudian tanpa sadar, mereka berdua menjadi dekat.

“Pantas saja Ling Xiao selalu ke rumahmu untuk makan. Tumis timun saja berbeda dari tempat lain. Enak,” puji Ling Heping.

“Jika suka, seringlah datang, anggap rumah sendiri. Begini juga baik, anak- anak bisa berteman,” kata Li Haichao dengan ramah.

“Kalau begitu aku tidak sungkan lagi,” balas Ling Heping sambil tertawa.

“Jangan sungkan,” balas Li Haichao sambil ikut tertawa juga.


Hari- hari terus berlalu. Hingga akhirnya, Ling Xiao, Jian Jian, dan Ziqiu tumbuh besar bersama. Dan setiap harinya, Li Haichao yang bertugas memasakkan makanan untuk mereka semua nya.



“Xiao Jian, saatnya makan. Ini hari pertama sekolah, jangan sampai telat,” kata Li Haichao, berteriak, mengingatkan Jian Jian.

Dengan malas, Jian Jian masuk ke dalam kamar mandi. Lalu menggunakan sapu Ziqiu mengetuk atap rumah untuk memanggil Ling Xiao makan bersama. Kemudian dia memanggil Jian Jian untuk cepat keluar dari kamar mandi, karena dia sudah tidak tahan lagi.

“Jangan mendesakku, aku sedang buang dengan senang,” teriak Jian Jian.

Ziqiu akhirnya mengambil kunci dan pergi ke rumah Ling Xiao untuk menumpang ke kamar mandinya

“Hei, Ziqiu. Aku sudah bilang, jangan masuk saat aku menggosok gigi,” kata Ling Xiao, mengingatkan.

“Baik, aku tahu. Perhitungan sekali,” keluh Ziqiu.


Mendengar itu, Ling Xiao pun membawa pergi tissue kamar mandinya. Dan Ziqiu tertawa, karena dia sudah membawa persiapan.

Tapi kemudian Ling Xiao kembali dan merebut tissue itu juga. Dan Ziqiu jadi merasa bingung harus bagaimana.

Saat makan, Ling Xiao dan Zhiqiu saling bertengkar kecil dan berebutan makanan. Lalu Li Haichao datang, dan mereka berdua pun berhenti bertengkar.



“Dengar, Tahun ini Xiao Jian sudah SMA kelas 1, kalian SMA kelas 3, dan disekolah yang sama. Jangan seperti SMP setiap hari harus memanggil orang tua. Kalian harus jadi Kakak yang baik,” pinta Li Haichao.

“Baik. Tenang Ayah. Aku akan menjaganya,” kata Ziqiu.

“Tenang, Ayah Li. Aku akan jaga mereka,” kata Ling Xiao.

“Li Jian Jian. Ling Xiao makan ondemu!” kata Ziqiu, balas dendam kepada Ling Xiao yang bersikap sok keren dan dewasa.


Mendengar itu, Jian Jian keluar dari kamar mandi. Dia menaruh satu kakinya ke atas kursi dan mengigit tusuk gigi dengan sikap seperti preman.

1 Comments

Previous Post Next Post