Sinopsis C-Drama : Poisoned
Love Episode 06
Setelah menjelaskan mengenai
keadaan dan permintaannya, Shi Yi mau mengerti. Dia dengan senang hati
memberikan Fang Yan barangnya. Bukan hanya itu, dia membawa Fang Yan ke
kamarnya dan menyuruhnya memilih sendiri barang apa yang di inginkannya. Fang
Yan beneran senang tapi juga segan. Dia jadi bingung mau milih yang mana karna
semuanya tampak mahal.
Karna Fang Yan masih kesulitan
memilih mau mengambil barang yang mana, maka Shi Yi merekomendasikan harmonika
kayu nya. Dia dulu suka sekali dengan kerajinan kayu dan harmonika ini adalah
alat musik pertamanya yang terbuat dari kayu.
“Aku tidak bisa menerimanya.
Barang itu terlalu penting,” tolak Fang Yan.
“Jika ini bisa menyembuhkanmu,
itu menjadi arti keberadaannya yang paling penting,” ujar Shi Yi.
“Terimakasih banyak. Aku tidak
tahu harus berkata apa. Bagaimana kalau begini saja, anggap ini sebagai
keinginan keduaku. Setuju?”
Shi Yi menganggukan kepala
setuju. Fang Yan sangat lega dan tanpa sadar berujar kalau dia tidak perlu
membuat Shi Yi repot merawatnya lagi. Ucapannya itu, entah kenapa malah membuat
wajah Shi Yi berubah murung. Kelihatannya, Shi Yi sudah mulai menyukai Fang
Yan.
--
Saking senangnya mendapatkan
harmonika Shi Yi, Fang Yan terus saja bicara dengan harmonika tersebut dan
bukannya fokus membantu merapikan toko kaset. Wei Lin menghampirinya dan
menanyakan persiapa Fang Yan untuk audisi “Dewi Danau.” Fang Yan menjawab kalau
dia sudah menyiapkannya sepanjang hari, tapi dia terus merasa ada yang tak
beres. Dia juga sudah mengirim pesan ke sutradara, tapi tidak ada balasannya.
“Kalau kalian ada waktu, kenapa
tidak berlatih bersama saja? Cepatlah, aku akan menjadi penonton,” saran Yao
Yao.
Wei Lin dan Fang Yan merasa
saran itu benar. Jadi, Fang Yan pun mulai berlatih akting dengan Wei Lin. Selesai
akting, Yao Yao memuji kemampuan Fang Yan. Wei Lin ikutan memuji dengan bilang
kalau dia bisa mendengar kesederhaan dan kebingunan dalam suara Fang Yan ketika
memerankan “Dewi Danau” yang ingatannya tersegel dan menjadi angsa. Fang Yang
beneran senang tapi juga gugup karna ini pertama kalinya dia akan menjadi sulih
suara dalam film.
Pas di saat itu juga, sutradara
mengiriminya pesan. Sutradara memberikan tanggapan terhadap suara akting yang
Fang Yan kirimkan. Suara Fang Yan bagus dan penuh emosi, tapi kekurangannya
adalah kurang kenaifan dan keluguan seekor angsa. Sutradara menyarankan agar
Fang Yan mencoba teori Stanislavski.
Fang Yan beneran senang
mendengar pujian sutradara dan bersemangat ingin mempelajari teori
Stanislavksi. Nah, dia nggak tahu pula itu teori apa. Untung ada Wei Lin yang
bilang akan mengurusnya.
--
Shi Meng baru saja pulang kerja
dan melihat hadiah recorder nya di letak begitu saja di atas meja ruang tamu. Entah
kenapa, dia merasa senang karna Fang Yan tampaknya tidak menyukai ‘aroma Shi
Yi’ dan dia pun langsung membuat recorder itu ke tong sampah.
Ketika dia melewati kamar Fang
Yan, terdengar suara ribut-ribut Fang Yan berteriak : “Lepaskan! Lepaskan! Manis. Kau sangat menggemaskan. Aku akan memelukmu
jika kau patuh.” Shi Meng jadi kepo dan nguping, mencurigai ada seseorang
di kamar Fang Yan.
Apalagi saat dia berteriak
menyuruh Fang Yan keluar, Fang Yan tampak gugup dan bersikap sangat manis dan
baik. Dia juga menutup rapat pintu kamarnya. Shi Meng makin curiga dan menuduh
Fang Yan membawa seseorang ke rumah. Fang Yan menyangkal, tapi Shi Meng menemukan
sehelai bulu di baju Fang Yan. Dengan tegas dan paksa, dia membuka pintu kamar
Fang yan.
Kwekk
! Begitu pintu kamar
terbuka, seekor angsa langsung terbang keluar. Keduanya langsung panik dan
berusaha menangkapnya. Tapi, angsa itu lebih gesit dan lincah. Dia terus
berterbangan ke sana kemari dan membuat kekacauan. Bulu-bulunya juga banyak
rontok dan mengotori seisi rumah.
Wajar saja kalau Shi Meng
mengamuk. Dia menyuruh Fang Yan menjelaskan mengenai angsa itu. Dengan
polosnya, Fang Yan memberitahu kalau nama angsa itu adalah Ang Sa. Shi Meng
makin emosi karna dia bukan menanyakan nama atau hewan apa itu, tapi kenapa
angsa itu bisa berada di dalam rumahnya?!
“Begini. Wei Lin ingin
membantuku mendalami peran “Dewi Danau.” Lalu, dia tiba-tiba mengirimkannya lewat
kurir. Aku menerimanya. Begitu saja,” jelas Fang Yan, singkat.
Shi Meng tidak menerima alasan
tidak masuk akal itu. Kenapa pula mendalami peran, butuh bantuan angsa? Dengan
manis, Fang Yan menjawab kalau saat ingatan “Dewi Danau” tersegel, dia mengambil
wujud seekor angsa rumahan. Shi Meng benar-benar nggak habis piki dan
memerintahkan Fang Yan untuk menyingkirkan angsa tersebut.
Fang Yan tidak mau dan berusaha
membujuk Shi Meng agar menerima Ang Sa di rumahnya. Shi Meng tidak mau.
Emosinya menjadi tidak terkendali saat Ang Sa buang kotoran di atas sepatunya.
Tidak perlu negosiasi lagi, Shi
Meng mendorong Fang Yan serta Ang Sa keluar dari rumahnya. Dia benar-benar
stress melihat rumah yang berantakan dan bulu-bulu angsa berserakan
dimana-mana.
Walau di usir, Fang Yan tetap
tidak mau pergi dan duduk di depan pintu rumah. Dia mencoba menelpon Shi Meng,
tapi Shi Meng tidak mau mengangkatnya sama sekali. Karna Fang Yan terus
menelpon, Shi Meng akhirnya mengangkat dan mendengarkan melalui speaker. Begitu
di angkat, Fang Yan melakukan sulih suara seolah dia adalah Ang Sa dan membujuk
Shi Meng agar menerimanya.
Tapi, di tengah akting, lampu
koridor mendadak mati. Suasana menjadi gelap gulita. Fang Yan sempat berguma
kalau dia ketakutan. Suara gumamannya itu terdengar oleh Shi Meng. Shi Meng
mengakhiri telepon. Fang Yan yang ada di depan pintu makin ketakutan. Dia
menyalakan senter ponselnya dan memeluk Ang Sa dengan erat.
Ternyata, Shi Meng orangnya
tidak tegaan. Dia membuka pintu rumah dan mengizinkan Fang Yan untuk masuk.
“Hanya kali ini saja. Besok,
kau pergi jika angsa itu masih di sini,” ujar Shi Meng.
Walau Shi Meng mengatakannya
dengan dingin, Fang Yan tetap saja senang dan bersyukur.
--
Sebagai bentuk terimakasihnya,
Fang Yan memotongkan buah apel dan menatanya sedemikian rupa menyerupai angsa,
dan kemudian, memberikannya pada Shi Meng. Dia berterimakasih karna Shi Meng
sudah memaafkannya karena membawa angsa dan mengizinkannya tinggal.
“Aku mengizinkanmu menginap di
sini hanya untuk satu malam. Kita akan membicarakannya nanti. Aku tidak perlu
ini,” ujar Shi Meng.
Fang Yan tidak menyerah. Dia
tetap mengutarakan rasa terimakasihnya dan juga pendapatnya yang selama ini
keliru mengenai Shi Meng. Hari ini, dia mendapati kalau Shi Meng adalah orang
yang murah hati, jadi dia akan mengembalikan rajutan angsa Shi Meng. Shi Meng
senang dan mengizinkan Fang Yan untuk tinggal dengan angsa kali ini.
Saking senangnya, Fang Yan
mengatupkan kedua tangan, berterimakasih. Dia nggak sadar kalau di tangannya,
dia memegang harmonika hadiah Shi Yi.
“Harmonika itu…”
“Shi Yi memberikan harmonika
ini kepadaku,” jawab Fang Yan.
Usai menenangkan Shi Meng, Fang
Yan pamit untuk mengurus Ang Sa. Setelah Fang Yan pergi, Shi Meng menggerutu
kesal karna Fang Yan membawa barang Shi Yi kemanapun.
Rajutan angsa, hadiah dari
ayahnya, sudah kembali. Karna itu, Shi Meng membuka ruangan yang terkunci
(ruangan yang waktu itu mau di bersihkan Fang Yan saat pertama kali bekerja di
rumah Shi Meng, tapi pintunya terkunci). Di dalam ruangan itu, ada sebuah rak
kayu tua. Shi Meng meletakkan rajutan angsa itu di atas rak tersebut.
Flashback
Shi
Yi dan Shi Meng melihat ayah yang sedang membuat rak. Shi Yi yang masih kecil,
tampak iri dan menyebut ayahnya pilih kasih karna hanya membuakkan rak untuk
Shi Meng.
“Kau
sudah besar sekarang. Kau masih merasa iri?” tanya ayah, lembut pada Shi Yi.
End
Di dalam ruangan itu, ada
banyak barang kenangan Shi Meng dengan ayahnya.
Flashback
Untuk
menyenangkan Shi Yi, ayah bilang akan mengajari Shi Yi cara membuat model
pesawat terbang. Shi Yi menjawab dengan semangat. Shi Meng juga mau di ajari.
Dan ayah berjanji akan membuatkan apapun yang mereka inginkan.
End
Argghh! Terdengar suara
teriakan Fang Yan. Dan itu membuat lamunan Shi Meng jadi terganggu.
Alasan Fang Yan berteriak karna
Ang Sa masuk ke kamar mandi dan menengger di atas rak. Shi Meng marah dan
menyesal sudah menerima Fang Yan masuk ke rumahnya kembali. Fang Yan terus saja
membuat berbagai alasan. Shi Meng nggak peduli dan memberikan waktu 1 menit
pada Fang Yan untuk segera membawa Ang Sa keluar dari kamar mandinya.
Fang Yan mulai panik apalagi
karna Shi Meng menyalakan timer ponselnya. Fang Yan mulai melakukan berbagai
cara untuk membujuk Ang Sa turun. Mulai dari bicara baik-baik sampai mengancam
akan menjadikannya angsa botak.
Waktu habis! Shi Meng sudah
kehilangan kesabaran dan mulai membahas denda yang harus Fang Yan bayarkan.
Fang Yan tidak mau membayar denda sehingga dia mengambil tempat baju kotor dan
menjadikannya pijakan untuk menarik Ang Sa turun. Pijakannya itu nggak stabil
dan membuatnya hampi terjatuh kalau Shi Meng tidak menolongnya dari belakang.
Sadar kalau Fang Yan tidak akan
bisa membawa Ang Sa turun. Maka, Shi Meng yang mengambil alih. Dia sudah hampir
berhasil menangkap Ang Sa, tapi tiba-tiba Ang Sa mengepakkan sayapnya dan
terbang turun. Karna terlalu terkejut, Shi Meng berbalik. Dan tepat di
belakangnya ada Fang Yan. Eng ing eng, terjadilah ciuman. Dan yang menjadi
saksi ciuman itu adalah Ang Sa.
Fang Yan beneran kaget,
terkejut dan malu sehingga dia langsung lari ke kamar. Dia pun mulai merasa
panas. Ini adalah ciuman pertamanya.
Shi Meng juga terkejut dan
kaget. Dia langsung ke dapur untuk minum segelas air. Tapi, ingatan ciuman tadi
terus saja muncul di kepalanya. Dari awal, dia memang sudah tertarik pada Fang
Yan. Tapi, rasa tertariknya itu, di pendamnya karna Fang Yan terus menerus
membahas Shi Yi. Shi Meng mengira Fang Yan menyukai Shi Yi.
--
Esok hari,
Pagi-pagi, kita sudah mendengar
suara teriakan Fang Yan. Kenapa? Karna saat dia mau memberi makan Ang Sa (yang
di kurung di kandang yang ada di beranda rumah. Yang entah sejak kapan ada), dia
malah melihat harmonika pemberian Shi Yi ada di dalam kandang dan dalam keadaan
sudah kena taik angsa.
Untuk menambah luka, Shi Meng
muncul dan mengejek Ang Sa yang bersifat sangat merusak. Fang Yan mulai
melakukan monolog dengan Ang Sa yang isinya menuduh Shi Meng sebagai pelaku.
Karna tidak mungkin Ang Sa bisa keluar kandang kalau tidak ada yang membuka
pintu.
“Bagaimana bisa aku pelakunya?
Apakah aku akan melakukan hal bodoh seperti itu? Itu pasti kabur dengan
sendirinya,” sangkal Shi Meng.
Fang Yan nggak punya bukti,
jadi dia nggak jadi menuduh Shi Meng lagi. Dia pun mulai memarahi sekaligus
menasehati angsa untuk tahu bersyukur.
--
Baru tiba di kantor, Ying Jun
melaporkan kalau tn. Gu sudah kembali dan menunggu Shi Meng di ruang rapat
lantai dua. Di saat yang sama, sutradara juga masuk dengan marah. Sutradara
sudah tidak mau melakukan syuting film “Kisah Dunia Air.” Itu karena pembukaan
film adalah iklan pembalut wanita. Pembukaan film itu adalah hal paling penting
karna itu akan menjadi kesan pertama penonton mengenai film mereka.
“Tolong tenang sebentar. Aku akan mencari tahu situasinya,” ujar Shi Meng dan keluar.
Tapi, sutradara sudah sangat emosi dan langsung pergi tanpa mau menunggu Shi Meng kembali.
Shi Meng pergi menemui tn. Gu.
Tampaknya, hubungan mereka cukup dekat karena Shi Meng memanggilnya dengan
panggilan ‘paman.’
“Paman Gu, kau sudah kembali.”
“Jika aku tidak kembali, “Kisah
Dunia Air” yang boros akan bertambah beberapa angka nol lagi.”
“Investasi yang cukup bisa
menghasilkan produk yang berkualitas. Otomatis, imbalannya akan lebih banyak.”
tn. Gu tidak setuju dengan
pendapat Shi Meng. Dia menyarankan kalau mereka harus menerima pengiklan baru.
Shi Meng tahu maksudnya, tapi iklan pembalut wanita di awal film, hanya akan
menghancurkan konten filmnya.
“Sutradara yang baik, pasti
bisa menemukan keseimbangan antara seni dan bisnis. Jika dia tak mampu, cari
orang lain,” tegas tn. Gu.
Shi Meng pun menolak dengan
tegas karna sutradara telah mengerjakan proyek ini selama 3 tahun. Tidak ada
orang lain yang lebih menguasai film ini di bandingkan si sutradara. Tn. Gu
tidak peduli dan hanya bilang untuk mengganti sutradara jika sutradara tidak
mau bersikap kooperatif dengan pengiklan.
--
Fang Yan datang ke tempat Shi
Yi dan di perdengarkan lagu demo “Kisah Dunia Air.” Shi Yi ingin tahu bagaimana
pendapatnya. Fang Yan tidak berani memberikan pendapatnya karna merasa kalau
dia hanya amatir dan tidak mengerti apapun.
Karna Shi Yi ngotot mau mendengarkan
pendapatnya, maka Fang Yan pun memberitahunya. Baginya lagu Shi Yi ini
‘sempurna’ Dia menjelaskan perasaannya yang menggebu-gebu saat mendengar lagu
itu.
“Punya belahan jiwa memang
berbeda,” ujar Shi Yi, setelah mendengar pendapat Fang Yan.
Mendengar ucapan itu, Fang Yan
jadi semakin merasa bersalah. Shi Yi memperlakukannya sebagai belahan jiwa,
tapi dia malah membiarkan Ang Sa merusak harmonikanya. Jika dia meminta barang
lagi, itu artinya dia tidak tahu malu.
💞💞💞💞💞💞senangnya rupanya mgg tdk libur
ReplyDelete💕💕💕💕💕semangat terus ya💞💞💞💞💞💞💞
ReplyDelete