Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 12 part 3


Original Network : tvN

Yoo Ri menyalahkan Lee Yeon atas apa  yang terjadi sekarang. Dan Shin Joo menenangkan Yoo Ri untuk percaya kepada Lee Yeon dan berikan waktu kepada Lee Yeon, karena Lee Yeon pasti akan menemukan jalan keluarnya. Lalu ini bukanlah salah Lee Yeon juga, karena Lee Yeon telah berulang kali mengingatkan Lee Rang bahwa berhubungan dengan Imoogi hanya akan mendatangkan kemalangan. Dan Yoo Ri merasa kesal, sebab Shin Joo tampak sangat memihak Lee Yeon. Kemudian dia menangis sedih sambil memanggil nama Lee Rang.


“Apa dia sakit?” tanya Soo Ho dengan polos.

“Keluar!” bentak Yoo Ri.

Dengan cepat, Shin Joo mengendong Soo Ho dan mengajaknya untuk pergi. Namun tiba- tiba Soo Ho menanyakan, apakah Lee Rang juga rubah ekor sembilan, karena Lee Rang adalah adik Lee Yeon. Dan Lee Yeon adalah rubah ekor sembilan.


Lee Yeon berpikir keras sambil menatap pohon buah ceplukan.



Keesokan hari. Yoo Ri berniat untuk menggantikan perban ditubuh Lee Rang, tapi dia kurang pandai. Lalu Soo Ho datang dan membantunya. Dia menceritakan bahwa Ibunya selalu terluka setiap hari, karena dipukuli Ayah Tirinya, dan hanya ini yang bisa dilakukannya. Dan Yoo Ri pun memberikan tugas untuk mengobati Lee Rang kepada Soo Ho, tapi jika terjadi sesuatu, maka dia mengancam akan menbunuh Soo Ho. Lalu diapun berbalik untuk pergi.

“Anda mau ke mana?” tanya Soo Ho, heran.


Yoo Ri menyelinap masuk ke dalam rumah Lee Yeon. Dan ketika dia melihat pohon buah ceplukan yang dicarinya, tanpa ragu dia langsung mencuri beberapa buah ceplukan yang ada. “Rang, aku akan menyelamatkanmu,” katanya, bertekad.




Didalam perjalanan. Beberapa buah ceplukan membusuk dan mati, lalu menghilang. Melihat itu, Yoo Ri merasa sangat panik. Dan ketika dia sampai di rumah, semua buah ceplukan yang dibawanya telah mati dan menghilang. Dengan stress, dia menangis frustasi.

“Rang! Rang!” panggil Yoo Ri.

Shin Joo meminta maaf kepada Lee Yeon, karena dia tidak berhasil menghentikan Yoo Ri. Dan Lee Yeon sama sekali tidak memikirkan tindakan Yoo Ri tersebut, dia hanya memikirkan, kenapa buah ceplukan yang Yoo Ri ambil bisa membusuk dan mati begitu saja.

“Apa aku harus membawa pohon itu ke Bu Taluipa?” tanya Shin Joo.

“Belum. Aku juga sedang bermain tangkap ekor,” jawab Lee Yeon, menjelaskan.


Tepat disaat itu, Pria Rang datang. Dia datang demi buah ceplukan. Dan Shin Joo pun pergi serta meninggalkan Pria Rang untuk berbicara berdua dengan Lee Yeon.

“Kamu tampak seperti melewati 12 tahun dalam semalam,” komentar Lee Yeon, tanpa rasa peduli dan rasa kasihan sama sekali.

“Aku tidak tahu harus bersembunyi ke mana darinya. Aku akan mati,” balas Pria Rang, menceritakan kesusahannya. Lalu dia bertlutut dan memohon. “Selamatkan aku. Aku akan melakukan apa pun perintahmu. Tolong beri aku ceplukan …” pintanya.


Lee Yeon menolak untuk memberikan buah ceplukan kepada Pria Rang. Dia ingin Pria Rang membantu nya untuk menangkap Imoogi terlebih dahulu, lalu dia akan memberikan buah ceplukan kepada Pria Rang berdasarkan variasi informasi yang Pria Rang berikan. Dan Pria Rang langsung bersedia.

“Tapi bagaimana aku bisa memercayaimu?” tanya Lee Yeon, ragu. “Dari yang kulihat hari itu saat aku menyamar sebagai Rang, semua tentangmu adalah kebohongan.”

“Aku paham kenapa kamu tidak bisa memercayaiku. Aku juga tidak akan percaya,” kata Pria Rang, mengaku. “Tapi aku tidak melakukannya karena menginginkannya. Aku ingin hidup. Aku hanya ingin hidup. Aku tahu aku bertahan hidup dengan menyedihkan, tapi aku tetap manusia. Aku manusia biasa pada satu titik. Setelah kehilangan keluargaku di tangannya, aku ingin membalas dendam jika bisa. Jika punya kesempatan lagi, aku ingin memulai kembali sebagai orang baru,” jelasnya sambil menangis sedih.



Mendengar itu, Lee Yeon merasa bersimpati kepada Pria Rang. Dia menepuk bahu Pria Rang dengan lembut untuk menghiburnya. Tapi sesudah itu, dia menampar Pria Rang. Karena ternyata Pria Rang ada membawa pistol di tubuhnya. Dan karena kebohongan nya telah terungkap, Pria Rang pun berhenti menangis, dan menanyai bagaimana Lee Yeon bisa tahu.

“Orang tidak berubah semudah itu,” kata Lee Yeon, menjelaskan. Dan Pria Rang memuji kepintaran Lee Yeon. “Tapi kamu pikir kamu bisa membunuhku dengan ini?”

“Tidak ada pelurunya,” jawab Pria Rang. Dan perkataannya benar. “Aku hanya ingin melihat apakah mantan roh gunung cukup bodoh untuk terperdaya oleh air mataku. Aku tidak bisa mempertaruhkan hidupku untuk orang bodoh,” katanya, menjelaskan dengan santai.

“Sekarang baru bagus,” balas Lee Yeon, memuji.

Rekan Kim dan rekan Pyo bekerja sama mencari informasi tentang kelemahan Imoogi. Namun mereka tidak berhasil menemukan apapun yang berguna.

“Protagonis dalam kisah Kim Young Suk menusuk dan membunuh Imoogi dengan pedang. Tapi tertulis dia dibunuh oleh Imoogi yang mati itu. Dia membunuhnya, tapi Imoogi tidak mati,” gumam rekan Kim, merasa bingung.

“Mungkin ada lebih dari satu. Mungkin ada dua Imoogi sejak awal,” tebak rekan Pyo.


Imoogi datang mengujungi rekan Kim dan rekan Pyo yang masih bekerja di kantor.



Lee Yeon berjanji akan memberikan semua buah ceplukan kepada Pria Rang, jika dia menyukai jawaban yang akan Pria Rang berikan. Dan dengan bersemangat, Pria Rang langsung mengatakan bahwa ada satu hal yang hanya diketahui oleh dirinya.

“Dukun di pulau mengatakan dia tidak akan pernah mati. Dia hanya tidur,” kata Pria Rang.

“Aku juga tahu itu. Pertanyaannya, bagaimana caraku menidurkannya?” balas Lee Yeon.

“Sama seperti kamu membangunkannya. Kamu tidak ingat? Sumur tempat dia bangun,” kata Pria Rang, menjelaskan dengan yakin.

“Omonganmu tidak masuk akal. Apa aku harus melemparnya kembali ke sumur?” keluh Lee Yeon.

“Tidak masalah, selama ada air. Yang penting adalah bahannya,” kata Pria Rang, menjelaskan caranya. “Tubuh orang hidup, darah kurban, dan kekuatan sosok yang dekat dengan dewa. Kamu bahan terakhir untuk membangunkannya,” jelasnya. Dan Lee Yeon percaya, sebab terakhir kali Imoogi terbangun, caranya sama seperti itu.

Rekan Kim dan rekan Pyo berpikir dengan keras. Dan akhirnya rekan Pyo menemukan sesuatu yang cukup berguna didalam sebuah buku. “Ular yang hidup di dalam air. Protagonisnya bertarung melawan Imoogi yang tinggal di rawa, dan dia melumuri tubuhnya dengan darah kuda dahulu. Imoogi pasti membenci darah kuda.”

“Bagus. Kirim itu kepadanya sekarang,” puji rekan Kim dengan senang.

Tepat disaat itu, tiba- tiba saja Imoogi sudah berdiri dihadapan mereka berdua. Dan mereka berdua tampak seperti terhinoptis. Namun sebelum rekan Pyo benar- benar terhinoptis, dia sudah berhasil mengirimkan pesan kepada Lee Yeon.


Ketika Lee Yeon mendapatkan pesan dari rekan Pyo, dia langsung terpikirkan sebuah rencana. Tapi sebelum itu, dia masih membutuhkan orang hidup. Dan Pria Rang merasa takut, karena Lee Yeon tiba- tiba menarik kerah baju nya.

Saat Lee Yeon menghubungi nya, Hyeonuiong mengira Lee Yeon ingin  dia menjemput pohon ceplukan. Tapi kemudian dia terkejut. “Baiklah. Serahkan kepadaku … … Baiklah. Jaga dirimu,” katanya dengan yakin.

“Apa katanya?” tanya Taluipa, ingin tahu, setelah Hyeonuiong selesai bertelponan dengan Lee Yeon.


“Bahwa dia bisa menangkap Imoogi. Dia mendapatkan sesuatu dari anak buahnya dengan pura-pura memberinya ceplukan,” kata Hyeonuiong, menjelaskan dengan bangga. “Aku akan pergi dan menyita pohon itu.”

“Tidak,” kata Taluipa, berkomentar. “Yeon tidak bisa menangkap Imoogi,” katanya dengan sangat yakin. “Karena dia Yeon. Karena dia Yeon yang kita kenal, dia tidak akan bisa melakukannya,” jelasnya. Dan Hyeonuiong sama sekali tidak bisa mengerti.


Lee Yeon memperhatikan kondisi Lee Rang yang masih belum sadarkan diri dengan perasaan sedih. “Aku tidak akan pernah menelantarkanmu. Aku berjanji akan menyelamatkanmu. Aku akan menangkap Imoogi,” katanya, penuh tekad.


Rekan Kim dan rekan Pyo berdiri di ujung atap. Dan Imoogi dengan bangga menunjukkan hal itu kepada Ji A melalui video call. Dan melihat itu, Ji A merasa terkejut.


“Berkencanlah denganku,” ajak Imoogi. “Maka aku mungkin membiarkan mereka hidup. Pakai apa yang kupilihkan,” jelasnya. Lalu dia mematikan video call meeka.

“Halo? Hei, kamu!” teriak Ji A, stress.


Kemudian disaat itu, paket yang Imoogi kirimkan sampai. Isi paket tersebut adalah satu gaun, sepasang sepatu dan aksesorisnya.


Ji A menggunakan pakaian yang diberikan oleh Imoogi, dan lalu dia datang ke restoran yang ditentukan oleh Imoogi dengan langkah berani.


Flash back

Ji A memberitahukan kepada Lee Yeon tentang ancaman Imoogi. Dan dia merasa sangat panik memikirkan bagaimana caranya menyelamatkan rekan Kim dan juga rekan Pyo.

“Mereka akan baik-baik saja. Aku akan menemukan mereka. Aku sudah meminta Shin Joo untuk melacak bau mereka,” kata Lee Yeon, menjelaskan. “Kamu tidak perlu menemuinya.”

“Tidak, akan kulakukan. Aku akan menemuinya,” kata Ji A, memutuskan. “Ini hari kita akan menangkapnya.”

Flash back end



Imoogi menyambut kedatangan Ji A dengan sikap penuh perhatian dan gentleman. Dia menarikkan kursi untuk Ji A duduk dan memuji Ji A. Dengan malas, Ji A mengajak Imoogi untuk langsung makan saja, karena dia tidak mau berbicara dengannya.

“Aku merindukanmu,” kata Imoogi.

“Tidak bisakah seseorang makan dengan tenang?” keluh Ji A, tidak senang.

“Bukankah seharusnya kamu bersikap lebih baik kepadaku? Satu kata dariku dan mereka akan terbang,” ancam Imoogi, memperlihatkan video rekan Kim dan rekan Pyo yang masih berdiri di tepi atap gedung tinggi.


Ji A sangat tidak mengerti, kenapa harus dirinya. Dan Imoogi pun menjelaskan, karena hanya Ji A yang bisa memandunya untuk menemukan sesuatu yang di carinya. Yaitu sesuatu yang mungkin dihilangkanya sejak kelahirannya. Dan Ji A merasa bingung, apa itu.

“Dahulu kala, seorang putra kesembilan lahir dalam keluarga tiri ternama di Silla. Bayi itu tidak menangis, tapi ibunya menangis tersedu-sedu. Tungkai bayinya tersembunyi seperti ular. Mata, telinga, bahkan suaranya cacat,” kata Imoogi, bercerita.

“Apa yang terjadi pada bayi itu?” tanya Ji A, ingin tahu.


“Ayahnya yang seorang bangsawan mencoba membunuh anak lelaki itu, tapi bidan menghentikannya. Dia bilang itu bisa mengutuknya. Tapi anak lelaki itu malah dikurung dalam sebuah peti. Selain bidan yang memberinya makan, orang tua maupun saudara-saudaranya tidak datang untuk menjenguknya. Bayi yang tidak menangis akan terlupakan,” kata Imoogi, melanjutkan ceritanya. “Dia manusia.”

“Kamu manusia sebelum berubah menjadi monster,” kata Ji A, menyimpulkan.

“Anak lelaki itu dibuang ke gua korban wabah dan dia dimakan.”


Hye Ja menyediakan darah kuda untuk Lee Yeon. Dan tanpa ragu Lee Yeon mencelupkan kedua tangannya ke dalam darah kuda tersebut.



“Waktu berlalu dan gua itu menjadi kuburan korban wabah. Dan suatu hari, seekor ular putih keluar dari sana. Mereka yang melihatnya menyebutnya "Imoogi" dan memandangnya mengancam. Seperti itulah kisahnya,” kata Imoogi, menyelesaikan ceritanya.

“Aku sudah tahu. Sesuatu yang sangat kamu inginkan,” balas Ji A. “Dicintai oleh seseorang.”

“Mau membantuku mendapatkannya?” tanya Imoogi dengan lembut.

“Dan kalau aku menolak?”

“Aku akan membunuhmu. Setelah membunuh Lee Yeon, aku akan membunuh orang-orang yang kamu sayangi, lalu dirimu,” jawab Imoogi, mengancam dengan serius. “Tidak lama kemudian, virus akan menyebar. Tidak seorang pun akan bahagia lagi.”



Shin Joo mengambil sandal milik rekan Kim yang berada didalam kantor dan mengendusnya. Lalu dia mengingat aroma tersebut dan mengikuti jejak aroma itu.



Imoogi dan Ji A berjalan- jalan bersama sambil mengobrol. Imoogi meminta jawaban Ji A. Dan Ji A meminta maaf, karena cintanya sudah tekuras dan menjadi milik Lee Yeon.

“Apa arti dia bagimu?” tanya Imoogi sambil mengcengkram bahu Ji A dengan kuat. Dan Ji A diam. “Beri tahu aku,” paksanya.

Tepat disaat itu, Lee Yeon datang. Dia mendorong Imoogi untuk menjauhi Ji A. Dan Imoogi merasa kesal, karena Lee Yeon datang dan mengganggu kencan nya.

Akhirnya, Shin Joo berhasil menemukan dimana rekan Kim dan rekan Pyo berada. Dan dia langsung berlari ke atas atap dengan cepat.



“Aku ingin terbang,” kata Imoogi kepada rekan Kim dan rekan Pyo.

Tepat sebelum rekan Kim dan rekan Pyo melompat, Shin Joo sampai di atap dan langsung menarik mereka berdua. “Aku menemukan kalian!” teriaknya.




Mendengar itu, Imoogi merasa kesal. Dan dengan cepat, Lee Yeon langsung menyerang Imoogi. “Tempat yang tepat untuk Imoogi bukan tanah kering, melainkan air,” katanya sambil memandang ke arah genangan air dibawah kaki Imoogi. Dan Imoogi sama sekali tidak bisa bergerak. “Ini darah kuda. Mencari tahu kelemahanmu tidak murah,” kata Lee Yeon, menjelaskan dengan bangga.

Ji A kemudian meneteskan darahnya ke atas genangan air. “Ini darahku. Kurasa kencan kita berakhir di sini,” jelas nya. Dan Imoogi merasa sangat kesal sekali.

Lee Yeon kemudian menggunakan kekuatannya untuk memanggil petir.

Tepat disaat Lee Yeon melakukan itu, Taluipa langsung merasa khawatir. “Tidak, Yeon. Kamu salah,” gumam nya.


Imoogi tersenyum memandang Lee Yeon. Dan Lee Yeon merasa bingung, kenapa tidak berhasil. “Kamu mengincar orang yang salah,” kata Imoogi menjelaskan dengan berbaik hati. “Imoogi yang kamu cari-cari itu. Bagian utama itu tidak ada di diriku,” jelas nya sambil menatap ke arah Ji A.


Ji A merasa tubuhnya sangat kepanasan. Dan dengan khawatir, Lee Yeon langsung mendekati dan memeluk Ji A dengan erat. Disaat itu, Imoogi berjalan pergi.


“Tidak apa-apa. Kamu akan baik-baik saja. Kumohon,” kata Lee Yeon, menenangkan Ji A.




Sikap Ji A tiba- tiba berubah. Dia tersenyum dan memandang Lee Yeon. “Lama tidak berjumpa, Yeon,” sapanya. Dan Lee Yeon merasa sangat terkejut melihat sisik yang muncul di tubuh Ji A. “Dia milikku.”

“Keluarlah dari tubuh itu sekarang juga!” bentak Lee Yeon, marah.

Post a Comment

Previous Post Next Post