Original Network : tvN
Yoo Ri menyalahkan Lee Yeon atas apa yang terjadi sekarang. Dan Shin Joo menenangkan Yoo Ri untuk percaya kepada Lee Yeon dan berikan waktu kepada Lee Yeon, karena Lee Yeon pasti akan menemukan jalan keluarnya. Lalu ini bukanlah salah Lee Yeon juga, karena Lee Yeon telah berulang kali mengingatkan Lee Rang bahwa berhubungan dengan Imoogi hanya akan mendatangkan kemalangan. Dan Yoo Ri merasa kesal, sebab Shin Joo tampak sangat memihak Lee Yeon. Kemudian dia menangis sedih sambil memanggil nama Lee Rang.
“Apa dia
sakit?” tanya Soo Ho dengan polos.
“Keluar!”
bentak Yoo Ri.
Dengan
cepat, Shin Joo mengendong Soo Ho dan mengajaknya untuk pergi. Namun tiba- tiba
Soo Ho menanyakan, apakah Lee Rang juga rubah ekor sembilan, karena Lee Rang
adalah adik Lee Yeon. Dan Lee Yeon adalah rubah ekor sembilan.
Lee Yeon
berpikir keras sambil menatap pohon buah ceplukan.
Keesokan
hari. Yoo Ri berniat untuk menggantikan perban ditubuh Lee Rang, tapi dia
kurang pandai. Lalu Soo Ho datang dan membantunya. Dia menceritakan bahwa
Ibunya selalu terluka setiap hari, karena dipukuli Ayah Tirinya, dan hanya ini
yang bisa dilakukannya. Dan Yoo Ri pun memberikan tugas untuk mengobati Lee
Rang kepada Soo Ho, tapi jika terjadi sesuatu, maka dia mengancam akan menbunuh
Soo Ho. Lalu diapun berbalik untuk pergi.
“Anda mau ke
mana?” tanya Soo Ho, heran.
Yoo Ri
menyelinap masuk ke dalam rumah Lee Yeon. Dan ketika dia melihat pohon buah
ceplukan yang dicarinya, tanpa ragu dia langsung mencuri beberapa buah ceplukan
yang ada. “Rang, aku akan menyelamatkanmu,” katanya, bertekad.
Didalam
perjalanan. Beberapa buah ceplukan membusuk dan mati, lalu menghilang. Melihat
itu, Yoo Ri merasa sangat panik. Dan ketika dia sampai di rumah, semua buah
ceplukan yang dibawanya telah mati dan menghilang. Dengan stress, dia menangis
frustasi.
“Rang!
Rang!” panggil Yoo Ri.
Shin Joo
meminta maaf kepada Lee Yeon, karena dia tidak berhasil menghentikan Yoo Ri.
Dan Lee Yeon sama sekali tidak memikirkan tindakan Yoo Ri tersebut, dia hanya
memikirkan, kenapa buah ceplukan yang Yoo Ri ambil bisa membusuk dan mati
begitu saja.
“Apa aku
harus membawa pohon itu ke Bu Taluipa?” tanya Shin Joo.
“Belum. Aku
juga sedang bermain tangkap ekor,” jawab Lee Yeon, menjelaskan.
Tepat disaat
itu, Pria Rang datang. Dia datang demi buah ceplukan. Dan Shin Joo pun pergi
serta meninggalkan Pria Rang untuk berbicara berdua dengan Lee Yeon.
“Kamu tampak
seperti melewati 12 tahun dalam semalam,” komentar Lee Yeon, tanpa rasa peduli
dan rasa kasihan sama sekali.
“Aku tidak
tahu harus bersembunyi ke mana darinya. Aku akan mati,” balas Pria Rang,
menceritakan kesusahannya. Lalu dia bertlutut dan memohon. “Selamatkan aku. Aku
akan melakukan apa pun perintahmu. Tolong beri aku ceplukan …” pintanya.
Lee Yeon
menolak untuk memberikan buah ceplukan kepada Pria Rang. Dia ingin Pria Rang
membantu nya untuk menangkap Imoogi terlebih dahulu, lalu dia akan memberikan
buah ceplukan kepada Pria Rang berdasarkan variasi informasi yang Pria Rang
berikan. Dan Pria Rang langsung bersedia.
“Tapi
bagaimana aku bisa memercayaimu?” tanya Lee Yeon, ragu. “Dari yang kulihat hari
itu saat aku menyamar sebagai Rang, semua tentangmu adalah kebohongan.”
“Aku paham
kenapa kamu tidak bisa memercayaiku. Aku juga tidak akan percaya,” kata Pria Rang,
mengaku. “Tapi aku tidak melakukannya karena menginginkannya. Aku ingin hidup.
Aku hanya ingin hidup. Aku tahu aku bertahan hidup dengan menyedihkan, tapi aku
tetap manusia. Aku manusia biasa pada satu titik. Setelah kehilangan keluargaku
di tangannya, aku ingin membalas dendam jika bisa. Jika punya kesempatan lagi,
aku ingin memulai kembali sebagai orang baru,” jelasnya sambil menangis sedih.
Mendengar
itu, Lee Yeon merasa bersimpati kepada Pria Rang. Dia menepuk bahu Pria Rang
dengan lembut untuk menghiburnya. Tapi sesudah itu, dia menampar Pria Rang.
Karena ternyata Pria Rang ada membawa pistol di tubuhnya. Dan karena kebohongan
nya telah terungkap, Pria Rang pun berhenti menangis, dan menanyai bagaimana
Lee Yeon bisa tahu.
“Orang tidak
berubah semudah itu,” kata Lee Yeon, menjelaskan. Dan Pria Rang memuji
kepintaran Lee Yeon. “Tapi kamu pikir kamu bisa membunuhku dengan ini?”
“Tidak ada
pelurunya,” jawab Pria Rang. Dan perkataannya benar. “Aku hanya ingin melihat
apakah mantan roh gunung cukup bodoh untuk terperdaya oleh air mataku. Aku
tidak bisa mempertaruhkan hidupku untuk orang bodoh,” katanya, menjelaskan
dengan santai.
“Sekarang
baru bagus,” balas Lee Yeon, memuji.
Rekan Kim
dan rekan Pyo bekerja sama mencari informasi tentang kelemahan Imoogi. Namun
mereka tidak berhasil menemukan apapun yang berguna.
“Protagonis
dalam kisah Kim Young Suk menusuk dan membunuh Imoogi dengan pedang. Tapi
tertulis dia dibunuh oleh Imoogi yang mati itu. Dia membunuhnya, tapi Imoogi
tidak mati,” gumam rekan Kim, merasa bingung.
“Mungkin ada
lebih dari satu. Mungkin ada dua Imoogi sejak awal,” tebak rekan Pyo.
Imoogi
datang mengujungi rekan Kim dan rekan Pyo yang masih bekerja di kantor.
Lee Yeon
berjanji akan memberikan semua buah ceplukan kepada Pria Rang, jika dia
menyukai jawaban yang akan Pria Rang berikan. Dan dengan bersemangat, Pria Rang
langsung mengatakan bahwa ada satu hal yang hanya diketahui oleh dirinya.
“Dukun di
pulau mengatakan dia tidak akan pernah mati. Dia hanya tidur,” kata Pria Rang.
“Aku juga
tahu itu. Pertanyaannya, bagaimana caraku menidurkannya?” balas Lee Yeon.
“Sama
seperti kamu membangunkannya. Kamu tidak ingat? Sumur tempat dia bangun,” kata
Pria Rang, menjelaskan dengan yakin.
“Omonganmu
tidak masuk akal. Apa aku harus melemparnya kembali ke sumur?” keluh Lee Yeon.
“Tidak
masalah, selama ada air. Yang penting adalah bahannya,” kata Pria Rang,
menjelaskan caranya. “Tubuh orang hidup, darah kurban, dan kekuatan sosok yang
dekat dengan dewa. Kamu bahan terakhir untuk membangunkannya,” jelasnya. Dan
Lee Yeon percaya, sebab terakhir kali Imoogi terbangun, caranya sama seperti
itu.
Rekan Kim
dan rekan Pyo berpikir dengan keras. Dan akhirnya rekan Pyo menemukan sesuatu
yang cukup berguna didalam sebuah buku. “Ular yang hidup di dalam air. Protagonisnya
bertarung melawan Imoogi yang tinggal di rawa, dan dia melumuri tubuhnya dengan
darah kuda dahulu. Imoogi pasti membenci darah kuda.”
“Bagus.
Kirim itu kepadanya sekarang,” puji rekan Kim dengan senang.
Tepat disaat
itu, tiba- tiba saja Imoogi sudah berdiri dihadapan mereka berdua. Dan mereka
berdua tampak seperti terhinoptis. Namun sebelum rekan Pyo benar- benar
terhinoptis, dia sudah berhasil mengirimkan pesan kepada Lee Yeon.
Ketika Lee
Yeon mendapatkan pesan dari rekan Pyo, dia langsung terpikirkan sebuah rencana.
Tapi sebelum itu, dia masih membutuhkan orang hidup. Dan Pria Rang merasa
takut, karena Lee Yeon tiba- tiba menarik kerah baju nya.
Saat Lee
Yeon menghubungi nya, Hyeonuiong mengira Lee Yeon ingin dia menjemput pohon ceplukan. Tapi kemudian
dia terkejut. “Baiklah. Serahkan kepadaku … … Baiklah. Jaga dirimu,” katanya
dengan yakin.
“Apa
katanya?” tanya Taluipa, ingin tahu, setelah Hyeonuiong selesai bertelponan
dengan Lee Yeon.
“Bahwa dia
bisa menangkap Imoogi. Dia mendapatkan sesuatu dari anak buahnya dengan
pura-pura memberinya ceplukan,” kata Hyeonuiong, menjelaskan dengan bangga.
“Aku akan pergi dan menyita pohon itu.”
“Tidak,”
kata Taluipa, berkomentar. “Yeon tidak bisa menangkap Imoogi,” katanya dengan
sangat yakin. “Karena dia Yeon. Karena dia Yeon yang kita kenal, dia tidak akan
bisa melakukannya,” jelasnya. Dan Hyeonuiong sama sekali tidak bisa mengerti.
Lee Yeon
memperhatikan kondisi Lee Rang yang masih belum sadarkan diri dengan perasaan
sedih. “Aku tidak akan pernah menelantarkanmu. Aku berjanji akan
menyelamatkanmu. Aku akan menangkap Imoogi,” katanya, penuh tekad.
Rekan Kim
dan rekan Pyo berdiri di ujung atap. Dan Imoogi dengan bangga menunjukkan hal
itu kepada Ji A melalui video call. Dan melihat itu, Ji A merasa terkejut.
“Berkencanlah
denganku,” ajak Imoogi. “Maka aku mungkin membiarkan mereka hidup. Pakai apa
yang kupilihkan,” jelasnya. Lalu dia mematikan video call meeka.
“Halo? Hei,
kamu!” teriak Ji A, stress.
Kemudian
disaat itu, paket yang Imoogi kirimkan sampai. Isi paket tersebut adalah satu
gaun, sepasang sepatu dan aksesorisnya.
Ji A
menggunakan pakaian yang diberikan oleh Imoogi, dan lalu dia datang ke restoran
yang ditentukan oleh Imoogi dengan langkah berani.
Flash back
Ji A
memberitahukan kepada Lee Yeon tentang ancaman Imoogi. Dan dia merasa sangat
panik memikirkan bagaimana caranya menyelamatkan rekan Kim dan juga rekan Pyo.
“Mereka akan
baik-baik saja. Aku akan menemukan mereka. Aku sudah meminta Shin Joo untuk
melacak bau mereka,” kata Lee Yeon, menjelaskan. “Kamu tidak perlu menemuinya.”
“Tidak, akan
kulakukan. Aku akan menemuinya,” kata Ji A, memutuskan. “Ini hari kita akan
menangkapnya.”
Flash back
end
Imoogi
menyambut kedatangan Ji A dengan sikap penuh perhatian dan gentleman. Dia
menarikkan kursi untuk Ji A duduk dan memuji Ji A. Dengan malas, Ji A mengajak
Imoogi untuk langsung makan saja, karena dia tidak mau berbicara dengannya.
“Aku
merindukanmu,” kata Imoogi.
“Tidak
bisakah seseorang makan dengan tenang?” keluh Ji A, tidak senang.
“Bukankah
seharusnya kamu bersikap lebih baik kepadaku? Satu kata dariku dan mereka akan
terbang,” ancam Imoogi, memperlihatkan video rekan Kim dan rekan Pyo yang masih
berdiri di tepi atap gedung tinggi.
Ji A sangat
tidak mengerti, kenapa harus dirinya. Dan Imoogi pun menjelaskan, karena hanya
Ji A yang bisa memandunya untuk menemukan sesuatu yang di carinya. Yaitu
sesuatu yang mungkin dihilangkanya sejak kelahirannya. Dan Ji A merasa bingung,
apa itu.
“Dahulu
kala, seorang putra kesembilan lahir dalam keluarga tiri ternama di Silla. Bayi
itu tidak menangis, tapi ibunya menangis tersedu-sedu. Tungkai bayinya
tersembunyi seperti ular. Mata, telinga, bahkan suaranya cacat,” kata Imoogi,
bercerita.
“Apa yang
terjadi pada bayi itu?” tanya Ji A, ingin tahu.
“Ayahnya
yang seorang bangsawan mencoba membunuh anak lelaki itu, tapi bidan
menghentikannya. Dia bilang itu bisa mengutuknya. Tapi anak lelaki itu malah
dikurung dalam sebuah peti. Selain bidan yang memberinya makan, orang tua
maupun saudara-saudaranya tidak datang untuk menjenguknya. Bayi yang tidak
menangis akan terlupakan,” kata Imoogi, melanjutkan ceritanya. “Dia manusia.”
“Kamu
manusia sebelum berubah menjadi monster,” kata Ji A, menyimpulkan.
“Anak lelaki itu dibuang ke gua korban wabah dan dia dimakan.”
Hye Ja
menyediakan darah kuda untuk Lee Yeon. Dan tanpa ragu Lee Yeon mencelupkan
kedua tangannya ke dalam darah kuda tersebut.
“Waktu
berlalu dan gua itu menjadi kuburan korban wabah. Dan suatu hari, seekor ular
putih keluar dari sana. Mereka yang melihatnya menyebutnya "Imoogi"
dan memandangnya mengancam. Seperti itulah kisahnya,” kata Imoogi,
menyelesaikan ceritanya.
“Aku sudah
tahu. Sesuatu yang sangat kamu inginkan,” balas Ji A. “Dicintai oleh
seseorang.”
“Mau
membantuku mendapatkannya?” tanya Imoogi dengan lembut.
“Dan kalau
aku menolak?”
“Aku akan membunuhmu. Setelah membunuh Lee Yeon, aku akan membunuh orang-orang yang kamu sayangi, lalu dirimu,” jawab Imoogi, mengancam dengan serius. “Tidak lama kemudian, virus akan menyebar. Tidak seorang pun akan bahagia lagi.”
Shin Joo
mengambil sandal milik rekan Kim yang berada didalam kantor dan mengendusnya.
Lalu dia mengingat aroma tersebut dan mengikuti jejak aroma itu.
Imoogi dan
Ji A berjalan- jalan bersama sambil mengobrol. Imoogi meminta jawaban Ji A. Dan
Ji A meminta maaf, karena cintanya sudah tekuras dan menjadi milik Lee Yeon.
“Apa arti
dia bagimu?” tanya Imoogi sambil mengcengkram bahu Ji A dengan kuat. Dan Ji A
diam. “Beri tahu aku,” paksanya.
Tepat disaat
itu, Lee Yeon datang. Dia mendorong Imoogi untuk menjauhi Ji A. Dan Imoogi
merasa kesal, karena Lee Yeon datang dan mengganggu kencan nya.
Akhirnya,
Shin Joo berhasil menemukan dimana rekan Kim dan rekan Pyo berada. Dan dia
langsung berlari ke atas atap dengan cepat.
“Aku ingin
terbang,” kata Imoogi kepada rekan Kim dan rekan Pyo.
Tepat
sebelum rekan Kim dan rekan Pyo melompat, Shin Joo sampai di atap dan langsung
menarik mereka berdua. “Aku menemukan kalian!” teriaknya.
Mendengar
itu, Imoogi merasa kesal. Dan dengan cepat, Lee Yeon langsung menyerang Imoogi.
“Tempat yang tepat untuk Imoogi bukan tanah kering, melainkan air,” katanya
sambil memandang ke arah genangan air dibawah kaki Imoogi. Dan Imoogi sama
sekali tidak bisa bergerak. “Ini darah kuda. Mencari tahu kelemahanmu tidak
murah,” kata Lee Yeon, menjelaskan dengan bangga.
Ji A
kemudian meneteskan darahnya ke atas genangan air. “Ini darahku. Kurasa kencan
kita berakhir di sini,” jelas nya. Dan Imoogi merasa sangat kesal sekali.
Lee Yeon
kemudian menggunakan kekuatannya untuk memanggil petir.
Tepat disaat
Lee Yeon melakukan itu, Taluipa langsung merasa khawatir. “Tidak, Yeon. Kamu
salah,” gumam nya.
Imoogi
tersenyum memandang Lee Yeon. Dan Lee Yeon merasa bingung, kenapa tidak
berhasil. “Kamu mengincar orang yang salah,” kata Imoogi menjelaskan dengan
berbaik hati. “Imoogi yang kamu cari-cari itu. Bagian utama itu tidak ada di
diriku,” jelas nya sambil menatap ke arah Ji A.
Ji A merasa
tubuhnya sangat kepanasan. Dan dengan khawatir, Lee Yeon langsung mendekati dan
memeluk Ji A dengan erat. Disaat itu, Imoogi berjalan pergi.
“Tidak
apa-apa. Kamu akan baik-baik saja. Kumohon,” kata Lee Yeon, menenangkan Ji A.
Sikap Ji A
tiba- tiba berubah. Dia tersenyum dan memandang Lee Yeon. “Lama tidak berjumpa,
Yeon,” sapanya. Dan Lee Yeon merasa sangat terkejut melihat sisik yang muncul
di tubuh Ji A. “Dia milikku.”
“Keluarlah
dari tubuh itu sekarang juga!” bentak Lee Yeon, marah.