Original Network : tvN
Lee Yeon
mengakui kepada kedua orang tua Ji A bahwa dia memang tidak bisa menawarkan
apapun kepada Ji A, tapi dia sangat menyukai Ji A. Dan Ibu Nam menanyai, apa
yang Lee Yeon sukai dari Ji A.
“Aku telah
mengalami banyak hal dalam hidupku melebihi dugaan kalian. Tahun-tahun itu
kejam bagiku. Tapi anehnya, makan di samping Ji A seperti ini membuatku merasa
seakan-akan aku anggota keluarga ini. Dan itu menghangatkan hatiku,” kata Lee
Yeon dengan tulus.
“Aku juga,”
kata Ji A, merasa tersentuh. “Saat orang tuaku pergi, aku berusaha keras untuk
bertahan di rumah ini. Tapi Yeon membuatku sadar bahwa kita harus hidup dalam
bayang-bayang orang-orang yang bisa kita andalkan. Aku juga ingin menjadi orang
seperti itu.”
Mendengar
itu, Ibu Nam memuji mereka berdua. “Kamu tumbuh dengan baik. Kalian berdua.”
“Makanannya
agak asin, tapi kuharap kamu menikmatinya,” kata Ayah Nam dengan ramah. Dan Lee
Yeon tersenyum serta mengucapkan terima kasih.
Hye Ja
menanyai, kenapa Imoogi terus saja mengincar Lee Yeon. Dan mendengar itu,
Imoogi langsung berhenti makan. “Ada banyak variasi mengenai kisah pengantin
siput. Tapi semuanya berakhir dengan tragis. Sama halnya denganku dan Lee Yeon.
Salah satu dari kami harus mati agar cerita ini berakhir,” jelas nya. Lalu dia
menarik Hye Ja mendekat dan berbciara dengan serius. “Dengarkan kata-kataku
baik-baik. Kamu …” bisiknya.
Hye Ja
tampak terhipnotis mendengar bisikan dari Imoogi.
Lee Yeon
menghabiskan waktu bahagia bersama dengan Ji A dan kedua orang tuanya. Mereka
melihat album foto Ji A saat kecil dulu sambil tertawa dan mengobrol dengan
senang.
Imoogi
datang menemui Yoo Ri. “Aku ingin dia mati,” katanya. Lalu dia langsung pergi.
Ketika Yoo
Ri pulang, dia langsung menusuk Lee Rang berkali- kali di tempat- tempat fatal
yang pernah Lee Rang ajarkan kepadanya. Dan Lee Rang merasa sangat terkejut.
Lee Yeon dan
Ji A berkencan ke café. Lee Yeon bercerita bahwa ketika dia melihat album foto
Ji A, dia jadi memikirkan bagaimana bila mereka menikah dan memiliki anak
nantinya. Dan dia mungkin tidak pernah menua, tapi dia akan selalu ada disamping Ji A. Saat
mengatakan itu, Lee Yeon tiba- tiba merasa sedih.
“Jika aku
manusia … Andai aku manusia biasa, semuanya akan sempurna,” gumam Lee Yeon.
Dengan
lembut dan perhatian, Ji A memegang tangan Lee Yeon. “Hidup terasa getir
lagikah sekarang? Mau kutambahkan rasa manis?” tanyanya. Dan Lee Yeon
mengiyakan. Lalu Ji A memasukkan cincin pasangan ke jari manis Lee Yeon.
“Cincin
pasangan! Aku selalu menginginkannya,” kata Lee Yeon sambil tertawa. “Aku
hendak membelikannya untukmu.”
“Kamu sudah
memberiku cukup banyak,” balas Ji A sambil tersenyum manis. “Kamu menyukainya?”
Lee Rang
menyentuh wajah Yoo Ri dan bertanya, kenapa Yoo Ri melakukan ini. Lalu setelah
itu, diapun jatuh dan tidak sadarkan diri di lantai. Disaat itulah, Yoo Ri baru
tersadar dari hinoptisnya.
“Tidak
mungkin. Aku tidak mungkin melakukannya. Tidak mungkin aku yang melakukannya,”
kata Yoo Ri, terkejut sambil melihat kedua tangannya sendiri yang telah menusuk
Lee Rang.
Imoogi sibuk
membersihkan piringan hitam.
Shin Joo
mengobati Lee Rang. Lalu setelah itu, dia menatap ke arah Lee Yeon. Dan
kemudian dia menanyai Yoo Ri, apa yang terjadi. Dan Yoo Ri juga merasa bingung,
kenapa dia melakukan ini.
“Yoo Ri,
tenang dan pikirkanlah,” tegas Shin Joo sambil memegang bahu Yoo Ri.
“Aku menuju
ke sini setelah menerima telepon dari Pak Lee. Di depan, aku menabrak pundak
seorang pria. Dia bilang, "Aku ingin dia mati." Sisanya tidak jelas,”
jawab Yoo Ri, mengingat- ingat.
“Imoogi,”
kata Lee Yeon dengan yakin. “Mungkin dia Imoogi. Pria yang kamu lihat itu. Dia
mengendalikan pikiranmu dengan menanamkan sebuah saran. Itu bukan kebetulan.
Dia sengaja mendekatimu.”
“Tapi untuk
apa dia melakukan itu kepada Yoo Ri?” tanya Shin Joo, tidak mengerti.
“Agar dia
bisa mengirim peringatan kepadaku,” jawab Lee Yeon, menjelaskan. “Rang jarang
memercayai siapa pun. Imoogi memanfaatkan satu-satunya orang yang membuatnya
merasa nyaman. Begitulah rubah muda dan lemah sepertimu bisa menyakitinya
seperti ini.”
“Dasar
bedebah pengecut. Aku harus pergi dan memberinya pelajaran,” umpat Shin Joo
dengan kesal. Dan dia ingin langsung pergi untuk menemui Imoogi. Tapi Lee Yeon
langsung menghentikannya.
“Kamu bukan
tandingannya.”
Dengan
cemas, Yoo Ri menanyai Shin Joo bagaimana keadaan Imoogi. Dan Shin Joo menjawab
bahwa dia telah menghentikan pendarahan Lee Rang, tapi nafas dan denyut nadi
Lee Rang sangat lemah. Jadi mereka hanya bisa melihat dan menunggu. Mengetahui
itu, Yoo Ri merasa sangat frustasi.
“Bagaimana
dengan ceplukan itu? Kita punya ceplukan,” tanya Shin Joo kepada Lee Yeon.
“Aku janji
akan memberinya pada Nenek di Sungai Samdo,” balas Lee Yeon, menolak. Dan Yoo
Ri merasa marah. ‘”Nyawa seseorang terperangkap dalam setiap ceplukan. Kamu
ingin aku membunuh orang agar bisa menyelamatkan Rang?” tanyanya, menyadarkan
Yoo Ri.
“Lalu kenapa
jika mereka mati?” balas Yoo Ri, tidak peduli.
“Pak Lee.
Nyawa adikmu dipertaruhkan,” bujuk Shin Joo.
Imoogi : “Kamu dilarang
membunuh orang. Namun, jika tidak melanggar itu, kamu tidak akan bisa
menyelamatkan Rang. Aku bertanya-tanya apa pilihanmu kali ini, Yeon.”
Yoo Ri ingin
segera pergi untuk mengambil ceplukan dirumah Lee Yeon. Tapi Lee Yeon
menghalanginya. “Aku selalu penasaran. Kenapa orang lain tidak kembali sebagai
manusia selain orang tua Ji A? Seolah-olah dia ingin aku memakai ceplukan itu,”
gumamnya, berpikir.
“Kamu pikir
dia mengujimu?” tebak Shin Joo.
“Jika
melanggar aturan dan membunuh, aku akan diseret ke Dunia Bawah. Bisa berlangsung
beberapa hari atau pekan. Lalu aku tidak akan ada untuk melindungi Ji A. Yang
dia inginkan adalah kepergianku,” kata Lee Yeon, menebak tujuan Imoogi. Jadi
dia tidak mau menggunakan ceplukan itu. Dan dia akan mecari cara lain untuk
menyelamatkan nyawa Lee Rang.
Dengan kesal
dan frustasi, Yoo Ri berteriak dan meminta Lee Yeon untuk memberikan ceplukan
kepadanya. Tapi Lee Yeon tetap menolak. Dan Shin Joo menghentikan Yoo Ri untuk
jangan memaksa Lee Yeon.
Kemudian tiba-
tiba Soo Ho datang. Dan Lee Yeon langsung mengenalinya. “Hei, kamu anak dengan
hidung ingusan. Sedang apa kamu di sini?” sapanya. Dan Soo Ho tersenyum bodoh.
Team Leader
Choi menemani Hye Ja yang sedang emosi untuk minum- minum di restoran biasa.
Lalu dia menyatakan cintanya, dan Hye Ja merasa terkejut.
“Kamu tampak sangat istimewa bagiku. Aku bersungguh-sungguh,” kata Team Leader Choi dengan sikap serius. “Aku merasa kamu menyembunyikan banyak hal di balik mata menakjubkan itu,” gumamnya.