Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 11 part 2

 


Original Network : tvN

Sepanjang jalan, Lee Yeon memperhatikan Ji A hanya diam saja, jadi diapun bertanya ada apa. Dan Ji A menceritakan bahwa dia terpikir akan kisah Putri Duyung. Dia sangat membenci akhir ceritanya. Karena Putri Duyung bisa saja hidup, jika membunuh pangeran, tapi kenapa Putri Duyung malah memilih untuk menjadi buih di laut. Dahulu dia berpikir, jika dia menjadi Putri Duyung, maka dia pasti akan membunuh pangeran dan menyelamatkan dirinya sendiri. Tapi setelah bertemu dengan pangeran, ternyata dia lebih menyukai pangeran daripada yang dibayangkannya. Jadi meskipun pangeran menghilang dan dongeng Putri Duyung bisa berakhir bahagia, tapi …

“Jika aku putri duyung kecil itu, aku akan membunuh si penyihir laut. Aku tidak mau menjadi mainannya,” kata Lee Yeon, mengerti ke khawatiran Ji A.



“Aku dikutuk. Aku bisa mendapatkan orang tuaku kembali jika aku menjualmu,” kata Ji A dengan jujur sambil menunjukkan obat yang diberikan padanya.

“Aku mendengar keinginan mereka, jadi, beri tahu aku keinginanmu,” balas Lee Yeon sambil tersenyum dan mengambil obat tersebut.

“Aku ingin suaraku kembali dan menemukan pangeranku. Dan tidak berubah menjadi buih laut,” jawab Ji A. “Jadi, mari berburu penyihir bersamaku,” ajak nya.




Pria Rang mengingatkan Lee Rang bahwa waktu kesepakatan mereka akan berakhir dalam 24 jam. Dan Lee Rang tidak peduli, karena mungkin ini hari terakhirnya hidup. Dan Pria Rang menanyai, apakah Lee Rang yakin mau menyia- nyiakan hidup demi Lee Yeon. Lalu dia menceritakan tentang pertemuan antara Imoogi dan Lee Yeon hari ini, serta pembicaraan mereka berdua hari ini. Dan Lee Rang tidak percaya.

“Kamu telah ditelantarkan lagi,” kata Pria Rang sambil tertawa.

“Yeon… Dia bilang dia tidak pernah menelantarkanku,” balas Lee Rang, dengan sikap seperti ingin menyakinkan diri sendiri juga.



“Kamu dari semua orang pasti tahu itu bohong,” kata Pria Rang.

“Dia menyelamatkanku dari Hutan Orang Kelaparan,” balas Lee Rang, mengingat akan Lee Yeon yang datang untuk menyelamatkannya pada hari itu.



“Dia harus melakukannya untuk menyelamatkan Ji A. Kamu bisa dibuang,” kata Pria Rang. Dan Lee Rang menjadi emosi. “Lee Yeon akan melakukan apa pun demi Ji A bahkan jika harus membunuhmu,” katanya. “Akankah kamu menyerahkan hidupmu demi seorang kakak yang hanya memedulikan pacarnya?”

Mendengar itu, Lee Rang merasa sedih dan menjadi tidak terlalu yakin sendiri.



Shin Joo membantu Soo Ho membersihkan ingusnya. Dan Yoo Ri merasa jijik melihat itu. Lalu ketika Lee Rang menelpon, dia merasa sangat senang. Tapi kemudian, dia menjadi cemberut lagi. Karena ternyata Lee Rang menelpon untuk berbicara dengan Shin Joo.



“Kamu tahu, bukan? Di mana Yeon?” tanya Lee Rang, mendesak.

“Dia pergi menemui Nona Nam,” jawab Shin Joo.

“Jadi, di mana?” teriak Lee Rang.

“Aku akan meneleponmu kembali dengan jawaban,” jawab Shin Joo, karena dia juga tidak tahu.



Hyeonuiong dan Taluipa membahas tentang kasus bunuh diri 132 orang yang baru saja terjadi. Taluipa yakin bahwa nanti pasti akan ada lebih banyak kasus seperti ini lagi, karena Imoogi adalah kekacauan, dan ini baru awalnya.

“Mari bawa dia masuk. Beri tahu aku caranya, dan akan kulakukan sendiri,” pinta Hyeonuiong dengan penuh tekad.

“Ini di luar kapasitasmu. Untuk membawanya masuk, kamu harus melakukan sesuatu yang sangat kamu benci,” balas Taluipa dengan serius.




Tepat disaat itu, Lee Yeon datang. Dan dia juga membawa Ji A bersamanya. Dengan sopan, Ji A membungkuk dan memperkenalkan dirinya sendiri. Dan Taluipa memperhatikannya dengan tatapan tajam.



Suasana terasa sangat canggung. Dan Lee Yeon pun memberikan kode kepada Hyeonuiong supaya membantunya. Dan Hyeonuiong pun mencoba, tapi kemudian Taluipa berteriak dengan keras, jadi diapun langsung terdiam.

“Kamu! Beraninya kamu membawa orang hidup ke sini?” kata Taluipa, marah.



“Aku tahu dia orang hidup, tapi dia juga tema perdebatan yang kalian alami,” jawab Lee Yeon dengan santai.

“Kamu terlalu cepat masuk ke sini. Kembalilah,” usir Taluipa, tidak peduli.

“Aku tahu Anda sangat menghargai peraturan dan prinsip. Aku kemari mengetahui risikonya karena ...” kata Ji A, ingin menjelaskan.



“Apa aku terlihat seperti ibu perimu?” bentak Taluipa. Dan Lee Yeon berniat untuk maju serta membantu Ji A berbicara. Tapi Hyeonuiong langsung menghentikannya.

Ji A memberanikan dirinya untuk terus berbicara kepada Taluipa. Dia menjelaskan bahwa dia telah bertemu dengan peramal dan mengetahui tentang kehidupannya. Dan dia mendengar bahwa dia memiliki sesuatu milik Imoogi. Dan itulah takdirnya, tapi dia berencana untuk menentang takdir itu sampai nafas terakhirnya. Itulah sebabnya dia berani datang ke tempat ini.

“Dia sama sepertimu,” komentar Taluipa.

“Ya, kami memang berjodoh,” balas Lee Yeon, menerima pujian itu. Dan Hyeonuiong tersenyum lebar mendengar itu.



“Aku kagum kamu tidak terintimidasi olehku. Jadi, katakan alasan kedatanganmu ke sini,” kata Taluipa dengan sikap sedikit melunak.

Ji A langsung mendekati Taluipa dan duduk di dekatnya. “Pinjamkan Kewaskitaan padaku. Aku ingin tahu di mana orang tuaku berada,” pintanya secara langsung.

“Seolah-olah ada yang bisa kamu tawarkan sebagai balasannya,” balas Taluipa.

“Aku akan mengizinkan Anda menagihku berlebihan, tapi tidak banyak yang bisa kuberikan,” kata Ji A, sadar diri.

“Lalu dengan apa kamu akan membuat kesepakatan?” tanya Taluipa.

“Kami akan membawa Imoogi pada Anda. Yeon dan aku,” jawab Ji A, berjanji dengan serius.




Mendengar itu, Hyeonuiong menatap terkejut pada Lee Yeon. Sementara Taluipa menghela nafas pasrah.



Hyeonuiong mengantarkan Ji A keluar dari dalam gedung. Dan dengan lega, Ji A langsung membuang kegugupannya. Dia menceritakan kepada Hyeonuiong bahwa selama ini dia mengira kehidupan lampau dan akhirat hanya ada dibuku komik, tapi ternyata itu sungguhan.

“Anda membantu orang mati menyeberangi Sungai Samdo dari sini?” tanya Ji A, ingin tahu.

“Aku memberi presentasi tentang apa yang bisa diharapkan di akhirat, menangkap mereka yang menolak menyeberangi sungai, dan tetap membahagiakan istriku,” jawab Hyeonuiong dengan malu- malu.



“Aku senang seseorang seperhatian Anda adalah orang pertama yang orang-orang temui setelah meninggal,” puji Ji A. Dan Hyeonuiong merasa senang serta bangga.

“Kamu tumbuh dengan cukup baik walau kehilangan orang tuamu di usia belia. Mereka akan sangat bangga padamu,” balas Hyeonuiong, memuji Ji A juga.

“Akankah aku bertemu mereka lagi?” tanya Ji A, agak ragu.

“Mari percaya pada Yeon dan meyakini dia akan berhasil,” jawab Hyeonuiong, menghibur. Dan Ji A tersenyum serta mengganguk.




Didalam gedung. Lee Yeon menanyai, kenapa Taluipa tidak mengubah Imoogi menjadi batu, sebelum Imoogi menjadi masalah. Kepadahal Taluipa mampu melakukan itu. Dan Taluipa menjawab bahwa dia tidak bisa, karena dia tidak ingin Lee Yeon menggila. Sebab sebagian diri Imoogi ada di dalam diri Ji A.

“Adakah cara untuk membebaskannya dari hal itu?” tanya Lee Yeon, memohon.

“Tidak ada. Entah dia mati atau Imoogi meninggalkannya secara sukarela,” jawab Taluipa dengan serius. “Gadis itu akan dikorbankan, dan sisa hidupmu hanya akan menyakitkan. Itu takdirmu,” jelasnya dengan sedih.



“Sekarang aku mengerti kenapa kamu tidak mau aku mencarinya. Sejak awal, kamu bilang seharusnya kami tidak bertemu. Kamu tidak ingin aku terluka lagi. Kamu tidak ingin aku terseret ke dalam takdir itu lagi,” balas Lee Yeon, mengerti. “Terima kasih, Nenek. Tapi aku tetap memilihnya. Satu-satunya tujuan hidupku adalah bertemu dengannya lagi,” jelasnya. Lalu diapun berniat untuk pergi.




“Tampaknya pada akhirnya kamu selalu membuat keputusan yang sama,” balas Taluipa. Dan Lee Yeon mengiyakan. “Ceplukan itu. Di sanalah orang tuanya berada,” katanya, memberitahu.

Mengetahui itu, Lee Yeon merasa sangat senang dan memberikan kecupan kepada Taluipa. Dan melihat itu, Taluipa menggeleng- gelengkan kepalanya.

Dengan bersemangat, Lee Yeon mengajak Ji A untuk segera berangkat.

“Jika terjadi sesuatu, datanglah ke sini dan sebutkan namaku tiga kali. Entah kamu menang atau kalah melawan takdir, tapi aku tetap ingin bertaruh untuk kalian,” bisik Hyeonuiong, sebelum Ji A pergi.

“Terima kasih,” kata Ji A dengan tulus.

Ketika mereka sudah masuk ke dalam mobil, Lee Yeon memberitahu Ji A tentang buah ceplukan. Itu adalah buah yang bisa memerangkap tubuh dan jiwa manusia, jadi kedua orang tua Ji A ada disana. Dan mengetahui itu, Ji A mengajak Lee Yeon untuk segera ke rumah Pria Rang, karena buah ceplukannya ada di dalam ruang tamu.

“Dia mungkin memindahkannya ke tempat lain. Tidak ada di sana kali terakhir aku datang,” kata Lee Yeon. Dan Ji A merasa kecewa.



Tepat disaat mobil Lee Yeon dan Ji A pergi, Lee Rang muncul dan memperhatikan dari jauh. Dia mengingat kesepakatan nya dengan Pria Rang yang hanya tinggal 24 jam saja.



Dicafe. Imoogi bersikap sangat ramah kepada seorang gadis kecil. Dia tersenyum kepada gadis kecil yang memandang nya. Dan ketika Pria Rang menelpon, dia mengangkat nya dengan sikap biasa dan berbicara sambil tetap tersenyum.



Pria Rang dengan bangga menceritakan tentang Lee Rang dan Ji A yang sudah masuk ke dalam perangkap nya. Dan dia yakin bisa mendapatkan jantung Lee Yeon. Mendengar itu, Imoogi memperingatkan Pria Rang untuk jangan meremehkan Lee Yeon. Karena dulu dia kalah, sebab dia meremehkan Lee Yeon.

“Karena itu aku memasang tiga perangkap,” kata Pria Rang dengan sangat percaya diri. “Begitu ini berakhir, aku akan terjun ke politik. Aku muak berpura-pura menjadi dirut perusahaan penyiaran,” keluhnya. “Dan aku pantas mendapat imbalan.”

“Apa pun yang kamu inginkan,” balas Imoogi.



Lee Rang terus teringat akan perkataan Pria Rang yang mencoba membuatnya bertikai dengan Lee Yeon. Dan tepat disaat itu, Lee Yeon menelpon, dan dia merasa senang. Tapi kemudian dia merasa kecewa, karena ternyata Lee Yeon menelpon hanya untuk menanyakan tentang dimana buah ceplukan.

“Aku bisa mencari tahu. Dirut menghargainya sebesar nyawanya sendiri,” kata Lee Rang. “Mari bertemu besok,” ajaknya. Lalu setelah itu, tatapan matanya berubah menjadi tajam.




Setelah selesai bertelponan, Lee Yeon menceritakan kepada Ji A bahwa besok dia dan Lee Rang akan bertemu. Dan Ji A ingin ikut. Tapi Lee Yeon menolak dan menyuruh Ji A untuk percaya saja padanya.





Tiba- tiba saja disaat itu bel rumah berbunyi, dan ternyata yang datang adalah rekan Kim dan rekan Pyo. Tanpa Lee Yeon mengundang mereka berdua untuk masuk, mereka berdua sudah masuk duluan. Mereka datang untuk memeriksa, apakah Ji A baik- baik saja. Dan mereka memberikan snak cacing- cacing kecil yang masih hidup kepada Lee Yeon.

“Cacing?” keluh Lee Yeon, jijik.

“Aku bertanya pada teman yang menyutradarai acara hewan, dan dia bilang rubah menyukainya,” kata rekan Pyo dengan sikap tulus. “Silakan menikmatinya.”

Dengan kesal, Lee Yeon mengembalikan cacing- cacing tersebut. Dan melihat itu, Ji A pun langsung mengalihkan pembicaraan. Dia mengajak rekan Kim dan rekan Pyo untuk makan bersama.




Dibar. Lee Rang terus memperhatikan waktu di jam tangan nya. Lalu dia memperhatikan bunga pemberian dari Lee Yeon. Dan kemudian dia mengingat perkataan Taluipa, dia harus mati untuk bisa memutuskan kontrak antara rubah dan manusia.




Sambil makan, Ji A menceritakan kepada rekan Kim dan rekan Pyo tentang kasus mumi yang ditemukan baru- baru ini. Itu adalah perbuatan Pria Rang, Direktur mereka. Mengetahui itu, rekan Pyo menyarankan supaya mereka memberikan kacamata alis macan kepada Detektif Baek, supaya Detektif Baek bisa tahu. Dan mendengar itu, Lee Yeon berbisik keras kepada Ji A, dia mempertanyakan IQ rekan Pyo. Dan rekan Kim tertawa.



“Kamu tidak makan cacing tanah dan tidak makan babat. Apa kamu makan hati orang?” tanya rekan Kim, ingin tahu.

“Kamu membuatku ingin memakannya sedikit,” balas Lee Yeon. Dan rekan Kim langsung terdiam.



“Aku tahu ini lancang, tapi apa kamu punya ekor?” tanya rekan Pyo, penasaran.

“Kenapa bertanya jika tahu itu lancang?” balas Lee Yeon.

“Aku masih tidak percaya kamu rubah berekor sembilan,” kata rekan Pyo.

“Ya, dia punya. Aku melihatnya,” kata Ji A, menjawab.

“Sulit dipercaya. Kamu juga menempelkan daun di dahimu dan berubah?” tanya rekan Pyo, semakin bersemangat.

“Itu rakun,” balas Lee Yeon, ketus. “Aku tahu cara berubah, tapi tidak kulakukan karena tidak berkelas.”



“Tunjukkan pada kami! Tunjukkan pada kami!” seru rekan Pyo, ingin melihat. Dan Lee Yeon langsung mengumpatinya. Sehingga rekan Pyo pun terdiam.

Post a Comment

Previous Post Next Post