Sinopsis Dorama : Cursed
in Love Episode 02 part 2
Tsubaki mulai mengajari Nao
mengenai manisan Monaka. Monaka sendiri mempunyai arti pertengahan musim gugur.
Dan Monaka yang dibuat Kogetsu-an adalah Tsubu-an. Ketika di makan, Monaka akan
menyatu dengan kulit di mulut.
Setelah menjelaskan mengenai
kue Monaka, Tsubaki mulai mengajari Nao cara membuat isian kacang merah untuk
Monaka. Cara membuatnya memang terlihat mudah, merebus kacang merah hingga
menjadi pasta. Tapi, banyak hal yang harus di perhatikan dalam prosesnya
seperti : cara mengaduk, suhu, besar kecilnya api dll. Sedikit saja kesalahan,
membuat rasa pasta kacang merah bisa berbeda.
Tsubaki juga sangat jujur.
Ketika rasanya nggak enak, dia akan bilang nggak enak. Dia juga memberitahu
dimana letak kesalahan yang Nao buat.
Sayangnya, selalu ada orang
iri. Dan orang itu adalah Pak Tomioka. Dia tidak suka melihat Tsubaki yang
mengajari Nao. Kyoko menyadari hal tersebut. Dengan licik, dia bermulut manis
dan bersikap agresif, memberi tanda agar Tomioka menghalangi Nao.
Sorenya, Pak Tomioka
mengumumkan larangan Nao untuk menggunakan dapur. Alasannya karna Nao menganggu
pekerjaan. Pak Tomioka mencoba meminta dukungan dari yang lain. Pak Yamaguchi
tidak mau ikut campur. Sementara pekerja magang lainnya merasa takut untuk
menentang Tomioka.
Nao bersikeras memohon agar di
izinkan menggunakan dapur, tapi Tomioka malah bersikap kasar. Dia mendorong
tubuh Nao. Jojima sampai terkejut dan ingin membantu Nao. Sayang, dia telat
selangkah dari Tsubaki. Tsubaki memohon pengertian Tomioka untuk membiarkan Nao
menggunakan dapur hingga pesanan Shirafujiya selesai. Ini adalah pesanan
penting untuk memulikan kepercayaan toko.
“Aku tidak peduli.”
“Ini bukan permintaan tolong,
melainkan perintah!”
“Tsubaki-san. Bukankah kau juga
masih belajar? Hanya ada satu orang saja yang akan ku patuhi. Hanya pada Master
(Sojyuro). Permintaan egois takkan ku dengar. Pemilik Kogetsu-an adalah Master.
Kau ini tidak punya hak apapun.”
Tsubaki berusaha keras menahan
amarah. Dia sadar kalau perkataan Tomioka benar.
Dengan marah, Tsubaki keluar dari
dapur. Nao mengikutinya. Dan mereka malah berpas-pasan dengan Kakek. Tsubaki
langsung mengikuti kakek ke ruangan yang memajang foto para leluhur. Tsubaki
berlutut dan meminta kakek untuk memberikannya hak mengelola dapur.
“Aku sudah membahasnya kemarin.
Hanya orang yang mewarisi toko ini yang akan di berikan otoritas. Hanya pada
orang yang bisa menggunakan alat yang sedang tidur di sana (alat yang tersimpan
di dalam lemari yang terletak di bawah foto para leluhur). Aku tidak bisa
memberikannya padamu!” tegas Sojyuro.
Tanpa mempedulikan Tsubaki
lagi, Kakek keluar ruangan. Dia berpas-pasan dengan Nao yang berdiri di depan
pintu. Tanpa basa basi, Kakek berkata pada Nao kalau Tsubaki tidak akan
mewarisi Kogetsu-an. Kenapa?
“Karna dia bukan cucu asliku,”
beritahu Sojyuro dan beranjak pergi.
Kenyataan yang membuat Nao
terkejut.
Tsubaki mengeluarkan alat yang
ada di lemari dan menunjukkannya pada Nao. Isinya adalah peralatan tradisional
membuat kue manisan. Tsubaki pun mulai menceritakan kisah mengenai Kogetsu-an.
120 tahun yang lalu, Kogetsu-an
pernah mengalami tragedi besar. Resep untuk membuat manju yang saat itu
merupakan spesialisasi Kogetsu-an, di curi oleh seorang murid. Dengan resep
itu, murid itu membuka toko manisan. Dan sejak saat itu, Kogetsu-an tidak bisa
membuat manju lagi. Setelahnya, Kogetsu-an menjadi sangat menghargai hubungan
darah dan tidak akan menyerahkan toko kepada sembarang orang. Ini menjadi jimat
toko, seakan bola emas. Peralatan ini adalah simbolnya. Pada peralatan,
tertanam jiwa pembuatnya. Hanya orang yang secara resmi mewarisi toko saja,
yang akan di berikan peralatan itu. Dan 15 tahun lalu, tidak ada lagi orang
yang memakai alat itu. Dan alat itu terus tertidur di dalam lemari.
Nao mengerti mengenai cerita
itu. 15 tahun lalu adalah saat dimana Itsuki, Ayah Tsubaki, meninggal. Tapi,
apa yang di maksud dengan Tsubaki bukan cucu asli Sojyuro?
“Aku anak perselingkuhan
Nyonya. Dia menganggapnya begitu,” jawab Tsubaki.
Tsubaki teringat bagaimana
kakeknya begitu membencinya saat dia kecil dulu. Kakek bahkan menyebutnya
sebagai pembohong dan menyuruhnya pergi. Kenangan itu membuat Tsubaki menjadi
sangat benci pada kakek, tapi di saat yang sama, dia sangat bertekad untuk bisa
menjadi penerus Kogetsu-an. Dia akan menepati janjinya pada ayahnya dulu,
mewarisi toko ini!
“Aku telah berjanji. Bahwa toko
ini takkan ku berikan pada siapapun!”
--
Setelah mendengar cerita dan
melihat ekspresi Tsubaki tadi, Nao menyadari kalau Tsubaki benar-benar ingin
melindungi Kogetsu-an dan serius terhadap kue manisan. Tsubaki yang sekarang
sangat berbeda dengan Tsubaki saat kecil yang selalu tersenyum dan bersikap
ramah. Apakah dia memang mengenai Tsubaki?
Apa jangan-jangan, Tsubaki dulu
tidak berbohong saat bilang melihat Ibunya saat ayahnya meninggal?
Lamunan Nao menjadi buyar
ketika lampu tiba-tiba menyala. Jojima yang membuka lampu dapur. Dia datang
karena mendengar suara aneh dan ternyata ada Nao. Tapi, ngapain Nao malam-malam
di dapur?
“Pada pukul 10 malam saat
pekerjaan di toko selesai, hingga pagi, aku bisa menggunakan dapur,” ujar Nao.
Jojima mengusulkan Nao untuk
menggunakan saja pasta kacang yang dimasak di toko. Dia akan membantu
mengambilkannya diam-diam. Kalau cuma mengambil sedikit tidak akan ada yang
menyadari. Nao berterimakasih atas usulannya, tapi dia tetap akan membuat pasta
kacang merahnya sendiri.
--
Pak Tomioka bersikap
mencurigakan. Dia diam-diam menyelinap ke kamar Kyoko. Itu karna dia mendapat
surat yang isinya : “Menyelinaplah ke kamarku malam ini.” Pak Tomioka mungkin
mengira itu sebagai ucapan terimakasih. Ah, dasar mes*m!
Begitu masuk, dia langsung
memeluk Kyoko yang duduk membelakangninya dan menutupi tubuh dengan selimut.
Dia juga blak-blakan meminta Kyoko untuk segera memberikannya toko baru. Ish,
ternyata mereka mempunyai hubungan lebih dari sekedar bos dan karyawan.
“Cerdik sekali, Pak Tomioka,”
terdengar suara Tsubaki.
Pak Tomioka kaget setengah
mati. Orang yang di peluknya, bukanlah Kyoko melainkan Tsubaki yang menyamar.
Dan dengan kartu AS yang di milikinya (rahasia hubungan Tomioka dengan Kyoko,
Ibunya), Tsubaki mengancam : “Bisakah kau mengembalikan dapur padaku?”
--
Jojima malu karna Nao menolak
usulannya dan juga karna dia sudah berpikir licik begitu, padahal dia adalah
pembuat manisan. Dan Nao pun mulai menanyakan alasan Jojima mau menjadi pembuat
kue manisan. Dengan mata berbinar, Jojima mulai bercerita. Keluarga Jojima
mempunyai toko kue manisan bersama Shimaya. Dan dia ke Kogetsu-an untuk
belajar. Dia ingin menjadi ahli manisan.
Mereka bersikap sangat akrab.
Saling tersenyum. Tsubaki yang sudah cukup lama berdiri di depan pintu, jadi
cemburu. Dia tidak suka melihat kedekatan mereka. Begitu masuk, Tsubaki
langsung menegaskan pada Jojima kalau Nao adalah istrinya. Jojima yang sadar
diri pun akhirnya memilih pergi.
Sekarang hanya tinggal Nao dan
Tsubaki. Sembari mengawasi dan mengajari Nao membuat pasta kacang merah,
Tsubaki membahas mengenai Nao yang tidak pergi walau sudah tahu fakta kalau dia
bukan pewaris Kogetsu-an. Tsubaki mengira niat Nao mau menikah dengannya akan
hilang.
“Aku tidak mau Shirafujiya
membenci manisan. Aku tidak ingin semuanya berakhir seperti itu,” jawab Nao.
“Terlebih, pasta kacang adalah sesuatu yang ku kagumi.”
“Yang di kagumi?”
“Sewaktu kecil, aku suka saat
dibacakan buku favoritku oleh orang tuaku. Tidak peduli sesibuk apapun, orang
tuaku selalu menyempatkan untuk bacakan satu buku. Namun, hanya pada saat
membuat pasta kacang yang beda. Dia pasti tidak akan memalingkan matanya dari pasta
dan selalu memandanginya.”
“Orang tuamu juga pembuat
manisan?” tanya Tsubaki.
Pertanyaan itu langsung
menyadarkan Nao kalau dia hampir keceplosan. Dia langsung bohong kalau orang
tuanya bukan pembuat manisan hanya saja suka membuat manisan di rumah.
Untung Tsubaki tidak nanya lagi dan hanya mencobai pasta kacang buatan Nao. Tsubaki juga mengajari satu hal pada Nao mengenai hal lain yang mempengaruhi rasa pasta kacang merah : perasaan pembuatnya. Dari hasil pasta yang di hasilkan, kita bisa mengetahui apakah pasta itu di buat saat sedih atau kesal. Bisa di katakan, pasta kacang merah adalah cermina diri pembuatnya.
“Makanya aku… sedikit takut membuatnya,” gumam Tsubaki dengan suara kecil.
Gumamannya sedikit terdengar
oleh Nao. Tapi, dia mengira hanya salah dengar.
--
Pagi tiba dan pasta buatan Nao
akhirnya jadi. Tsubaki mencobanya dan langsung memuji Nao yang berhasil.
Rasanya sama seperi pasta kacang merah Kogetsu-an. Nao sangat senang
mendengarnya.
“Namun ada yang kurang. Kau
menganggap pasta kacang merah Kogetsu-an tidak enak kan? Sudah ku bilang, pasta
kacang merah adalah cerminan diri sendiri. Buatlah pasta kacang yang menurutmu
benar-benar enak,” ujar Tsubaki.
--
Kyoko menemui Pak Tomioka untuk
protes karna dia mengizinkan Nao untuk menggunakan dapur. Dia kan sduah bilang
untuk melarangnya. Pak Tomioka dengan genit, meminta Kyoko untuk tenang dulu.
Sayangnya, karna Pak Tomioka tidak melakukan sesuai yang di katakannya, Kyoko
tidak lagi mau bersikap genit pada Tomioka. Dia bahkan menyebut Pak Tomioka
sebagai pria tak berguna.
--
Nao mulai membuat pasta kacang
merah ala dirinya. prosesnya hampir sama seperti yang di ajarkan Tsubaki, hanya
saja, pada tahap air, Nao menambahkan madu untuk membantu kacang merah
mengeluarkan rasa manis umaminya. Dengan pasta buatannya, Nao membuat monaka.
Tsubaki pun mencoba monaka
buatan Nao dengan pasta ala Nao. Enak! Buktinya, dia menyuruh Nao menyiapkan
Monaka dengan pasta tersebut.
“Tahukah kau apa hal yang
mutlak di dunia ini? Rasa enak,” ajarkan Tsubaki.
Dan ucapannya itu terdengar
oleh kakek yang lewat di depan dapur.
--
Nao dan Tsubaki mengantarkan
monaka yang sudah jadi ke Shirafujiya. Shrafujiya sangat antusias mencoba
monaka buata Nao. Dan begitu memakannya, otomatis, bibirnya tersenyum
“Ini benarkah buatan Nao?”
“Bagaimana rasa Monaka-nya?”
tanya Tsubaki.
“Woah, sama sekali tidak
berubah,” jawab Shirafujiya. “Rasanya persis monaka yang telah di buat
Kogetsu-an sedari dahulu.”
Tsubaki tentu bingung.
Setahunya, harusnya rasa monaka berubah menjadi lebih enak karna pasta kacang
yang di buat Nao jauh lebih enak daripada yang biasa di buat Kogetsu-an. Karna
rasa penasaran, Tsubaki meminta izin untuk mencoba satu Monaka-nya. Dan benar,
rasanya sama seperti Kogetsu-an, berbeda dari yang di cobanya tadi pagi.
“Shirafujiya belum pernah
memesan monaka sebagai reservasi kan? Saya melihat pesanan terdahulu. Semua
reservasi adalah manisan segar dan tidak ada monaka. Sehingga, saya berpikir,
bagi Shirafujiya, manisan Monaka Kogetsu-an adalah sesuatu yang tiba-tiba ingin
dimakan, dan kemudian membelinya langsung di toko. Di padu dengan teh yang
biasa, rasa yang tidak berubah itu melegakan hati. Bukankah ini manisan yang
seperti itu?” tanya Nao.
“Ya, benar. Itu sangatlah
benar. Walau sudah lama tidak memakannya, rasanya tetap sama dan enak! Manisan
dari Kogetsu-an, saya ingin terus memakannya sampai seterusnya,” ujar
Shirafujiya. “Kimono pernikahan kalian, izinkan kami yang menyiapkannya.”
--
Dalam perjalanan pulang,
Tsubaki hanya diam. Nao menduga Tsubaki marah karna dia tidak membawa monaka
yang baru. Dia melakukan itu karna Tsubaki bilang kalau pasta kacang adalah
cerminan diri sendiri. Dia memang menyukai pasta buatannya sendiri, tapi itu di
buat dengan perasaan egois. Sedangkan,
rasa yang Shirafujiya harapkan adalah rasa Kogetsu-an yang biasa.
“Hasilnya, keputusanmu itu
benar. Aku tidak berhak berkomentar apapun,” ujar Tsubaki sambil terus berjalan
pergi.
Tapi, tiba-tiba dia berbalik
dan menghentikan langkah Nao. Dia sangat marah karna Nao membuat keputusan itu
tanpa berkonsultasi sedikitpun padanya. Apa Nao senang melihatnya kebingungan
seperti tadi? Nao menyangkal hal tersebut. Dia tidak memberitahu Tsubaki karna
mengira Tsubaki akan menentangnya. Mereka mulai berdebat.
Perdebatan kemudian berakhir
secara tiba-tiba begitu saja. Tsubaki secara mendadak, menawarkan Nao untuk
mencoba bertingkah seperti suami istri. Dia mengulurkan tangannya dan Nao
meraihnya. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan.
--
Setelah Nao dan Tsubaki pergi,
Takigawa baru datang menemui Shirafujiya. Dia juga mencoba monaka buatan Nao.
Shirafujiya beneran penasaran, mengenai siapa Nao sebenarnya? Takigawa tidak
memberitahu dan hanya bilang kalau tangan terampl Nao di turunkan oleh Ibu Nao.
--
Beberapa orang yang lewat,
berbisik dengan suara keras, menyebut Nao dan Tsubaki sebagai pasangan manis
yang berkencan dengan menggunakan kimono. Mereka tidak merasa risih sama sekali
dengan bisikan – bisikan itu dan terus bergandengan tangan.
Nao tiba-tiba membahas mengenai
masalah Tsubaki dan Kakek. Dia menyarankan Tsubaki untuk bicara baik-baik
dengan kakek dan mungkin mereka akan bisa saling mengerti.
“Kau memanglah naif,” ujar
Tsubaki dan melepaskan genggaman tangan mereka.
Dia mulai berjalan cepat
meninggalkan Nao.
--
Malam hari,
Nao melihat tangannya. Rasanya
ada yang aneh sejak Tsubaki menggenggam tangannya tadi.
Saat itu, kakek tiba-tiba
muncul di hadapannya. Kakek sudah mendengar mengenai monaka buatan Nao yang
memberikan kesan nostalgia pada Shirafujiya. Karna itu, dia mulai mengajak Nao
untuk ikut makan malam keluarga.
Tentu saja, Kyoko tidak suka
melihatnya ikut makan malam bersama mereka. Tapi, kakek berkata kalau dia yang
mengajak Nao karna Nao sudah berhasil membuat Shirafujiya tidak kehilangan
kepercayaan pada Kogetsu-an. Utang budi harus di balas.
Dengan setengah hati, Kyoko pun
duduk dan tidak lagi protes. Tiba-tiba saja, Nao malah tersenyum. Itu karna dia
sudah lama tidak makan malam bersama orang lain, jadi itu membuatnya senang.
Entah apa yang di rasakan oleh kakek, karna tiba-tiba dia menyuruh Tsubaki
untuk pergi mengambilkan sake.
“Apa kau bisa membuat (Rakugan)
kembang gula kering?” tanya Sojyuro.
“Bisa. Walau masih belajar.
Rakugan itu rapuh dan bisa hancur dengan sedikit kekuatan. Jadi, ini tentang
keahlian.”
“Kau paham betul ya. Aku
menyukai Rakugan. Bahan dan cara membuatnya simpel. Makanya, naluri dari
pembuatnya di perlukan. Dalam setiap butirnya, terpancar kecantikan. Namun,
Tsubaki ingin menghilangkan Rakugan dari toko karna tidak laku. Pemikiran yang
bodoh! Dia itu tidak memilik apapun. Baik kebanggan sebagai pembuat, maupun cinta
kepada manisan. Makhluk bodoh yang tidak berdaya.”
Kyoko sangat kesal mendengar
kakek yang menjelek-jelekan Tsubaki. Tsubaki yang baru kembali membawa sake,
juga mendengar ucapannya dari balik pintu. Yang tidak di sangka sama Tsubaki
adalah Nao yang membelanya dan menentang pendapat kakek.
“Tentang Tsubaki, benarkah kau
mencintainya?”
“Ya,” jawab Nao, yakin.
Kakek tersenyum sinis. Dan
secara tiba-tiba, dia melemparkan mangkok ke arah Nao. Untungnya, Nao mempunyai
refleks yang bagus dan berhasil menghindari lemparan mangkok tersebut.
“Jangan bohong!!! Kalian bilang
menikah, tapi berbeda kamar! Aku takkan tertipu. Dulu pernah ada dua wanita
yang masuk ke rumah ini. Yang pertama adalah si rubah ini (Kyoko). Dia
mengkhianati putraku dan mengandung anak yang tidak memiliki hubungan darah
denganku!”
“Tsubaki benar-benar adalah
anak…,” ujar Kyoko.
“DIAM!” teriak Sojyuro. “Lalu,
yang satunya lagi wanita yang mengaku sebagai pembuat manisan (Ibu Nao), dan
dia… merenggut nyawa putraku. Kau, berniat merebut sesuatu apa yang berharga
dariku?” tanya Sojyuro dan mulai mencekik Nao. Benar-benar menyeramkan.
Untung di saat genting
tersebut, Tsubaki masuk dan langsung mendorong kakek ke tembok. Dengan
mengintimidasi, dia memperingati kakek untuk tidak menyentuh Nao. Setelah
memberi peringatan itu, dia memeluk Nao dan menyuruh Nao untuk pindah ke
kamarnya. Mulai hari ini, dia akan tidur sekamar dengan Nao.
“Bisakah kau membahagiakan
orang lain?!” ujar Sojyuro, menghentikan langkah Tsubaki.
Tsubaki terdiam. Nao bisa
melihat keraguannya. Dan karna itu, Nao memungut mangkok yang kakek lemparkan
tadi padanya dan berlutut di hadapan Kakek.
“Aku menahan diri untuk
melakukan ini, karna pernikahanku di tentang. Namun, aku senang kalau di akui.
Terimakasih banyak, Kakek,” ujar Nao, tersenyum. Dia tidak menunjukkan rasa
takut sama sekali.
--
Mulai hari itu, Nao pun pindah
ke kamar Tsubaki. Di dalam hatinya, dia merasa sangat kesal karna tidak bisa
membantah ucapan kakek yang bilang kalau Ibunya yang merenggut nyawa putranya.
“Maaf. Karna sudah bilang
kalian akan saling memahami jika ngobrol. Aku terlalu mudah berkata begitu. Aku
sangat minta maaf,” ujar Nao, tulus.
Tsubaki bisa merasakan
ketulusannya dan tiba-tiba memeluknya dari belakang. Nao sangat terkejut dan
segera melepaskan pelukan Tsubaki. Dia masih belum siap. Tsubaki hanya
tersenyum sinis karna dia sudah salah mengira niat Nao. Maaf.
--
Nao sudah berganti baju menjadi
yukata untuk tidur. Saat memasuki kamar, Tsubaki sudah tidur duluan. Nao
berbaring di sampingnya dengan membelakangi Tsubaki. Berada berdua di dalam
kamar, membuat Nao menyadari kalau kamar Tsubaki sempit. Tsubaki masih belum
tidur dan mendengar ucapan Nao, sehingga dia menanggapi kalau ini adalah kamar
yang di gunakannya sedari kecil.
“Nao… Sakura, ya,” ujar Tsubaki.
“Eh?”
“Tujuh Bunga Sakura,” lanjut
Tsubaki, membahas arti nama Nao dalam tulisan Kanji.
“Membahas kanji?”
“Dulu, di rumah ini, ada
seorang perempuan bernama Sakura. Dan kami sering buat manisan di sini.”
“Dia anak seperti apa?”
“Dia pendiam. Dan cengeng,”
ujar Tsubaki, mengingat Sakura. “Namun, di rumah yang gelap ini, dialah
satu-satunya cahaya.”
Mereka saling membalikan tubuh
dan bertatapan. Tsubaki meraih tangan Nao dan menyentuh telapaknya.
“Tanganmu seperti mentari.
Sejak pertama bertemu, kalau tangan ini berada di sisiku, mungkin sesuatu akan
berubah.”
Wanita yang
langsung menyetujui pernikahan dengan pria yang baru ditemuinya, tadinya ku
pikir hanya untuk di manfaatkan. Sama seperti wanita yang tertarik hanya pada
papan nama toko ini.
Namun… mengapa kau (Tsubaki mengingat saat Nao
membelanya di depan kakek)
Ada yang aneh (pada perasaan Tsubaki)
Nao hanya terus menatap ke arah
Tsubaki walaupun Tsubaki sudah berbalik. Hanya menatap punggung Tsubaki, Nao tiba-tiba
saja memeluknya.
Tidak boleh
Padahal aku tahu tidak boleh…
Tsubaki terkejut dengan pelukan
Nao yang tiba-tiba. Dia berbalik dan wajah mereka saling bertatapan.
Yang membuat diriku sekarang berbeda saat
kecil…
adalah Tsubaki
Padahal dia yang paling ku benci sedunia.
Aku benci.
Terbawa akan suasana, Tsubaki
mencium Nao. Nao tidak menghindar dan menerima ciuman itu.
Padahal aku sangat membencinya,
--
Kyoko sudah memerintahkan
seseorang untuk memeriksa latar belakang Nao. Orang itu, mengenakan pakaian
pekerja dapur. Dia adalah salah satu koki manisan yang bekerja di Kogetsu-an.
Siapakah dia? (Yamaguchi, Abe, Sugita atau Jojima? Jawabannya ada di episode
selanjutnya ^^)
Dan hasil dari pemeriksaan
latar belakang Nao adalah… Nao adalah putri dari Yuriko Okura. Nama Nao
sebelumnya adalah Okura Nao.
--
Tsubaki dan Nao terbawa
perasaan.
“Hei, Tsubaki. Jika di
hadapanmu muncul anak yang bernama Sakura, apa yang akan kau lakukan?”
“Jika Sakura ada di hadapanku?
Akan ku suruh menghilang. Menghilang dari hadapanku selamanya,” jawab Tsubaki
dengan tatapan dingin.
Tatapan yang membuat Nao
terhenyak.
💞💞💞💞💞lanjut semangat🔛🔥 💞💞💞💞💞
ReplyDelete😍😍😍😍
ReplyDelete