Sinopsis Dorama : Cursed in Love Episode 03 part 1

 

                                        Sinopsis Dorama : Cursed in Love Episode 03 part 1

“Hei, Tsubaki. Jika di hadapanmu muncul anak yang bernama Sakura, apa yang akan kau lakukan?”


“Akan ku lenyapkan dia. Dari hadapanku. Untuk selamanya,” jawab Tsubaki dengan tatapan dingin.

Tatapan yang membuat Nao terhenyak, “Kenapa?”


“Ibunya Sakura membunuh ayahku.”

“Membunuh?”

“Aku melihatnya. Pada 15 tahun lalu, saat ayahku wafat, pada hari kamelia bermekaran. Waktu itu belum fajar. Aku melihat ayahku berduaan dengan Ibunya sakura”



Flashback

Tsubaki berjalan sendirian di lorong saat malam hari. Saat itu, dia melihat lampu kamar ayahnya menyala dan pintunya sedikit terbuka. Karna rasa penasaran, Tsubaki melihat melalui celah pintu. Dan pemandangan yang di lihatnya membuat matanya membelalak lebar. Dia melihat ayahnya sedang berciuman dengan Ibu Sakura, Yuriko.

End


“Sejak saat itu, Sakura bukan lagi cahaya. Dia laksana kegelapan pekat. Yang tersisa padanya hanyalah kebencian,” ujar Tsubaki, asngat dingin. “Pembicaraan ini tidak ada hubungannya denganmu kan?”


Informasi yang di dapatkannya membuat Nao sangat shock. Dia masih sulit mempercayai kalau ibunya mempunyai hubungan terlarang dengan ayah Tsubaki. Apa itu semua benar?

Karna semua keraguan yang timbul itu, Nao tidak mau berhubungan dengan Tsubaki. Dia menyingkirkan tangan Tsubaki yang memegang pipinya dengan alasan bahwa mereka tidak mencintai satu sama lain.

“Kau benar,” balas Tsubaki dan berbaring. Dia memalingkan wajahnya dari Nao.


Nao juga melakukan hal yang sama. Dia tidak mau mempercayai Tsubaki. Dan mengenai fakta bahwa dirinya Sakura akan di rahasikannya selamanya.

--


Kyoko yang sudah tahu kalau Nao adalah anak Yuriko, Sakura, yang pernah tinggal di rumahnya, menjadi semakin marah dan membenci Nao. Kebencian itu di luapkannya dengan memotong habis tanaman yang ada di hadapannya.

--




Esok harinya,

Tsubaki dan Nao bersikap canggung satu sama lain. Dan lagi-lagi, Kyoko menakuti Nao. Dia muncul tiba-tiba di belakang Nao dan berbisik menanyakan apakah Tsubaki meniduri Nao kemarin malam. Nao tentu sangat kaget dengan kemunculannya yang begitu tiba-tiba seperti itu. Kyoko bersikap palsu, dia dengan sangat ramah meminta Nao untuk membantunya membereskan barang. Dengan sopan, Nao mengiyakan.

--


Nao mengikuti Kyoko ke kamarnya. Di kamar itu, Kyoko menunjukkan sebuah kotak kayu yang isinya adalah sebuah kimono yang sudah di turunkan secara turun temurun dari generasi ke generai di Kogetsu-an. Dan sebagai pengantin Tsubaki, Kyoko ingin Nao mengenakannya.


Walau Kyoko berbicara dengan manis dan ramah, Nao tetap saja nerasa curiga. Dia bisa meraskaan ada barnag aneh di dalam kotak kayu itu. Dan benar saja! Isi kotak kayu itu adalah kimono dengan motif bunga kamelia berwarna merah darah.



Melihat warna merah dan motif bunga kamelia, membuat trauma Nao kambuh. Dengan menangis, dia meminta maaf karna tidak bisa mengenakan kimono tersebut. Kyoko tidak peduli dan terus saja memaksa Nao mengenakan kimono itu walaupun penyakit asma Nao kambuh.

“Apa yang terjadi pada Ibumu?” tanya Kyoko, sambil memegang bahu Nao agar dia tidak bisa melepaskan kimono tersebut.

“Ibuku sudah meninggal. Dalam sebuah kecelakaan,” jawab Nao dengan nafas yang sesak.



“Kapan? Dimana?”

“Itu…”

“Kau memanglah naif. Baik tubuhmu maupun kebohonganmu, Aku selalu terpikir. Rambut hitammu ini, membuatku teringat sesuatu. Lalu, kulit putih pucatmu ini. Hei, beritahukanlah padaku. Dimanakah kau di besarkan? 15 tahun lalu. Dimanakah dirimu?!” desak Kyoko dengan tatapan dan nada suara yang menyeramkan serta mengintimidasi.


Di saat yang tepat, Tsubaki muncul. Nao sudah ketakutan kalau Tsubaki akan tahu dirinya adalah Sakura, Namun, pas sekali di saat itu, Jojima datang dengan terburu-buru dan melaporkan kalau mereka kedatangan tamu yang mengaku sebagai Ibunya Nao.



Baik Tsubaki, Kyoko dan Nao jelas terkejut.


==Watashitachi wa Douka Shiteiru==



Semuanya pergi menemui wanita yang mengaku sebagai ibu Nao. Wanita itu, Yuko, saat melihat Nao, langsung memeluknya dan bersikap sangat hangat pada Nao layaknya seorang Ibu. Nao sampai bingung harus bereaksi seperti apa. Setelah memeluk Nao dan meluapkan kerinduannya, dia baru memperkenalkan dirinya pada Kyoko dan Tsubaki. Wanita itu mengaku bernama Hananoka Yuko. Dia juga membawakan oleh-oleh rumput laut khas Wajima.


Yuko berbohong pada mereka kalau Nao lahir dan di besarkan di Wajima. Tapi, karna sikapnya, Nao menjadi muak pada dirinya dan akhirnya meninggalkan rumah sejak umur 18 tahun. Sejak saat itu, mereka putus kontak. Dan baru-baru ini dia mendengar kabar pernikahan Nao dari kerabatnya. Walau kisah keluarganya memalukan, tapi dia tetap ingin menemui Nao. Dia meminta maaf pada Nao, dan juga mengungkapkan rasa bahagianya karna Nao akan menikah.



“Nao bilang padaku kalau Ibunya meninggal dalam kecelakaan,” ujar Kyoko.


“Maafkan aku. Aku minggat dari rumah dengan tekad memutuskan hubungan dari keluargaku, sehingga itu yang selalu ku katakan pada siapapun. Itulah sebabnya aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu itu,” ujar Nao ikut dalam kebohongan Yuko. “Ibunda sepertinya terganggu dengan hal 15 tahun lalu, memangnya apa yang terjadi?” tanya Nao balik pada Kyoko, memojokkannya.

“Bukan apa-apa,” jawab Kyoko, memilih untuk tidak membahasnya lagi.


Tsubaki kemudian mengalihkan topik dengan meminta restu Yuko untuk hubungannya dengan Nao. Dia juga janji akan membahagiakan Nao. Tapi, ekspresi Tsubaki tampak sangat misterius seolah mempunyai pemikiran lain.

--


Saat pertemuan selesai, Kyoko mengejar Tsubaki yang pergi duluan. Dia menanyakan untuk memastikan kalau Tsubaki tidak percaya pada ucapan Nao, bukan? Tsubaki tidak menjawab pertanyaannya tersebut dan sebaliknya, dia malah memberitahu kalau pernikahannya dengan Nao akan di selenggarakan tanggal 25 bulan depan.


Kyoko menentang rencana itu, apalagi di adakan di tanggal 25 bulan depan. Karna tanggal itu mempunyai arti khusus. Dan juga, dia tidak mengerti kenapa Tsubaki bersikeras ingin menikah dengan Nao, padahal mereka tidak mengetahui apapun mengenai Nao. Ah, jangan bilang ini karna cinta?!

Tsubaki tidak mau menjawab sama sekali dan pergi meninggalkan Kyoko.

--

Kyoko sangat marah dengan sikap Tsubaki dan dengan kebohongan Nao. Dia sangat yakin kalau Nao adalah anak dari Yuriko. Mata Nao sangat persis dengan Yuriko! Dia pasti akan mengungkap identitas Nao dan mengusirnya dari Kogetsu-an.

--


Nao mengejar Yuko dan menanyakan alasannya berbohong menjadi Ibunya. Sayangnya, Yuko tidak bisa menjawab pertanyaannya karna dia hanya di mintai tolong oleh pelanggan tetap tokonya. Yah, walau dia bilangnya nolong, tapi dia tetap dapat upah juga sih. Lagipula, hal ini juga membantu Nao kan?

“Siapa yang melakukannya … siapa yang mau melakukan ini demiku?” tanya Nao. “Apakah pelanggamu itu pria? Kisaran umur 30 tahun dengan kumis? Maukah kau menemuiku dengannya? Tolong! Aku siap pergi kemanapun!” tanyanya sambil menyebutkan ciri Takigawa.



Yuko menolak karna dia tidak suka di repotkan. Nao tidak menyerah dan terus memohon. Dia sampai berlutut hingga jidat menyentuh tanah. Yuko jadi nggak tega. Dia pun akhirnya memberikan kartu nama restorannya.


“Restoranku buka jam 6. Kalau sebagai pelanggan, aku tak bisa hentikan kedatanganmu. Namun, aku tidak bisa menjamin kamu bisa menemuinya,” ujar Kyoko.

“Terimakasih banyak! Aku akan datang hari ini dan terus datang hingga menemuinya.”

--



Begitu tiba kembali ke Kogetsu-an, Tsubaki sudah menyindirnya. Dia sedikit menyindir yang cukup lama mengantarkan Yuko. Untung Nao bisa berkelit dengan cepat menggunakan alasan kalau mereka sudah banyak bicara karna lama tak jumpa.

“Kita harus mengundang ibumu ke pernikahan kita.”

Nao menanggapi dengan senyuman. Di dalam hatinya, Nao merasa lega karna bisa mengelabui Tsubaki.

Tsubaki kemudian membahas kalau ada tipe manisan yang ingin di sajikannya. Resep manisan yang sudah turun temurun dan di pendam di ruang belakang. Karna itu, dia menyuruh Nao mengikutinya.

--


Mereka tiba di ruang belakang yang cukup kecil dan banyak barang.

“Mari adakan upacara pernikahan tanggal 25 bulan depan. Walau itu hari sial,” ujar Tsubaki, misterius. “Hari yang cocok untuk kita, kan? Tadi nyonya menanyaiku, apakah aku mempercayaimu? Dia sama sekali tak tahu tentangku.”

Nada suara Tsubaki yang begitu mengintimidasi membuat Nao merasa takut. Dia ingin pergi keluar dari gudang, tapi Tsubaki langsung menutup pintu. Dia memojokkan Nao hingga ke sudut ruangan.

“Aku suka membuat musuhku tetap dekat denganku,” ujar Tsubaki.

“Dia tidaklah senaif itu.”

“Apa tujuanmu? Mengapa waktu itu dirimu setuju menikah denganku?”

“Karna jika menikah denganmu, ku rasa aku bisa terus buat manisan. Aku suka manisan dan ingin terus buat manisan.”

“Kalau begitu, ini adalah hartamu,” ujar Tsubaki.


Di saat Nao bingung dan melihat sekeliling gudang, Tsubaki langsung pergi keluar gudang dan mengunci pintu dari luar. Nao beneran takut dan berteriak memanggil nama Tsubaki. Mau sekeras apapun dia memanggil, Tsubaki tidak mempedulikannya.

--


Tn. Haseya mengumpulkan ketiga putrinya termasuk Shiori untuk memberitahu kalau kimono kasual pesanan mereka sudah jadi. Kedua kakak Shiori sangat senang mendengarnya dan tertawa-tawa. Shiori hanya diam sambil terus memandangi mug gelasnya yang bermotif bunga berwarna merah. Kedua kakak Shiori memanggil Shiori yang melamun dan menanyakan pendapatnya.

“Shiori akan mendapatkan kimono baru di perjodohan berikutnya,” umumkan tn. Haseya.



Istrinya langsung menentang perjodohan itu karna mereka kan baru saja mengalami masalah perjodohan dengan Kogetsu-an. Mungkin, bagi ibu Shiori, perjodohan ini terlalu terburu-buru. Tapi, tn. Haseya tidak mau mendengarkan pendapatnya dan malah bilang kalau Shiori tidak berbakat jadi lebih baik segera menikah saja!

“Tak apa. Ayah benar,” ujar Shiori dengan suara lemah dan terus menundukkan kepala.

--


Nao sudah kelelahan berteriak. Dia juga sudah tidak tahu sudah berapa lama berada di dalam gudang. Karna itu, dia pun mulai melihat isi gudang. Ada sebuah lemari kayu dengan banyak laci yang menarik perhatian Nao. Dia pun mulai melihat isi laci lemari. Ada berbagai cetakan manisan dengan bentuk yang manis.


Dan ada juga buku resep yang tampak sudah usang, seperti tidak pernah di pakai lagi. Di antara banyaknya buku resep yang ada, Nao mengambil sebuah buku yang warnanya masih baru terlalu usang. Sepertinya itu buku yang paling baru. Di sampul buku ada tulisan : Era Heisei tahun ke-17, yang artinya adalah 15 tahun.



Di dalam ada banyak gambar-gambar manisan yang cantik beserta nama manisan tersebut. Melihat isi buku itu membuat mata Nao berkaca-kaca. Alasannya karna tulisan yang ada di dalam ibunya adalah tulisan ibunya, Yuriko. Nao jadi menangis karna di buku itu banyak sekali manisan dengan bentuk sakura.


Nao beneran dan sangat menyesal karna pernah meragukan ibunya untuk sesaat. Dia mulai mengingat cerita Tsubaki yang bilang melihat ayahnya bersama Ibu Sakura. Jika begitu, Kyoko pun punya motif untuk membunuh Itsuki (ayah Tsubaki, suami Kyoko).

“Apapun yang terjadi, aku harus keluar dari sini!” tekad Nao.


Dan di saat itu pula, Tsubaki membuka pintu untuk mengantarkan makan malam. Tapi, Tsubaki malah menemukan Nao yang terbaring di lantai. Tsubaki panik mengira Nao pingsan. Nao hendak memanfaatkan kelengahan Tsubaki untuk kabur.


“Apa tujuanmu?” tahan Tsubaki, dia tidak lengah sama sekali.

Tanpa di duga, Nao malah mencium Tsubaki. Tsubaki jelas kaget dan Nao segera kabur keluar gudang. Tujuan Nao kabur adalah untuk ke restoran Yuko.



Tanpa Nao sadari, seseorang sudah mengawasinya. Orang itu berada di lantai 2 dan saat Nao sibuk melihat kartu nama Yuko, orang itu bersiap melemparkan vas bunga ke kepalanya. Nao beneran kaget hingga tidak sempat bereaksi. Dia bisa saja terluka parah jika Tsubaki tidak muncul tiba-tiba dan melukainya. Akibatnya, kepala dan tangan Tsubaki terluka.

Nao panik dan memanggil nama Tsubaki agar sadar.

--


Kepal dan tangan Tsubaki sudah di obati, tapi dia masih belum sadar. Nao jadi merasa sangat bersalah. Tsubaki yang baru sadar melihat tangisannya.

“Kenapa kau menangis?” tanyanya. “Ini bukan berarti aku menyelamatkanmu. Aku tidak ingin hal itu di manfaatkan sebagai ancaman.”


Pas pula Kyoko datang dengan panik. Sayang sekali, kepanikannya di respon negatif oleh Tsubaki. Dia tahu kalau Kyoko lah yang berusaha melukai Nao. Raut wajah Kyoko jadi membeku. Dia membantah dugaan Tsubaki dan kemudian dia bergegas pergi dari sana.



Melihat ekspresi Kyoko tadi, Tsubaki semakin yakin kalau Kyoko lah pelaku yang melempar vas tadi. Dia bisa menduga kalau Kyoko berusaha menyabotase pernikahan mereka dengan Nao sebagai targetnya. Kyoko akan melakukan apapun untuk menyingkirkan Nao. Andai saja Nao tadi tetap di gudang, hal ini pasti tak akan terjadi.


“Sebentar. Kau mengunciku di sana untuk melindungkiku?” sadar Nao. “Harusnya bilang, dong!”

“Bilang apa?”

“Harusnya kau bilang, ‘Ini demi kebaikanmu.’


“Maaf, aku hanya terpikir cara yang seperti ini,” jawab Tsubaki. “Yah, kurasa caramu kabur unik juga,” singgungnya, mengenai ciuman yang Nao lakukan tadi.

Nao jelas malu mengingat ciuman tadi.

“Pokoknya, tetaplah di sisiku,” ujar Tsubaki, serius.

--



Orang yang menjatuhkan vas ke Nao bukanlah Kyoko melainkan orang suruhan Kyoko, salah satu pekerja dapur. Dia memanggil orang itu dan menegurnya karna sudah melakukan hal yang tidak perlu dan membuat Tsubaki terluka. Padahal Tsubaki adalah pewaris Kogetsu-an.

--


Esok hari,

Semua staff dapur kaget saat melihat tangan Tsubaki yang diperban. Walau Tsubaki bilang dia tidak apa-apa, tapi tetap saja dengan tangan yang terluka seperti itu, akan sulit bagi Tsubaki untuk membuat kue manisan.

Pak Yamaguchi juga memberitahu kalau minggu depan ada upacara minum teh di kediaman Samidare. Dan pihak Samidare bertanya, apakah Tsubaki bisa membuat manisannya? Pesanan itu dipesan langsung oleh Sokunkai.



Sokunkai adalah sekolah teh terkemuka di Kanazawa Dan sebagai pembuat manisan, suatu kehormatan besar jika bisa menyajikan manisan di sana. Nah, Sokunkai sudah pernah mencoba manisan buatan Tsubaki dan mereka sangat menyukainya. Mereka bahkan ingin menemui Tsubaki.

Bukannya memberikan semangat, Pak Tomioka malah menakuti kalau nama Kogetsu-an bisa hancur jika Tsubaki menyajikan manisan yang tidak enak. Dan jika, menurut kabar, Sojyuro juga akan menghadiri acara itu. Jadi, akan sangat gawat jika mereka malah merusak nama Kogetsu-an dan mempermalukan Sojyuro.

Tsubaki mengepalkan tangannya dengan kuat, berusaha menahan amarahnya. Pak Tomioka menyadari hal tersebut tapi malah memanasi dengan menawarkan diri menggantikan Tsubaki membuat manisan.

--



Perwakilan dari Sokunkai datang menemui Tsubaki. Dan Tsubaki menemuinya dengan di temani oleh Nao. Perwakilan Sokunkai yang datang adalah putra dari kepala sekolah. Karna ini pertama kalinya dia di percayakan untuk menyiapkan acara upacara minum teh, dia ingin membuatanya sempurna. Di tambah lagi, ayahnya akan menjadi tamu kehormatan di acara tersebut. Karna itu, dia ingin Kogetsu-an yang membuat manisannya.

Nao memperhatikan ekspresi Tsubaki. Dia bisa menebak kalau Tsubaki sangat ingin membuat manisan untuk acara tersebut. Tapi, dengan tangan terluka, mustahil baginya untuk membuat manisan.

“Apa ada masalah?”



“Aku minta --,” ujar Tsubaki seraya menundukan kepala.

“Tidak ada masalah apa-apa,” potong Nao. “Serahkan saja pada kami!”

“Terimakasih banyak.”

--



Begitu pihak Sokunkai pergi, Tsubaki langsung memarahi Nao karna sudah menerima pesanan. Apa Nao mau mempermalukannya lagi?!

“Tidak. Aku akan menolongmu,” Jawab Nao, penuh percaya diri. “Jadi, lakukanlah!”

Tsubaki masih ragu. Tapi, Nao menunjukkan keseriusannya dan juga dia ingin membantu Tsubaki memperbaiki Kogetsu-an.

Padahal, di dalam hatinya, Nao melakukan ini semua hanya untuk mengungkap kebenaran 15 tahun lalu.

“Jika kau ingin melakukannya, aku mau minta tolong sesuatu,” ujar Tsubaki.

“Apa?”

“Yang pertama, ganti bajumu.”

--




Nao sudah berganti baju mengenakan kimono. Dia kemudian menemui Tsubaki yang sudah menunggunya di ruang kosong. Di dalam ruangan tersebut, Tsubaki sudah menyiapkan teko dan cangkir teh. Dia mengajari Nao kalau dalam membuat manisan untuk upacara minum teh, mereka harus tahu rasa teh baru bisa menyajikan manisan yang sesuai.


Karna itu juga, Tsubaki ingin Nao belajar mengenai teh. Dia akan menunjukkan padanya dunia yang di lihatnya. Dan juga, saat masuk ke dalam ruangan teh, Nao harus memberi hormat dulu pada gulungan yang ada di dinding.


Huruf di gulungan itu di tulis dengan aksara China, dan Nao tidak tahu arti yang tertulis di gulungan tersebut. Walau begitu, dia tetap mendengarkan arahan Tsubaki untuk memberi hormat pada gulungan.

“Gulungan yang di gantung di ceruk suci adalah bagian tengah yang mendefinisikan ruang teh,” jelas Tsubaki.

“Gulungan ini bermakna apa?"


Tsubaki belum menjawab pertanyaan itu karna Sojyuro tiba-tiba muncul dan menyindir mereka sebagai dua tikus yang masuk ke ruang teh. Entah apa yang kakek rencanakan, tiba-tiba saja dia ingin meminum teh seduhan Tsubaki.

--


Pak Tomioka memberitahu semua staff dapur kalau Nao dan Tusbaki akan menikah bulan depan, 25 Juli. Jadi, selesai membuat manisan untuk Sokunkai, mereka akan sibuk mempersiapkan pesta pernikahan Tsubaki dan Nao.

Abe teringat suatu hal. Tanggal 25 Juli kan adalah hari dimana Sojyuro mengadakan upacara minum teh Yuzari. Sugita baru teringat, tapi kalau pernikahannya di adakan di hari yang sama dengan upacara itu, siapa yang mau datang? (acaranya di tempat berbeda).

“Haha. Pasti Tsubaki sengaja pilih hari itu!” sadar Abe.

“Kenapa?” tanya Jojima, kepo.

“Untuk menimbulkan perseteruan!”

--



Tsubaki menyajikan teh untuk Nao dan kakek. Nao terpesona melihat gerakana tangan Tsubaki yang luwes, lembut, teliti dan indah saat menyajikan teh.

“Upacara minum teh di Sokunkai, aku juga di undang sebagai tamu. Tapi, kayaknya tak mungkin aku mencicipi manisannya,” ujar Sojyuro dan tidak meminum sama sekali teh yang sudah di seduh oleh Tsubaki.



Nao tidak terima dengan ucapan dan sikap kakek. Kenapa Kakek bisa seyakin itu tidak akan memakan manisan yang Tsubaki buat nanti?


“Aku tidak bisa memakan manisan yang diciptakan oleh si hati penipu,” jawab Sojyuro dan keluar dari ruangan teh.

Ucapan kakek membuat Tsubaki teringat saat kakek berteriak menyebutnya pembohong, saat dia masih kecil dulu.


Karna ucapan kakek tadi, Nao semakin ingin Tsubaki membuat manisan yang tidak akan bisa di tolak oleh kakek. Tsubaki memberitahu kalau dia sudah menentukan manisan yang akan dibuatnya : Otoshi-bumi.

“Tunggu. Otoshi-bumi memang pilihan bagus, tapi kita harus pertimbangkan sesuatu yang mewah…”

“Itulah yang di inginkan penyelenggaranya. Kalau kau pasti tahu, kan? Apa maknanya,” potong Tsubaki.



“Otoshi-bumi adalah seekor serangga yang bertelur di atas daun dan menandakan cinta untuk orang tua mereka.”

“Upacara minum teh di selenggarakan pada hari Minggu ketiga di bulan Juni. Itu hari Ayah.”

“Namun…”

“Tenanglah. Aku sudah terbiasa di benci olehnya (kakek),” jawab Tsubaki, sangat santai.

Jawaban yang tidak membuat Nao merasa senang.

--


Di malam hari,

Nao masih belum bisa tidur. Dia masih memikirkan mengenai kakek yang sangat membenci Tsubaki. Selama ini, dia mengira kalau semua orang menyukai Tsubaki dan Tsubaki menjalani keseharian yang membahagiakan. Namun nyatanya, Tsubaki selama ini juga menyakiti hatinya sendiri.

 

1 Comments

  1. 💞💞💞💞💞💞💞lanjut semangat🔛🔥 💞💞💞💞

    ReplyDelete
Previous Post Next Post