Sinopsis Dorama : Cursed in Love Episode 03 part 1
“Hei, Tsubaki. Jika di hadapanmu muncul anak
yang bernama Sakura, apa yang akan kau lakukan?”
“Akan ku lenyapkan dia. Dari
hadapanku. Untuk selamanya,” jawab Tsubaki dengan tatapan dingin.
Tatapan yang membuat Nao
terhenyak, “Kenapa?”
“Ibunya Sakura membunuh
ayahku.”
“Membunuh?”
“Aku melihatnya. Pada 15 tahun
lalu, saat ayahku wafat, pada hari kamelia bermekaran. Waktu itu belum fajar.
Aku melihat ayahku berduaan dengan Ibunya sakura”
Flashback
Tsubaki
berjalan sendirian di lorong saat malam hari. Saat itu, dia melihat lampu kamar
ayahnya menyala dan pintunya sedikit terbuka. Karna rasa penasaran, Tsubaki
melihat melalui celah pintu. Dan pemandangan yang di lihatnya membuat matanya
membelalak lebar. Dia melihat ayahnya sedang berciuman dengan Ibu Sakura,
Yuriko.
End
“Sejak saat itu, Sakura bukan
lagi cahaya. Dia laksana kegelapan pekat. Yang tersisa padanya hanyalah
kebencian,” ujar Tsubaki, asngat dingin. “Pembicaraan ini tidak ada hubungannya
denganmu kan?”
Informasi yang di dapatkannya
membuat Nao sangat shock. Dia masih sulit mempercayai kalau ibunya mempunyai
hubungan terlarang dengan ayah Tsubaki. Apa itu semua benar?
Karna semua keraguan yang
timbul itu, Nao tidak mau berhubungan dengan Tsubaki. Dia menyingkirkan tangan
Tsubaki yang memegang pipinya dengan alasan bahwa mereka tidak mencintai satu
sama lain.
“Kau benar,” balas Tsubaki dan
berbaring. Dia memalingkan wajahnya dari Nao.
Nao juga melakukan hal yang
sama. Dia tidak mau mempercayai Tsubaki. Dan mengenai fakta bahwa dirinya
Sakura akan di rahasikannya selamanya.
--
Kyoko yang sudah tahu kalau Nao
adalah anak Yuriko, Sakura, yang pernah tinggal di rumahnya, menjadi semakin
marah dan membenci Nao. Kebencian itu di luapkannya dengan memotong habis
tanaman yang ada di hadapannya.
--
Esok harinya,
Tsubaki dan Nao bersikap
canggung satu sama lain. Dan lagi-lagi, Kyoko menakuti Nao. Dia muncul tiba-tiba
di belakang Nao dan berbisik menanyakan apakah Tsubaki meniduri Nao kemarin
malam. Nao tentu sangat kaget dengan kemunculannya yang begitu tiba-tiba
seperti itu. Kyoko bersikap palsu, dia dengan sangat ramah meminta Nao untuk
membantunya membereskan barang. Dengan sopan, Nao mengiyakan.
--
Nao mengikuti Kyoko ke
kamarnya. Di kamar itu, Kyoko menunjukkan sebuah kotak kayu yang isinya adalah
sebuah kimono yang sudah di turunkan secara turun temurun dari generasi ke
generai di Kogetsu-an. Dan sebagai pengantin Tsubaki, Kyoko ingin Nao
mengenakannya.
Walau Kyoko berbicara dengan
manis dan ramah, Nao tetap saja nerasa curiga. Dia bisa meraskaan ada barnag
aneh di dalam kotak kayu itu. Dan benar saja! Isi kotak kayu itu adalah kimono
dengan motif bunga kamelia berwarna merah darah.
Melihat warna merah dan motif
bunga kamelia, membuat trauma Nao kambuh. Dengan menangis, dia meminta maaf
karna tidak bisa mengenakan kimono tersebut. Kyoko tidak peduli dan terus saja
memaksa Nao mengenakan kimono itu walaupun penyakit asma Nao kambuh.
“Apa yang terjadi pada Ibumu?”
tanya Kyoko, sambil memegang bahu Nao agar dia tidak bisa melepaskan kimono
tersebut.
“Ibuku sudah meninggal. Dalam
sebuah kecelakaan,” jawab Nao dengan nafas yang sesak.
“Kapan? Dimana?”
“Itu…”
“Kau memanglah naif. Baik
tubuhmu maupun kebohonganmu, Aku selalu terpikir. Rambut hitammu ini, membuatku
teringat sesuatu. Lalu, kulit putih pucatmu ini. Hei, beritahukanlah padaku.
Dimanakah kau di besarkan? 15 tahun lalu. Dimanakah dirimu?!” desak Kyoko dengan
tatapan dan nada suara yang menyeramkan serta mengintimidasi.
Di saat yang tepat, Tsubaki
muncul. Nao sudah ketakutan kalau Tsubaki akan tahu dirinya adalah Sakura,
Namun, pas sekali di saat itu, Jojima datang dengan terburu-buru dan melaporkan
kalau mereka kedatangan tamu yang mengaku sebagai Ibunya Nao.
Baik Tsubaki, Kyoko dan Nao
jelas terkejut.
==Watashitachi wa Douka
Shiteiru==
Semuanya pergi menemui wanita
yang mengaku sebagai ibu Nao. Wanita itu, Yuko, saat melihat Nao, langsung
memeluknya dan bersikap sangat hangat pada Nao layaknya seorang Ibu. Nao sampai
bingung harus bereaksi seperti apa. Setelah memeluk Nao dan meluapkan
kerinduannya, dia baru memperkenalkan dirinya pada Kyoko dan Tsubaki. Wanita
itu mengaku bernama Hananoka Yuko. Dia juga membawakan oleh-oleh rumput laut
khas Wajima.
Yuko berbohong pada mereka
kalau Nao lahir dan di besarkan di Wajima. Tapi, karna sikapnya, Nao menjadi
muak pada dirinya dan akhirnya meninggalkan rumah sejak umur 18 tahun. Sejak
saat itu, mereka putus kontak. Dan baru-baru ini dia mendengar kabar pernikahan
Nao dari kerabatnya. Walau kisah keluarganya memalukan, tapi dia tetap ingin
menemui Nao. Dia meminta maaf pada Nao, dan juga mengungkapkan rasa bahagianya
karna Nao akan menikah.
“Nao bilang padaku kalau Ibunya
meninggal dalam kecelakaan,” ujar Kyoko.
“Maafkan aku. Aku minggat dari
rumah dengan tekad memutuskan hubungan dari keluargaku, sehingga itu yang
selalu ku katakan pada siapapun. Itulah sebabnya aku tidak bisa menjawab
pertanyaanmu itu,” ujar Nao ikut dalam kebohongan Yuko. “Ibunda sepertinya
terganggu dengan hal 15 tahun lalu, memangnya apa yang terjadi?” tanya Nao
balik pada Kyoko, memojokkannya.
“Bukan apa-apa,” jawab Kyoko,
memilih untuk tidak membahasnya lagi.
Tsubaki kemudian mengalihkan
topik dengan meminta restu Yuko untuk hubungannya dengan Nao. Dia juga janji
akan membahagiakan Nao. Tapi, ekspresi Tsubaki tampak sangat misterius seolah
mempunyai pemikiran lain.
--
Saat pertemuan selesai, Kyoko
mengejar Tsubaki yang pergi duluan. Dia menanyakan untuk memastikan kalau
Tsubaki tidak percaya pada ucapan Nao, bukan? Tsubaki tidak menjawab
pertanyaannya tersebut dan sebaliknya, dia malah memberitahu kalau
pernikahannya dengan Nao akan di selenggarakan tanggal 25 bulan depan.
Kyoko menentang rencana itu,
apalagi di adakan di tanggal 25 bulan depan. Karna tanggal itu mempunyai arti
khusus. Dan juga, dia tidak mengerti kenapa Tsubaki bersikeras ingin menikah
dengan Nao, padahal mereka tidak mengetahui apapun mengenai Nao. Ah, jangan
bilang ini karna cinta?!
Tsubaki tidak mau menjawab sama
sekali dan pergi meninggalkan Kyoko.
--
Kyoko sangat marah dengan sikap
Tsubaki dan dengan kebohongan Nao. Dia sangat yakin kalau Nao adalah anak dari
Yuriko. Mata Nao sangat persis dengan Yuriko! Dia pasti akan mengungkap
identitas Nao dan mengusirnya dari Kogetsu-an.
--
Nao mengejar Yuko dan
menanyakan alasannya berbohong menjadi Ibunya. Sayangnya, Yuko tidak bisa
menjawab pertanyaannya karna dia hanya di mintai tolong oleh pelanggan tetap
tokonya. Yah, walau dia bilangnya nolong, tapi dia tetap dapat upah juga sih. Lagipula,
hal ini juga membantu Nao kan?
“Siapa yang melakukannya …
siapa yang mau melakukan ini demiku?” tanya Nao. “Apakah pelanggamu itu pria?
Kisaran umur 30 tahun dengan kumis? Maukah kau menemuiku dengannya? Tolong! Aku
siap pergi kemanapun!” tanyanya sambil menyebutkan ciri Takigawa.
Yuko menolak karna dia tidak
suka di repotkan. Nao tidak menyerah dan terus memohon. Dia sampai berlutut
hingga jidat menyentuh tanah. Yuko jadi nggak tega. Dia pun akhirnya memberikan
kartu nama restorannya.
“Restoranku buka jam 6. Kalau
sebagai pelanggan, aku tak bisa hentikan kedatanganmu. Namun, aku tidak bisa
menjamin kamu bisa menemuinya,” ujar Kyoko.
“Terimakasih banyak! Aku akan
datang hari ini dan terus datang hingga menemuinya.”
--
Begitu tiba kembali ke
Kogetsu-an, Tsubaki sudah menyindirnya. Dia sedikit menyindir yang cukup lama
mengantarkan Yuko. Untung Nao bisa berkelit dengan cepat menggunakan alasan
kalau mereka sudah banyak bicara karna lama tak jumpa.
“Kita harus mengundang ibumu ke
pernikahan kita.”
Nao menanggapi dengan senyuman.
Di dalam hatinya, Nao merasa lega karna bisa mengelabui Tsubaki.
Tsubaki kemudian membahas kalau
ada tipe manisan yang ingin di sajikannya. Resep manisan yang sudah turun
temurun dan di pendam di ruang belakang. Karna itu, dia menyuruh Nao
mengikutinya.
--
Mereka tiba di ruang belakang
yang cukup kecil dan banyak barang.
“Mari adakan upacara pernikahan
tanggal 25 bulan depan. Walau itu hari sial,” ujar Tsubaki, misterius. “Hari
yang cocok untuk kita, kan? Tadi nyonya menanyaiku, apakah aku mempercayaimu?
Dia sama sekali tak tahu tentangku.”
Nada suara Tsubaki yang begitu
mengintimidasi membuat Nao merasa takut. Dia ingin pergi keluar dari gudang,
tapi Tsubaki langsung menutup pintu. Dia memojokkan Nao hingga ke sudut
ruangan.
“Aku suka membuat musuhku tetap
dekat denganku,” ujar Tsubaki.
“Dia tidaklah senaif itu.”
“Apa tujuanmu? Mengapa waktu
itu dirimu setuju menikah denganku?”
“Karna jika menikah denganmu,
ku rasa aku bisa terus buat manisan. Aku suka manisan dan ingin terus buat manisan.”
“Kalau begitu, ini adalah
hartamu,” ujar Tsubaki.
Di saat Nao bingung dan melihat
sekeliling gudang, Tsubaki langsung pergi keluar gudang dan mengunci pintu dari
luar. Nao beneran takut dan berteriak memanggil nama Tsubaki. Mau sekeras
apapun dia memanggil, Tsubaki tidak mempedulikannya.
--
Tn. Haseya mengumpulkan ketiga
putrinya termasuk Shiori untuk memberitahu kalau kimono kasual pesanan mereka
sudah jadi. Kedua kakak Shiori sangat senang mendengarnya dan tertawa-tawa.
Shiori hanya diam sambil terus memandangi mug gelasnya yang bermotif bunga
berwarna merah. Kedua kakak Shiori memanggil Shiori yang melamun dan menanyakan
pendapatnya.
“Shiori akan mendapatkan kimono
baru di perjodohan berikutnya,” umumkan tn. Haseya.
Istrinya langsung menentang
perjodohan itu karna mereka kan baru saja mengalami masalah perjodohan dengan
Kogetsu-an. Mungkin, bagi ibu Shiori, perjodohan ini terlalu terburu-buru.
Tapi, tn. Haseya tidak mau mendengarkan pendapatnya dan malah bilang kalau
Shiori tidak berbakat jadi lebih baik segera menikah saja!
“Tak apa. Ayah benar,” ujar
Shiori dengan suara lemah dan terus menundukkan kepala.
--
Nao sudah kelelahan berteriak. Dia
juga sudah tidak tahu sudah berapa lama berada di dalam gudang. Karna itu, dia
pun mulai melihat isi gudang. Ada sebuah lemari kayu dengan banyak laci yang
menarik perhatian Nao. Dia pun mulai melihat isi laci lemari. Ada berbagai
cetakan manisan dengan bentuk yang manis.
Dan ada juga buku resep yang
tampak sudah usang, seperti tidak pernah di pakai lagi. Di antara banyaknya
buku resep yang ada, Nao mengambil sebuah buku yang warnanya masih baru terlalu
usang. Sepertinya itu buku yang paling baru. Di sampul buku ada tulisan : Era
Heisei tahun ke-17, yang artinya adalah 15 tahun.
Di dalam ada banyak gambar-gambar
manisan yang cantik beserta nama manisan tersebut. Melihat isi buku itu membuat
mata Nao berkaca-kaca. Alasannya karna tulisan yang ada di dalam ibunya adalah
tulisan ibunya, Yuriko. Nao jadi menangis karna di buku itu banyak sekali
manisan dengan bentuk sakura.
Nao beneran dan sangat menyesal
karna pernah meragukan ibunya untuk sesaat. Dia mulai mengingat cerita Tsubaki
yang bilang melihat ayahnya bersama Ibu Sakura. Jika begitu, Kyoko pun punya
motif untuk membunuh Itsuki (ayah Tsubaki, suami Kyoko).
“Apapun
yang terjadi, aku harus keluar dari sini!” tekad Nao.
Dan di saat itu pula, Tsubaki
membuka pintu untuk mengantarkan makan malam. Tapi, Tsubaki malah menemukan Nao
yang terbaring di lantai. Tsubaki panik mengira Nao pingsan. Nao hendak memanfaatkan
kelengahan Tsubaki untuk kabur.
“Apa tujuanmu?” tahan Tsubaki,
dia tidak lengah sama sekali.
Tanpa di duga, Nao malah
mencium Tsubaki. Tsubaki jelas kaget dan Nao segera kabur keluar gudang. Tujuan
Nao kabur adalah untuk ke restoran Yuko.
Tanpa Nao sadari, seseorang
sudah mengawasinya. Orang itu berada di lantai 2 dan saat Nao sibuk melihat
kartu nama Yuko, orang itu bersiap melemparkan vas bunga ke kepalanya. Nao
beneran kaget hingga tidak sempat bereaksi. Dia bisa saja terluka parah jika
Tsubaki tidak muncul tiba-tiba dan melukainya. Akibatnya, kepala dan tangan
Tsubaki terluka.
Nao panik dan memanggil nama
Tsubaki agar sadar.
--
Kepal dan tangan Tsubaki sudah
di obati, tapi dia masih belum sadar. Nao jadi merasa sangat bersalah. Tsubaki
yang baru sadar melihat tangisannya.
“Kenapa kau menangis?”
tanyanya. “Ini bukan berarti aku menyelamatkanmu. Aku tidak ingin hal itu di
manfaatkan sebagai ancaman.”
Pas pula Kyoko datang dengan
panik. Sayang sekali, kepanikannya di respon negatif oleh Tsubaki. Dia tahu
kalau Kyoko lah yang berusaha melukai Nao. Raut wajah Kyoko jadi membeku. Dia
membantah dugaan Tsubaki dan kemudian dia bergegas pergi dari sana.
Melihat ekspresi Kyoko tadi,
Tsubaki semakin yakin kalau Kyoko lah pelaku yang melempar vas tadi. Dia bisa
menduga kalau Kyoko berusaha menyabotase pernikahan mereka dengan Nao sebagai
targetnya. Kyoko akan melakukan apapun untuk menyingkirkan Nao. Andai saja Nao
tadi tetap di gudang, hal ini pasti tak akan terjadi.
“Sebentar. Kau mengunciku di
sana untuk melindungkiku?” sadar Nao. “Harusnya bilang, dong!”
“Bilang apa?”
“Harusnya kau bilang, ‘Ini demi kebaikanmu.’”
“Maaf, aku hanya terpikir cara
yang seperti ini,” jawab Tsubaki. “Yah, kurasa caramu kabur unik juga,”
singgungnya, mengenai ciuman yang Nao lakukan tadi.
Nao jelas malu mengingat ciuman
tadi.
“Pokoknya, tetaplah di sisiku,”
ujar Tsubaki, serius.
--
Orang yang menjatuhkan vas ke
Nao bukanlah Kyoko melainkan orang suruhan Kyoko, salah satu pekerja dapur. Dia
memanggil orang itu dan menegurnya karna sudah melakukan hal yang tidak perlu
dan membuat Tsubaki terluka. Padahal Tsubaki adalah pewaris Kogetsu-an.
--
Esok hari,
Semua staff dapur kaget saat
melihat tangan Tsubaki yang diperban. Walau Tsubaki bilang dia tidak apa-apa,
tapi tetap saja dengan tangan yang terluka seperti itu, akan sulit bagi Tsubaki
untuk membuat kue manisan.
Pak Yamaguchi juga memberitahu
kalau minggu depan ada upacara minum teh di kediaman Samidare. Dan pihak
Samidare bertanya, apakah Tsubaki bisa membuat manisannya? Pesanan itu dipesan
langsung oleh Sokunkai.
Sokunkai adalah sekolah teh
terkemuka di Kanazawa Dan sebagai pembuat manisan, suatu kehormatan besar jika
bisa menyajikan manisan di sana. Nah, Sokunkai sudah pernah mencoba manisan
buatan Tsubaki dan mereka sangat menyukainya. Mereka bahkan ingin menemui
Tsubaki.
Bukannya memberikan semangat,
Pak Tomioka malah menakuti kalau nama Kogetsu-an bisa hancur jika Tsubaki
menyajikan manisan yang tidak enak. Dan jika, menurut kabar, Sojyuro juga akan
menghadiri acara itu. Jadi, akan sangat gawat jika mereka malah merusak nama
Kogetsu-an dan mempermalukan Sojyuro.
Tsubaki mengepalkan tangannya
dengan kuat, berusaha menahan amarahnya. Pak Tomioka menyadari hal tersebut
tapi malah memanasi dengan menawarkan diri menggantikan Tsubaki membuat manisan.
--
Perwakilan dari Sokunkai datang
menemui Tsubaki. Dan Tsubaki menemuinya dengan di temani oleh Nao. Perwakilan
Sokunkai yang datang adalah putra dari kepala sekolah. Karna ini pertama
kalinya dia di percayakan untuk menyiapkan acara upacara minum teh, dia ingin
membuatanya sempurna. Di tambah lagi, ayahnya akan menjadi tamu kehormatan di
acara tersebut. Karna itu, dia ingin Kogetsu-an yang membuat manisannya.
Nao memperhatikan ekspresi
Tsubaki. Dia bisa menebak kalau Tsubaki sangat ingin membuat manisan untuk
acara tersebut. Tapi, dengan tangan terluka, mustahil baginya untuk membuat
manisan.
“Apa ada masalah?”
“Aku minta --,” ujar Tsubaki
seraya menundukan kepala.
“Tidak ada masalah apa-apa,”
potong Nao. “Serahkan saja pada kami!”
“Terimakasih banyak.”
--
Begitu pihak Sokunkai pergi,
Tsubaki langsung memarahi Nao karna sudah menerima pesanan. Apa Nao mau
mempermalukannya lagi?!
“Tidak. Aku akan menolongmu,”
Jawab Nao, penuh percaya diri. “Jadi, lakukanlah!”
Tsubaki masih ragu. Tapi, Nao
menunjukkan keseriusannya dan juga dia ingin membantu Tsubaki memperbaiki
Kogetsu-an.
Padahal, di dalam hatinya, Nao
melakukan ini semua hanya untuk mengungkap kebenaran 15 tahun lalu.
“Jika kau ingin melakukannya,
aku mau minta tolong sesuatu,” ujar Tsubaki.
“Apa?”
“Yang pertama, ganti bajumu.”
--
Nao sudah berganti baju
mengenakan kimono. Dia kemudian menemui Tsubaki yang sudah menunggunya di ruang
kosong. Di dalam ruangan tersebut, Tsubaki sudah menyiapkan teko dan cangkir
teh. Dia mengajari Nao kalau dalam membuat manisan untuk upacara minum teh,
mereka harus tahu rasa teh baru bisa menyajikan manisan yang sesuai.
Karna itu juga, Tsubaki ingin
Nao belajar mengenai teh. Dia akan menunjukkan padanya dunia yang di lihatnya.
Dan juga, saat masuk ke dalam ruangan teh, Nao harus memberi hormat dulu pada
gulungan yang ada di dinding.
Huruf di gulungan itu di tulis
dengan aksara China, dan Nao tidak tahu arti yang tertulis di gulungan
tersebut. Walau begitu, dia tetap mendengarkan arahan Tsubaki untuk memberi
hormat pada gulungan.
“Gulungan yang di gantung di ceruk
suci adalah bagian tengah yang mendefinisikan ruang teh,” jelas Tsubaki.
“Gulungan ini bermakna apa?"
Tsubaki belum menjawab
pertanyaan itu karna Sojyuro tiba-tiba muncul dan menyindir mereka sebagai dua
tikus yang masuk ke ruang teh. Entah apa yang kakek rencanakan, tiba-tiba saja
dia ingin meminum teh seduhan Tsubaki.
--
Pak Tomioka memberitahu semua
staff dapur kalau Nao dan Tusbaki akan menikah bulan depan, 25 Juli. Jadi,
selesai membuat manisan untuk Sokunkai, mereka akan sibuk mempersiapkan pesta
pernikahan Tsubaki dan Nao.
Abe teringat suatu hal. Tanggal
25 Juli kan adalah hari dimana Sojyuro mengadakan upacara minum teh Yuzari.
Sugita baru teringat, tapi kalau pernikahannya di adakan di hari yang sama
dengan upacara itu, siapa yang mau datang? (acaranya di tempat berbeda).
“Haha. Pasti Tsubaki sengaja
pilih hari itu!” sadar Abe.
“Kenapa?” tanya Jojima, kepo.
“Untuk menimbulkan
perseteruan!”
--
Tsubaki menyajikan teh untuk
Nao dan kakek. Nao terpesona melihat gerakana tangan Tsubaki yang luwes,
lembut, teliti dan indah saat menyajikan teh.
“Upacara minum teh di Sokunkai,
aku juga di undang sebagai tamu. Tapi, kayaknya tak mungkin aku mencicipi
manisannya,” ujar Sojyuro dan tidak meminum sama sekali teh yang sudah di seduh
oleh Tsubaki.
Nao tidak terima dengan ucapan
dan sikap kakek. Kenapa Kakek bisa seyakin itu tidak akan memakan manisan yang
Tsubaki buat nanti?
“Aku tidak bisa memakan manisan
yang diciptakan oleh si hati penipu,” jawab Sojyuro dan keluar dari ruangan
teh.
Ucapan kakek membuat Tsubaki
teringat saat kakek berteriak menyebutnya pembohong, saat dia masih kecil dulu.
Karna ucapan kakek tadi, Nao
semakin ingin Tsubaki membuat manisan yang tidak akan bisa di tolak oleh kakek.
Tsubaki memberitahu kalau dia sudah menentukan manisan yang akan dibuatnya :
Otoshi-bumi.
“Tunggu. Otoshi-bumi memang
pilihan bagus, tapi kita harus pertimbangkan sesuatu yang mewah…”
“Itulah yang di inginkan
penyelenggaranya. Kalau kau pasti tahu, kan? Apa maknanya,” potong Tsubaki.
“Otoshi-bumi adalah seekor
serangga yang bertelur di atas daun dan menandakan cinta untuk orang tua
mereka.”
“Upacara minum teh di
selenggarakan pada hari Minggu ketiga di bulan Juni. Itu hari Ayah.”
“Namun…”
“Tenanglah. Aku sudah terbiasa
di benci olehnya (kakek),” jawab Tsubaki, sangat santai.
Jawaban yang tidak membuat Nao
merasa senang.
--
Di malam hari,
Nao masih belum bisa tidur. Dia
masih memikirkan mengenai kakek yang sangat membenci Tsubaki. Selama ini, dia
mengira kalau semua orang menyukai Tsubaki dan Tsubaki menjalani keseharian
yang membahagiakan. Namun nyatanya, Tsubaki selama ini juga menyakiti hatinya
sendiri.
💞💞💞💞💞💞💞lanjut semangat🔛🔥 💞💞💞💞
ReplyDelete