Sinopsis Dorama : Cursed in Love Episode 06 part 1

 

Sinopsis Dorama : Cursed in Love Episode 06 part 1




Hari Upacara Teh Senja,

Seluruh staff dapur sangat sibuk menyiapkan acara yang sebentar lagi akan di siapkan. Bahkan Tsubaki masih ada di dapur untuk menyelesaikan kue manisannya. Jojima yang baru pertama kali mengikuti acara upacara teh senja, sampai merasa linglung. Pak Yamaguchi yang menjeaslan padanya kalau Upacara Minum Teh Senja adalah acara dimana para tamu duduk di tengah nuansa senja dan menantikan matahari terbenam bersama-sama hingga malam. Intinya, ini acara mewah.

Pak Tomioka juga memperingati Jojima untuk jangan sampai mengganggu para tamu.




Nao yang ke dapur, melihat kue manisan yang di buat oleh Tsubaki. Kue bunga rembulan. Sangat cantik dan juga mendetail hingga ke guratan-guratan pada bunganya. Tsubaki menjelaskan pada Nao kalau dia menambahkan pasta kuning pada kue tersebut dan juga bayangan-bayangan yang di ukirnya bisa membuat warna kuning bunga semakin bersinar.  

“Ku harap, ini bisa membuat orang teringat akan cahaya terang bulan,” jelas Tsubaki, mengenai makna filosofi manisannya.

“Kuningnya cahaya dan bulan itu sendiri… indahnya. Manisan khas kamu banget, Tsubaki,” puji Nao.

Tsubaki tiba-tiba membahas mengenai manisan kunang-kunang yang Nao buat waktu itu (yang di cicipi sama Sojyuro). Dia ingin menanyakan apakah Nao adalah Sakura atau bukan. Tapi, Tsubaki mengurungkan niatnya bertanya.


Nao tentu jadi penasaran karna Tsubaki tiba-tiba tidak jadi bertanya. Dan lagi-lagi, Kyoko melihat Nao dari jendela dengan tatapan sengit. 

--

Ketika pintu utama terbuka sedikit,

Itu tanda bahwa acara akan dimulai.

Berarti, pintu ruangan itu (ruangan kamar Itsuki) akan terbuka.


Nao bersama-sama para staff membawa manisan dan teh yang sudah di siapkan ke ruang tamu. Saat melewati kamar Itsuki, Nao berhenti. Dia menatap ke pintu kamar yang tergembok. Hari ini, dia akan masuk ke dalam kamar itu ketika Sojyuro membukanya.


==Watashitachi wa Douka Shiteiru==


Kyoko, Tsubaki dan Shiori yang menghindangkan teh ke para tamu. Di antara para tamu yang hadir ada Takigawa dan Shiori. Entah apa maksud Shiori, karna dia malah bilang pada Nao karna sudah meminta di undang, tapi Tsubaki mengizinkannya. Nao sama sekali tidak mempermasalahkan kehadiran Shiori. Malah sebaliknya, Nao masih nggak enak karna masalah waktu itu.


Beberapa tamu yang melihat mereka mengobrol, mulai bergunjing membicarakan Nao, wanita yang sudah menghancurkan upacara pernikahan Shiori dengan Tsubaki, dulu. Mereka juga menghina Nao yang bermuka tebal (tidak tahu malu).

Nah, bukannya bergunjing dengan suara sangat kecil, mereka malah bergunjing hingga Nao bisa mendengar dengan sangat jelas.  


Untungnya, Sojyuro tiba dan menghentikan gunjingan mereka. Sojyuro bahkan membalas perkataan mereka kalau bunga sakura harus berakar tebal, karna dengan akar yang tebal akan bisa menghasilkan bunga yang lebih indah dan banyak. Jadi, bertebal muka adalah keharusan untuk bertahan di sini.



Kyoko yang mendengar ucapan Sojyuro, menunjukkan jelas, raut wajah kesalnya. Di tambah lagi, Takigawa malah mengucapkan selamat karna Kogetsu-an telah memiliki pengantin yang berhati kuat, maka toko ini pasti sanggup terus bertahan. Waduh, makin kesal dan iri lah Kyoko pada Nao.

--




Selesai mengantarkan teh, Nao bergegas ke dapur. Dia memandangi kue bunga rembulan buatan Tsubaki. Pada Jojima, Nao berujar kalau hanya Tsubaki yang bisa membuat manisan seindah ini. Dia sendiri juga tidak akan bisa membuat yang seperti ini.

Nao terus memandangi manisan tersebut dengan lekat. Dia berujar kalau dia ingin mengingat semua manisan yang Tsubaki buat.

--


Para tamu mencobai manisan bunga rembulan, dan semuanya sangat puas. Rasanya sangat enak. Bentuknya juga cantik dan menarik!


Di saat semua tamu puas dan memuji manisan buatan Tsubaki, Sojyuro hanya diam tanpa memakannya sedikitpun.

--

Selesai makan manisan, para tamu duduk di taman sembari memandangi bulan yang bersinar terang sambil bencengkerama.

--


Nao juga berkerja sigap. Dia akan segera menyiapkan ruangan utama. Jojima mengikutinya karna dia merasa Nao bersikap aneh. Dengan ramah, dia menyuruh Nao untuk tidak sungkan memberitahunya kalau ada masalah karena dia siap membantu. Nao hanya diam dan menundukan pandangan.


“Apa aku memang masih belum cukup?” tanya Jojima. “Ituloh, aku berutang padamu. Yang warabi-mochi…,” ujarnya gelagapan saat melihat tatapan Nao.

“Oh ya, terimakasih.”


Nao tidak ingin memberitahu apapun pada Jojima. Tapi, karna Jojima tampak tulus mau membantunya, maka Nao mengucapkan satu hal yang bisa Jojima bantu untuknya. Dia meminta Jojima untuk memastikan, kelak Shimaya akan bangkit kembali.

Saat itu, terlihat awan gelap mulai menutupi bulan yang indah.

--


Kyoko ada di ruangan Sojyuro dan membongkar semua barang-barang yang ada di kamar itu. Dia mencari surat wasiat yang Sojyuro buat.

Sayangnya, Sojyuro sudah terlalu lama tinggal bersama menantunya tersebut, sehingga dia sudah mengenali watak Kyoko. Dia tahu apa yang akan Kyoko lakukan, jadi dia kembali ke kamarnya dengan sebatang lilin sebagai penerang. Dan benar saja, Kyoko ada di ruangannya.

Kyoko panik karna kemunculan Sojyuro tiba-tiba. Dia mau membuat berbagai alasan lagi, tapi, Sojyuro segera mengeluarkan surat wasiat dari sakunya. Dia tahu kalau itu yang Kyoko cari.


“Seperti biasa, kau ini wanita yang licik. Pikirmu, kau bisa menyusup ketika sedang ada acara minum teh? Kalau tak salah, di malam seperti ini juga, saat pertama kali ku curigai kepribadianmu.”


Petir mulai menyambar.



Flashback

Dulu sekali, Sojyuro pulang larut malam karna menghadiri upacara minum teh. Karna tidak ingin menganggu orang rumah, Sojyuro menuju kamarnya tidak melewati lorong utama tapi lewat kebun.


Dan saat itu, dia memergoki Kyoko yang sedang berciuman dengan seorang pria. Tapi, sosok belakang pria itu bukanlah sosok putranya, Itsuki.

End

“Dan itulah pertama kalinya, kulihat manusia laksana monster!” ujar Sojyuro seraya meletakkan lilin di lantai. “Bukankah Tsubaki mirip dengan pria itu?”


Kyoko tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Dia beneran takut dan panik hingga akhirnya nekat mau merebut surat wasiat itu dari Sojyuro. Walau sudah tua, Sojyuro masih mempunyai sedikit tenaga untuk menjatuhkan Kyoko ke lantai.



“Mengapa kau mengkhianatiku?!” teriaknya. “Akulah yang pertama kali menyambutmu dan menerimamu di rumah ini! Itulah kenapa, aku tak mengusirmu. Kau berasal dari keluarga besar Kaga, dan putri dari Ootori, yang cantik dan kepandaiannya bagai kupu-kupu! Ku kira kau akan menjadi Nyonya yang pantas untuk Kogetsu-an! Namun, kau bukanlah kupu-kupu. Kau hanyalah ular iblis yang menyusup ke toko ini!!!”



Kyoko berusaha menahan emosinya, “Memangnya… siapa yang membuatku jadi begini?! 25 tahun lalu, aku menikah dengan keluarga ini, penuh harapan dan impian! Kukira aku akan di cintai Itsuki dan menjalani hari penuh bahagia bersamanya. Itulah kenapa aku persembahkan seumur hidupku padanya. Aku berikrar dalam hatiku. Akan tetapi… Itsuki tidak pernah… mencintaiku sekalipun!”



Flashback

Di hari pertama pernikahan mereka, alih-alih menenani Kyoko, Itsuki malah keluar dari kamar pengantin mereka. Dia tidak mau menyentuh Kyoko sama sekali. Perlakuan Itsuki itu sangat melukai hati Kyoko.

End


“Bahkan menyentuhku, tak pernah di lakukan sekalipun olehnya!!” ungkap Kyoko, mengenai rasa sakit hati yang di sembunyikannya selama ini.

Ucapan Kyoko sama saja dengan membenarkan bahwa Tsubaki memang bukan anak dari Itsuki. Tsubaki bukan cucunya. Kyoko tidak takut lagi dan malah menyerang balik Sojyuro. Dia tahu kalau Sojyuro tidak menyelidiki kebenaran karna akan kerepotan kalau tahu Tsubaki bukan cucu aslinya, kan? Bagi Sojyuro, Tsubaki pasti adalah payung kala hari hujannya. Tapi, kenapa Sojyuro malah merebut segalanya darinya?!



“Tsubaki yang akan mewarisi Kogetsu-an!!” teriak Kyoko sambil mencengkeram kerah baju Sojyuro.

Sojyuro berusaha menepis tangannya, tapi Kyoko mengenggamnya begitu erat dan dengan penuh amarah, mendorong Sojyuro. Sojyuro terjatuh dan belakang kepalanya membentur sisi meja. Lilin yang di letak di lantai juga terjatuh dan mulai membakar tatami.




Kyoko berhasl merebut surat wasiat. Dan baru tersadar saat melihat darah mengucur dari belakang kepala Sojyuro. Alih-alih menyelamatkan Sojyuro, Kyoko malah keluar dari ruangan tersebut. Dia menutup pintunya tanpa sadar kalau api mulai membakar tatami.

--

Nao sedang membantu Tsubaki di dapur. Kemudian, dia pamit mau mengganti lilin sebelum makan malam. Tsubaki mengizinkan.

--


Dengan lilin, Nao pergi ke ruang teh. Tapi, ruangan sudah kosong. Sojyuro sudah tidak ada di sana. Nao langsung teringat ucapan Pak Yamaguchi waktu itu, kalau setahun sekali, usai upacara minum teh, kakek akan minum teh di ruangan Itsuki.



Karna itu, Nao bergegas menuju ruangan Itsuki. Gembok yang biasanya terpasang di pintu sudah tidak ada. Ruangan dalam keadaan terbuka. Berbekal lilin di tangannya, Nao pun masuk ke dalam ruangan.



Jedaar! Yang di dapati Nao adalah Kyoko yang sedang duduk memeluk baju Itsuki. Tapi, apa yang membuat mata Nao membelalak lebar?

Benar! Aku dengan jelas melihatnya.

Di halaman belakang yang di penuhi bunga kamelia,

Di sana berdiri seorang wanita.




Flashback

Sakura melihat tubuh Itsuki yang bersimbah darah. Dan Tsubaki yang berbalik melihatnya. Saat itu, Sakura juga berbalik. Dan di belakangnya, ada Kyoko.

End



Nao yang terkejut, langsung mundur. Tapi, kehadirannya sudah di ketahui oleh Kyoko.

--


Tsubaki masih di dapur. Pak Tomioka bertanya padanya, apakah mereka sudah bisa mengundang tamu ke ruang utama? Tsubaki mengiyakan. Dan kemudian menanyakan, apa Nao belum kembali?



Tsubaki mulai mencari Nao. Tapi, Nao tidak ada di ruang teh. Tsubaki sudah mau pergi, tapi tiba-tiba saja, matanya melihat alat penyajian teh yang ada di ruangan itu. Dia jadi teringat sesuatu di masa lalunya yang terlewatkan.


Flashback

Saat dia melihat ayahnya dan Ibu Sakura berpelukan, waktu itu, dia juga mendengar pembicaraan mereka. Yuriko bertanya pada Itsuki, apakah dia akan menjadikan Tsubaki menjadi pewaris Kogetsu-an?

“Itu niatku,” jawab Itsuki. “Tampaknya, Tsubaki memanggilnya Sakura.”

“Iya. Pasti yang lain juga mengira namanya Sakura.”


“Lebih baik begitu. Dirinya…,” ucapan selanjutnya, sudah tidak di perdengarkan lagi pada kita, para penonton.

End


Ingatan itu, membuat Tsubaki menjadi panik dan langsung pergi ke suatu tempat.

--


Para tamu mulai gelisah karna mereka belum di panggil juga untuk ke ruang utama padahal hari sudah lumayan larut. Di tambah lagi, petir dan kilat mulai menyambar.

--



Kyoko menyadari kehadiran Nao dan langsung menanyakan untuk apa dia kemari? Dengan tenang, Nao membalikan pertanyaan tersebut pada Kyoko. Untuk apa dia di sini padahal mereka melakukan jamuah teh.


Kyoko dengan santai menjawab kalau dia sedang merapikan kimono. Kalau setahun tidak di sentuh, kimono bisa rusak. Nao juga mulai bersikap lebih berani dengan melangkah masuk ke dalam ruangan sambil bertanya kalau ini adalah ruangan tuan kan? Dia dengar Tuan di tusuk dan wafat di ruangan ini. Kabarnya, dia di tusuk oleh pembuat manisan yang bekerja di sini.

“Itu dendam dunia kerja. Dia sama sekali tidak bersalah,” ujar Kyoko.

“Namun, kebanyakan orang menganggap kematiannya karna penyakit, kan? Aku mendengar hal itu dari pelanggan lama toko ini. Bahwa Tuan dan Pembuat Manisan itu sangat dekat. Dan mereka saling menyanyangi,” pancing Nao.

Ucapan Nao membuat Kyoko teringat dengan Yuriko.


Flashback

Kyoko bicara dengan Yuriko. Dan saat itu, Yuriko berujar kalau dia sudah mencintai Itsuki dari dulu.

“Kembalikanlah Itsuki-ku,” mohon Yuriko.

End


“Berisik! Berisik!” teriak Kyoko, kehilangan kendali. Dia mengambil penyangga lilin yang ada di meja dan memukulkannya ke wajah Nao, “Berani-beraninya kau katakan itu padaku?!”




Karna kejadiannya begitu mendadak, Nao tidak sempat menghindar. Tapi, walau begitu, dia tetap berusaha memandamkan api lilin agar tidak terjadi kebakaran.


Di saat yang sama, Tsubaki berjalan terburu-buru mencari Nao. Dia melewati ruangan ayahnya yang terbuka dan dari sana terdengar suara Kyoko. Makanya, Tsubaki pun masuk.



Kyoko meluapkan emosinya pada Nao. Dia sangat marah pada Itsuki yang menjalin hubungan dengan Yuriko padahal sudah punya istri sah. Walaupun kedua orang itu saling mencintai, tapi itu tetaplah hubungan yang tidak pantas. Yang membuat Kyoko semakin marah adalah karna dia mempercayai Yuriko yang handal membuat manisan.




Flashback

Kyoko memuji manisan buatan Yuriko yang indah. Yuriko tersenyum menerima pujian Kyoko yang tulus.

“Namun… ternyata wanita inilah!!”

--



Di suatu malam, Kyoko malah melihat Itsuki yang sedang memeluk Yuriko dengan erat.

End


“Yang membuat hatiku hancur berkeping-keping! Dia menghancurkan sayapku dan menjadikanku monster!!!” teriak Kyoko. “Namun, mereka berdua… tidak di beri hukuman apapun. Aku sangat membenci mereka. Dari dalam lubuk hatiku.”



Ucapan penuh kebencian Kyoko, membuat Nao teringat saat dulu, Ibunya di tangkap. Waktu itu, Kyoko yang mendesak Tsubaki untuk memberitau dia melihat Itsuki dengan siapa? Dia terus bilang siapa yang bertengkar dengan Itsuki. Dan Tsubaki yang masih kecil menunjuk ke Ibu Sakura yang memang di lihatnya bersama ayahnya di malam sebelumnya.

Dan saat Yuriko di bawa pergi, Kyoko tersenyum tipis penuh kepuasan. Sakura/Nao saat itu sempat melihat senyuman tipisnya tersebut.

--



Semua staff di dapur sibuk menyiapkan makanan. Saat itu, Jojima mencium sesuatu terbakar. Jadi, dia bertanya pada yang lain, apakah mereka menciumnya?

Bau terbakar itu berasal dari api di ruangan Sojyuro yang makin besar sementara Sojyuro masih tidak sadarkan diri di dalamnya.

--


“Itulah kenapa… itulah kenapa kau menyudutkannya?! Apa kau juga yang menusuk Tuan?” tuduh Nao.

Kyoko tampak kaget dan bersikeras menolak tuduhan Nao. Merka mulai bertengkar.



“Aku akan menuntutmu! Aku melihatmu hari itu!” ujar Nao, penuh tekad. “Aku… aku… adalah Sakura. Akulah putri dari pembuat manisan yang bernama Okura Yuriko,” ungkap Nao.


Kyoko sok terkejut, tapi kemudian, dia tertawa puas sambil bertepuk tangan. Dia sudah tahu sedari awal dan merasa sangat puas karna Nao akhirnya mengakuinya.

"Kau mendengarnya kan,” ujar Kyoko.


Ucapan Kyoko membuat Tsubaki keluar. Wajahnya menunjukkan rasa terkejutnya mengetahui Nao adalah Sakura.


Flashback

“Tampaknya, Tsubaki memanggilnya Sakura.”

“Iya. Pasti yang lain juga mengira namanya Sakura.”


“Lebih baik begitu. Aku berharap dia bisa terlepas dari kutukan toko ini dan dapat bebas membuat manisan,” ujar Itsuki pada Yuroko.

End


Nao dan Tsubaki. Keduanya saling berhadapan. Menyadari jati diri masing-masing. Tidak ada lagi kebohongan atau tipuan. Akankah Tsubaki memaafkannya?


Sayangnya, di saat itu, terdengar suara ribut-ribut dari luar kamar. Kyoko yang penasaran, pergi keluar. Dan di lorong koridor telah penuh dengan asap tebal. Abe dan Jojima berlarian ke dapur melaporkan kalau ada kebakaran di kediaman utama. Pak Yamaguchi langsung menyuruh semuanya untuk mengevakuasi para tamu keluar.

Api di ruangan Sojyuro sudah semakin membesar, tapi Sojyuro masih tidak sadarkan diri. Dan tidak ada satupun yang tahu kalau dia masih ada di dalam sana kecuali Kyoko.


Tsubaki bertanya kebenaran yang di dengarnya, apakah benar Nao adalah Sakura? Senyumnya menjadi sinis dan berharap kalau semua hanyalah kebohongan. Melihat ekspresi Tsubaki, Nao menyentuh perutnya.


“15 tahun yang lalu, apa yang terjadi di ruangan ini, aku datang untuk mencari kebenarannya. Aku yakin Mama pasti tak membunuh Tuan. Aku datang kemari, untuk membuktikan ketidakbersalahan Ibuku.”


“Kau berbohong di depan gulungan itu?” tanya Tsubaki, kecewa. “Semua… semuanya… semuanya?!!” teriaknya dan menangis. “Kenapa?!”



Permasalahan mereka masih belum usai. Tapi Pak Yamaguchi sudah datang dan memberitahu kebakaran yang terjadi. Dia juga melapor kalau semua tamu sudah di evakuasi, tapi kakek tidak ada.


“Apa kau sudah memeriksa kamarnya?”

“Asapnya terlalu tebal hingga tak bisa ku tembus,” jawab Pak Yamaguchi.

“Biar aku yang mencarinya. Kau urus bagian toko.”

Tsubaki langsung melangkahkan kaki pergi, tanpa mengatakan apapun pada Nao.


“Tsubaki!” teriak Nao.

“Cepatlah kau keluar dari sini!” perintahnya, tanpa menatap Nao.


“Aku akan menunggu. Aku akan menunggumu, Tsubaki!” ujar Nao, penuh keyakinan.


Tsubaki menatapnya sesaat sebelum pergi.

--


Para tamu sudah di evakuasi semuanya, tapi Tsubaki dan Nao masih belum kelihatan. Pak Yamaguchi menduga kalau Tsubaki masih di kediaman. Pembicaraannya dengan Jojima tersebut, kedengaran sama Shiori.


Tsubaki memang maasih di kediaman utama. Api sudah sangat besar, tapi Tsubaki tetap nekat menerobosnya, menuju kamar Kakek. Untuk memeriksa apakah kakek ada di kamar itu atau tidak.


Sementara itu, Kyoko yang sudah tahu adanya kebakaran, tidak pergi keluar melainkan pergi ke ruang teh. Dia menatap surat wasiat kakek yang berhasil di rebutnya dan tersenyum puas, “Aku pemenangnya.”



Tsubaki berteriak bertanya, apakah kakek ada di dalam sana? Saat itu, kakek sudah sadar karena atap yang mulai berjatuhan dan asap yang tebal. Dengan panik, dia berteriak meminta tolong. Teriakannya tersebut terdengar oleh Tsubaki.


Nao memegang janjinya.Dia masih tetap ada di ruangan Itsuki, menunggu Tsubaki kembali.



Tsubaki mulai kesulitan bernapas karna asap yang tebal. Dia juga mulai pingsan karna kesulitan bernafas. Di moment itu, dia melihat Sakura (Nao saat kecil), memanggilnya.


“Sakura, kamu datang untuk merebut segalanya, kan?” tanya Tsubaki pada bayangan Sakura. Dan memang itu ketakutan terbesar Tsubaki selama ini.

Aku sangat ketakutan akan tibanya hari ini.

(Tsubaki juga teringat saat Nao selalu mendukungnya menjadi penerus Kogetsu-an, di depan Kakek)

Itu juga kata-kata yang di gunakan untuk menipuku, ya.

Baginya, aku adalah musuhnya.

Namun…

Kenapa?! Mengapa dia mengatakan hal-hal yang selalu ingin ku dengar?


“Nao?” panggil Tsubaki, mengulurkan tangan, berusaha menggapai Sakura. Dan bayangan itu pun menghilang dari hadapannya.

--



Nao masih tetap di kamarnya. Dia merasa kalau Tsubaki tidak akan memaafkannya. Namun, dia sangat mencintai Tsubaki. Dia ingin mengatakan hal itu sebelum kehilangannya. Nao merasa sangat cemas dan takut, memegang perutnya. Anaknya adalah sumber dari kekuatannya untuk menghadapi yang terburuk.

--




Tsubaki sudah sangat lemas di tengah kobaran api sehingga tidak mampu bergerak sama sekali. Dan yang di ingatnya adalah Nao. Semua kenangannya dengan Nao. Senyuman Nao.

Nao… kamulah kebahagiaan pertama yang ku temukan.



Saat itu, atap yang ada di atas Tsubaki juga mulai runtuh karna kobaran api. Sementara Tsubaki tidak bisa bergerak lagi.

--


Nao mendengar suara langkah kaki yang berlari. Dia mengira yang datang adalah Tsubaki, tapi sayang, yang datang adalah Jojima. Jojima berteriak memarahi Nao karna masih ada di sini dan bukannya keluar menyelematkan diri.



“Aku tetap di sini. Aku menunggu Tsubaki,” ujar Nao, tidak mau beranjak sama sekali.

Jojima berteriak menyuruhnya keluar karna mereka tidak tahu kapan api akan mencapai ruangan ini. Tapi, tiba-tiba saja, Nao merasakan sakit luar biasa pada perutnya.Sakitnya hingga membuat Nao tidak mampu berdiri.



Takigawa yang mengikuti Jojima, sangat panik melihat Nao yang sangat kesakitan. Walau kesakitan, Nao tetap memanggil nama Tsubaki. Takigawa segera menggendongnya keluar, tidak mempedulikan walau Nao menolak keluar.

Kami semua terperangkap oleh kutukan toko ini.


Pemadam kebakaran sudah tiba dan berusaha semaksimal mungkin untuk memandamkan api.

 

1 Comments

  1. 💞💞💞💞💞💞💞💞semangat🔛🔥 lanjut💞💞💞💞💞💞💞💞💞

    ReplyDelete
Previous Post Next Post