Sinopsis Dorama
: Cursed in Love Episode
06 part 1
Hari Upacara Teh Senja,
Seluruh
staff dapur sangat sibuk menyiapkan acara yang sebentar lagi akan di siapkan.
Bahkan Tsubaki masih ada di dapur untuk menyelesaikan kue manisannya. Jojima
yang baru pertama kali mengikuti acara upacara teh senja, sampai merasa
linglung. Pak Yamaguchi yang menjeaslan padanya kalau Upacara Minum Teh Senja
adalah acara dimana para tamu duduk di tengah nuansa senja dan menantikan
matahari terbenam bersama-sama hingga malam. Intinya, ini acara mewah.
Pak
Tomioka juga memperingati Jojima untuk jangan sampai mengganggu para tamu.
Nao
yang ke dapur, melihat kue manisan yang di buat oleh Tsubaki. Kue bunga
rembulan. Sangat cantik dan juga mendetail hingga ke guratan-guratan pada
bunganya. Tsubaki menjelaskan pada Nao kalau dia menambahkan pasta kuning pada
kue tersebut dan juga bayangan-bayangan yang di ukirnya bisa membuat warna
kuning bunga semakin bersinar.
“Ku
harap, ini bisa membuat orang teringat akan cahaya terang bulan,” jelas
Tsubaki, mengenai makna filosofi manisannya.
“Kuningnya
cahaya dan bulan itu sendiri… indahnya. Manisan khas kamu banget, Tsubaki,”
puji Nao.
Tsubaki
tiba-tiba membahas mengenai manisan kunang-kunang yang Nao buat waktu itu (yang
di cicipi sama Sojyuro). Dia ingin menanyakan apakah Nao adalah Sakura atau
bukan. Tapi, Tsubaki mengurungkan niatnya bertanya.
Nao
tentu jadi penasaran karna Tsubaki tiba-tiba tidak jadi bertanya. Dan
lagi-lagi, Kyoko melihat Nao dari jendela dengan tatapan sengit.
--
Ketika
pintu utama terbuka sedikit,
Itu tanda
bahwa acara akan dimulai.
Berarti,
pintu ruangan itu (ruangan kamar Itsuki) akan terbuka.
Nao
bersama-sama para staff membawa manisan dan teh yang sudah di siapkan ke ruang
tamu. Saat melewati kamar Itsuki, Nao berhenti. Dia menatap ke pintu kamar yang
tergembok. Hari ini, dia akan masuk ke dalam kamar itu ketika Sojyuro
membukanya.
==Watashitachi
wa Douka Shiteiru==
Kyoko,
Tsubaki dan Shiori yang menghindangkan teh ke para tamu. Di antara para tamu
yang hadir ada Takigawa dan Shiori. Entah apa maksud Shiori, karna dia malah
bilang pada Nao karna sudah meminta di undang, tapi Tsubaki mengizinkannya. Nao
sama sekali tidak mempermasalahkan kehadiran Shiori. Malah sebaliknya, Nao
masih nggak enak karna masalah waktu itu.
Beberapa
tamu yang melihat mereka mengobrol, mulai bergunjing membicarakan Nao, wanita
yang sudah menghancurkan upacara pernikahan Shiori dengan Tsubaki, dulu. Mereka
juga menghina Nao yang bermuka tebal (tidak tahu malu).
Nah,
bukannya bergunjing dengan suara sangat kecil, mereka malah bergunjing hingga
Nao bisa mendengar dengan sangat jelas.
Untungnya,
Sojyuro tiba dan menghentikan gunjingan mereka. Sojyuro bahkan membalas
perkataan mereka kalau bunga sakura harus berakar tebal, karna dengan akar yang
tebal akan bisa menghasilkan bunga yang lebih indah dan banyak. Jadi, bertebal
muka adalah keharusan untuk bertahan di sini.
Kyoko
yang mendengar ucapan Sojyuro, menunjukkan jelas, raut wajah kesalnya. Di
tambah lagi, Takigawa malah mengucapkan selamat karna Kogetsu-an telah memiliki
pengantin yang berhati kuat, maka toko ini pasti sanggup terus bertahan. Waduh,
makin kesal dan iri lah Kyoko pada Nao.
--
Selesai
mengantarkan teh, Nao bergegas ke dapur. Dia memandangi kue bunga rembulan
buatan Tsubaki. Pada Jojima, Nao berujar kalau hanya Tsubaki yang bisa membuat
manisan seindah ini. Dia sendiri juga tidak akan bisa membuat yang seperti ini.
Nao
terus memandangi manisan tersebut dengan lekat. Dia berujar kalau dia ingin
mengingat semua manisan yang Tsubaki buat.
--
Para
tamu mencobai manisan bunga rembulan, dan semuanya sangat puas. Rasanya sangat
enak. Bentuknya juga cantik dan menarik!
Di
saat semua tamu puas dan memuji manisan buatan Tsubaki, Sojyuro hanya diam
tanpa memakannya sedikitpun.
--
Selesai
makan manisan, para tamu duduk di taman sembari memandangi bulan yang bersinar
terang sambil bencengkerama.
--
Nao
juga berkerja sigap. Dia akan segera menyiapkan ruangan utama. Jojima
mengikutinya karna dia merasa Nao bersikap aneh. Dengan ramah, dia menyuruh Nao
untuk tidak sungkan memberitahunya kalau ada masalah karena dia siap membantu.
Nao hanya diam dan menundukan pandangan.
“Apa
aku memang masih belum cukup?” tanya Jojima. “Ituloh, aku berutang padamu. Yang
warabi-mochi…,” ujarnya gelagapan saat melihat tatapan Nao.
“Oh
ya, terimakasih.”
Nao
tidak ingin memberitahu apapun pada Jojima. Tapi, karna Jojima tampak tulus mau
membantunya, maka Nao mengucapkan satu hal yang bisa Jojima bantu untuknya. Dia
meminta Jojima untuk memastikan, kelak Shimaya akan bangkit kembali.
Saat
itu, terlihat awan gelap mulai menutupi bulan yang indah.
--
Kyoko
ada di ruangan Sojyuro dan membongkar semua barang-barang yang ada di kamar
itu. Dia mencari surat wasiat yang Sojyuro buat.
Sayangnya,
Sojyuro sudah terlalu lama tinggal bersama menantunya tersebut, sehingga dia
sudah mengenali watak Kyoko. Dia tahu apa yang akan Kyoko lakukan, jadi dia
kembali ke kamarnya dengan sebatang lilin sebagai penerang. Dan benar saja,
Kyoko ada di ruangannya.
Kyoko
panik karna kemunculan Sojyuro tiba-tiba. Dia mau membuat berbagai alasan lagi,
tapi, Sojyuro segera mengeluarkan surat wasiat dari sakunya. Dia tahu kalau itu
yang Kyoko cari.
“Seperti
biasa, kau ini wanita yang licik. Pikirmu, kau bisa menyusup ketika sedang ada
acara minum teh? Kalau tak salah, di malam seperti ini juga, saat pertama kali
ku curigai kepribadianmu.”
Petir
mulai menyambar.
Flashback
Dulu sekali, Sojyuro pulang larut malam karna
menghadiri upacara minum teh. Karna tidak ingin menganggu orang rumah, Sojyuro
menuju kamarnya tidak melewati lorong utama tapi lewat kebun.
Dan saat itu, dia memergoki Kyoko yang sedang
berciuman dengan seorang pria. Tapi, sosok belakang pria itu bukanlah sosok
putranya, Itsuki.
End
“Dan
itulah pertama kalinya, kulihat manusia laksana monster!” ujar Sojyuro seraya
meletakkan lilin di lantai. “Bukankah Tsubaki mirip dengan pria itu?”
Kyoko
tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Dia beneran takut dan panik hingga
akhirnya nekat mau merebut surat wasiat itu dari Sojyuro. Walau sudah tua,
Sojyuro masih mempunyai sedikit tenaga untuk menjatuhkan Kyoko ke lantai.
“Mengapa
kau mengkhianatiku?!” teriaknya. “Akulah yang pertama kali menyambutmu dan
menerimamu di rumah ini! Itulah kenapa, aku tak mengusirmu. Kau berasal dari
keluarga besar Kaga, dan putri dari Ootori, yang cantik dan kepandaiannya bagai
kupu-kupu! Ku kira kau akan menjadi Nyonya yang pantas untuk Kogetsu-an! Namun,
kau bukanlah kupu-kupu. Kau hanyalah ular iblis yang menyusup ke toko ini!!!”
Kyoko
berusaha menahan emosinya, “Memangnya… siapa yang membuatku jadi begini?! 25
tahun lalu, aku menikah dengan keluarga ini, penuh harapan dan impian! Kukira
aku akan di cintai Itsuki dan menjalani hari penuh bahagia bersamanya. Itulah
kenapa aku persembahkan seumur hidupku padanya. Aku berikrar dalam hatiku. Akan
tetapi… Itsuki tidak pernah… mencintaiku sekalipun!”
Flashback
Di hari pertama pernikahan mereka, alih-alih
menenani Kyoko, Itsuki malah keluar dari kamar pengantin mereka. Dia tidak mau
menyentuh Kyoko sama sekali. Perlakuan Itsuki itu sangat melukai hati Kyoko.
End
“Bahkan
menyentuhku, tak pernah di lakukan sekalipun olehnya!!” ungkap Kyoko, mengenai
rasa sakit hati yang di sembunyikannya selama ini.
Ucapan
Kyoko sama saja dengan membenarkan bahwa Tsubaki memang bukan anak dari Itsuki.
Tsubaki bukan cucunya. Kyoko tidak takut lagi dan malah menyerang balik
Sojyuro. Dia tahu kalau Sojyuro tidak menyelidiki kebenaran karna akan
kerepotan kalau tahu Tsubaki bukan cucu aslinya, kan? Bagi Sojyuro, Tsubaki
pasti adalah payung kala hari hujannya. Tapi, kenapa Sojyuro malah merebut
segalanya darinya?!
“Tsubaki
yang akan mewarisi Kogetsu-an!!” teriak Kyoko sambil mencengkeram kerah baju
Sojyuro.
Sojyuro
berusaha menepis tangannya, tapi Kyoko mengenggamnya begitu erat dan dengan
penuh amarah, mendorong Sojyuro. Sojyuro terjatuh dan belakang kepalanya
membentur sisi meja. Lilin yang di letak di lantai juga terjatuh dan mulai
membakar tatami.
Kyoko
berhasl merebut surat wasiat. Dan baru tersadar saat melihat darah mengucur
dari belakang kepala Sojyuro. Alih-alih menyelamatkan Sojyuro, Kyoko malah
keluar dari ruangan tersebut. Dia menutup pintunya tanpa sadar kalau api mulai
membakar tatami.
--
Nao
sedang membantu Tsubaki di dapur. Kemudian, dia pamit mau mengganti lilin
sebelum makan malam. Tsubaki mengizinkan.
--
Dengan
lilin, Nao pergi ke ruang teh. Tapi, ruangan sudah kosong. Sojyuro sudah tidak
ada di sana. Nao langsung teringat ucapan Pak Yamaguchi waktu itu, kalau
setahun sekali, usai upacara minum teh, kakek akan minum teh di ruangan Itsuki.
Karna
itu, Nao bergegas menuju ruangan Itsuki. Gembok yang biasanya terpasang di pintu
sudah tidak ada. Ruangan dalam keadaan terbuka. Berbekal lilin di tangannya,
Nao pun masuk ke dalam ruangan.
Jedaar! Yang di dapati Nao adalah
Kyoko yang sedang duduk memeluk baju Itsuki. Tapi, apa yang membuat mata Nao
membelalak lebar?
Benar! Aku
dengan jelas melihatnya.
Di halaman
belakang yang di penuhi bunga kamelia,
Di sana
berdiri seorang wanita.
Flashback
Sakura melihat tubuh Itsuki yang bersimbah
darah. Dan Tsubaki yang berbalik melihatnya. Saat itu, Sakura juga berbalik.
Dan di belakangnya, ada Kyoko.
End
Nao
yang terkejut, langsung mundur. Tapi, kehadirannya sudah di ketahui oleh Kyoko.
--
Tsubaki
masih di dapur. Pak Tomioka bertanya padanya, apakah mereka sudah bisa
mengundang tamu ke ruang utama? Tsubaki mengiyakan. Dan kemudian menanyakan, apa
Nao belum kembali?
Tsubaki
mulai mencari Nao. Tapi, Nao tidak ada di ruang teh. Tsubaki sudah mau pergi,
tapi tiba-tiba saja, matanya melihat alat penyajian teh yang ada di ruangan
itu. Dia jadi teringat sesuatu di masa lalunya yang terlewatkan.
Flashback
Saat dia melihat ayahnya dan Ibu Sakura
berpelukan, waktu itu, dia juga mendengar pembicaraan mereka. Yuriko bertanya
pada Itsuki, apakah dia akan menjadikan Tsubaki menjadi pewaris Kogetsu-an?
“Itu niatku,” jawab Itsuki. “Tampaknya,
Tsubaki memanggilnya Sakura.”
“Iya. Pasti yang lain juga mengira namanya
Sakura.”
“Lebih baik begitu. Dirinya…,” ucapan
selanjutnya, sudah tidak di perdengarkan lagi pada kita, para penonton.
End
Ingatan
itu, membuat Tsubaki menjadi panik dan langsung pergi ke suatu tempat.
--
Para
tamu mulai gelisah karna mereka belum di panggil juga untuk ke ruang utama
padahal hari sudah lumayan larut. Di tambah lagi, petir dan kilat mulai
menyambar.
--
Kyoko
menyadari kehadiran Nao dan langsung menanyakan untuk apa dia kemari? Dengan
tenang, Nao membalikan pertanyaan tersebut pada Kyoko. Untuk apa dia di sini
padahal mereka melakukan jamuah teh.
Kyoko
dengan santai menjawab kalau dia sedang merapikan kimono. Kalau setahun tidak
di sentuh, kimono bisa rusak. Nao juga mulai bersikap lebih berani dengan
melangkah masuk ke dalam ruangan sambil bertanya kalau ini adalah ruangan tuan
kan? Dia dengar Tuan di tusuk dan wafat di ruangan ini. Kabarnya, dia di tusuk
oleh pembuat manisan yang bekerja di sini.
“Itu
dendam dunia kerja. Dia sama sekali tidak bersalah,” ujar Kyoko.
“Namun,
kebanyakan orang menganggap kematiannya karna penyakit, kan? Aku mendengar hal
itu dari pelanggan lama toko ini. Bahwa Tuan dan Pembuat Manisan itu sangat
dekat. Dan mereka saling menyanyangi,” pancing Nao.
Ucapan
Nao membuat Kyoko teringat dengan Yuriko.
Flashback
Kyoko bicara dengan Yuriko. Dan saat itu,
Yuriko berujar kalau dia sudah mencintai Itsuki dari dulu.
“Kembalikanlah Itsuki-ku,” mohon Yuriko.
End
“Berisik!
Berisik!” teriak Kyoko, kehilangan kendali. Dia mengambil penyangga lilin yang
ada di meja dan memukulkannya ke wajah Nao, “Berani-beraninya kau katakan itu
padaku?!”
Karna
kejadiannya begitu mendadak, Nao tidak sempat menghindar. Tapi, walau begitu,
dia tetap berusaha memandamkan api lilin agar tidak terjadi kebakaran.
Di
saat yang sama, Tsubaki berjalan terburu-buru mencari Nao. Dia melewati ruangan
ayahnya yang terbuka dan dari sana terdengar suara Kyoko. Makanya, Tsubaki pun
masuk.
Kyoko
meluapkan emosinya pada Nao. Dia sangat marah pada Itsuki yang menjalin
hubungan dengan Yuriko padahal sudah punya istri sah. Walaupun kedua orang itu
saling mencintai, tapi itu tetaplah hubungan yang tidak pantas. Yang membuat
Kyoko semakin marah adalah karna dia mempercayai Yuriko yang handal membuat
manisan.
Flashback
Kyoko memuji manisan buatan Yuriko yang indah.
Yuriko tersenyum menerima pujian Kyoko yang tulus.
“Namun…
ternyata wanita inilah!!”
--
Di suatu malam, Kyoko malah melihat Itsuki
yang sedang memeluk Yuriko dengan erat.
End
“Yang
membuat hatiku hancur berkeping-keping! Dia menghancurkan sayapku dan
menjadikanku monster!!!” teriak Kyoko. “Namun, mereka berdua… tidak di beri
hukuman apapun. Aku sangat membenci mereka. Dari dalam lubuk hatiku.”
Ucapan
penuh kebencian Kyoko, membuat Nao teringat saat dulu, Ibunya di tangkap. Waktu
itu, Kyoko yang mendesak Tsubaki untuk memberitau dia melihat Itsuki dengan
siapa? Dia terus bilang siapa yang bertengkar dengan Itsuki. Dan Tsubaki yang
masih kecil menunjuk ke Ibu Sakura yang memang di lihatnya bersama ayahnya di
malam sebelumnya.
Dan
saat Yuriko di bawa pergi, Kyoko tersenyum tipis penuh kepuasan. Sakura/Nao
saat itu sempat melihat senyuman tipisnya tersebut.
--
Semua
staff di dapur sibuk menyiapkan makanan. Saat itu, Jojima mencium sesuatu
terbakar. Jadi, dia bertanya pada yang lain, apakah mereka menciumnya?
Bau
terbakar itu berasal dari api di ruangan Sojyuro yang makin besar sementara
Sojyuro masih tidak sadarkan diri di dalamnya.
--
“Itulah
kenapa… itulah kenapa kau menyudutkannya?! Apa kau juga yang menusuk Tuan?”
tuduh Nao.
Kyoko
tampak kaget dan bersikeras menolak tuduhan Nao. Merka mulai bertengkar.
“Aku
akan menuntutmu! Aku melihatmu hari itu!” ujar Nao, penuh tekad. “Aku… aku…
adalah Sakura. Akulah putri dari pembuat manisan yang bernama Okura Yuriko,”
ungkap Nao.
Kyoko
sok terkejut, tapi kemudian, dia tertawa puas sambil bertepuk tangan. Dia sudah
tahu sedari awal dan merasa sangat puas karna Nao akhirnya mengakuinya.
"Kau
mendengarnya kan,” ujar Kyoko.
Ucapan
Kyoko membuat Tsubaki keluar. Wajahnya menunjukkan rasa terkejutnya mengetahui
Nao adalah Sakura.
Flashback
“Tampaknya, Tsubaki memanggilnya Sakura.”
“Iya. Pasti yang lain juga mengira namanya
Sakura.”
“Lebih baik begitu. Aku berharap dia bisa
terlepas dari kutukan toko ini dan dapat bebas membuat manisan,” ujar Itsuki
pada Yuroko.
End
Nao
dan Tsubaki. Keduanya saling berhadapan. Menyadari jati diri masing-masing.
Tidak ada lagi kebohongan atau tipuan. Akankah Tsubaki memaafkannya?
Sayangnya,
di saat itu, terdengar suara ribut-ribut dari luar kamar. Kyoko yang penasaran,
pergi keluar. Dan di lorong koridor telah penuh dengan asap tebal. Abe dan
Jojima berlarian ke dapur melaporkan kalau ada kebakaran di kediaman utama. Pak
Yamaguchi langsung menyuruh semuanya untuk mengevakuasi para tamu keluar.
Api
di ruangan Sojyuro sudah semakin membesar, tapi Sojyuro masih tidak sadarkan
diri. Dan tidak ada satupun yang tahu kalau dia masih ada di dalam sana kecuali
Kyoko.
Tsubaki
bertanya kebenaran yang di dengarnya, apakah benar Nao adalah Sakura? Senyumnya
menjadi sinis dan berharap kalau semua hanyalah kebohongan. Melihat ekspresi
Tsubaki, Nao menyentuh perutnya.
“15
tahun yang lalu, apa yang terjadi di ruangan ini, aku datang untuk mencari
kebenarannya. Aku yakin Mama pasti tak membunuh Tuan. Aku datang kemari, untuk
membuktikan ketidakbersalahan Ibuku.”
“Kau
berbohong di depan gulungan itu?” tanya Tsubaki, kecewa. “Semua… semuanya…
semuanya?!!” teriaknya dan menangis. “Kenapa?!”
Permasalahan
mereka masih belum usai. Tapi Pak Yamaguchi sudah datang dan memberitahu
kebakaran yang terjadi. Dia juga melapor kalau semua tamu sudah di evakuasi,
tapi kakek tidak ada.
“Apa
kau sudah memeriksa kamarnya?”
“Asapnya
terlalu tebal hingga tak bisa ku tembus,” jawab Pak Yamaguchi.
“Biar
aku yang mencarinya. Kau urus bagian toko.”
Tsubaki
langsung melangkahkan kaki pergi, tanpa mengatakan apapun pada Nao.
“Tsubaki!”
teriak Nao.
“Cepatlah
kau keluar dari sini!” perintahnya, tanpa menatap Nao.
“Aku
akan menunggu. Aku akan menunggumu, Tsubaki!” ujar Nao, penuh keyakinan.
Tsubaki
menatapnya sesaat sebelum pergi.
--
Para
tamu sudah di evakuasi semuanya, tapi Tsubaki dan Nao masih belum kelihatan.
Pak Yamaguchi menduga kalau Tsubaki masih di kediaman. Pembicaraannya dengan
Jojima tersebut, kedengaran sama Shiori.
Tsubaki
memang maasih di kediaman utama. Api sudah sangat besar, tapi Tsubaki tetap
nekat menerobosnya, menuju kamar Kakek. Untuk memeriksa apakah kakek ada di
kamar itu atau tidak.
Sementara
itu, Kyoko yang sudah tahu adanya kebakaran, tidak pergi keluar melainkan pergi
ke ruang teh. Dia menatap surat wasiat kakek yang berhasil di rebutnya dan
tersenyum puas, “Aku pemenangnya.”
Tsubaki
berteriak bertanya, apakah kakek ada di dalam sana? Saat itu, kakek sudah sadar
karena atap yang mulai berjatuhan dan asap yang tebal. Dengan panik, dia
berteriak meminta tolong. Teriakannya tersebut terdengar oleh Tsubaki.
Nao
memegang janjinya.Dia masih tetap ada di ruangan Itsuki, menunggu Tsubaki
kembali.
Tsubaki
mulai kesulitan bernapas karna asap yang tebal. Dia juga mulai pingsan karna
kesulitan bernafas. Di moment itu, dia melihat Sakura (Nao saat kecil),
memanggilnya.
“Sakura,
kamu datang untuk merebut segalanya, kan?” tanya Tsubaki pada bayangan Sakura.
Dan memang itu ketakutan terbesar Tsubaki selama ini.
Aku sangat ketakutan akan tibanya hari ini.
(Tsubaki
juga teringat saat Nao selalu mendukungnya menjadi penerus Kogetsu-an, di depan
Kakek)
Itu juga kata-kata yang di gunakan untuk menipuku, ya.
Baginya, aku adalah musuhnya.
Namun…
Kenapa?! Mengapa dia mengatakan hal-hal yang selalu ingin ku dengar?
“Nao?”
panggil Tsubaki, mengulurkan tangan, berusaha menggapai Sakura. Dan bayangan
itu pun menghilang dari hadapannya.
--
Nao
masih tetap di kamarnya. Dia merasa kalau Tsubaki tidak akan memaafkannya.
Namun, dia sangat mencintai Tsubaki. Dia ingin mengatakan hal itu sebelum
kehilangannya. Nao merasa sangat cemas dan takut, memegang perutnya. Anaknya
adalah sumber dari kekuatannya untuk menghadapi yang terburuk.
--
Tsubaki
sudah sangat lemas di tengah kobaran api sehingga tidak mampu bergerak sama
sekali. Dan yang di ingatnya adalah Nao. Semua kenangannya dengan Nao. Senyuman
Nao.
Nao… kamulah kebahagiaan pertama yang ku temukan.
Saat
itu, atap yang ada di atas Tsubaki juga mulai runtuh karna kobaran api.
Sementara Tsubaki tidak bisa bergerak lagi.
--
Nao
mendengar suara langkah kaki yang berlari. Dia mengira yang datang adalah
Tsubaki, tapi sayang, yang datang adalah Jojima. Jojima berteriak memarahi Nao
karna masih ada di sini dan bukannya keluar menyelematkan diri.
“Aku
tetap di sini. Aku menunggu Tsubaki,” ujar Nao, tidak mau beranjak sama sekali.
Jojima
berteriak menyuruhnya keluar karna mereka tidak tahu kapan api akan mencapai
ruangan ini. Tapi, tiba-tiba saja, Nao merasakan sakit luar biasa pada
perutnya.Sakitnya hingga membuat Nao tidak mampu berdiri.
Takigawa
yang mengikuti Jojima, sangat panik melihat Nao yang sangat kesakitan. Walau
kesakitan, Nao tetap memanggil nama Tsubaki. Takigawa segera menggendongnya
keluar, tidak mempedulikan walau Nao menolak keluar.
Kami semua
terperangkap oleh kutukan toko ini.
Pemadam
kebakaran sudah tiba dan berusaha semaksimal mungkin untuk memandamkan api.
💞💞💞💞💞💞💞💞semangat🔛🔥 lanjut💞💞💞💞💞💞💞💞💞
ReplyDelete