Original
Network : tvN
"Nama, Nam Ji A, Tanggal
Lahir, 3 Maret 1991"
"Tanggal Kematian: Hari
ini"
"Bab 14, Jalan Buntu"
Ji A meminta maaf dan menjelaskan bahwa saat
dia masuk ke dalam ruangan, tiba- tiba dia merasa kehilangan kendali atas
tubuhnya sendiri. Dan Lee Yeon mengerti, serta dengan lembut dia mengelus
kepala Ji A dan memuji bahwa Ji A sudah melakukan nya dengan baik.
“Mari
bergegas. Setidaknya agar aku bisa menjadi diriku sendiri tepat sebelum
semuanya berakhir. Aku ingin mendampingimu,” kata Ji A, bertekad.
“Mari kita akhiri ini. Mari kita akhiri pertarungan melelahkan ini,” balas Lee Yeon, setuju.
Imoogi Tery
berjalan di jalanan, dan setiap orang yang berjalan serta menyentuh nya jatuh
tidak sadarkan diri.
Melihat
kejadian itu, Yoo Ri merasa sangat terkejut dan ngeri.
Imoogi
kemudian masuk kembali ke dalam mobil. Dan dia menyuruh Yoo Ri untuk jalan.
Lalu dia menutup matanya dan beristirahat.
“Kenapa kamu
melakukan ini? Apakah menyenangkan menimbulkan kekacauan di dunia?” tanya Yoo
Ri, penasaran.
“Tidak.
Sejujurnya, aku lebih suka membaca buku,” jawab Imoogi. “Tapi aku ingin Lee
Yeon mati,” jelasnya.
Mendengar
itu, Yoo Ri mendengus geli, karena Lee Yeon pasti tetap tidak akan menyerah. Dan
Imoogi mengerti, Lee Yeon tidak pernah berhenti bertarung melawannya dan
menentang takdir. Jadi dia melakukan ini. Dan mereka berdua sudah tidak akan
bisa mundur lagi sekarang, karena mereka sama- sama sudah melewati batas.
Lee Yeon dan
Ji A keluar dari ruangan. Dengan perhatian, Lee Rang menanyai, apakah Lee Yeon
ada terluka. Lalu dia mengomeli Lee Yeon. Dan Shin Joo menghentikan Lee Rang,
sebab mereka akan memulai rapat kembali.
“Jadi,
bisakah kamu mendapatkan jawabanmu?” tanya Hye Ja, ke inti persoalan. Dan Lee
Yeon, mengiyakan.
“Apa
jawabannya?” tanya Lee Rang.
“Kunci.
Imoogi butuh melompat dari tubuh ke tubuh,” jawab Lee Yeon.
Lee Yeon
kemudian menceritakan rencananya, dia ingin mengubur Imoogi selama nya agar
Imoogi tidak pernah muncul lagi.
Taluipa
mengancam Hyeonuiong supaya jangan pergi. Dan Hyeonuiong pun berhenti serta
berbalik menatap ke arahnya.
“Apa ruginya
bagiku?” tanya Hyeonuiong, bersikap acuh.
“Penjaga
Sungai Samdo, kekuatan yang hampir menyamai Tuhan, dan kehidupan abadi. Aku
memberimu semua itu!” bentak Taluipa.
“Tapi bukan
itu yang kuinginkan. Aku menginginkan istri dan putraku. Sayang, tapi hidup
bersamamu selamanya sekarang adalah hukuman terbesarku,” balas Hyeonuiong. Lalu
dia membuka pintu dan berjalan pergi.
Walaupun
Taluipa meneriakinya untuk berhenti, Hyeonuiong tetap pergi.
Ketika Team
Leader Choi pulang ke kantor, dia duduk dengan lemas ditempatnya. Melihat itu,
rekan Kim dan rekan Pyo pun menanyai, apa ada yang terjadi.
Rekan Pyo
kemudian menelpon Ji A, dan menceritakan apa yang baru saja terjadi dikantor
polisi. Seorang polisi mati karena serangan jantung, tapi anehnya tubuh polisi
tersebut penuh dengan bintik- bintik merah, dan dia mengeluarkan sebutir telur
dari mulutnya.
“Mereka
masih bersama bosmu?” tanya Lee Yeon, saat mendengar pembicaraan antara Ji A
dan rekan Pyo.
“Di mana kamu sekarang?” tanya Ji A dengan cepat kepada rekan Pyo. Dan ternyata Team Leader Choi masih berada dikantor. “Teman-teman, menjauhlah darinya sekarang,” katanya, memperingatkan.
Setelah Ji A
selesai berteponan, Lee Rang menunjukkan kepada Lee Yeon, artikel tentang
polisi yang meninggal secara misterius barusan. Dan jumlah korban yang tewas
karena penyakit aneh itu meningkat drastis. Melihat itu, Lee Yeon pun segera
ingin pergi ke sana. Dan dia menyuruh Ji A untuk pulang duluan saja, juga
biarkan salah satu dari Shin Joo atau Lee Rang mengantarkan nya nanti.
Dalam
perjalanan. Lee Yeon mendapatkan telpon dari Hyeonuiong yang memberitahu kan
tentang rencana Taluipa mengubah tanggal kematian Ji A.
Ji A tiba-
tiba teringat sesuatu. Kejadian yang terjadi sekarang, persis seperti
peringatan Imoogi. Saat itu Imoogi bilang bahwa ia akan menyebarkan virus dan
membunuh semua orang yang berharga bagi nya. Lalu dia teringat akan kedua orang
tua nya dan merasa khawatir.
“Aku akan
memeriksa mereka. Pergi dan tunggulah Pak Lee,” kata Shin Joo, menenangkan Ji
A. “Jangan khawatir. Pak Lee Rang, tolong antar dia pulang,” pintanya. Lalu dia
pergi duluan.
Dengan
canggung, Lee Rang dan Ji A saling bertatapan. Lalu mereka mulai saling sindir
menyindir lagi. Lee Rang menyuruh Ji A untuk meminta dengan sopan kepadanya.
Dan Ji A menolak, sebab dia lebih baik mati. Dan Lee Rang pun tidak peduli.
“Mari jalani
hidup masing-masing,” kata Ji A dengan ketus. Dan Lee Rang setuju. Lalu mereka
pun berpisah jalan.
“Dia sangat keras kepala,” keluh Lee Rang. “Aku benar-benar tidak mengerti apa yang Yeon sukai darinya,” gumamnya.
Saat lampu
penyebrangan sudah menjadi hijau, Ji A dan seorang Ibu yang sedang mengendong
bayi kecil dipunggungnya berjalan lewat. Disaat itu, boneka milik si bayi
terjatuh, dan Ji A pun memungutnya. Lalu sebuah truk besar, rem nya tiba- tiba
saja rusak, sehingga dia tidak bisa berhenti. Dan truk tersebut melaju menuju
ke arah Ji A.
Lee Rang
yang mengikuti Ji A secara diam- diam, merasa terkejut melihat itu.
Taluipa
memijit dahinya.
Hyeonuiong
muncul tepat disaat itu. Dia menghentikan truk besar yang melaju ke arah Ji A.
Dan melihatnya, Ji A merasa bingung.
“Untungnya,
aku tiba tepat waktu. Kamu yakin tidak terluka?” tanya Hyeonuiong dengan
perhatian. Dan Ji A mengiyakan.
“Penjaga
Sungai Samdo terlibat dalam hal ini?” gumam Lee Rang, heran. “Sepertinya
sebentar lagi akan ada kejadian besar,” tebaknya. Lalu diapun pergi.
Lee Yeon
datang menemui Taluipa. Dan Taluipa mengingatkannya untuk memilih kata- kata
dengan bijak, karena dia juga sedang bad mood.
“Kamu
mempermainkan daftarnya? Kamu mengabaikanku dan melakukan sesuatu walaupun kamu
tidak akan bisa memaafkan dirimu? Kamu memilih untuk melakukan itu?” tanya Lee
Yeon, langsung ke intinya.
“Apa pun
perkataanmu, aku tidak akan membatalkan apa yang kutulis,” balas Taluipa dengan
tegas.
“Kenapa
tidak membunuh pria yang menyebarkan wabah itu? Kenapa Ji A?” tanya Lee Yeon,
berteriak emosi.
“Kamu sudah
tahu kamu tidak bisa membunuhnya dengan pedang,” jawab Taluipa. Dan Lee Yeon
tahu itu benar. “Masalahnya adalah apa yang hidup di dalam tubuh gadis itu.
Kita harus menghancurkan itu untuk menghancurkan yang satunya. Untuk melakukan
itu, gadis itu harus mati.”
Lee Yeon
tidak peduli. Dengan keras kepala, dia menyuruh Taluipa untuk mengembalikan
daftarnya ke semula. Dan Taluipa menolak.
Lee Yeon
kemudian mengeluarkan pedang nya dan siap untuk menyerang Taluipa. Dan Taluipa
mengizinkan Lee Yeon untuk melakukannya.
Hyeonuiong
menceritakan semuanya kepada Ji A dan meminta maaf. Tapi Ji A mengerti, lagian
Hyeonuiong telah menyelamatkannya. Dan Hyeonuiong menjelaskan bahwa dia hanya
bisa melakukan ini saja. Juga Lee Yeon sekarang sedang pergi menemui Taluipa.
“Akankah dia
baik-baik saja?” tanya Ji A, khawatir.
“Entahlah,”
jawab Hyeonuiong, tidak tahu. “Begitu istriku meyakini dia benar, dia tidak
pernah berubah pikiran. Dan Yeon tahu itu.”
Lee Yeon
menaruh pedang nya diatas meja. Dia mencoba bernegosiasi dengan Taluipa. Dia
mengizinkan Taluipa untuk mencabut nyawanya menggunakan pedang ini, tapi dia
meminta Taluipa untuk memberikannya waktu tiga hari. Jika dia tidak bisa
menangkap Imoogi dalam tiga hari, maka dia siap mati. Dan Taluipa menolak,
karena situasi sudah lepas kendali.
“Aku punya sisiknya,”
kata Lee Yeon, sambil menunjukkan sisik yang didapat nya. “Aku bisa
menangkapnya! Aku bisa menangkap Imoogi!” pintanya, bersikeras.
“Menurutmu
berapa nyawa lagi yang akan dia cabut dalam tiga hari itu? Nyawa mereka sama
pentingnya dengan nyawa yang ingin kamu selamatkan,” balas Taluipa, membentak.
Dengan putus
asa, Lee Yeon berlutut dihadapan Taluipa dan memohon. Dia meminta Taluipa untuk
jangan membunuh Ji A, dan dia bersedia menuruti semua perkataan Taluipa. Tapi
Taluipa tetap menolak serta menyuruh Lee Yeon untuk lebih baik melawannya saja
seperti biasa.
“Kumohon,”
pinta Lee Yeon, memelas.
“Berdiri.
Aku tidak akan memulai ini jika hendak berubah pikiran,” jelas Taluipa, tetap
menolak.
“Kenapa kamu
tega melakukan ini kepadaku?” tanya Lee Yeon.
“Aku
kehilangan putra dan suamiku, jadi, aku bisa berbuat lebih buruk. Sekalipun itu
berarti akhirnya aku akan kehilanganmu,” balas Taluipa dengan sikap keras.
“Kamu akan
menyesali ini, Nenek,” tegas Lee Yeon sambil menatap Taluipa dengan tajam.
Ji A merasa
sangat bersalah. Jika bukan karena dirinya, maka Lee Yeon pasti masih hidup
sebagai roh gunung. Dan dia menyesal telah dilahirkan ke dunia. Mendengar itu,
Hyeonuiong menghibur Ji A, karena ini bukan kesalahan Ji A, jadi Ji A tidak
perlu membenci diri sendiri. Tapi Ji A tetap saja merasa bersalah.
“Kami
mungkin makhluk abadi, tapi kami seperti manusia. Kenangan indah dan
berhargalah yang membuat kami bertahan,” jelas Hyeonuiong, bercerita. “Bagiku,
kenangan putraku. Bagi Pengantin Siput, kenangan suaminya yang manis. Dan Yeon
bisa bertahan hidup berkat dirimu.”
“Imoogi
memberitahuku bahwa pada akhirnya aku akan membunuh Yeon dengan kedua
tanganku,” kata Ji A, takut.
“Karena itulah kamu dan Yeon berusaha keras untuk melindungi satu sama lain,” balas Hyeonuiong.
Dari malam
sampai pagi, Lee Yeon duduk merenung didepan kantor akhirat.
Lee Yeon : “Aku dikelilingi
jalan buntu.”
Tepat
sebelum, Lee Yeon berniat untuk pergi. Taluipa keluar dari dalam kantor sambil
merokok. Dia menceritakan bahwa dia sudah mencoba segala cara untuk berhenti
dari ini, tapi dia tetap tidak bisa berhenti. Intinya, tidak peduli sekeras
apapun Lee Yeon berusaha, akhirnya akan tetap sama. Ntah Lee Yeon atau Ji A
yang akan selamat.
Mendengar
itu, Lee Yeon memejamkan matanya dengan erat, seolah merasa sakit.
Saat Lee
Rang bangun, tubuhnya dipenuhi dengan stiker mainan. Dan ketika dia keluar dari
kamar, seluruh lantai penuh dengan mainan yang berserakan. Lalu Soo Ho muncul
dengan hidung berair.
“Hei, Nak.
Lakukan sesuatu dengan hidungmu yang berair saat bersamaku. Perutku lemah,”
komentar Lee Rang, agak jijik. Dan Soo Ho langsung menlap hidungnya menggunakan
lengan bajunya. Melihat itu, Lee Rang menghela nafas lelah. “Sudah berapa lama
kamu memakai itu? Sudahkah kamu mencucinya?” tanyanya. Dan Soo Ho menggelengkan
kepalanya.
Lee Rang
kemudian memberikan kartu kreditnya. Dan dia menyuruh Soo Ho untuk membeli baju
baru. Karena dia sangat sensitif soal kebersihan. Lalu dia masuk ke dalam kamar
mandi. Dan Soo Ho berjongkok didepan pintu sambil tersenyum nakal.
“Stiker apa
ini? Habislah kamu saat aku keluar!” teriak Lee Rang, kesal. Dan Soo Ho semakin
tertawa.
Ayah Nam dan
Ibu Nam duduk menikmati pemandangan dihalaman rumah. Dan Ibu Nam bertanya-
tanya, dimana mereka selama waktu mereka menghilang itu, karena dia hanya tahu
bahwa pada saat itu dia sedang tertidur. Dan Ayah Nam berkomentar bahwa ini
mengingatkannya pada Pulau Lo. Ada cerita, seorang Nelayan disana tidak sengaja
berakhir disebuah pulau fantasi, dan ketika dia menyadari, 100 tahun telah berlalu.
Shin Joo
yang parkir didepan rumah, mendengarkan semua pembicaraan itu. Lalu dia menatap
cincin lamaran yang telah dibelinya untuk Yoo Ri.
Lee Rang
sangat ingin sekali memakan naengmyeon. Dan dia jadi teringat akan Yoo Ri.
Mendengar itu, dengan polos, Soo Ho menanyai, kenapa Lee Rang hanya berpikir
saja tapi tidak bertindak.
“Karena
begitu aku selesai berpikir, Yeon akan kehilangan sesuatu,” kata Lee Rang
dengan pelan.
Flash back
Dicafe. Lee
Yeon mengatakan bahwa dia membutuhkan Lee Rang. Jika terjadi sesuatu pada
dirinya, dia ingin Lee Rang mengakhiri ini sendiri. Dia ingin Lee Rang menjadi
senjata terakhirnya. Dan Lee Rang menolak, ntah Imoogi menghancurkan dunia atau
membunuh Ji A, dia tidak peduli. Karena apa yang ingin mereka lindungi adalah hal
yang berbeda.
“Rang,”
pinta Lee Yeon.
“Kamu harus
melindunginya. Aku akan membebaskan Yoo Ri dan menyelamatkanmu,” balas Lee Rang
dengan tegas.
Flash back
Lee Rang
tersenyum mengingat itu. Lalu dia pamit pada Soo Ho. “Jaga apartemen ini,
Geomdoong.”
“Kenapa aku
Geomdoong?” tanya Soo Ho, heran. Tapi Lee Rang tidak menjawab dan berjalan
pergi.
Saat Team
Leader Choi datang ke restoran, dengan perhatian, Hye Ja menanyai, apakah dia
baik- baik saja. Dan Team Leader Choi mengiyakan sambil tertawa. Mengetahui
itu, Hye Ja merasa lega dan tertawa juga.
Rekan Kim
dan rekan Pyo berjalan bersama sambil mengobrol. Tujuh polisi dibawa ke rumah
sakit pagi ini, tapi Team Leader Choi masih baik- baik saja. Jadi ada
kemungkinan bahwa mereka juga akan baik- baik saja.
Ketika Team
Leader Choi makan, Hye Ja memperhatikannya. Lau tiba- tiba Team Leader Choi
tampak tidak sehat. Tubuhnya sangat dingin sekali. Dan ketika Hye Ja
memeriksanya, seluruh tubuhnya di penuhi dengan bintik merah. Lalu dari
mulutnya keluar sebutir telur putih kecil dengan sedikit darah.
Diruangan
edit, seorang karyawan mengalami hal yang sama seperti Team Leader Choi, dan
dia berada dalam keadaan tidak sadarkan diri.
“Hei.
Panggil ambulans. Aku akan mencari bantuan,” kata rekan Kim dengan panik. Lalu
dia berlari pergi.
Saat
berlari, rekan Kim tiba- tiba saja berhenti. Karena dihadapannya, dia menemukan
ada dua karyawan yang mengalami hal serupa. Lalu ketika dia memeriksa di
ruangan lain, dia juga menemukan hal yang serupa.
Banyak orang yang mati karena penyakit aneh
ini. Dan banyak juga yang sudah tertular, tapi tidak sadar.
Saat Ji A
mendapatkan kabar dari rekannya, dia merasa sangat kaget. Lalu dia menyalakan
TV dan menonton berita.
Reporter Berita :“Berita terbaru. Orang-orang tewas karena alasan yang tidak diketahui dalam jumlah banyak. Kematian pertama dengan alasan serupa terjadi baru dua hari lalu. Diduga itu penyakit yang sangat mematikan, dan sangat mudah menular. Semua korban memiliki bintik-bintik merah di sekujur tubuh mereka. Menurut laporan autopsi korban pertama, organnya menunjukkan tanda-tanda luka fatal seolah-olah diserang hewan liar.”