Sinopsis
C-Drama : The Little Nyonya E07
Dengan
tubuhnya, Yosuke berusaha melindungi Juxiang. Tapi, orang-orang itu bukan hanya
melempar botol tinta tapi juga memaki Yosuke dan Juxiang. Mereka memarahi
Juxiang karena sudah menikahi orang yang membunuh begitu banyak kaum mereka
(Jepang yang membunuh orang Tionghoa).
“Aku
tak membunuh siapapun!” ujar Yosuke.
Percuma.
Semua tetap menganggapnya sama saja seperti orang Jepang lainnya yang sudah
membunuh orang Tionghoa. Salah seorang bahkan mengambil batu bata dan
memukulkannya pada kepala Yosuke, kemudian mulai menendangnya. Juxiang yang
berusaha menolong, di tarik dan di tahan para wanita agar tidak mendekat.
Saat
berhasilnya lepas, dia segera memeluk Yosuke. Dan untunglah, karna hal itu,
orang-orang itu akhirnya mau menghentikan pemukulan mereka pada Yosuke.
Semuanya bubar. Yosuke yang sudah dalam kondisi terluka, masih bisa menyuruh
Juxiang untuk berhenti menangis.
--
di
Malam hari,
Juxiang
dengan bahasa isyaratnya, meminta Yosuke untuk menceritakan apa yang
dipikirkannya sekarang. Yosuke menceritakan mengenai dunia yang terus berubah
dan entah apa yang akan terjadi pada mereka. Juxiang bisa merasakan
ketakutannya sehingga dia menggenggam tangan Yosuke dengan erat. Yosuke pun
berjanji, entah apapun yang terjadi, dia tidak akan meninggalkan Juxiang dan
anak mereka. Hanya kematian yang bisa memisahkan mereka. Juxiang dengan
isyaratnya pun, berkata bahwa dia akan tetap bersama Yosuke bahkan jika Yosuke
mati.
“Berjanjilah
padaku. Entah apapun yang terjadi padaku, kau harus merawat anak kita,” pinta
Yosuke. “Aku juga akan berjanji. Entah apapun yang terjadi padamu, aku akan
merawat anak kita,” janjinya juga.
Cinta
keduanya begitu tulus. Sayangnya, takdir kejam pada mereka.
Malam
itu juga, di saat keduanya tertidur lelap. Terdengar suara gongongan anjing
hingga membangunkan Yosuke. Juxiang yang tuli, tidak bisa mendengar apapun
sehingga dia terus tertidur. Yosuke yang mendengar, bangun untuk memeriksa. Di
depan rumahnya, sudah ada dua orang pria yang menunggu.
“Siapa?”
teriak Yosuke dari dalam rumah.
Tidak
ada jawaban sehingga Yosuke membuka pintu. Entah apa yang mereka bicarakan.
Setelah malam itu, tiba-tiba Yosuke menghilang. Tdak ada yang
tahu apa yang terjadi. Ada yang bilang, dia cemas seseorang akan membalas
dendam kepadanya. Jadi, dia meninggalkan istrinya yang sedang hamil, dan kabur
pulang ke Jepang.
Setelah
malam dia bicara dengan kedua orang asing yang datang ke rumahnya di malam
buta, Yosuke menghilang tanpa jejak. Meninggalkan Juxiang sendirian. Kandungan
Juxiang semakin besar dari hari ke hari, tapi dia tetap setia menunggu Yosuke
pulang di depan rumah.
Hingga
harinya harus melahirkan. Hari itu hujan turun begitu deras. Sendirian, Juxiang
berusaha melahirkan anaknya ke dunia. Di saat yang sangat menyakitkan itu,
Juxiang teringat pesan yang Tian Lan sampaikan pada Ah Tao kalau saat
melahirkan, dia harus membuka semua laci dan lemari di rumahnya, jadi, semuanya
akan berjalan lancar. Juxiang walau harus menahan sakit bersalin, tetap
melakukan pesan itu. dia membuka semua laci dan lemari yang ada di rumah.
Begitu
selesai. Dia segera berbaring di kasur dan melahirkan seorang diri. Dengan
menahan sakit yang teramat sangat, di tengah hujan deras yang turun tanpa ada
teriakan yang terdengar, bayinya lahir. Seorang bayi perempuan yang cantik.
Di
saat bayi itu lahir, hujan menjadi reda dan bulan purnama yang indah, terlihat
di langit malam yang gelap. Sangat indah. Bersinar terang di malam yang gelap.
Juxiang menangis menatap bayinya yang baru lahir. Tangis bahagia.
--
Esok
harinya, dia pergi ke tukang pemberi nama di pinggir jalan. Anaknya di berikan
nama : Yue Niang. Karna dia lahir di malam bulan purnama. Nama anak itu adalah
: Yamamoto Yue Niang.
Dengan
anak tersebut, Juxiang memulai hari-harinya. Dia masih tetap menunggu suaminya
setiap malam, di depan pintu. Para tetangga wanita juga mulai bergosip
menyebutnya bodoh karna masih meunggu suaminya yang tak kunjung pulang. Mereka
bahkan berspekulasi kalau suaminya pasti sudah menikah lagi di Jepang. Sangat
bodoh!
Juxiang tak peduli omongan orang. Dia yakin Yosuke akan kembali.
Dia mengurus studio fotonya. Dia menunggu kepulangan Yosuke setiap hari.
Hari
demi hari berlalu. Juxiang tetap menunggu sambil membersihkan semua peralatan
fotografer Yosuke, walaupun dia pun tidak bisa menggunakannya. Dia sering
sekali teringat saat Yosuke berada di belakang kameranya dan memotretnya.
Juxiang
tidak bisa hanya diam di rumah tanpa melakukan apapun. Uang yang dimilikinya
kian hari kian habis. Dia harus mulai membesarkan dirinya dan anaknya. Karna
itu, dia pun mulai berjualan kue-kue tradisional. Dia berjualan sambil
menggendong Yue Niang. Tapi, kue jualannya sering kali di palak oleh para
preman sekitar yang menagih uang jaga. Seorang anak pekerja mie (hmm. Seperti
pelayan gitu. Jadi, di dekat sana, ada gerobak jualan mie. Nah, anak ini kerja
membantu si penjual mie untuk menawarkan mie dan mengantarkan pesanan ke
pelanggan. Anak ini juga sangat dekat dengan Yosuke) sering membantu Juxiang.
Tapi, untuk melawan preman, dia pun tidak sanggup. Dia hanya bisa membantu
Juxiang kabur saat para preman itu bersikap kurang ajar.
Di
saat kabur itulah, dia hampir saja tertabrak oleh sebuah mobil merah. Mobil itu
adalah mobil yang ditumpangi Sheng. Dia segera memberi tanda pada supirnya
untuk turun membantu Juxiang. Tapi, para preman itu, malah mengeroyok supir.
Sheng akhirnya turun tangan untuk membantu. Dia memerintahkan mereka untuk
melepaskan Juxiang. Perintahnya tentu tidak dipatuhi para preman.
Tapi,
ketika dia mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya ke mereka, para preman
menjadi sedikit takut. Walau begitu, para preman masih mengira itu hanya pistol
untuk menakut-nakuti mereka. Nyali mereka menjadi ciut ketika Sheng memutar
tempat peluru pistol. Ketiga preman langsung kabur. Sheng tidak membiarkannya
begitu saja. Dia mengarahkan pistolnya ke langit dan melepaskan tembakan.
Dorrr!!! Suara
pistol yang meledak, membuat orang-orang di sekitar menunduk ketakutan. Para
preman itu pun lari tunggang langgang. Tembakan pistol itu sebagai peringatan
agar mereka tidak lagi berani macam-macam padanya.
Setelah
preman itu pergi, Juxiang menundukkan kepala pada Sheng sebagai ucapan
terimakasih. Dia tidak begitu mengenali Sheng. Sheng mengingatkan kalau
kakaknya adalah Chen Gong dan neneknya ikut perjamuan tok panjang di rumah
keluarga Huang, dulu. Juxiang berusaha mengingat. Dia ingat kalau Sheng yang
waktu itu menolongnya saat Charlie memaksa mau mencium telapak tangannya.
Dengan
bahasa isyarat dan gerakan mulut, dia menanyakan kabar Ny. Chen. Sheng menjawab
kalau Neneknya sehat dan terkadang membicarakan Juxiang. Sheng juga
berpura-pura kalau tidak tahu Juxiang tinggal di daerah itu, padahal, dulu dia
sudah pernah ke sana, di hari pernikahan Juxiang. Dia berakting seolah ini
pertemuan tidak sengaja mereka.
Melihat
anak yang di gendong Juxiang, Sheng mau tahu, siapa bayi itu? Si anak pekerja
mie, menjawab kalau bayi itu adalah anak Juxiang dengan pria Jepang itu
(Yosuke), namanya : Yue Niang. Juxiang menjelaskan kalau namanya anak itu di
namakan begitu karna lahir di malam bulan purnama.
Anak
penjual mie juga yang menjelaskan pada Sheng, alasan para preman tadi mengejar
Yue Niang. Para preman itu meminta uang perlindungan dan ingin melecehkan
Juxiang. Sheng sangat marah mendengarnya, tapi dimana Yosuke? Wajah Juxiang
menjadi sedih. Dia tidak menjelaskan apapun dan hanya pamit pulang karna
anaknya sudah menangis, lapar.
Sheng
ingin mengantarkannya pulang, tapi Juxiang menolak dengan sopan. Sheng masih
khawatir dan memberikan Juxiang kartu namanya agar Juxiang bisa menghubunginya
jika terjadi sesuatu. Juxiang menerima kartu nama itu dan menundukkan kepala
berulang kali sebagai tanda terimakasih.
--
Saat
tiba dirumah, Sheng langsung memerintahkan Ah Ling untuk mengambilkan air
dingin. Ah Ling ragu karna Meiyu sudah memperingatinya. Sheng tidak peduli dan
memarahinya agar membawakan air dingin seperti biasa. Umur panjang, Meiyu
datang dari dapur sambil membawa nampan berisi sup kacang hijau untuk Sheng.
Dia
menyuruh Sheng untuk minum sup kacang hijau dan jangan minum air dingin karna
dia baru saja sembuh dari demam. Sheng tetap saja keras kepala dan ngotot mau
minum air dingin. Meiyu menjelaskan kalau dia begini demi kebaikan Sheng. Meiyu
juga mematikan kipas yang ada di samping meja. Hal itu membuat Sheng semakin
marah. Dia menghidupkan kembali kipas angin tersebut. Meiyu benar-benar hanya
khawatir dan ingin merawat Sheng dengan baik. Tapi, karna Sheng terus saja
melawan dan marah, Meiyu bilang ini perintah Nenek.
“Jangan
coba mengancamku dengan Nenek!” teriaknya.
Suara
teriakan Sheng terdengar oleh Gong dan Xiulian. Sheng tidak peduli dan lebih
memilih bermain dengan Xi Er yang sudah besar. Xiulian mendekati Meiyu dan
bertanya ada apa? Meiyu menjawab tidak ada apa-apa, hanya dia yang kurang baik.
Dia tidak mengizinkan Sheng pakai kipas angin dan melarangnya minum air,
makanya Sheng marah.
Xiulian
memarahi Sheng karna alasan Meiyu kan demi kebaikan Sheng. Sheng itu bertubuh
lemah sejak kecil dan gampang sakit. Nenek sangat mencemaskannya. Sheng tidak
peduli dengan omelan kakak iparnya dan hanya sibuk bermain dengan keponakannya,
Xi Er.
Gong
tertawa melihat tingkah Sheng yang masih kekanak-kanakan. Tapi, dia kemudian
menjadi serius dan menyuruh Sheng ikut dengannya untuk bicara berdua. Sheng
malah membawa Xi Er ikut bersamanya. Gong sampai menegurnya karna dia ingin
bicara hal serius, tapi dia malah membawa Xi Er. Gong menyuruh putranya untuk
pergi bermain karna dia ingin bicara bersama pamannya. Sheng malah bilang kalau
Xi Er adalah satu-satunya pewaris keluarga Chen, jadi mereka perlu melatihnya
dari kecil.
Karna
Xi Er masih mau di sana, Gong tidak menyuruhnya pergi lagi dan langsung bicara
saja dengan Sheng. Dia menanyakan kabar mengenai Sheng yang mengeluarkan pistol
dan membuat keributan di jalanan. Sheng sedikit terkejut karna berita begitu
cepat tersebar dan sudah sampai di telinga abangnya. Dia mengakui kalau dia
mengeluarkan pistol, tapi dia tidak membuat keributan. Dia hanya memberi
pelajaran kepada para penjahat yang mengganggu seorang wanita. Dia membela
keadilan.
“Kak,
apa yang kau khawatirkan? Aku punya lisensi penggunaan senjata. Bahkan jika aku
melukai tiga penjahat itu, aku akan baik-baik saja. Ini disebut membela diri.”
“Aku
tak melarangmu membela keadilan. Tapi lihat situasinya sekarang. Kau mau
membuat lebih banyak masalah padaku?”
“Ya,
Kak. Mulai besok dan seterusnya, aku akan datang ke kantor. Aku akan ke kantor
tepat waktu, bekerja dan mendapatkan uang dengan benar,” janji Sheng.
Gong
yang mau marah pun jadi tidak bisa. Apalagi saat melihat Sheng yang begitu
akrab dengan anaknya, Xi Er. Dia memuji Sheng sebagai paman yang hebat untuk Xi
Er, tapi jangan memanjakannya juga.
--
Pagi-pagi
sekali, Juxiang sudah menyiapkan kue jualannya. Dan karna takut kejadian
kemarin terulang kembali, Juxiang pun membawa pisau untuk berjaga-jaga.
Dan
benar saja, ketiga preman kemarin, kembali datang. Juxiang segera mengeluarkan
pisaunya dan mengarahkannya kepada mereka. Ketiganya berlarian ketakutan, takut
terkena pisau yang Juxiang arahkan secara semparangan. Mereka menjelaskan kalau
mereka datang hanya untuk membeli kue. Juxiang tidak percaya dan terus
mengarahkan pisau pada mereka hingga mereka pun pergi.
Hal
itu terlihat oleh Sheng yang mengawasi. Dia yang menyuruh ketiga preman itu
untuk membeli kue. Ketiga preman yang gagal membeli kue dari Juxiang, melapor
pada Sheng dan beralasan kalau Juxiang bertemperamen buruk. Mereka menjelaskan
kalau Juxiang langsung mengeluarkan pisau saat melihat mereka. Sheng nggak
peduli dan meminta mereka untuk tetap membeli kue Nyonya. Ketiga preman
membujuk agar mereka membeli kue Nyonya dari tempat lain saja.
“Jika
kau tidak bisa menyelesaikan masalah kecil ini, apa kau mau aku minta Kak Long
untuk melakukannya sendiri?” ancam Sheng.
Ketiganya
ketakutan akan di adukan ke boss mereka. Jadi, mereka lebih memilih berusaha
lebih lagi untuk membeli kue Juxiang.
Ketiganya
pun segera kembali ke tempat Juxiang. Sebelum Juxiang menyerang dengan pisau
lagi, mereka langsung berlutut dan menunnjukkan uang. Mereka sungguh ingin
membeli kuenya. Akhirnya, Juxiang pun menjual kuenya pada mereka.
Kue
itu langsung diantarkan pada Sheng. Sheng mencobanya langsung dan memuji rasa
semua kue yang sangat enak. Dia benar-benar menyukai semua kue buatan Juxiang.
Supirnya yang dia suruh mencari informasi mengenai Juxiang, pun sudah
mendapatkan informasi. Suami Juxiang adalah orang Jepang yang membuka studio
foto. Suaminya tersebut kembali ke Jepang setahun lalu dan tidak pernah
kembali. Tetangganya bilang kalau Juxiang ditipu pria Jepang itu. Tapi, Juxiang
tetap memeluk anaknya dan menunggu suaminya di luar studio. Menurut kabar,
Juxiang belum membayar sewa selama berbulan-bulan.
--
Dan
benar saja. Saat dia pulang, pemilik rumahnya sudah menunggu untuk menagih uang
sewa. Juxiang segera mask dan mengeluarkan semua uang yang dimiliknya, tapi itu
tidak cukup sama sekali untuk membayar sewa selama 1 bulan. Juxiang memohon
agar diberikan kesempatan. Pemilik terus memarahinya dan berkata kalau jualan
kue tidak akan cukup untuk biaya hidup. Dan juga, dia menyuruh Juxiang berhenti
bersikap bodoh dnegan menunggu Yosuke, karna Yosuke tidak akan kembali. Jual
saja semua alat fotografinya.
Juxiang
menolak dan tetap pada pendiriannya. Dia tidak akan menjual peralatan fotografi
Yosuke dan akan menunggunya. Pemilik akhirnya mau mengalah dan memberikan waktu
2 hari untuk Juxiang membayar sewa. Jika dalam 2 hari Juxiang belum bisa
membayar, dia akan mengusirnya.
--
Masalah
Juxiang masih belum selesai. Karna perang terus terjadi, harga tepung dan mie
menjadi langka. Para penjual tepung tidak mau lagi menjual tepung pada Juxiang
apalagi memberi hutang. Mau Juxiang memohon seperti apapun, percuma.
Udah
gitu, beras dan sayur di rumah juga sudah habis. Untuk mengisi perut, Juxiang
hanya mau meminum air putih hingga kenyang. Kondisinya benar-benar parah.
Keesokan
harinya, Juxiang tidak bisa berjualan karna tidak memiliki bahan membuat kue
dan juga uang. Sheng yang mau membeli kue, jadi khawatir terjadi sesuatu.
Juxiang
sedang mencoba menjual kain-kain yang dimilikinya. Dia menemukan seorang
pembeli yang mengambil semua kainnya dan bilang akan mengambil uang di rumah.
Tapi, setelah di tunggu lama, si pembeli tak kunjung keluar dari rumah. Ketika
Juxiang mengetuk pintu rumahnya, yang keluar adalah suami si pembeli yang
mengusirnya dengan kasar. Mereka menipu dan mengambil kain Juxiang tanpa
membayar sepeser apapun.
Juxiang
tidak berdaya melakukan apapun. Bayinya juga terus menangis kelaparan. Juxiang
memberikannya asi tapi bayinya tetap menangis. Juxiang benar-benar kehabisan
uang. Dia tidak mau membeli makanan sedikitpun. Dan pada akhirnya, dia memakan
buah-buahan sembahyang yang di letak di depan altar yang ada di pinggir jalan
gitu. Semua buah-buahan itu sudah terkena lelehan lilin. Tapi, Juxiang tetap
mengambilnya dan memakannya setelah berdoa terlebih dahulu. Dia benar-benar
kelaparan. Kondisinya sangat memprihatinkan.
--
Saat
Sheng pulang, Meiyu sudah menyiapkan makan malam untuk keluarga Chen. Mereka
makan malam bersama dengan Nenek dan juga keluarg Gong. Kondisi Xiulian tidak
sedang baik karna penyakitnya kambuh. Dokter dari luar negeri juga sudah di
panggil, tapi hasilnya tidak begitu bagus. Nenek menyuruh Xiulian untuk
istirahat karna Meiyu bisa membantu mengurus rumah.
Setelah
mengobrol, mereka mulai makan. Nenek memuji rasa Ngo Hiang buatan Meiyu. Tapi,
Sheng malah bilang rasanya sangat jauh dari masakan kakak ipar. Xiulian
membantah karna menurutnya, masakannya tidak sebaik Meiyu. Semua orang tahu
kalau kemampuannya biasa saja. Tapi, Sheng tetap saja ngotot kalau masakan
Xiulian jauh lebih enak daripada Meiyu. Gong berusaha menghibur Meiyu dengan
bilang Sheng memang selalu seperti ini, menentang mereka. Jadi, jangan
perdulkan dia.
Meiyu
tetap saja sedih. Nenek mengatakan kalau Sheng memang pemilih makanan. Nenek
pun mengajari Meiyu cara memasak yang benar Ngo Hiang yang disukai Sheng. Dia
juga memberitahu letak kesalahan Meiyu dalam memasak Ngo Hiang yang terlalu
terburu-buru hingga rasanya menjadi kurang maksimal. Dia menasehati kalau untuk
memasak makanan yang enak, jangan terburu-buru. Walau begitu, dia menghargai
Meiyu yang sudah berusaha.
Nenek
juga memarahi Sheng untuk bersikap sopan pada Meiyu. Dia mengingatkan kalau
Meiyu adalah istri Sheng, bukan pelayan. Gong setuju dengan nenek dan menyuruh
Sheng untuk meminta maaf.
“Sorry,”
ujar Sheng.
Meiyu
tersenyum senang mendengarnya. Mereka lanjut makan, tapi tiba-tiba saja Xi Er
menjerit kesakitan. Dia tersedak tulang ikan. Seluruh keluarga menjadi heboh
dan berusaha membantu Xi Er agar bisa mengeluarkan tulang ikannya. Mereka juga
menggunakan tradisional. Jadi, air di letakkan di guci kemudian di putar searah
jarum jam dan kemudian di putar lagi berlawanan arah jaruh jam. Kemudian, Nenek
menyuruh agar Long (air yang di putar-putar itu, aku juga nggak tahu itu air
apa), diminumkan pada Xi Er untuk membantunya mengeluarkan tulang ikan. Sheng
juga menepuk pelan bagian belakang leher Xi Er agar dia bisa mengeluarkan
tulang ikan. Dan setelah berbagai usaha, akhirnya, Xi Er memuntahkan tulang
ikan besar yang tertelan olehnya. Semua sangat lega.
--
Saat
mau tidur, Sheng tidak bisa tidur sama sekali. Dia teringat laporan supirnya
kalau Juxiang ternyata berutang banyak kepada orang-orang. Juxiang juga tidak
punya uang untuk membeli bahan kue dan tidak ada pedagang yang mau
memberikannya hutang. Ada juga yang melihat Juxiang mencari makanan.
Suasana
hati Sheng sedang buruk memikirkan keadaan Juxiang. Eh, Meiyu yang tidak tahu
apapun yang dirasakannya, mendekatinya dan berbicara lembut. Dia membahas Xi Er
yang adalah satu-satunya ahli waris keluarga Chen kelak. Apalagi, dia dengar
saat melahirkan Xi Er, Xiulian mengalami pendarahan hebat sehingga kondisinya
menjadi lemah dan sulit hamil. Nenek membahas hal itu dengan Xiulian dan ingin
Gong punya selir. Xiulian setuju tapi Gong menolak.
Maksud
Meiyu adalah agar mereka juga memiliki anak, agar keluarga Chen memiliki
penerus. Tapi, Sheng malah bilang kalau ini adalah masalah keluarganya. Untuk
apa dia cemas? Meiyu tentu tersinggung karna dia kan sekarang bagian dari
keluarga Chen. Mereka sudah menikah selama 2 tahun, tapi Sheng masih memperlakukannya
seperti orang luar.
“Tentu
kau tak memperlakukan dirimu sebagai orang luar. Makanya kau ceroboh dan
berbuat onar,” ujar Sheng.
“Apa berbuat onar?”
“Apa
aku salah? Siapa lagi yang berani bergosip di depan nenek kecuali dirimu?”
“Nenek
sangat pintar. Apa aku butuh bergosip di depannya? Kita bisa menutupinya saat
nenek sakit. Setelah pulih, nenek mengamati dengan baik dan dia akan tahu
segalanya, kan?”
Jadi,
Sheng ini tahu kalau Nenek memerintahkan Ah Ling (Kepala Pelayan) untuk melapor
setiap harinya, apakah dia tidur di kamar dengan Meiyu. Meiyu membela diri
kalau Nenek selalu menanyainya, apakah dia hamil. Jadi, dia tidak punya pilihan
lain selain bercerita. Dan juga, sudah sangat lama sejak terakhir kali mereka
tidur bersama.
“Apa
kau sungguh menginginkan anak?” tanya Sheng.
“Wanita
mana yang tak menginginkannya?” jawab Meiyu.
Lanjut...
ReplyDelete