Sinopsis C-Drama : The Little Nyonya E08

 

Sinopsis C-Drama : The Little Nyonya E08




Meiyu sudah berharap kalau Sheng akan menidurinya dan mempunyai anak dengannya, tapi siapa yang menyangka kalau Sheng malah menyuruh Meiyu untuk terus bermimpi. Dia lebih memilih keluar kamar dan perg ke bar.

Dia pergi minum di bar hingga mabuk. Saat keluar dari bar, dia melihat Char



lie dan seorang pria Jepang sedang memaksa seorang wanita masuk ke dalam mobilnya. Sheng menegur mereka dan menyelematkan wanita tersebut. Charlie merasa tindakannya tidak salah karna yang sedang mereka bawa paksa itu adalah gadis karaoke. Wanita itu memberontak dan berlari ke arah Sheng. Wanita itu cukup berani. Dia mengakui kalau dia memang wanita karaoke tapi dia tidak akan bernyanyi hanya karna orang membayarnya. Dia tidak mau bernyanyi untuk pria itu karna pria itu adalah orang Jepang. Sama seperti yang lainnya, wanita itu membenci orang Jepang yang sudah membunuh banyak orang Tiongkok dan memperkosa banyak wanita.



Pria Jepang itu tentu marah. Charlie juga membela diri dengan berkata kalau di sini bukanlah Tiongkok. Sheng berteriak kalau Charlie boleh saja menolak mengakui asalnya, tapi bukan berarti semua orang akan melakukan hal yang sama! 



Untungnya sebelum situasi semakin memanas, Charlie mengajak pria itu pergi.


Wanita yang diselamatkan Sheng, sangat berterimakasih pada Sheng. Sheng juga tersenyum dan pamit pergi. Tapi, baru berbalik, dia sudah jatuh pingsan.

--



Pada akhirnya, wanita itu membawa Sheng ke rumahnya. Dia memanggil Sheng dengan panggilan : “Pahlawan.” Dia menjelaskan kalau Sheng kemarin pingsan, jadi dia membawanya pulang. Dia juga sudah menyiapkan sarapan untuk Sheng. Sheng menanyakan, apakah wanita itu juga adalah seorang Nyonya? Karna dia memakai baju Nyonya.



Wanita itu menjawab kalau ibu angkatnya adalah seorang Nyonya. Saat Sheng menanyakan namanya, wanita itu menjawab kalau dia punya dua nama. Satu adalah nama aslinya dan satu lagi adalah nama panggungnya. Nama mana yang ingin Sheng tahu?

“Nama aslimu,” jawab Sheng.

Wanita itu memberitahu kalau hanya temannya yang bisa tahu nama aslinya. Sheng dengan pasti menjawab kalau dia ingin menjadi temannya.

“Shi Yan Zi,” jawab wanita itu, memberitahu namanya. “Saat ibu mengadopsiku, dia tak tahu margaku. Dia bilang aku lahir dari batu, jadi margaku adalah Shi (batu). Dia juga bilang, aku seekor walet (Yan Zi), yang terbang ke arahnya.”


Sheng memuji nama Shi Yan Zi yang bagus. Dia juga tahu kalau ibu Yan Zi pasti sudah meninggal. Yan Zi terkejut karna Sheng bisa tahu. Sheng hanya menebak dan ternyata tebakannya benar. Karna, jika Ibu Yan Zi masih ada, dia tidak akan sanggup melihat Yan Zi hidup begitu sulit. Sheng sama sekali tidak memandang Yan Zi sebelah mata hanya karna dia seorang wanita karaoke.


Yan Zi kemudian menceritakan mengenai ibunya yang sangat cantik dan melajang seumur hidup. Karna ibunya menunggu seorang pria sepanjang hidupnya. Pria itu adalah tentara Inggris. Katannya, mereka akan kembali bersama setelah dia pulang dari Inggris. Tapi, bertahun-tahun terlewati, pria itu tidak kembali. Ibunya mulai minum alkohol dan akhirnya menjadi kecanduan. Dia sering mabuk sehingga dia harus membawany pulang. Dan ibunya pun meninggal karna keracunan alkohol sebelum usia 40tahun. Sampai mati, ibunya masih tetap menunggu pria tersebut.


Mendengar cerita Yan Zi, Sheng terdiam. Dibenaknya, dia teringat Juxiang yang masih menunggu Yosuke kembali.

--



Kondisi Juxiang menjadi lemah karna berhari-hari tidak makan. Untuk berdiri saja, dia merasa kesulitan. Saat itulah, Sheng datang menemuinya lagi. Sheng berpura-pura kalau pertemuan itu tidak sengaja. Dia beralasan sedang mencari seorang teman di dekat sini, tapi ternyata, temannya sudah pindah. Dia juga menanyakan, apakah Juxiang tinggal di sini? Juxiang membenarkan.


Sheng membahas kabar mengenai Juxiang yang memutuskan hubungan dengan keluarga Huang demi Yosuke. Dia memuji Juxiang yang kuat. Dia saja tidak sekuat Juxiang walaupun dia adalah pria. Juxiang tersenyum lembut dan menggeleng. Sheng berpura-pura menanyakan Yosuke. Juxiang menjadi sedih. Sheng menebak kalau Yosuke pergi dan Juxiang mengangguk sebagai jawabannya.


Sheng tahu kalau Juxiang kelaparan. Dia pun mengajak Juxiang makan. Juxiang menolak, jadi Sheng membuat alasan kalau dia lapar dan meminta Juxiang mengantarkannya ke tempat yang menjual makanan. Juxiang pun mengantarkan Sheng ke sebuah gang yang penuh dengan penjual makanan.


Sheng memilih makan mie di tempat anak penjual mie bekerja (nama anak itu : Tao Ke). Dia mengajak Juxiang untuk makan, tapi Juxiang tetap menolak dan berjalan kembali ke rumahnya. Sheng pun tidak bisa memaksa dan memesan semangkuk mie.




Baru berjalan beberapa langkah, Yue Niang menangis di gendongan Juxiang. Juxiang pun segera kembali ke Sheng. Sheng sangat senang saat Juxiang kembali dan menawarkan mienya untuk Juxiang. Dia pun memesan lebih banyak mie dan memesang topping lengkap seperti telur rebus dll. Juxiang makan dengan sangat lahap.


Tao Ke juga sangat cepat menghindangkan semua makanan untuk Juxiang. Tao Ke sangat terkejut melihat Juxiang yang makan sangat cepat dan banyak hingga habis bermangkuk-mangkuk. Bosnnya memarahi Tao Ke yang masih kecil dan tidak mengerti apapun. Bosnya memberitahu kalau Juxiang adalah seorang ibu dan bagaimana dia bisa menyusui anaknya jika tidak makan?


Sheng terdiam menyadari kalau Juxiang kembali dan mau menerima makanannya demi Yue Niang. Setelah selesai makan, Juxiang menundukkan kepala dalam-dalam sebagai ucapan terimakasih karna Sheng sudah membelikannya makanan. Sheng tersenyum lembut padanya dan menyuruhnya untuk tidak merasa sungkan.

--



Setelah meminum ASI, Yue Niang tertidur lelap. Tapi, masalah Yue Niang belum selesai. Pemilik rumah datang untuk menagih uang sewa. (Oh ya, karna Juxiang ini tuli, jadi kalau ada yang manggil dia nggak dengar. Jadi, di dalam rumah, ada gantungan bambu-bambu gitu yang akan bergerak kalau ada yang mengetuk pintu).


Karna Juxiang masih belum bisa membayar uang sewa, Pemilik tidak sungkan lagi dan menyuruh dua preman yang sudah disewanya untuk mengambil semua barang yang ada di dalam rumah. Dia akan menjual semua perlengkapan fotografi yang Juxiang miliki dan uangnya akan digunakan untuk mengurangi utang sewanya. Jika ada sisa, dia akan mengembalikannya pada Juxiang. Juxiang tetap saja menolak.



Saat itu, Sheng kembali datang. Dia tahu masalah yang Juxiang hadapi dan langsung membayar lunas hutang sewa Juxiang beserta bunganya. Pemilik tersenyum senang karna uang yang Sheng berikan sangat banyak dan bahkan cukup untuk sewa beberapa bulan ke depan. Sheng memperingatinya dengan tegas agar tidak mengganggu Juxiang lagi lain kali. Pemilik mengiyakan dan langsung pergi.



Sheng tidak datang sendirian. Dia datang bersama penjual tepung yang datang untuk mengantarkan dua karung tepung dan bahan-baha lainnya untuk Juxiang. Penjual itu sudah mendapat banyak uang dari Sheng, makanya, dia menyuruh Juxiang untuk ke tokonya jika memerlukan sesuatu. Juxiang beneran tidak enak menerima semua bantuan Sheng dan menyuruh penjual membawanya kembali.



Sheng menahannya. Dia menjelaskan kalau dia sudah tahu semua permasalahan yang Juxiang alami. Keluarga mereka sudah berteman selama beberapa generasi. Nenek Juxiang dulu juga sering membawakannya pakaian dan makanan setiap kali berkunjung. Dan sekarang, saat Juxiang sedang kesulitan, dia tidak bisa menutup mata. Jika dia melakukannya, dia tidak akan bisa makan dan tidur dengan tenang. Dia memohon agar Juxiang mau menerimanya.


Juxiang merasa sangat terharu atas bantuan Sheng yang sangat besar. Sheng tahu kalau Juxiang akan merasa terbebani, makanya, dia meminta Juxiang membuatkan sesuatu sebagai gantinya. Dia sangat merindukan rempah udang buatan nenek Juxiang dulu, jadi dia meminta Juxiang membuatkannya.

--



di Kediaman Chen,

Meiyu membuatkan minuman yingwo (sarang burung walet) untuk Xiulian yang bertubuh lemah. Wajah Xiulian tampak sangat pucat. Xiulian sadar mengenai kondisi tubuhnya dan juga sangat sulit menyembuhkan gangguan menstruasinya. Dia mulai memberitahu Meiyu kalau Nenek menyukai lingkungan yang ceria dan hidup dan juga anak-anak.

Meiyu menjadi murung. Dia pun sangat ingin melahirkan anak-anak untuk keluarga Chen. Tapi, Sheng belum menyentuhnya. Xiulian terkejut karna bukannya mereka sekarang sudah tidur sekamar? Meiyu curhat kalau Sheng terpaksa tidur sekamar dengannya karna takut Nenek marah. Sheng juga menyalahkannya karena mengeluh kepada Nenek. Dia menyebutnya pembuat masalah. Sikapnya juga menjadi semakin tak baik padanya.

“Meiyu, Sheng adalah laki-laki. Di usianya sekarang, dia akan menjadi mudah marah. Kau harus lebih berusaha,” nasehati Xiulian.

“Tapi, dia kesal denganku setiap kali aku menyentuhnya. Aku penasaran, apakah dia punya wanita lain?”


Xiulian langsung menyangkal dugaan Meiyu. Dia mengenal sifat Sheng karna mereka tumbuh bersama. Sheng bukanlah seorang playboy. Dia pun menyarankan Meiyu agar memenangkan hati Sheng melalui perutnya. Buatkan makanan kesukaan Sheng. Kue Nyonya kesukaan Sheng adalah rempah udang. Dia mendengar dari Nenek, waktu kecil, dia makan beberapa rempat udang buatan Nenek Meiyu (Ny. Huang) dan sangat menyukainya hingga sekarang. Dan sampai sekarang, Sheng tidak pernah makan rempah udang buatan orang lain.

Meiyu menjadi bersemangat dan ingin segera membuat rempah udang. Xiulian mengingatkan kalau rempah udang sangat spesial bagi Nenek. Jika rasanya tak tepat, nenek akan marah. Makanya, tidak ada yang berani membuatnya. Apa dia yakin membuatnya?

“Em,” jawab Meiyu.

--








Di rumahnya, Juxiang membuat rempah udang permintaan Sheng. Dia membuatnya dari dasar. Mulai dari bumbu dan sebagainya, dia melakukannya sendiri termasuk memarut kelapa.

Sementara itu, di kediaman Chen, Meiyu hanya mengawasi para pelayan membuat bahan dasar rempah udang. Setelah semua bahan dasar siap, dia baru memasaknya dengan tangan sendiri.


Juxiang membuat rempah udang sembari menjaga Yue Niang.




Jadi, dari yang kulihat, rempah udang itu pulut yang diwarnai dengan warna biru yang berasal dari bunga telang. Pulutnya ini dikukus dengan santan dan daun pandan. Kemudian, di berikan isian kelapa dengan ebi/udang kering yang di masak dengan rempah-rempah. Dan dibungkus menggunakan daun pisang. Kemudian, di panggang.




Begitu selesai, Juxiang baru pergi berjualan kue. Juxiang walaupun susah, tapi dia masih bisa memberikan kue pada Tao Ke. Sebagai bentuk terimakasih atas kue pemberian Juxiang, Tao Ke berteriak memanggil orang yang lewat untuk mampir membeli kue. Juxiang menghentikannya dan menyuruhnya untuk kembali bekerja. Tao Ke tetap saja ingin membantu. Karna bantuan Tao Ke, beberapa orang pun mulai berdatangan untuk membeli kuenya.


 Tidak lama kemudian, Sheng datang. Saat dia datang, semua kue dagangan Juxiang sudah ludes terjual. Sheng sedikit bersedih karna tidak bisa memakan kue Juxiang. Dengan isyarat, Juxiang menyuruhnya tidak sedih. Dia sudah menyiapkan kue rempah udang yang waktu itu Sheng minta. Semua kue rempah udang yang dibuatnya, khusus untuk Sheng dan tidak di jual. Sheng sangat senang. Apalagi, saat dia mencobanya, rasanya sangat enak. Mirip dengan yang dulu dimakannya saat kecil. Rempah udang kesukaannya.




Sheng berterimakasih karna Juxiang sudah membuatnya kembali teringat kenangan masa kecilnya. Juxiang tersenyum dan memberikan semua rempah udangnya agar bisa diberikan ke Ny Chen juga. Tapi, dia meminta tolong agar Sheng tidak memberitahu Ny. Chen kalau itu adalah rempah udang buatannya.

--



Sial sekali bagi Meiyu. Dia membuat rempah udang juga di hari itu untuk Sheng dan Keluarga Chen. Nenek sudah sangat bersemangat ingin mencoba rempah udang buatannya. Dia juga memberitahu kalau sangat sulit membuat rempah udang. Jika isiannya tidak di goreng dengan benar, udang kering akan terasa amis. Tapi, jika terlalu lama di goreng, akan kering. Udah itu, untuk membakarnya dengan arang juga butuh keterampilan. Sepertinya, dari semua kue Nyonya, hanya rempah udang yang paling sulit dibuat. Baginya, rempah udang buatan Nenek Meiyu adalah yang paling enak. Dia sudah berulang kali mencoba membuatnya seorang diri, tapi tidak pernah seenak buatan mendiang Nenek Meiyu.



Sebelum Nenek memakan rempah udangnya, Meiyu memberitahu kalau Neneknya meninggal saat dia masih kecil. Jadi, dia belajar membuat rempah udang dari Ibunya, Guihua. Nenek tetap yakin kalau buatan Meiyu pasti enak karna Guihua pasti mempelajarinya dari Ny. Huang juga.

Mereka mulai mencoba rempah udang buatan Meiyu. Sheng juga ikut mencobanya. Di gigitan pertama, Gong dan Xiulian memuji rasanya yang enak. Xi Er sampai meminta tambah dua lagi. Meiyu sangat senang. Dia juga memberikan Nenek tambahan rempah udang lagi, tapi Nenek menolak dengan alasan kalau dia sudah cukup. Meiyu ingin tahu pendapat Nenek mengenai rasanya. Tapi, sebelum Nenek menjawab, Sheng sudah menjawab terlebih dahulu kalau rasanya tidak enak dan Nenek hanya bersikap sopan dengan memakannya.



Gong memarahi sikap Sheng tersebut. Sheng membela diri kalau rempah udang mempunyai arti spesial bagi Nenek, jadi jangan berpura-pura. Gong sudah sangat marah dan menyuruh Sheng berhenti bicara. Suasana menjadi tegang. Xiulian menjelaskan kalau Meiyu sudah membuah rempah udang dari bagi dan semua karna dia bilang Sheng menyukainya. Dan juga, mustahil membuat rempah udang dengan rasa yang dulu.


Sheng menjawab kalau itu bisa. Dia menyuruh Ah Ling untuk membawa bakul yang ada di dalam mobilnya. Isinya adalah rempah udang. Dia meminta Nenek untuk mencobanya. Nenek awalnya menolak dengan alasan sudah kenyang. Tapi, Sheng menahannya. Nenek juga yang awalnya mau pergi, menjadi berhenti saat mencium aroma rempah udang yang dibawa Sheng.


Dan benar saja. Ketika dia mencoba segigit, raut wajahnya menjadi berubah. Rasanya sangat enak. Dia ingin tahu siapa yang membuatnya? Rasanya sama persis seperti yang Nenek Meiyu buat dulu. Sangat enak.

Sheng menepati janjinya pada Juxiang. Dia berbohong pada Nenek kalau rempah udang itu buatan seorang Nyonya berumur 80 tahun. Dia tidak sengaja menemukannya di pinggir jalan, jadi dia mencobanya. Karna rasanya sangat enak, dia pun membeli beberapa untuk Nenek. Nenek menangis terharu karna rasanya sangat enak dan membuatnya bernostalgia. Dia juga menyuruh yang lain untuk mencobanya.

Sheng pun mulai membagikannya kepada semua orang termasuk Meiyu. Raut wajah Gong dan Xiulian menunjukkan rasa tidak enak hati pada Meiyu yang sudah bersusah payah membuat rempah udang. Meiyu juga berwajah masam, apalagi saat mendengar Nenek bilang kalau inilah seharusnya rasa rempah udang.


“Aku tak percaya makanan yang dibeli dari luar akan lebih enak dari buatanku,” pikir Meiyu dan mencobanya segigit. Wajahnya berubah. Rasa rempah udang itu sangat tidak asing.

--


Pagi-pagi, Meiyu sudah pergi ke belakang menemui Supir Sheng, Ah Feng. Dia memintanya untuk mengantarkan ke tempat dimana Sheng membeli rempah udang.


Ah Feng pun mengantarnya. Tapi, anehnya, ketika Meiyu memeriksa, yang berjualan memang benar adalah Nyonya tua, bukan Juxiang.

--





Ah Feng sudah bersama Sheng. Dia memuji Tuan Mudanya yang pintar karna seperti yang Tuan Mudanya perkirakan, Meiyu memintanya mengantarkannya ke Nyonya itu.

“Cara pikirnya seperti anak-anak. Mudah ditebak,” ujar Sheng.

--



Sheng pergi menemui Juxiang lagi. Dia langsung masuk karna pintu terbuka. Tapi, ternyata, di dalam, Juxiang sedang menyusui anaknya. Sheng segera mengalihkan kepala dan meminta maaf kemudian keluar kembali. Setelah menyusui Yue Niang, Juxiang keluar menemuinya.


Sheng datang untuk memberitahu kalau Neneknya sangat menyukai rempah udang buatan Juxiang. Dan sesuai yang Juxiang minta, dia berbohong kalau yang membuat rempah udang itu adalah Nyonya berusia 80 tahun. Sheng kemudian meminta Juxiang membuatkan kue Nyonya untuk ulang tahun Neneknya yang ke-60 tahun.



Karna keasyikan mengobrol dengan Sheng, Juxiang sampai lupa kalau dia sedang memasak di dalam. Begitu masuk, api sudah membesar. Sheng segera membantunya memandamkan api dengan menyiramkan air. Hal itu membuat wajahnya menjadi kotor oleh asap. Refleks, Juxiag membantu mengelap wajahnya. Begitu tersadar akan yang dilakukannya, Juxiang segera berhenti dan menundukkan kepala, kemudian meninggalkan Sheng.

--


Sejak menyelamatkan Yan Zi waktu itu, hubungan Sheng dengan Yan Zi menjadi dekat. Mereka menjadi teman. Apalagi, Yan Zi bekerja di bar yang biasa Sheng kunjungi. Yan Zhi juga memberitahu kalau di tempat itu, namanya bukan Yan Zi, melainkan Suzi Wong.


Sheng nggak peduli karna baginya, Yan Zi adalah temannya. Shi Yan Zi. Dia juga mempersilahkan Yan Zi duduk dan mengajaknya mengobrol sambil minum. Yan Zi masih saja memanggil Sheng dengan panggilan : “Pahlawan.” Saat Sheng ingin memberitahu namanya, Yan Zi menghentikannya. Sheng kurang suka di panggil ‘Pahlawan’ karena terdengar seperti sarkastik.

Menurut Sheng, dia seperti beruang. Dia takut mencintai. Dia ingin mencintai tapi tidak tahu caranya. Bahkan, yang lebih hina, dia tidak mau orang jatuh cinta.

“Kau jatuh cinta dengan seorang wanita,” tebak Yan Zi.



“Seorang pria pemberani menikahinya dan dia pergi. Kuharap dia tak pernah kembali. Apa menurutmu aku hina dan tak tahu malu?”

“Benar,” jawab Yan Zi.

Jawabannya membuat Sheng tertawa. Yan Zi begitu jujur.

--


 Saat Sheng pulang, Ah Ling langsung menyampaikan kalau Ny. Chen sudah menunggunya dari tadi. Sheng pun segera menemui neneknya yang sedang berdoa di altar leluhur. Begitu dia datang, Nenek memerintahkannya untuk berlutut di depan leluhur.



“Nenek, apa kesalahanku?”

“Kau gagal sebagai suami. Kau gagal sebagai keturunan keluarga Chen,” jawab Ny. Chen, penuh kemarahan.


“Adik ipar, kau tidak bisa terus memperlakukan Meiyu seperti ini. Meiyu adalah istrimu, kau tak bisa membiarkannya hidup seperti seorang janda. Ini adalah kesengsaraan dan penyiksaan bagi Meiyu,” nasehati Xiulian.


Bukannya menyesal, Sheng menduga kalau Meiyu mengeluh kepada Nenek lagi. Xiulian menjawab kalau dia yang memberitahu Nenek. Dia berusaha menjelaskan pada Sheng kalau wanita itu mempunyai tekanan untuk mewariskan garis keturunan suami. Jika dia terus seperti ini, Meiyu bisa hancur.

Nenek sangat marah dan ingin tahu apa kesalahan Meiyu hingga Sheng bersikap begini padanya. Sheng menjawab kalau Meiyu tidak salah, dialah yang salah.

“Tidak, itu bukan salahmu. Itu kesalahan nenek tua ini!” teriak Nenek. “Nenek mau kau menikahi Meiyu. Jika kau mau membenci orang, bencilah nenek tua ini!”

Xiulian berusaha menenangkan Nenek. Dia menyarankan agar membiarkan Sheng berkaca di hadapan para leluhur. Dengan begitu, Sheng bisa sadar.


Nenek sudah sangat marah. Dia memutuskan untuk tidak merayakan ulang tahun yang ke-60. Sheng tidak setuju, tapi Nenek merasa tidak ada gunanya dia merayakannya. Demi Neneknya tidak marah, Sheng berkata akan bersumpah di depan leluhur kalau dia akan meneruskan garis keturunan keluarga Chen.


2 Comments

Previous Post Next Post