Original
Network : Channel 7
Setelah rapat selesai, Singkorn menarik Net ke tempat yang sepi. Dia merasa kesal, karena Net lebih memilih Paul daripada dirinya. Dan Net tidak peduli. Dia beralasan bahwa dia berpihak kepada Paul, karena dia yakin kalau Paramee berpihak kepada Nai. Jadi walaupun dia memilih Singkorn, hasilnya tetap akan sama.
“Kamu juga
ingin pria itu dapat keuntungan kan!” tuduh Singkorn. “Jangan berpikir bahwa
aku tidak bisa membaca pikiranmu. Kamu menghabiskan uang padanya. Apa kamu
mencoba membawa dia untuk mengambil posisiku?!”
“Lepaskan. Sakit!”
balas Net, mencoba melepaskan diri dari Singkorn yang menahannya di dinding.
“Jika kamu tidak berhenti membuat keributan, aku tidak akan berhubungan
denganmu lagi,” ancamnya, marah.
Ketika Nai
ingin pergi, Singkorn memeluk Net dari belakang dan memohon kepadanya agar
jangan pergi serta dia meminta maaf. Mendengar itu, Net diam- diam tersenyum
puas.
“Maafkan aku. Aku hanya cemburu. Sejak anak itu datang, kamu jadi kurang memperhatikan ku. Aku harus bekerja pada Paramee. Disisi lain aku mengkhawatirkan mu dengan anak itu. Tentu saja aku jadi mudah emosi,” jelas Singkorn dengan panik.
“Mengapa
kamu panaroid pada Paul? Kamu kan tahu, untukku, kamu adalah nomor satu,” balas
Net sambil tersenyum manis.
Singkorn sangat
senang dengan senyum manis Net. Dan dengan lembut, dia menyentuh wajah Net.
“Apa yang aku lakukan ini untuk kita.”
“Aku tahu,”
balas Net sambil memeluk Singkorn dan berbisik ditelinga nya. “Jika kamu bisa
menangani Ayah dan Putrinya itu untukku, maka kita berdua akan bisa bersama.”
“Iya. Aku
berjanji. Aku aku akan mengambil tempat itu, tempat Paramee,” kata Singkorn,
berjanji. Lalu dia mencium Net.
Dari jauh,
Paul memperhatikan mereka berdua.
Singkorn
mengirimkan chat kepada Net bahwa dia meminta maaf atas sikapnya serta dia
mencintai Net. Membaca chat tersebut, Net sama sekali tidak peduli, malahan dia
menghubungi Paul dan menanyai, dimana Paul, karena dia sangat merindukan Paul.
“Aku minta
maaf Khun Net. Aku sedang bekerja dengan Khun Nai, jadi tidak sempat,” kata
Paul, menolak.
“Sekarang?”
tanya Net, tidak senang.
“Khun Net,
kamu kan tahu bahwa aku bertanggung jawab untuk tugas besar.”
“Aku
mengerti. Sangat mengerti. Kalau begitu, mari bertemu besok,” ajak Net,
berharap. Dan Paul mengiyakan.
Paul dan Nai
bekerja lembur berdua. Ketika mata mereka berdua tidak sengaja saling
bertatapan serta wajah mereka sangat dekat, mereka berdua sama- sama tertegun
dan terdiam sambil terus saling menatap satu sama lain. Sayangnya, suasana
tersebut dihancurkan oleh panggilan masuk dari Dan.
“Dan. Aku
harus lembur malam ini, jadi aku tidak bisa menemui kamu,” kata Net dengan rasa
bersalah.
“Tidak apa.
Fokus bekerja. Perhatikan kesehatan mu juga,” balas Dan, mengerti.
Setelah Paul
telah menyelesaikan pekerjaannya, dia pamit pulang duluan. Dan Nai mengiyakan
serta menatap kepergiannya.
Hujan turun
dengan deras. Untungnya, Paul ada membawa payung. Tapi kemudian, dia mengingat
bahwa Nai sama sekali tidak ada membawa payung, jadi diapun meninggalkan
payungnya untuk Nai.
“Siapa yang
meninggalkan payung untukku?” gumam Nai sambil tersenyum dan berpikir.
Ketika Paul
datang dalam kondisi basah, Dr. Kashane sangat heran, karena seingatnya sewaktu
berangkat bekerja, Paul ada membawa payung. Dan Paul beralasan bahwa dia tidak
sengaja meninggalkan payungnya di kantor.
“Mengapa
kamu bekerja sampai selarut ini? Ketika aku menelponmu, aku pikir kamu sudah
pulang ke rumah,” tanya Dr. Kashane, ingin tahu.
“Sibuk,”
jawab Paul, singkat.
“Bagaimana
dengan Khun Nai?” tanya Dr. Kashane dengan bersemangat.
“Mengapa
kamu bertanya tentang dia? Kamu suka dia?” tebak Paul, menggoda.
“Gila! Kami
sudah lama saling mengenal, jadi biasa saja kalau aku menanyai tentang dia,”
sangkal Dr. Kashane dengan gugup.
Tepat disaat
itu, Paul melihat Patcharee datang. Dan Paul pun langsung pergi meninggalkan
Dr. Kashane. Tidak lama kemudian, para karyawan yang lain juga datang. Dan
dengan baik hati, Dr. Kashane mentraktir mereka semua. Dan semuanya langsung
bersemangat.
Sambil makan
para karyawan mulai bergosip. Mereka bertanya- tanya, apa yang Nai dan Paul
sedang lakukan, karena setahu mereka, Nai dan Paul sedang lembur bersama. Lalu
mereka menebak, apa mungkin Nai dan Paul sekarang sedang makan bersama. Dan
tanpa sadar, Dr. Kashane mengatakan bahwa itu tidak mungkin. Lalu dengan
penasaran, dia menanyai, apa yang terjadi antara Net dan Paul.
“Dokter,
alasan Paul bekerja di perusahaan itu adalah karena Khun Net. Jika dia
kekurangan uang, Khun Net akan membayarkannya!” jelas Mee dengan bersemangat.
“Dia pasti
dapat banyak dari Khun Net,” tambah Wit, dengan yakin.
“Kalian
berdua bicara terlalu banyak! Mungkin Khun Net dan Paul hanya sekedar dekat
saja,” kata Ting, membela Paul.
“Aku
berpikir begitu juga. Tidak mungkin Paul seperti apa yang P’Mee katakan,” kata
Dr. Kashane, setuju dengan Ting.
Mendengar
perkataan Dr. Kashane, Patcharee merasa agak heran serta curiga. Jadi dengan
serius, dia terus memperhatikan sikap Dr. Kashane.
Dikantor.
Ting berusaha mendekati Paul, dengan mesra dia berbicara manis serta memeluk
Paul dari belakang. Dan Mee serta Wit mengejek kalau Ting terlalu genit kepada
Paul. Tapi Ting tidak peduli serta melempari mereka.
“Paul! Hati-
hati terkena virus!” kata Mee, mengingatkan Paul.
Nai kemudian
datang. Dan Ting pun langsung menjauhi Paul.
Paul mengabaikan
Ting dan dengan serius memberitahu Nai bahwa ada yang salah dengan jumlah dan
stok yang ada. Mendengar itu, Nai memeriksa data yang ada.
“Aku akan
memberitahu Paman Singkorn. Janagn sebutkan tentang ini lagi. Jangan beritahu
siapapun juga. Khususnya Ayah,” kata Nai, memperingatkan Paul dengan tegas.
Mendengar
itu, Paul merasa sangat heran.
Ketika Nai
datang bertanya, Singkorn merasa sangat gugup. Lalu dia beralasan bahwa dia
sudah mengeceknya, dan dia tidak mungkin akan membiarkan kesalahan seperti ini
terjadi. Dan Nai menjawab bahwa dia mengerti, namun untuk berjaga- jaga, dia
ingin Singkorn mengeceknya lagi.
“Hey. Apa
mungkin kamu berpikir seseorang sepertiku akan menipu perusahaan?” tanya
Singkorn.
“Aku tidak
berpikir seperti itu. Itu mengapa aku menunjukkan nya kepada mu duluan,” balas
Nai. Dan Singkorn tampak lega.
“Baiklah.
Untuk membuatmu merasa aman, aku akan menyuruh orangku untuk mengecek nya
lagi,” kata Singkorn. Lalu dia langsung menghubungi karyawan nya.
Setelah Nai
pergi, Singkorn memarahi karyawannya. “Urus dokumen ini. Jangan biarkan ini
terjadi lagi,” katanya, memperingatkan.
“Baik,”
jawab si karyawan dengan gugup.
“Kamu ingin
mencoba ku Paul?” gumam Singkorn, kesal.
Jam makan
siang. Paul menolak ajakan Mee dan Wit untuk makan siang bersama. Lalu ketika
Mee dan Wit sudah pergi, Singkorn datang.
Singkorn
menginjak tag nama Paul yang terjatuh dilantai. Lalu saat Paul ingin memungut
tag namanya, Singkorn menendang tag nama tersebut.
“Ingat. Jika
kamu masih berpikir bahwa aku menipu uang perusahaan, selanjutnya bukan hanya
tag nama mu yang akan di injak,” ancam Singkorn. Dan mendengar itu, Paul
tersenyum dengan tenang, karena dia sama sekali tidak takut.
Ketika Mee
dan Wit tiba- tiba kembali, Singkorn melepaskan Paul dan pergi. Melihat itu,
Mee dan Wit merasa khawatir kepada Paul.
Dalam rapat.
Paramee mempercayakan Singkorn untuk menghubungi perusahaan di Hongkong, karena
selama ini Singkorn belum pernah membuat kesalahan. Dan mendengar itu, Net
mendukung Singkorn serta merasa puas dengan keputusan Paramee. Namun disaat
itu, Paul dengan sengaja mengungkit kesalahan yang Singkorn buat.
“Paul! Ini
pertemuan dewan direksi. Jika ada sesuatu, mari bicara diluar,” kata Singkorn,
menghentikan Paul.
“Aku minta
maaf,” balas Paul sambil melirik ke arah Paramee.
Ketika Paul
akan pergi, Paramee menghentikan Paul dan menanyai, dokumen apa yang Paul
bahas. Dan mendengar itu, Paul tersenyum puas. Lalu dia menjelaskan dengan
jujur.
“Aku
menemukan angka biaya yang dikeluarkan dan produk yang ada didalam stok, tidak
sesuai. Jika angkanya tidak sesuai, dan jika angkanya memang benar, maka
perusahaan akan mengalami kerugiaan sampai jutaan. Jadi aku mengirim dokumen
tersebut kembali ke bagian yang bertanggung jawab untuk mereka memperbaikinya
lagi,” jelas Paul.
“Itu
bagianmu Singkorn? Bagaimana aku bisa tidak tahu tentang itu?” tanya Paramee.
“Itu… kami
masih merundingkan dokumen tersebut, jadi aku belum menginfokannya kepada
kamu,” jawab Singkorn dengan agak gugup.
Mengetahui
kejadian ini, Paramee jadi ragu untuk mempercayakan project besar kepada
Singkorn. Jadi dia memerintahkan Nai untuk menggantikan Singkorn sampai masalah
didalam tim Singkorn terselesaikan. Dan dengan patuh, Nai mengiyakan.
“Temui aku
nanti di kantor, Singkorn,” perintah Paramee.
Dibawah
meja, Singkorn mengepalkan tangannya dengan erat dan berusaha untuk menahan
emosi nya.
Ditempat
parkir. Ketika Paul akan pulang, Singkorn menahannya. Dia membayar tiga preman
untuk memukuli Paul. Sementara dia sendiri, duduk dan menonton itu sambil
meminum minuman nya dengan santai.
Ketika para
preman memukulinya, dan menendang- nendang dirinya, Paul jadi teringat akan
masa lalu kelam nya.
Flash back
“Anak tanpa
Ayah! Anak tanpa Ayah!” ejek anak- anak sambil memukuli dan menendang- nendang
Paul. Dan dengan tidak berdaya, Paul hanya bisa menahan rasa sakitnya.
Flash back
end
Ketika Paul
pingsan, Singkorn menyiram wajah Paul untuk menyadarkannya. “Ini hadiah untuk
seseorang dengan mulut besar seperti kamu Paul. Aku berharap besok kamu akan
memiliki kekuatan untuk datang dan menulis surat pengunduran dirimu,” katanya,
memperingatkan. Lalu diapun pergi meninggalkan Paul.
Ketika Paul
berjalan pulang dalam keadaan terluka, Nai kebetulan lewat. Dan dia ingin
mendekati Paul serta memeriksanya. Tapi Dan menghentikan Nai.
“Dia mungkin
berbicara buruk kepada seseorang dan dipukuli. Jadi biarkan saja dia,” kata
Dan, tidak peduli dengan kondisi Paul.
Dr. Kashane
terkejut saat melihat kondisi Paul. Dan Paul menceritakan bahwa ini karena
Singkorn, tangan kanan Paramee.
“Jika
bekerja disana sangat berbahaya seperti ini, lebih baik kamu berhenti saja,”
kata Dr. Kashane, menyarankan. Dan Paul mengabaikannya.
“Aku tahu,
apapun yang aku tanya, kamu tidak akan menjawab. Tapi aku ingin kamu bertanya
pada dirimu sendiri, apa yang kamu inginkan sebanding dengan apa yang kamu
alami?!” kata Dr. Kashane, menasehati Paul.
Mendengar
itu, Paul mengepalkan tangannya dengan erat.
Keesokan
harinya. Singkorn datang menemui Nai untuk membahas siapa yang akhirnya akan
menghubungi perusahaan Hongkong. Dan Nai menjawab Paul.
“Paul?” kata
Singkorn sambil tertawa pelan. “Dia mungkin tidak bisa melakukan itu. Mungkin
dia bahkan tidak akan muncul hari ini.”
Sayangnya, Singkorn salah. Karena tepat disaat dia mengatakan itu, Paul datang. “Aku minta maaf, aku telat.”