Sinopsis Lakorn- Fah Mee Tawan Episode 3/3

 

Original Network : Channel 7

Setelah rapat selesai, Singkorn menarik Net ke tempat yang sepi. Dia merasa kesal, karena Net lebih memilih Paul daripada dirinya. Dan Net tidak peduli. Dia beralasan bahwa dia berpihak kepada Paul, karena dia yakin kalau Paramee berpihak kepada Nai. Jadi walaupun dia memilih Singkorn, hasilnya tetap akan sama.


“Kamu juga ingin pria itu dapat keuntungan kan!” tuduh Singkorn. “Jangan berpikir bahwa aku tidak bisa membaca pikiranmu. Kamu menghabiskan uang padanya. Apa kamu mencoba membawa dia untuk mengambil posisiku?!”

“Lepaskan. Sakit!” balas Net, mencoba melepaskan diri dari Singkorn yang menahannya di dinding. “Jika kamu tidak berhenti membuat keributan, aku tidak akan berhubungan denganmu lagi,” ancamnya, marah.


Ketika Nai ingin pergi, Singkorn memeluk Net dari belakang dan memohon kepadanya agar jangan pergi serta dia meminta maaf. Mendengar itu, Net diam- diam tersenyum puas.

“Maafkan aku. Aku hanya cemburu. Sejak anak itu datang, kamu jadi kurang memperhatikan ku. Aku harus bekerja pada Paramee. Disisi lain aku mengkhawatirkan mu dengan anak itu. Tentu saja aku jadi mudah emosi,” jelas Singkorn dengan panik.



“Mengapa kamu panaroid pada Paul? Kamu kan tahu, untukku, kamu adalah nomor satu,” balas Net sambil tersenyum manis.

Singkorn sangat senang dengan senyum manis Net. Dan dengan lembut, dia menyentuh wajah Net. “Apa yang aku lakukan ini untuk kita.”

“Aku tahu,” balas Net sambil memeluk Singkorn dan berbisik ditelinga nya. “Jika kamu bisa menangani Ayah dan Putrinya itu untukku, maka kita berdua akan bisa bersama.”

“Iya. Aku berjanji. Aku aku akan mengambil tempat itu, tempat Paramee,” kata Singkorn, berjanji. Lalu dia mencium Net.

Dari jauh, Paul memperhatikan mereka berdua.

Singkorn mengirimkan chat kepada Net bahwa dia meminta maaf atas sikapnya serta dia mencintai Net. Membaca chat tersebut, Net sama sekali tidak peduli, malahan dia menghubungi Paul dan menanyai, dimana Paul, karena dia sangat merindukan Paul.


“Aku minta maaf Khun Net. Aku sedang bekerja dengan Khun Nai, jadi tidak sempat,” kata Paul, menolak.

“Sekarang?” tanya Net, tidak senang.

“Khun Net, kamu kan tahu bahwa aku bertanggung jawab untuk tugas besar.”

“Aku mengerti. Sangat mengerti. Kalau begitu, mari bertemu besok,” ajak Net, berharap. Dan Paul mengiyakan.


Paul dan Nai bekerja lembur berdua. Ketika mata mereka berdua tidak sengaja saling bertatapan serta wajah mereka sangat dekat, mereka berdua sama- sama tertegun dan terdiam sambil terus saling menatap satu sama lain. Sayangnya, suasana tersebut dihancurkan oleh panggilan masuk dari Dan.

“Dan. Aku harus lembur malam ini, jadi aku tidak bisa menemui kamu,” kata Net dengan rasa bersalah.

“Tidak apa. Fokus bekerja. Perhatikan kesehatan mu juga,” balas Dan, mengerti.


Setelah Paul telah menyelesaikan pekerjaannya, dia pamit pulang duluan. Dan Nai mengiyakan serta menatap kepergiannya.

Hujan turun dengan deras. Untungnya, Paul ada membawa payung. Tapi kemudian, dia mengingat bahwa Nai sama sekali tidak ada membawa payung, jadi diapun meninggalkan payungnya untuk Nai.



“Siapa yang meninggalkan payung untukku?” gumam Nai sambil tersenyum dan berpikir.


Ketika Paul datang dalam kondisi basah, Dr. Kashane sangat heran, karena seingatnya sewaktu berangkat bekerja, Paul ada membawa payung. Dan Paul beralasan bahwa dia tidak sengaja meninggalkan payungnya di kantor.

“Mengapa kamu bekerja sampai selarut ini? Ketika aku menelponmu, aku pikir kamu sudah pulang ke rumah,” tanya Dr. Kashane, ingin tahu.

“Sibuk,” jawab Paul, singkat.


“Bagaimana dengan Khun Nai?” tanya Dr. Kashane dengan bersemangat.

“Mengapa kamu bertanya tentang dia? Kamu suka dia?” tebak Paul, menggoda.

“Gila! Kami sudah lama saling mengenal, jadi biasa saja kalau aku menanyai tentang dia,” sangkal Dr. Kashane dengan gugup.


Tepat disaat itu, Paul melihat Patcharee datang. Dan Paul pun langsung pergi meninggalkan Dr. Kashane. Tidak lama kemudian, para karyawan yang lain juga datang. Dan dengan baik hati, Dr. Kashane mentraktir mereka semua. Dan semuanya langsung bersemangat.



Sambil makan para karyawan mulai bergosip. Mereka bertanya- tanya, apa yang Nai dan Paul sedang lakukan, karena setahu mereka, Nai dan Paul sedang lembur bersama. Lalu mereka menebak, apa mungkin Nai dan Paul sekarang sedang makan bersama. Dan tanpa sadar, Dr. Kashane mengatakan bahwa itu tidak mungkin. Lalu dengan penasaran, dia menanyai, apa yang terjadi antara Net dan Paul.

“Dokter, alasan Paul bekerja di perusahaan itu adalah karena Khun Net. Jika dia kekurangan uang, Khun Net akan membayarkannya!” jelas Mee dengan bersemangat.

“Dia pasti dapat banyak dari Khun Net,” tambah Wit, dengan yakin.

“Kalian berdua bicara terlalu banyak! Mungkin Khun Net dan Paul hanya sekedar dekat saja,” kata Ting, membela Paul.

“Aku berpikir begitu juga. Tidak mungkin Paul seperti apa yang P’Mee katakan,” kata Dr. Kashane, setuju dengan Ting.

Mendengar perkataan Dr. Kashane, Patcharee merasa agak heran serta curiga. Jadi dengan serius, dia terus memperhatikan sikap Dr. Kashane.


Dikantor. Ting berusaha mendekati Paul, dengan mesra dia berbicara manis serta memeluk Paul dari belakang. Dan Mee serta Wit mengejek kalau Ting terlalu genit kepada Paul. Tapi Ting tidak peduli serta melempari mereka.

“Paul! Hati- hati terkena virus!” kata Mee, mengingatkan Paul.

Nai kemudian datang. Dan Ting pun langsung menjauhi Paul.

Paul mengabaikan Ting dan dengan serius memberitahu Nai bahwa ada yang salah dengan jumlah dan stok yang ada. Mendengar itu, Nai memeriksa data yang ada.

“Aku akan memberitahu Paman Singkorn. Janagn sebutkan tentang ini lagi. Jangan beritahu siapapun juga. Khususnya Ayah,” kata Nai, memperingatkan Paul dengan tegas.

Mendengar itu, Paul merasa sangat heran.


Ketika Nai datang bertanya, Singkorn merasa sangat gugup. Lalu dia beralasan bahwa dia sudah mengeceknya, dan dia tidak mungkin akan membiarkan kesalahan seperti ini terjadi. Dan Nai menjawab bahwa dia mengerti, namun untuk berjaga- jaga, dia ingin Singkorn mengeceknya lagi.

“Hey. Apa mungkin kamu berpikir seseorang sepertiku akan menipu perusahaan?” tanya Singkorn.

“Aku tidak berpikir seperti itu. Itu mengapa aku menunjukkan nya kepada mu duluan,” balas Nai. Dan Singkorn tampak lega.


“Baiklah. Untuk membuatmu merasa aman, aku akan menyuruh orangku untuk mengecek nya lagi,” kata Singkorn. Lalu dia langsung menghubungi karyawan nya.

Setelah Nai pergi, Singkorn memarahi karyawannya. “Urus dokumen ini. Jangan biarkan ini terjadi lagi,” katanya, memperingatkan.

“Baik,” jawab si karyawan dengan gugup.

“Kamu ingin mencoba ku Paul?” gumam Singkorn, kesal.

Jam makan siang. Paul menolak ajakan Mee dan Wit untuk makan siang bersama. Lalu ketika Mee dan Wit sudah pergi, Singkorn datang.



Singkorn menginjak tag nama Paul yang terjatuh dilantai. Lalu saat Paul ingin memungut tag namanya, Singkorn menendang tag nama tersebut.

“Ingat. Jika kamu masih berpikir bahwa aku menipu uang perusahaan, selanjutnya bukan hanya tag nama mu yang akan di injak,” ancam Singkorn. Dan mendengar itu, Paul tersenyum dengan tenang, karena dia sama sekali tidak takut.


Ketika Mee dan Wit tiba- tiba kembali, Singkorn melepaskan Paul dan pergi. Melihat itu, Mee dan Wit merasa khawatir kepada Paul.



Dalam rapat. Paramee mempercayakan Singkorn untuk menghubungi perusahaan di Hongkong, karena selama ini Singkorn belum pernah membuat kesalahan. Dan mendengar itu, Net mendukung Singkorn serta merasa puas dengan keputusan Paramee. Namun disaat itu, Paul dengan sengaja mengungkit kesalahan yang Singkorn buat.


“Paul! Ini pertemuan dewan direksi. Jika ada sesuatu, mari bicara diluar,” kata Singkorn, menghentikan Paul.

“Aku minta maaf,” balas Paul sambil melirik ke arah Paramee.


Ketika Paul akan pergi, Paramee menghentikan Paul dan menanyai, dokumen apa yang Paul bahas. Dan mendengar itu, Paul tersenyum puas. Lalu dia menjelaskan dengan jujur.

“Aku menemukan angka biaya yang dikeluarkan dan produk yang ada didalam stok, tidak sesuai. Jika angkanya tidak sesuai, dan jika angkanya memang benar, maka perusahaan akan mengalami kerugiaan sampai jutaan. Jadi aku mengirim dokumen tersebut kembali ke bagian yang bertanggung jawab untuk mereka memperbaikinya lagi,” jelas Paul.

“Itu bagianmu Singkorn? Bagaimana aku bisa tidak tahu tentang itu?” tanya Paramee.

“Itu… kami masih merundingkan dokumen tersebut, jadi aku belum menginfokannya kepada kamu,” jawab Singkorn dengan agak gugup.


Mengetahui kejadian ini, Paramee jadi ragu untuk mempercayakan project besar kepada Singkorn. Jadi dia memerintahkan Nai untuk menggantikan Singkorn sampai masalah didalam tim Singkorn terselesaikan. Dan dengan patuh, Nai mengiyakan.

“Temui aku nanti di kantor, Singkorn,” perintah Paramee.




Dibawah meja, Singkorn mengepalkan tangannya dengan erat dan berusaha untuk menahan emosi nya.


Ditempat parkir. Ketika Paul akan pulang, Singkorn menahannya. Dia membayar tiga preman untuk memukuli Paul. Sementara dia sendiri, duduk dan menonton itu sambil meminum minuman nya dengan santai.

Ketika para preman memukulinya, dan menendang- nendang dirinya, Paul jadi teringat akan masa lalu kelam nya.


Flash back

“Anak tanpa Ayah! Anak tanpa Ayah!” ejek anak- anak sambil memukuli dan menendang- nendang Paul. Dan dengan tidak berdaya, Paul hanya bisa menahan rasa sakitnya.

Flash back end


Ketika Paul pingsan, Singkorn menyiram wajah Paul untuk menyadarkannya. “Ini hadiah untuk seseorang dengan mulut besar seperti kamu Paul. Aku berharap besok kamu akan memiliki kekuatan untuk datang dan menulis surat pengunduran dirimu,” katanya, memperingatkan. Lalu diapun pergi meninggalkan Paul.



Ketika Paul berjalan pulang dalam keadaan terluka, Nai kebetulan lewat. Dan dia ingin mendekati Paul serta memeriksanya. Tapi Dan menghentikan Nai.

“Dia mungkin berbicara buruk kepada seseorang dan dipukuli. Jadi biarkan saja dia,” kata Dan, tidak peduli dengan kondisi Paul.


Dr. Kashane terkejut saat melihat kondisi Paul. Dan Paul menceritakan bahwa ini karena Singkorn, tangan kanan Paramee.

“Jika bekerja disana sangat berbahaya seperti ini, lebih baik kamu berhenti saja,” kata Dr. Kashane, menyarankan. Dan Paul mengabaikannya.



“Aku tahu, apapun yang aku tanya, kamu tidak akan menjawab. Tapi aku ingin kamu bertanya pada dirimu sendiri, apa yang kamu inginkan sebanding dengan apa yang kamu alami?!” kata Dr. Kashane, menasehati Paul.

Mendengar itu, Paul mengepalkan tangannya dengan erat.


Keesokan harinya. Singkorn datang menemui Nai untuk membahas siapa yang akhirnya akan menghubungi perusahaan Hongkong. Dan Nai menjawab Paul.

“Paul?” kata Singkorn sambil tertawa pelan. “Dia mungkin tidak bisa melakukan itu. Mungkin dia bahkan tidak akan muncul hari ini.”


Sayangnya, Singkorn salah. Karena tepat disaat dia mengatakan itu, Paul datang. “Aku minta maaf, aku telat.”

Post a Comment

Previous Post Next Post