Sinopsis Lakorn- Fah Mee Tawan Episode 6/2

 


Original Network : Channel 7

Net menemui dua kenalannya untuk meminta bantuan mereka. Dia ingin mereka berbicara kepada suami mereka agar membantu kasus keponakannya, Gina. Dan sebagai imbalannya dia memberikan sebuah cincin berlian kepada mereka.

“Dia baru saja di promosi. Dia tidak boleh terlibat dengan kasus seperti ini,” tolak kenalan pertama. Dan Net merasa stress harus bagaimana lagi.

Ketika acara makan siang telah selesai, dan mereka bertiga berpisah. Net tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka berdua dibelakangnya.

“Aku menyesal karena berliannya sangat cantik. Mungkin lain kali, kamu bisa mendapatkan yang lebih cantik lagi,” kata kenalan kedua.

“Dia hanya wanita simpanan. Wanita jenis itu, kita hanya cukup mengucapkan ‘halo’ secara sopan di acara- acara. Untuk membantunya, itu tidak sia- sia saja,” balas kenalan pertama.

“Tapi Khun Paramee perhatian padanya di publik,” kata kenalan kedua.



“Jika begitu, mengapa tidak seorang pun pernah melihat dia mengenakan Pink Rose Collection? Yang Khun Dara selalu kenakan itu. Ini jelas bahwa wanita jenis itu berbeda level dengan mantan istrinya,” balas kenalan pertama. Lalu mereka berdua tertawa dengan keras.

Mendengar pembicaraan mereka berdua, Net sangat kesal sekali. Namun dia tidak berdaya dan tidak bisa melakukan apapun untuk membela dirinya.


Net curhat kepada Paul bahwa tampaknya dia harus mencari cara lain untuk membantu Gina, tapi dia tidak tahu caranya apa lagi. Dan Paul menawarkan diri untuk membantu Net mencari bukti kalau Gina memang tidak bersalah. Mengetahui kalau Paul ingin membantunya, Net merasa sangat tersentuh.

“Aku siap melakukan segalanya untuk memuaskan mu,” kata Paul sambil tersenyum. Dan Net senang dengannya.


Paul pergi ke bagian keamanan didalam club dan melihat rekaman CCTV pada malam kejadian. Tapi ada bagian rekaman yang hilang. Dan untuk membuat si petugas mau memberitahunya, Paul pun memberikan sedikit tip kepada si petugas.

“Benar, ada yang mengambil sebagian rekamannya. Karena kamu berteman dengan seniorku, maka aku mau  memberitahumu ini,” kata si petugas.

“Bukankan biasanya ada file cadangan?” tanya Paul sambil memberikan tip lagi kepada si petugas.

“Iya,” jawab si petugas sambil menunjukkan filenya kepada Paul. “Silahkan kamu lihat. Tapi jangan lama- lama. Bos ku akan segera datang,” jelasnya.



Flash back

Didepan kamar mandi, Kat sengaja menabrak Gina dengan kuat sehingga Gina terjatuh. Lalu secara diam- diam dia memasukkan obat terlarang miliknya ke dalam tas Gina.

Ketika polisi datang menghampiri Gina, Kat langsung pergi bersama dengan Dan.

Flash back end

Melihat rekaman tersebut, Paul teringat dengan apa yang dilihatnya malam itu. Ketika Kat dan Dan pergi secara diam- diam dari club.



Gina akhirnya di bebaskan. Dan Gina sangat senang sekali. Tapi mengetahui apa yang terjadi, dia merasa sangat kesal kepada Kat.

“Mulai dari sekarang, aku melarang mu untuk keluar malam- malam lagi,” kata Ranee, memperingatkan Gina. Dan Gina merasa agak keberatan, tapi dia tidak melawan.

“Ma, ngomong- ngomong, siapa yang menemukan bukti untuk membantuku?” tanya Gina, ingin tahu.

“Pria bernama Paul, orang tante mu,” jawab Ranee. Dan mendengar itu, Gina tersenyum senang dan penuh arti.


Paul memberikan bukti rekaman CCTV kepada polisi. Dan Nai datang ke sana untuk ikut melihat rekaman itu juga. Lalu ketika dia melihat Dan, dia merasa terkejut, sedih, terluka, serta kecewa sekali.


“Kamu sudah tahu tentang Dan, kan?” tanya Nai.

“Iya. Tapi itu bukan urusanku,” balas Paul dengan sikap acuh. “Mengapa kamu peduli? Dengan pekerjaan dan image mu di masyarakat, pada akhirnya dia akan memilihmu. Atau dengan kata lain, dia puas denganmu.”


Mendengar itu, Nai merasa tambah sedih dan terluka. Lalu diapun berjalan pergi. Dan melihat itu, Paul merasa bersimpati padanya.

“Itu yang terbaik yang bisa kukatakan,” gumam Paul.


Paramee merasa tidak senang, karena ada masalah yang terjadi kepada seseorang didalam rumahnya, tapi tidak ada yang memberitahunya. Dan Net beralasan bahwa dia hanya tidak ingin Paramee merasa stress dan dia ingin Paramee lebih banyak beristirahat. Selain itu, dia bisa mencari cara untuk menanganinya.

“Jadi bagaimana kamu menanganinya?” tanya Paramee, ingin tahu.

“Paul menemukan bukti bahwa Gina bukan pemilik obat terlarang tersebut. Dan Nai pergi membantu P’Ranee sekarang. Jadi jangan khawatir,” jawab Net, memberitahu.



Ketika Dan serta Kat sedang bermesraan, Nai datang. Dengan panik, Dan langsung melepaskan tangan nya yang di peluk oleh Kat.

“Nai, ini tidak seperti itu,” kata Dan, menahan tangan Nai agar jangan pergi. Dengan kuat, Nai langsung menampar wajah Dan. Lalu dia berjalan pergi.



Dan ingin mengejar Nai. Tapi Kat menahan tangan Dan. Lalu kemudian, Dan mendapatkan telpon dari Ayahnya, dan dia pun langsung menjawabnya.

“Halo, Ayah… Apa?! Polisi memanggilku untuk di pertanyakan? …”

Mengetahui apa yang terjadi, Dan menatap ke arah Kat. Sementara Kat merasa sangat gugup serta panik sekali.

Ketika Dan keluar dari kantor polisi bersama dengan pengacaranya, dia langsung dikerubungi oleh para wartawan. Saat para wartawan mengajukan pertanyaan, pengacara Dan yang menjawab.

“Mereka hanya kenalan saja. Mengenai obat terlarang, Khun Dan sama sekali tidak terlibat,” kata si pengacara, menjelaskan dengan singkat.


“Dari rekaman CCTV, kami melihat kamu dekat dengan Khun Kat,” tanya wartawan.

“Sudah di bilang tidak ada apa- apa!” jawab Dan, kesal. Lalu dia langsung pergi begitu saja serta menghindari para wartawan.


Saat Dan menelpon, Nai mengabaikannya. Melihat itu, Patcharee bertanya dengan heran. Dan Nai langsung mematikan telpon tersebut. “Lanjutkan,” perintah Nai. Dan dengan patuh, Patcharee lanjut membacakan jadwal- jadwal Nai.

Sedangkan Paul hanya diam saja. Ketika Nai sudah menandatangani dokumen yang dibawa nya, diapun langsung pergi dari ruangan.

Ketika Paul keluar dari ruangan, dia bertemu dengan Dan. “Kamu pikir dia ingin berbicara kepadamu sekarang?” tanyanya, mengingatkan.


“Ada apa denganmu?!” balas Dan, kesal. “Ini antara aku dan Nai. Tidak melibatkan karyawan rendah sepertimu,” katanya dengan kasar.

Mendengar itu, Paul mendengus. “Ini jam kerja. Bukan waktu untuk kamu perbaikan atau membuat alasan kepada pacarmu.”

Dan adalah orang yang mudah emosi. Jadi ketika Paul mengatakan itu, dia langsung menarik kerah Paul serta ingin memukulnya. Dan melihat itu, para karyawan langsung menarik Dan supaya melepaskan Paul serta jangan membuat keribuatan di kantor.


Lalu kemudian, Nai dan Patcharee keluar dari ruangan. “Alasan aku keluar adalah supaya kamu bisa mengerti. Jadi kamu tidak perlu menyia- nyiakan waktumu.”

“Apa maksudmu?” tanya Dan, tidak mengerti.

“Aku sudah membuat keputusan. Dari sekarang, tidak peduli kemana kamu pergi atau dengan siapa, silahkan saja. Kita putus,” jelas Nai dengan tegas. Lalu dia kembali masuk ke dalam ruangannya.

“Nai!” teriak Dan, memanggil.

“Khun Nai sudah mengatakan dengan jelas. Jadi aku harap kamu tidak berteriak di perusahaan kami lagi Khun Dan,” jelas Patcharee dengan sopan. Lalu dia ikut masuk kembali ke dalam ruangan.


 Mendengar itu, Paul tersenyum kepada Dan. Begitu juga dengan para karyawan yang lain. Dengan kesal, Dan pun langsung pergi darisana.

Ranee membawa Gina ke dalam kamar Net untuk mengucapkan terima kasih. Lalu setelah itu, dia meminta Gina untuk keluar, karena ada yang ingin dibicarakannya dengan Net.


“Aku ingin berterima kasih kepadamu sekali lagi,” kata Ranee dengan sikap lembut.

“Tidak perlu, kamu sudah tahu bahwa aku tidak ingin membantumu,” balas Net dengan ketus. “Ini kesalahan ku, karena dulu bergantung pada seseorang sepertimu!”


“Ya ampun! Itu benar. Tapi apa yang kamu miliki sekarang, semuanya adalah hasil bantuan ku,” balas Ranee dengan sikap masih lembut. “Dari sekarang, jika kamu masih menjaga ku dan putriku dengan baik, aku berjanji bahwa rahasia yang kamu sembunyikan dari Khun Paramee, tidak akan pernah keluar dari mulutku!” janjinya. Lalu dia tersenyum dengan sinis kepada Net dan pergi.

Dengan kesal, Net melampiaskan emosinya dengan melempar pakaian- pakaian yang ada didekat nya.



Dr. Kashane merasa bersimpati dengan Nai, karena terlibat dengan pacar yang jahat. Lalu dia mengakui dengan jujur kepada Paul bahwa dia sebenarnya menyukai Nai, tapi dia tahu kalau Nai tidak peduli dengan nya, dan status mereka tidak cocok. Dia hanya orang biasa, sedangkan Nai adalah wanita kelas atas.

“Jangan terlalu memandang rendah dirimu sendiri, kawan,” kata Paul, menasehati. “Khun Nai hanya wanita biasa yang kebetulan dan sangat beruntung mengambil tempat seseorang. Itu saja. Dia bukan wanita kelas atas yang tidak bisa diraih.”

“Apa maksudmu?” tanya Dr. Kashane, tidak mengerti.

“Tidak ada. Hanya bicara saja. Jangan dipikirkan,” jelas Paul dengan gugup, karena barusan dia tidak sengaja keceplosan.


Jam pulang kerja. Ketika Nai pergi ke tempat parkir, dia bertemu dengan Dan yang menunggunya disana. Dan tampak sedikit mabuk.

Dan menjelaskan kepada Nai bahwa dia tidak ingin mereka putus. Juga dia hanya mencintai Nai saja, sedangkan wanita yang lain hanya wanita biasa yang datang dan pergi. Lalu dengan paksa, dia memeluk Nai.


Tepat disaat itu, Paul datang. Dia mendorong Dan serta menyelematkan Nai. Dengan kesal, Dan memukul Paul, karena Paul ikut campur dalam urusannya. Dan Paul pun balas memukulnya berkali- kali. Melihat itu, Nai menarik Paul untuk berhenti.

“Aku akan memberitahu Ayahku! Apa kamu tahu, anak siapa aku?! Ayahku akan mengurus mu, brengsek!” ancam Dan.

“Paul, ayo pergi dari tempat ini,” ajak Nai, merasa khawatir kepada Paul.

“Pengecut!” teriak Dan.


Paul mengantarkan Nai pulang menggunakan mobil Nai. Sedangkan mobilnya sendiri dia tinggalkan di tempat parkir.

Nai menangis. Dia tidak pernah menyangka kalau Dan ternyata adalah orang yang seperti itu. Dan Paul menasehati Nai untuk bersyukur, karena walaupun Nai menjadi sedih hari ini, namun setidaknya ini lebih baik daripada nantinya telat.

“Kamu berbicara seperti kamu pernah sedih akibat cinta seperti ku sebelumnya,” komentar Nai.

“Bukan aku. Tapi…” kata Paul. Lalu dia berhenti berbicara sebelum dia sempat keceplosan. Dan Nai tidak terlalu memikirkan itu.


Setelah agak tenang, Nai meminta Paul untuk menepikan mobil. Lalu dia mengambil obat dan mengobati dahi Paul yang terluka.


“Maaf, kamu terluka karena aku lagi,” kata Nai.

“Tidak apa,” balas Paul sambil menatap mata Nai. Dan melihat mata Paul juga, Nai sempat merasa terpesona.



Ketika mobil dibelakang membunyikan klakson, Nai langsung tersadar dan mengalihkan tatapannya, lalu dia duduk dengan gugup. Dan Paul lanjut mengemudi.


Selesai mandi, Paul menatap luka didahinya sambil tersenyum kecil dan mengingat kembali kejadian di dalam mobil barusan.


Nai menyisir rambutnya sambil tersenyum- senyum sendirian. Lalu ketika tersadar, dia langsung berhenti tersenyum.



Pagi hari. Dan datang menemui Nai. Sebenarnya, Nai tidak merasa senang, tapi karena Net memberikan tatapan mengancam dan mencengkram lengannya dengan erat, maka Nai pun bersedia untuk berbicara dengan Dan. Dengan senang, Dan mengucapkan terima kasih atas bantuan Net kepadanya.


“Silahkan berbicara dengan bebas. Ketika sudah selesai, biarkan Dan mengantarkanmu bekerja,” kata Net sambil menatap Nai dengan tajam.

Ketika Paul datang ke kantor, dia terus tersenyum. Dan melihat itu, Mee mengomentari Paul sebagai orang aneh, karena wajah Paul terluka, tapi anehnya Paul malah tersenyum bahagia.


Lalu senyum Paul langsung menghilang, disaat dia melihat Nai datang bekerja bersama dengan Dan. Bahkan mereka berdua tampak sangat dekat, karena Nai membiarkan Dan memegang tangannya.


“Kamu tahu bahwa aku menyetujui kamu untuk mengantarkan aku, itu karena Net,” kata Nai. Lalu dia menarik tangannya dan berjalan pergi.

Mendengar itu, Mee tertawa keras. Dan Paul kembali tersenyum.


Lift diarea penambangan terjatuh, sehingga banyak pekerja yang terluka. Dan Boss pekerja langsung memanggil ambulans.

Patcharee melaporkan kejadian tersebut kepada Nai serta Singkorn. Satu pekerja meninggal dan banyak yang terluka. Juga sekarang mereka harus memperbaiki lift nya, jadi untuk sementara area penambangan ditutup. Dan karena area penambangan ditutup, maka itu berdampak kepada produk baru mereka yang masih di produksi.

“Ini masalah nyawa. Kita harus membayar biaya rumah sakit mereka, termaksud memberikan kompesansi kepada pekerja,” kata Nai, meminta persetujuan Singkorn.

“Ini alasan kamu memanggilku ke sini?” tanya Singkorn dengan sikap acuh. Mendengar itu, Ting, Patcharee, dan Nai, sama- sama merasa terkejut dengan tanggapan Singkorn. “Aku tidak setuju. Kecelakaan yang terjadi, itu karena kelalaian pekerja disana. Selain itu biasanya aku yang menangani situasi ini, jadi biarkan aku saja yang menanganinya sekarang,” jelasnya.


“Tapi sekarang kita sedang ditengah negosiasi kontrak dengan Khun Wichai. Jika sesuatu terjadi, aku takut pihak lain tidak akan mau memperpanjang kontrak,” jelas Nai, menyampaikan pendapat dan kekhawatirannya.

“Aku pernah menangani masalah seperti ini, sebelum kamu mulai berkerja disini. Kamu mungkin baru, jadi kamu terkejut. Biarkan aku yang menanganinya, kamu tidak perlu ikut campur,” balas Singkorn, tanpa rasa hormat sama sekali. “Ng. Kamu tidak perlu mencapekkan dirimu,” jelasnya. Lalu dia pergi.

Dikantor. Ting menceritakan kepada rekan- rekannya tentang apa yang baru saja terjadi diruang rapat. Dan mengetahui apa yang terjadi, semuanya merasa kasihan kepada Nai. Karena di depan Paramee, Singkorn selalu tampak mendukung dan baik kepada Nai. Tapi dbelakang Paramee, Singkorn malah menekan dan meremehkan Nai.

Saat Gina datang bekerja, dengan perhatian, dia membelikan segelas minuman untuk Paul. Ketika yang lain meminta, dia menyarankan mereka untuk membeli sendiri di café bawah. Dan banyak pria yang merasa kecewa.


“Hey! Kamu kembali bekerja sekarang? Aku pikir kamu sudah berhenti?” tanya Ting dengan sinis.

“Aku juga tidak mau datang. Tapi Mama ku terus ngomel dirumah, jadi aku datang deh,” jawab Gina dengan jujur. “Jadi jangan berikan banyak pekerjaan padaku ya. Aku mudah capek,” pintanya.

“Heh! Jika kamu takut capek, jangan berkerja!” ejek Ting, ketus.

“Benarkah?” tanya Gina, menganggap serius.


Dengan kesal, Ting ingin memberi Gina pelajaran. Tapi para pria menahannya dan meminta nya untuk tenang. Melihat itu, Paul hanya diam saja dan menggeleng- gelengkan kepalanya.


2 Comments

Previous Post Next Post