Original
Network : Tencent Video, iQiyi
Penjaga Geng
dan Ning Yi menangkap si provokator dan mengintrogasinya. Mereka ingin
mengetahui, siapa yang telah menyuruh si provokator untuk datang ke toko,
memperkeruh suasana, dan membuat keributan. Tapi si provokator tidak mau
memberitahu. Jadi Ning Yi pun menggunakan sedikit kekerasan untuk membuatnya
bicara, dia memelintir tangan si provokator ke belakang.
“Aku bilang, aku
bilang, aku bilang,” kata si
provokator, menyerah. “Tuan Muda
Sulung Su yang memerintahku datang untuk membuat keributan,” katanya,
memberitahu.
“Kalau begitu,
kamu beritahu dia, jika dia masih berani membuat keributan, yang berikutnya
adalah dia,” tegas Ning
Yi. Lalu dia mematahkan tangan si provokator.
Setelah itu,
dengan sikap tenang, Ning Yi berjalan pergi. “Carikan dokter untuknya,”
perintahnya. Dan Penjaga Geng tertegun.
Malam hari.
Para akuntan berkumpul untuk menghitung kerugian hari ini. Tapi anehnya,
setelah semua uang dihitung dan pembukuan dicek, sama sekali tidak ada kerugian,
malahan mereka mendapatkan keuntungan lebih dari 15 ribu tael. Dan semuanya
merasa terkejut, kecuali Su Tan’er, dia bersikap sangat
tenang. Lalu Su Wenxing menuduh kalau para akuntan pasti ada salah menghitung.
“Meskipun ada
rintangan dalam peresmian toko hari ini, namun telah ditangani dengan baik.
Kain awan senja yang dipesan oleh Gubenur Zhang dan Hakim Daerah Xu, aku sudah
mengambil dari gudang dan meminta orang untuk mengantarnya,” kata Su Tan’er,
menjelaskan.
“Bagus,” puji Su Yu,
puas.
Dengan sikap
sok baik, Su Zhongkan mengomentari kalau cara Su Tan’er
memperoleh uang ini, tidak sesuai dengan ajaran Keluarga Su mereka. Pengusaha
yang mengejar keutungan dapat dimaklumi, tapi Keluarga Su mereka, dari dulu
selalu suka berbuat kebajikan dan beramal, harga kain selalu wajar. Namun
sekarang, demi mendapatkan keuntungan, Su Tan’er malah sampai menaikkan harga tiga kali lipat.
Walaupun ini karena terpaksa, tapi Su Tan’er telah melanggar ajaran leluhur.
Sebelum Su Tan’er sempat
membalas, Ning Yi berbicara duluan. “Menaikkan harga adalah ideku, tidak ada
hubungannya dengan Tan’er,” katanya,
melindungi Su Tan’er. “Aku juga tidak
terpikirkan, kain yang dikembangkan oleh istriku begitu bagus, keterampilannya
sangat bagus. Jadi, tiba-tiba muncul ide untuk meningkatkan harga kain. Mohon
Kakek memakluminya,” jelasnya
dengan sikap hormat kepada Su Yu.
Dengan sikap
sok baik seperti Ayahnya, Su Wenxing mengomentari kalau Ning Yi dan Su Tan’er telah
menghancurkan reputasi Keluarga Su yang sudah susah payah dibangun, jadi cepat
atau lambat, Keluarga Su akan hancur karena mereka. Sebab mereka berdua
menaikkan harga sesuka hati dan masih bersikap angkuh.
“Harganya wajar
atau tidak, akan diketahui setelah dihitung,” kata Ning Yi dengan percaya diri. Dan para
akuntan pun mulai menghitung.
Hasil
perhitungan, harga rata- rata kain perpotong pas 1500 koin, tidak ada perbedaan
dengan nilai normalnya. Mengetahui itu, Su Zhongkan dan Su Wenxing sangat
bingung, kenapa bisa begitu.
“Ini sebenarnya
adalah masalah probabilitas dalam aritmatika. Ada sekitar 210 ribu orang di
Jiang Ning selama ada lebih dari sepertiga dari mereka berpartisipasi dalam
acara kami, kemudian membagi rolet menjadi tujuh bagian yang sama, maka harga
rata-rata akhir yang didapatkan kira-kira adalah 1500 koin,” kata Ning
Yi, menjelaskan kepada semuanya. “Ini sebenarnya adalah perjudian, namun
memanfaatkan kesukaan pelanggan akan diskon dan keramaian, tidak terlalu
memungkinkan bisa gagal bertaruh,” jelasnya sambil menatap Su Yu dengan bangga.
“Kedengarannya
sangat menarik,” puji Su Yu
sambil tertawa senang. “Hari ini beberapa temanku juga diajak untuk
Pindaodao. Berhubung tidak menaikkan
harga, berarti tidak melanggar ajaran leluhur keluarga Su,” jelasnya,
penuh pengertian. “Tan’er, Yi baru datang
ke Kediaman Su, masih banyak hal yang dia tidak paham, kamu harus banyak
membantunya. Ilmu berbisnis sangat luas. Kamu harus belajar baik-baik dari
paman kedua dan juga kakak sulungmu. Jangan sombong dan berpuas diri,” katanya,
menasehati Su Tan’er. Dan
mendengar itu Su Zhongkan serta Su Wenzing, mengangkat dagu mereka serta
bersikap sombong.
“Tan’er paham,” kata Su Tan’er dengan patuh.
Su Yu sangat
puas dengan sikap patuh Su Tan’er dan hasil
kerjanya hari ini. Jadi
dia tertawa. Lalu dia pergi untuk beristirahat.
Setelah Su Yu
pergi, Su Tan’er dan Ning Yi
menatap Su Wenxing sambil tersenyum penuh kemenangan. Dan Su Wenxing berwajah
muram.
Su Zhongkan
merasa sangat kesal pada kejadian hari ini. Dan Su Wenxing menenangkannya untuk
jangan panik, sebab dia adalah satu- satunya pria dari generasi ketiga Keluarga
Su, sementara Su Tan’er hanyalah
perempuan saja. Juga dia sangat yakin, kalau Su Yu berpihak padanya, sebab Su
Yu saja sampai menyuruh Su Tan’er untuk
belajar dari mereka. Mendengar
itu, Su Zhongkan menyuruh Su Wenxing untuk mengambil air. Dan Su Wenxing merasa
bingung, untuk apa air.
“Aku ingin
periksa apakah darah kita menyatu, untuk memastikan kamu adalah anak kandungku,” jelas Su
Zhongkan sambil menghela nafas capek. “Kenapa aku bisa melahirkan anak sebodoh kamu?” bentaknya,
kesal. Lalu dia
mengibaskan pakaiannya dan pergi.
Su Tan’er dan Ning
Yi berdiskusi tentang masalah atap yang bocor. Mereka sama- sama berpikir kalau kejadian
tersebut pasti karena ulah Keluarga anak kedua, sebab Keluarga anak kedua ingin
merebut stempel pemimpin.
“Sayangnya,
sekarang tidak ada bukti apa pun,” kata Su Tan’er, merasa tidak berdaya.
“Bukti?
Berandalan itu adalah seorang saksi. Lagi pula, kita juga menemukan sebuah
bukti fisik,” kata Ning
Yi sambil tersenyum
percaya diri. Dia telah menemukan bukti yang menunjukkan siapa pelaku perusak
atap.
Ternyata pelaku
perusak atap adalah Sun Erhu. Ning Yi dan Penjaga Geng telah mengecek, jejak
kaki Erhu sama dengan jejak kaki yang ditemukan digudang kain. Namun sekarang,
dia yakin kalau Erhu telah menghapus jejak kaki digudang kain, jadi mereka
tidak mungkin melapor kepada Su Yu. Maka dari itu, Ning Yi berpendapat bahwa
lebih baik mereka memelihara Erhu saja dulu. Daripada mereka menakuti Erhu
sekarang, lalu Erhu menjadi waspada, lebih baik mereka bertindak sesuai dengan
perkembangan situasi. Lagian sudah jelas kalau Erhu adalah pengkhianat. Juga
mereka bisa memanfaatkan Erhu untuk mencari tahu pergerakan Keluarga anak
kedua.
Mendengar
strategi Ning Yi, Su Tan’er merasa
kagum padanya dan juga berterima kasih padanya, karena Ning Yi telah menyelamatkannya.
“Selama ribuan
tahun, tidak mudah bagi seorang wanita untuk sukses dalam karier. Hanya saja,
mereka, kalian, semuanya tidak menyerah,” kata Ning Yi, menyemangati Su Tan’er.
“Tidak menyerah?” gumam Su
Tan’er, sedih.
Sebab selama ini, sebagai perempuan, dia selalu menerima kritikan.
Ning Yi
kemudian berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Su Tan’er. Melihat itu, Su
Tan’er merasa
bingung, ada apa. Dan
Ning Yi menjelaskan bahwa hari ini dia telah membantu Su Tan’er
mendapatkan begitu banyak uang, jadi dia meminta komisinya.
“Kamu berusaha
begitu keras untuk membantuku, untuk mendapatkan uang?” tanya Su
Tan’er, tidak
menyangka.
“Aku juga tidak
boleh menyerah. Lagi pula, aku juga tidak meminta banyak, lima ratus tael sudah
cukup,” balas Ning
Yi, tanpa rasa sungkan.
Mendengar itu,
Su Tan’er terdiam. Perasaan baik
yang dimilikinya untuk Ning Yi langsung lenyap begitu saja.
Xiao Chan dan
Penjaga Geng menghitung. Lalu mereka menatap Ning Yi dengan aneh, karena
permintaan Ning Yi terlalu berlebihan. 500 tael sudah hampir mendekati gaji
selama dua tahun. Tapi Ning Yi merasa kalau ini nilai yang wajar, karena dia
telah membantu Su Tan’er
mendapatkan keuntungan 15 ribu tael hari ini, jadi jika mereka tidak mau memberikan
500 tael padanya, berarti mereka terlalu pelit.
“Chan, minta
bendahara untuk mengambil uang untuknya,” kata Su Tan’er, membuat keputusan.
“Terima kasih
telah mengabulkannya, Istriku,” kata Ning
Yi sambil tersenyum serta memberikan hormat. Lalu dia pamit dan pergi.
“Nona terlalu
baik terhadap tuan menantu,” keluh Xiao
Chan, tidak senang dengan sikap matre Ning Yi.
“Ini sama
dengan gajiku untuk 28 tahun,” gumam
Penjaga Geng, merana.
Bawahan Su
melapor kepada Su Boyong tentang kejadian hari ini, juga dia memuji performa
Ning Yi yang cukup lumayan. Mendengar itu, Su Boyong mendengus, menurutnya,
Ning Yi hanya memamerkan kemampuannya untuk sesaaat saja. Dan si Bawahan Su pun
diam.
“Beri
perintah kepada Penjaga Geng, beritahu dia apa yang harus dilakukannya,” perintah Su
Boyong.
“Baik,” jawab si
Bawahan Su dengan
patuh.
Ning Yi
berbaring ditempat tidur dengan nyaman dan menulis sebuah novel percintaan
berjudul ‘Tuan Menantu
Arogan Jatuh Cinta Padaku’.
Selesai
menulis novel, Ning Yi ingin pergi untuk berjalan- jalan diluar dan berbelanja.
Tapi Penjaga Geng menangkapnya, karena Ning Yi tidak boleh meninggalkan
kediamaan, tanpa persetujuan Su Tan’er. Dan Ning Yi pun menyuap Penjaga Geng
menggunakan novel percintaan yang barusaja ditulisnya secara khusus untuk
Penjaga Geng.
Untuk
memastikan kalau novel itu memang bagus, Penjaga Geng pun membacanya. Dan saat
dia membaca novel itu, dia merasa sangat tertarik sambil terus tersenyum-
senyum sendiri saat membacanya. Lalu Ning Yi merebut novel tersebut, dan
Penjaga Geng mengeluh, karena dia belum selesai baca.
“Tidak boleh membaca
terlalu banyak, nanti kamu tidak bisa melepaskannya. Bukankah nona memintamu
untuk mengawasiku? Bagaimana jika aku kabur saat kamu tidak fokus karena
membaca buku?” tanya Ning
Yi secara sengaja, memancing Penjaga Geng untuk mengizinkannya keluar.
“Aku ikut
denganmu saja,” jawab Penjaga Geng,
tanpa berpikir. Lalu dia langsung berlari ke dekat gerbang.
“Tanpa
sepengetahuan nona, tuan menantu tidak boleh meninggalkan kediaman,” sindir Ning
Yi secara halus.
Mendengar
itu, Penjaga Geng langsung membukakan pintu gerbang. “Aku sudah
menyetujuinya,” katanya,
mengizinkan. Dan Ning Yi tersenyum puas.
Ning Yi dan
Penjaga Geng berjalan- jalan bersama, mencobai berbagai makanan dipasar,
membeli berbagai barang- barang unik, mengelilingi berbagai tempat sesuai yang
tertulis diberbagai buku wisata.
“Apakah kamu
tahu masih ada apa yang lebih seru untuk dimainkan di Kota Jiang Ning?” tanya Ning
Yi, meminta pendapat Penjaga Geng.
Mendengar
itu, Penjaga Geng menatap Ning Yi dengan penuh makna. “Kamu…kamu ingin
main apa?” tanyanya,
memastikan.
“Kamu jangan
berpikiran yang aneh-aneh, kita adalah orang baik-baik,” kata Ning
Yi, memperingatkan Penjaga Geng.
“Oh…” kata
Penjaga Geng, tidak percaya.
Penjaga Geng
membawa Ning Yi ke Teater Xinmen atau tempat hiburan khusus bagi para pria
untuk bersenang- senang dengan wanita.
“Bukankah ini
masih adalah itu?” tanya Ning
Yi dengan gugup. Lalu dia menatap Penjaga Geng. “Lagi pula sudah datang, ini saja,” katanya,
memutuskan untuk mencoba masuk ke dalam sana.
Yuan Jin’er, pemain
musik. Lagu yang dimainkannya sangat enak sekali didengar, dan dia juga cukup
populer di Teater Xinmen.
Madam Bos
melihat kedatangan Ning Yi. Melihat kantong uang Ning Yi sangat tebal, dia
langsung mendekati Ning Yi dan menawarkan pelayanan. Dan Ning Yi puas dengan
sikapnya, tapi dia hanya ingin mendengarkan lagu saja, dan tidak membutuhkan
wanita. Mengetahui itu, Madam Bos tertawa mengerti.
“Mari, Tuan,
silakan,’ kata Madam
Bos dengan ramah, mempersilahkan Ning Yi untuk duduk ditempat yang bagus supaya
bisa mendengarkan musik lebih baik dan bisa bersantai.
Erhu
kebetulan berada Teater Xinmen juga. Melihat kedatangan Ning Yi, dia tersenyum
penuh arti. Lalu dia pergi mencari Su Wenxing dan melapor kepadanya. Mengetahui
itu, Su Wenxing sangat bersemangat untuk menangkap basah Ning Yi.
Su Wenxing
pulang dan melaporkan tentang Ning Yi kepada Su Yu, dan dia mempersilahkan Su
Yu untuk mengecek sendiri kebenarannya.
Su Tan’er dipanggil
menghadap. Dan ketika dia datang ke hall, Su Wenxing langsung memanas- manasi
nya.
“Adik, tidak
terpikirkan tangan Ning Yi memeluk pinggang Jin’er naik ke lantai atas bersama. Di lantai
atas teater ini semuanya adalah ruang VIP yang tertutup. Ruangan ini sangat
bersifat pribadi,” kata Su
Wenxing, menceritakan dengan agak melebih- lebihkan kejadian sebenarnya.
“Kakak Sulung
menceritakannya dengan begitu detail, seperti melihatnya dengan mata kepala
sendiri,” balas Su Tan’er, menggali
lubang untuk Su Wenxing.
Dengan
bodohnya, Su Wenxing masuk ke dalam lubang yang Su Tan’er gali. “Aku memang melihatnya
dengan mata kepalaku sendiri Ning Yi begitu konyol, merusak nama baik keluarga,” katanya.
Mendengar
itu, Su Tan’er tersenyum
puas, dan Su Yu langsung menatap Su Wenxing. “Kamu melihatnya dengan mata kepala sendiri?
Jadi, kamu pernah pergi ke tempat seperti itu?” tanyanya.
“Tidak,
tidak, tidak,” kata Su
Wenxing sambil menampar dirinya sendiri dengan pelan. “Aku terlalu
emosi hingga menjadi linglung. Bawahanku yang melihatnya,” jelasnya,
membela diri.
Su Yu
kemudian memutuskan supaya masalah ini, Su Tan’er urus sendiri. Dan Su Tan’er mengerti,
lalu dia pamit dan pergi.
“Chan,
panggil beberapa pengawal untuk ikut aku ke Teater Xinmen,” perintah Su
Tan’er. Dan Xiao
Chan mengiyakan.
Diteater
Xinmen. Ning Yi sudah mabuk berat. Dia bermain musik dan bernyanyi dengan
keras, mengabaikan setiap orang disekitarnya.
♫
Kekasihku belum berbicara ♫
♫
Aku mengangkat kepalaku dulu ♫
♫
Memanggilnya “nona” dengan
hormat ♫
♫
Menyimaknya dengan baik-baik ♫
♫
Kita berdua datang ke sini untuk menaklukkan ombak ♫
“Dulu tuan
menantu kami pernah dipukul oleh penjahat, otaknya sudah bermasalah,” kata
Penjaga Geng, menjelaskan kepada Jin’er dan Madam Bos yang merasa bingung dengan
lagu yang Ning Yi nyanyikan.
Lalu Ning Yi
menjerit dengan keras dan berhenti bernyanyi. Kemudian Madam Bos langsung
mendekatinya sambil tersenyum serta meminta hadiah. Dan tanpa sadar, Ning Yi
memberikan seluruh uangnya sebagai hadiah. Menerima itu, Madam Bos merasa
sangat puas sekali.
“Terima
kasih, Tuan Ning. Suara Tuan Ning bagus sekali,” puji Madam Bos dengan senang. “Jin’er, cepat
tuangkan arak untuk Tuan Ning,”
perintahnya.
Jin’er menurut.
Dia mengambil arak dan ingin menuangkannya ke dalam gelas Ning Yi, tapi tanpa
sengaja, dia malah menumpahkan arak tersebut ke pakaian Ning Yi. Untungnya Ning
Yi sangat mabuk, jadi dia tidak marah.
Kemudian
Madam Bos dan Jin’er pun
berniat untuk melepaskan pakaian Ning Yi yang basah dan menukarnya. Sialnya,
tepat disaat itu, Su Tan’er datang.
“Istriku?
Kamu juga sudah datang?” sapa Ning
Yi sambil tersenyum. “Duduk di
sini. Lagu ini juga dipersembahkan untukmu,” ajaknya.
Tanpa
mengatakan apapun, Su Tan’er
memberikan tanda kepada pengawal untuk membawa Ning Yi. Lalu dia berjalan pergi
duluan.
Karena
terlalu mabuk, Penjaga Geng tertidur dimeja. Dan ketika dia terbangun, dia
merasa bingung, kenapa ruangan kosong.
“Kenapa tidak
ada orang?” gumam
Penjaga Geng, lalu dia meminum sisa arak yang ada dimeja.
Malam hari. Diruangan hall. Penjaga Geng mengaku bersalah dan meminta Su Yu untuk menghukumnya. Sementara Ning Yi masih sangat mabuk dan belum sadar, jadi dia terus berbicara sembarangan dan menyanyi- nyanyi.
“Tidak
terpikirkan menantu ini baru berjasa sedikit saja, sudah melakukan hal yang
begitu menyakiti Tan’er. Ini
terlalu…” komentar
Menantu Yao, kecewa.
“Ning Yi ini
adalah suami Tan’er, takutnya
Tan’er tidak
rela. Bagaimana kalau begini saja? Berikan dia surat cerai, lalu usir dia,” kata Su
Zhongkan, berpendapat. Mendengar itu, Su Tan’er merasa panik.
Akhirnya, Su
Yu membuat keputusan. Karena ini adalah urusan pribadi keluarga Su Tan’er, maka Su
Tan’er yang akan
memutuskan harus bagaimana. Mendengar itu, Su Tan’er merasa lega.
“Kakek,
mengingat Ning Yi berjasa dalam peresmian toko baru, jangan usir dia,” pinta Su
Tan’er. “Lebih baik
menghukumnya untuk introspeksi diri di rumah selama beberapa hari, lalu antar
dia ke Sekolah Kebajikan Pria,” tambahnya
supaya yang lain tidak bisa mengkritik lagi.
“Baik.
Lakukan seperti itu saja,” kata Su Yu,
setuju, sambil memukul meja. Lalu dia pergi duluan.
“Kebajikan
Pria? Baik,” gumam Ning
Yi dalam keadaan masih mabuk. Lalu dia mulai bernyanyi lagi.
Sekolah
Kebajikan Pria
Disana, para
murid pria diajarkan oleh Guru untuk menghormati orang tua, mendidik dan
mencintai anak, memiliki teknik yang baik dalam membina rumah tangga, mencintai
istri tanpa keegoisan, bisa memasak, dan melakukan pekerjaan rumah tangga.
Istri menjauh dari dapur, suami menyapu aula. Istri bangun siang, suami sudah
selesai memasak sup.
“Dia adalah
Ning Yi, menantu keluarga Su,” kata Guru,
memperkenalkan Ning Yi kepada semuanya yang berada didalam kelas. “Dosa yang
dia perbuat terlalu berat. Sungguh membuat orang sulit untuk mengatakannya.
Kalian semua harus menjadikan ini sebagai pelajaran, urus diri kalian
masing-masing,” jelasnya,
menjadikan Ning Yi sebagai contoh buruk.
Mendengar itu, Ning Yi diam dan menatap papan sekolah dengan wajah terbengong.